Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ALYA GALUH WINATA

NIM : 7011220084
KELAS : II-C
MATA KULIAH : KONSERVASI LINGKUNGAN DAN MANAJEMEN
KEBENCANAAN

PENGURUGAN(LANDFILLING) SAMPAH

Pengertian

Tempat pembuangan akhir (TPA) atau landfill adalah tempat untuk membuang sampah dan
bahan limbah lainnya. Tempat ini dirancang untuk meminimalkan dampak sampah terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan.

Mengutip National Geographic, TPA ditimbun dengan lapisan dari tanah liat dan plastik tipis,
lalu ditimbun lagi dengan beberapa meter tanah agar tanaman bisa tumbuh di atasnya.
Meskipun tempat pembuangan sampah dirancang hanya untuk menampung sampah, beberapa
di antaranya akan mengalami dekomposisi seiring waktu.

Proses dekomposisi di TPA akan menghasilkan metana, yaitu gas yang berbahaya dan mudah
terbakar. Sejumlah penelitian menemukan bahwa metana menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan dan kesehatan.

Metode Sanitary Landfill

mpat pembuangan sampah yang ada di Indonesia memiliki beragam metode pengelolaan
sampah. Metode yang paling buruk adalah dengan membuang sampah begitu saja di TPA atau
yang dikenal dengan metode open dumping. Dalam metode ini hanya terjadi penumpukan
sampah begitu saja sehingga menghasilkan masalah lingkungan, seperti bau menyengat,
pencemaran air di tanah sekitar, hingga berbagai penyakit yang dapat terjadi. Namun
sayangnya masih banyak tempat pembuangan sampah yang menggunakan metode ini
terutama di kota-kota kecil.

Selain itu, terdapat sistem yang bernama landfill yang artinya metode mengelola sampah
dengan membuang sampah di tempat yang lebih rendah atau di dalam tanah. Namun,
kini pemerintah telah memberikan anjuran untuk membangun sanitary landfill sebagai
metode paling baik di tempat pembuangan sampah. Metode ini diartikan sebagai metode
yang melakukan penimbunan sampah. Sebelum menimbun sampah, metode ini menyiapkan
tanah lempung sebagai lapisan agar air sampah atau yang dikenal dengan air lindi tidak
terserap secara langsung ke dalam tanah sehingga tidak menimbulkan polusi tanah.

Selain itu, terdapat sistem yang bernama landfill yang artinya metode mengelola sampah
dengan membuang sampah di tempat yang lebih rendah atau di dalam tanah. Namun,
kini pemerintah telah memberikan anjuran untuk membangun sanitary landfill sebagai
metode paling baik di tempat pembuangan sampah. Metode ini diartikan sebagai metode
yang melakukan penimbunan sampah. Sebelum menimbun sampah, metode ini menyiapkan
tanah lempung sebagai lapisan agar air sampah atau yang dikenal dengan air lindi tidak
terserap secara langsung ke dalam tanah sehingga tidak menimbulkan polusi tanah.

Contoh Sanitary Landfill

Salah satu TPA yang menggunakan metode sanitary landfill adalah TPA Talang Gulo di Kota
Jambi. TPA ini semula menggunakan metode open dumping dalam pengelolaan sampah,
namun pada 2018 pemerintah setempat membangun serta mempersiapkan metode sanitary
landfill dengan tujuan mengurangi serta mencegah pencemaran yang dapat ditimbulkan.
Terdapat beberapa lahan yang digunakan sebagai area landfill seluas 5.2 hektar, sarana
pengolahan air lindi, sarana pengelolaan sampah, sarana pengelolaan kompos, serta fasilitas
penunjang lainnya seperti kantor pengelola, jembatan timbang, dan workshop. Sistem ini
terbukti menghasilkan sampah menjadi sesuatu yang lebih produktif yaitu kompos sebanyak
15 ton per hari. Selain itu, sistem ini mampu memilah antara sampah organik sebanyak 35
ton/hari serta mengolah air lindi sebanyak 250 m3/hari.

Contoh lain dari metode sanitary landfill dapat dilihat di TPA Tanjung Harapan yang terletak
di Kecamatan Nunukan Selatan, Kalimantan Utara. Di TPA ini terdapat pemilahan sampah
plastik dikelola menjadi pelampung tali pengikat rumput laut yang bernilai ekonomis serta
menjadi sumber pendapatan. Tak hanya sampah plastik, sampah organik yang dihasilkan pun
dapat dikelola menjadi pupuk kompos yang berdaya guna. Pada akhir tahun 2021, sampah
yang dihasilkan sebanyak 16 ribu ton dapat dikurangi sebesar 22% karena metode 3R
(reduce, reuse, recycle).
Keuntungan Sanitary Landfill

Metode ini dinilai paling efektif guna mengurangi pencemaran lingkungan meski belum
banyak tempat pembuangan sampah yang menerapkan metode ini. Berikut manfaat yang
dapat diperoleh dari penggunaan sanitary landfill:

➢ Mengurangi pencemaran tanah. Dengan tanah lempung sebagai pelapis, air sampah
atau air lindi tidak akan terserap langsung ke tanah sehingga akan mengurangi
terjadinya pencemaran tanah yang dapat membahayakan lingkungan sekitar.
➢ Menghindari ledakan gas metana. Kejadian yang terjadi di TPA Leuwigajah pada
2005 yang akhirnya dikenal sebagai Hari Peduli Sampah Nasional menjadi momok
masalah lingkungan yang ada. Dengan metode sanitary landfill, penggunaan pipa
sebagai penyalur gas metana akan sangat menguntungkan sehingga menghindari
terjadinya ledakan.
➢ Penghasil gas. Selain menghindari ledakan, pipa gas metana yang digunakan di
tempat pembuangan sampah dapat menghasilkan gas yang berfungsi untuk bahan
bakar penggerak turbin.

Kerugian Sanitary Landfill

➢ Kurang bisa diaplikasikan di daerah dengan populasi padat. Karena ketersediaan


lahannya yang sulit
➢ Apabila pengoperasiannya kurang tepat atau berjalan tidak semestinya, muncul
dampak yang sama seperti metode open dumping

Agar dapat berjalan optimal, ada banyak hal yang harus diperhatikan dari pembuatan sanitary
landfill. Pengelolaan dan pengoperasiannya pun mesti dijalankan sebagaimana mestinya.
Masyarakat dapat turut membantu dengan mengurangi sampah berakhir di TPA sehingga
dapat terwujud lingkungan bersih

Anda mungkin juga menyukai