Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI INDONESIA DAN

DUNIA

OLEH:

AINAYAH ALFATIHAH SIDA

D091201079

DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya sehingga tugas mata kuliah Keselamatan Permesinan ini dapat
selesai. Berkat rahmat dan hidayah-Nya telah membimbing penulisan untuk terus
berusaha menyelesaikan salah satu mata kuliah di Program Studi (Prodi) Teknik
Sistem Perkapalan, Universitas Hasanuddin.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas 1 mata kuliah Keselamatan
Permesinan, fakultas Teknik Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Universitas
Hasanuddin. Penulis harus mengakui, laporan ini masih sangat jauh dari
sempurna, semua karena keterbatasan waktu dan pengetahuan serta kemampuan
penulis sebagai manusia biasa. Untuk itu penulis mohon maaf atas semua
kekurangan dan kesalahan yang terjadi di dalam penulisan tugas 1 mata kuliah
Keselamatan Permesinan ini, serta penulis berharap masukan dan saran agar ke
depannya penulis dapat lebih baik lagi dalam menyusun tugas.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penulisan makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa
dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan. Oleh
karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta
saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Gowa, 25 February 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN................................................................................................1

A.Latar Belakang.................................................................................................1

B.Rumusan Masalah.............................................................................................2

C.Tujuan...............................................................................................................2

II. PEMBAHASAN.................................................................................................3

A.Sejarah dan Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Keja di Indonesia...3

B.Sejarah dan Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Keja di Indonesia. 10

III. PENUTUP........................................................................................................13

A.Kesimpulan.....................................................................................................13

B.Saran...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan industri sebagai tempat kerja. Perkembangan industri ini
memunculkan resiko-resiko pekerjaan baru yang tidak terdapat pada tempat
kerja tradisional.
Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menunjukkan bahwa
perkembangan telah terjadi semenjak zaman pra sejarah di seluruh dunia.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan selalu dipikirkan oleh manusia
sepanjang manusia tersebut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang
disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar,
keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran
(Mondy, 2008).
Sedangkan kesehatan kerja menurut (Mondy, 2008) adalah kebebasan dari
kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan
kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang
dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu pelindungan
tenaga keja baik pada sektor formal maupun sektor informal. Kegiatan dan
penerapan K3 sektor formal pada umumnya telah diterapkan dengan baik,
akan tetapi sektor informal belum melakukan dan menerapkan kegiatan K3
dengan baik. Kegiatan kerja dan tempat kerja sektor informal sangat beragam
dan belum diklasifikasikan atas jenis usaha, jenis pekerjaan, dan lokasi kerja.
Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja agar
terbebas dari kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja. Diperlukannya
dukungan dari pemerintah untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap masyarakat dan setiap penyelenggara kegiatan kerja baik dalam
sektor formal maupun sektor informal. International Labour Organization
(ILO) tahun 2013 menyatakan, setiap 15 detik terdapat 1 pekerja di dunia
meninggal dikarenakan kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit
akibat kerja.
Data kecelakaan di Indonesia atas populasi tenaga kerja 7-8 juta
menunjukkan 100.000 peristiwa kecelakan kerja dan meyebabkan kehilangan
hari kerja setiap tahunnya, kerugian rata-rata mencapai 100-200 milyar per
tahun, korban meninggal per tahun rata-rata 1500-2000 orang, penelitian
khusus tahun 2000 akibat kecelakaan kerja menunjukkan 70 juta sampai 500
juta jam kerja hilang. Dari berbagai data tersebut dapat diasumsikan bahwa
populasi tenaga kerja adalah 50 juta, sedangkan perbandingan biaya
tersembunyi terhadap biaya langsung adalah 4 : 1 (Suma’mur, 2009).

B. Rumusan Masalah
Rumusan makalah dari penulisan makalah ini yaitu bagaimana Sejarah dan
Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia dan
Dunia.

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Sejarah dan Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
Indonesia dan Dunia.

II. PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Keja di
Indonesia
Di Indonesia, dimulai dari pemerintah Kolonial Belanda, pada tahun 1847
sudah ada upaya pencegahan kebakaran pada pemakaian mesin uap untuk
keperluan industri, namun belum tertuju pada perlindungan pekerja. Karena
banyak terjadinya kecelakaan dan kematian akibat penggunaan mesin uap,
maka pada tahun 1852 dikeluarkan Staatsblad No.20 yang mengatur tentang
pelaksanaan kerja pada pemakaian pesawat uap yang pelaksanaan
pengawasannya diserahkan pada instansi Dienst Van Her Stoomwezen.
Peraturan ini adalah dokumen sejarah yang paling awal yang dapat ditelusuri
tentang dimulainya upaya perlindungan pekerja di Indonesia.
Perkembangan selanjutnya dicatat oleh dewan keselamatan dan kesehatan
kerja Indonesia dalam Buku Satu Abad Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Indonesia. 1900-2000 dibagi menjadi 3 periode. Periode pertama yaitu pada
zaman sebelum kemerdekaan (1900-1945); periode kedua yaitu setelah
Indonesia merdeka sampai dengan ditetapakannya undang-undang No.1tahun
1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja;periode ketiga adalah setelah
ditetapkannya undang-undang tersebut sampai dengan tahun 2000.
Di bawah ini disajikan sekilas tentang perkembangan kesehatan
kerjadalam 3 periode seperti yang tersebut di atas,di tambah dengan periode
setelah tahun 2000 sampai dengan diterbitkannya buku ini. Sebagian besar
dari perkembangan Kesehatan kerja dalam 3 periode pertama di sunting dari
buku DK3N (atas izin yang di dapatkan dari ketus DK3N ), sedangkan
perkembangan yang terjadi dalam satu dekade terakhir dicatat oleh penulis
dari berbagai sumber.

1. Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebelum

Kemerdekaan (1900-1945)
Kegiatan kesehatan kerja di Indonesia belum diketahui dengan pasti kapan
dimulainya, namun sebelum abad ke-19 sudah diketahui bahwa ilmu
kedokteran kuno dan pengobatan tradisional telah dikatakan yang telah
diketahui dengan pasti adalah zaman VOC telah dibentuk dinas kesehatan
yang pada awalnya merupakan dinas kesehatan militer kerajaan Belanda.
Sampai pada akhir abad ke-19, perlindungan terhadap tenaga kerja masih
sangat sederhana dan pada saat itu perlindungan lebih di arahakan terhadap
sarana memproduksi, berupa mesin dan pesawat uap. Hal ini tercermin dalm
perundang-undangan pesawat uap pada tahun 1852 yang dibuat oleh
pemerintah Hindia Belanda. Dengan diartikan dinas Stoomwezen, maka dapat
dikatakan bahwa sejak saat itu pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan
perlindungan hukum terhadap bahaya yang langsung mengancam jiwa, walau
baru terbatas pada wilayah pekerja yang melayani pesawat uap saja. Saat itu,
industry dan perusahaan yang berkembang masih terbatas pada perusahaan
perkebunan dan pertanian hasil hutan dan pertambangan, didukung oleh
sarana transportasi kereta api, sungai, darat, dan laut. Sebagian besar
perusahaan berada di pulau Jawa.
Upaya kesehatan saat itu ditujukan untuk memberikan pelayanan
kesehatan sekedarnya kepada para pekerja agar mereka cukup sehat dan
mampu memproduksi bahan yang diperlukan Belanda. Pada awal abad ke-20,
pemerintah Hindia Belanda telah melangkah lebih maju dalam perlindungan
pekerja yaitu dengan membuat peraturan kebersihan, keselamatan, dan
kesehatan yang masih sederhana, sesuai keperluan waktu itu, namun
kesehatan kerja belum berkembang seperti di Eropa yang mengalami revolusi
industri. Veilegheidsreglement telah ditetapakan pada tanggal 17 oktober 1905
dengan Staatsblad No.251 peraturan perundangan itu dicabut dan diganti
dengan Veilegheidsreglement yang baru pada tahun 1910 dengan staatsblad
No.406. Veilegheidreglement yang dalam Bahasa Indonesia di kenal sebagai
undang-undang keselamatan, berlaku sampai diterbitkannya undang-
undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
Dinas pengawasan keselamatan kerja atau Dienst van
betveilegheidstoezicth dinas uap atau Dienst van het stoomwezen. Tugas dinas
tersebut bertambah besar dengan dibebankannya pengsawasan
terhadap pelaksanaan ordonans tentang kerja malam bagi wanita dan pekerja a
nak atau vrowen nachturbeidts en kinderarbeid ordonnanti, selain pengawasan
terhadap pelaksanaan ordonasi keselamatan. Pengaturan tentang pertolongan
pertama pada keselamatan dituangkan sebagai peraturan khusus AA dalam
peraturan khusus Direktur pekerjaan umum No.119966/Stw tanggal 19
agustus 1910 (peraturan pelaksanaan pasal 2 Bari Staatblad No.406
tahun 1910). Selanjutnya banyak di berlakukan undang-undang yang lebih
menitik beratkan pada keselamatan, seperti disektor perminyakan,
perkeretaapian, pelayaran, angkutan udara, dan tambang.
2. Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 1945-1970

Pada kurun waktu antara 1942-1945 zaman pendudukan Jepang di


Indonesia, kesehatan kerja tidak diperhatikan, pengawasan keselamatan kerja
di pabrik dan di tempat kerja lainnya tidak berfungsi, karena pada waktu itu
sedang berlangsung perang Dunia II. Dinas pengawasan keselamatan kerja
dan kantor cabangnya ditutup. Tidak diperoleh data mengenai pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja di zaman ini. Perusahaan yang menyadari
pentingnya masalah keselamatan kerja melaksanakan sendiri pencegahan
kecelakaan.
Pada saat penduduk Jepang ini peraturan perundang-undangan yang dibuat
oleh pemerintah Hindia Belanda tidak dicabut atau diganting dengan peraturan
yang baru. Segera setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945
ditetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang kemudian
dikenal sebgai UUD 1945. Pada Aturan Peralihyan UUD 1945 Pasal II
dinyatakan bahwa semua badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku sebelum diadakan yang baru menurut Undang-Undang
Dasar.
UUD 1945 pasal 27 ayat (2) menyebutkan bahwa setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal ini merupakan landasan bagi setiap peraturan perundangan di bidang
ketenagakerjaan. Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh atas
kesehatan dan keselamatan kerja, moral dan kesusilaan serta perlaku yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, dan nilai agama.
Pada tahun 1947 diterbitkan Undang-Undang No.33 tentang Kecelakaan,
atau biasa disebut sebagai Undang-Undang Kompensasi. Undang-Undang ini
ingin menyatakan bahwa dalam keadaan kekurangan, Pemerintah RI akan
tetap mengutamakan perlindungan pekerja dari bahaya kecelakaan dan
penyakit akibatkerja. Pada tahun 1948, dikeluarkan Undang-Undang
Kerja NO.12 oleh Negara Republik Indonesia, yang kemudian diberlakukan
untuk seluruh Indonesia dengan UU NO.1 tahun 1951. Disamping itu, dengan
Ordenasi NO.9 tahun 1949 diatur tentang Pembatasan Kerja Anak (staatblad
tahun 1949 No. 8). Pada tahun 1957, dibentuk Lembaga Kesehatan Buruh,
yang kemudian berubah menjadi Lembaga Kesehatan dan Keselamatan Buruh
dan kemudian menjadi Lembaga Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja
yang bertugas untuk mengembangkan ilmu Higiene Perusahaan dan
Keselamatan Kerja.
Untuk menjamin diselenggarakannya higiene perusahaan dan Kesehatan
kerja secara baik diterbitkan pengaturan Materi Perburuhan No.7/PMP/1964
tentang Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja.
Mengingat pentingnya sumber daya manusia di bidang K3, oleh Menteri
Tenaga Kerja diterbitkan peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.56 Tahun
1969 tentang Penyelenggaraan Kursus Latihan Kader Tenaga Kerja.
Dalam rangka menata peraturan dan penerbitan ketenagakerjaan, maka
diundangkan UU No.14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja. Undang-Undang No. 14 tahun 1969 antara lain
menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan modal kerja, serta perlakuan
yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan
terhadap Kesehatannya dan keselamatan pekerja merupakan suatu yang sangat
mendasar karena menyangkut jiwa manusia.
3. Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 1970-2000
Sejak berlakunya Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja menggantikan Veilingheids reglement 1910 staatsblad No.406, upaya
perlindungan terhadap pekerja di Indonesia mulai lebih diperhatikan. Undang-
Undang Keselamatan Kerja Mengatur hak dan kewajiban pekerja dan pemberi
kerja untuk melaksanakan syarat-syarat kesehatan kerja disamping syarat-
syarat keselamatan kerja. Ketentuan ini berlaku disemua tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang
ada di wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
Dalam rangka pembinaan kesehatan pekerja disamping keselamatan,
Kementrian Tenaga Kerja dan Trasmigrasi yang saat ini mudah berkala.
Departeman telah berinisiasi memberlakukan banyak peraturan yang mengatur
pelaksanaan Kesehatan Kerja terutama di perusahaan, antara lain tentang
kewajiban latihan higiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja bagi
dokter perusahaan (1976) dan tenaga para medis perusahaan (1976) yang
bertujuan untu memenuhi kebutuhan sumber daya
manusia, mengingat saat ini mata pelajaran tentang kesehatan kerja belum
terakomodasi di Pendidikan formal; tentu kewajiban melaksakaanya
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan Kesehatan
secara berkala (1980) dalam rangka melindungi pekerja dari efek buruk yang
mungkin ditimbulkan dari pekerja dan untuk mendapatkan pekerja yang sesuai
dengan ketentunaan pekerjaan; tentang kewajiban melaksanakan pelayanan
keselamatan kerja (1982) untuk memenuhi setiap hak pekerja dalam hal
mendapatkan laporan Kesehatan pekerja yang komprehensif, tentang diagnose
dan pelaporan penyakit akibat kerja (1989), yang disusul dengan Keputusan
Presiden tentang penyakit yang timbul akibat hubungan kerja (1993), beserta
Keputusan Presiden tentang wajib lapor penyakit hubungan kerja (1999);
selanjutnya tentang keseharusan pembentukan Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di perusahaan sebagai wadah terdepan pelaksanaan
Kesehatan Kerja di samping Keselamatan Kerja, yang pelaksanaan yang
pantau oleh ainspektur (1987); sampai perlakuan Undang-Undang Jamsostek
(1992) beserta peraturan menteri yang mengatur pelaksaan jaminan dan
kompensasi bagi pekerja yang jatuh sakit, cedera, atau meninggal akibat kerja
(1989); tentang hal-hal yang lain yang berkaitan dengan kesehatan kerja dalam
seperangkat peraturan atau keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
4. Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2000-2010

Sebelum dekade ini, pemerintah telah mendorong dilakukannya upaya


keselamatan dan keselamatan kerja, sayangnya kondisi di Indonesia masih
terjadi polarisasi dalam penanganan kebijakan keselamatan dan Kesehatan
kerja. Otoritas institusi yang berwenang menangani keselamatan dan
Kesehatan kerja di sektor industry nonmigas dan non pertambangan ada di
kementrian tenaga kerja dan transmigrasi, sedangkan sector migas dan
bertambangan berada di kementerian energy dan sumber daya mineral, dan
sector kesehatan berada di kementrian kesehatan.
Kebijakan pengembangan sumber daya manusia di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja juga belum terorganisasi dengan baik, belum adanya
koordinasi yang komprehensif antara pemerintah Kementrian yang
berwenang, asosiasi atau Lembaga swadaya masyarakat, dunia
industri dan perguruan tinggi, mengkibatkan sumber daya manusia di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja belum mencukupi baik secara
kuantitas maupun kualitas karena kurang sesuai dengan komprehensif yang
dibutuhkan lapangan.
Di samping hal-hal yang memprihatinkan, ada yang cukup
menggembirakan yaitu pada dekade ini Kerja mulai diperhitungkan. Dalam
upaya memenuhi kebutuhan, pengelolaan Kesehatan Kerja telah berkembang
secara lebih serius yang sejalan dengan peningkatan aspek moral minat
perorangan, industriawan, dan pemerintah untuk melindungi pekerja dari
gangguan Kesehatan dan cedera, dan kedepan diharapkan Kesehatan Kerja di
dunia usaha dan dunia kerja. Hal ini selain sejalan dengan tuntutan global
dalam dunia usaha yaitu dengan diperkenalkannya OHSAS 18001 tahun
2007 , juga didorong oleh pembangunan Kesehatan Kerja yang telah berhasil
dilaksanakan oleh Kementrian kesehatan. Keberhasilan yang dicapai, terutama
dalam pengembangan sumber daya manusia di bidang Kesehatan Kerja untuk
memenuhi kebutuhan diranah publik, dan pembinaan teknis antara lain dengan
dikeluarkannya buku pedoman dan standar pelaksanaan Kesehatan Kerja,
seperti pedomaan pelaksanaan upaya kesehatan kerja di puskesmas (2004),
pedoman teknis upaya kesehatan kerja bagi perajin sepatu (2004),
modul bagi fasilitator kesehatan kerja dasar (2004), pedoman upaya kesehatan
kerja bagi petugas Kesehatan di Kabupaten/Kota(2005), pelaksanaan. UKK di
puskesmas ditambah dengan contoh kurikulum pelayanan kader
kesehatan petani (2006); pedoman klinik di tempat kerja perusahaan (2007);
pedoman managemen kesehatan dan keselamatan kerja dirumah sakit (2008);
standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit/K3RS(2009).
Kementrian kesehatan menyadari kesenjangan kompetensi SDM dan
sarana di fasilitas kesehatan perlu dibenahi dengan pembagunan kemampuan
system kesehatan kerja (capaciy building) di tingkat pusat, kabupaten dan
perusahaan dalam melaksanakan upaya kesehatan kerja, maka dengan bantuan
dana dari WHO pada tahun 2004-2005 kementrian kesehatan telah
melakukan kegiatan untuk meningkatkan kepedulian dan kemampuan petugas
puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kerja. Pada mulanya,
kegiatan ini di berikan percontohan bagi puskesmas di wilayah provinsi DKI
Jakarta, kemudian di sebar luaskan ke Lampung, banten, seluruh Jawa, dan
akhirnya hamper di semua provinsi dengan nama kegiatan orientasi K3
puskesmas. Dari tahun 2005 sampai tahun 2009 tercatat lebih dari 2053
peserta kegiatan ini, pesertanya terutama adalah petugas di puskesmas, juga
petugas, di dinas Kabupaten/kota dan dinas
provinsi, serat sebagian berasal dari lintas sektor. Untuk
meningkatkan kapasitas SDM dalam mengelola program kesehatan kerja,
pada mereka yang bertugas di dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota dan
unit pelaksana teknis, telah diberikan pelatihan kesehatan kerja dasar, selama
tahun 2003-2008 tercatat 184 peserta yang tersebar di seluruh provonsi
kecuali aceh dan Sulawesi Barat.

B. Sejarah dan Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di


Indonesia
Sejarah perkembangan K3 di dunia di mulai dari zaman pra-sejarah
sampai dengan zaman modern sekarang secara ringkas adalah sebagai
berikut :
1. Zaman Pra-Sejarah
Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia yang
hidup pada zaman ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah
untuk digunakan serta tidak membahayakan bagi mereka saat digunakan.
Disain tombak dan kapak yang mereka buat umumnya mempunyai bentuk
yang lebh besar proporsinya pada mata kapak atau ujung ombak. Hal ini
adalah untuk menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan
tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang
dihasilkan eukup besar. Disain yang mengecil pada pegangan
dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi pemakai saat mengayunkan
kapak tersebut.
2. Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak
Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman
dan tidak membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini
masyarakat sudah mengenal berbagai macam peralatan yang digunakan
untuk membantu pekerjaan mereka. Dan semakin berkembang setelah
ditemukannya tembaga dan suasa sekitar 3000-2500 BC. Pada tahun 3400
BC masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan menggunakan batubata
yang dibuat proses pengeringan oleh sinar matahari. Pada era ini
masyarakat sudah membangunan saluran air dari batu sebagai fasilitas
sanitasi. Pada tahun 2000 BC muncul suatu peraturan "Hammurabi" yang
menjadi dasar adanya kompensasi asuransi bagi pekeria
3. Zaman Mesir Kuno
Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Fir aun banyak sekali
dilakukan pekerjaan-pekerjaan raksasa yang melibatkan banyak orang
sebagai tenaga keria. Pada tahun 1500 BC khususnya pada masa Raja
Ramses I dilakukan pekenjaan pembangunan terusan dari Mediterania ke
Laut Merah. Disamping itu Raja Ramses I juga meminta para pekerja
untuk membangun "temple" Rameuseum. Untuk menjaga agar
pekerjaannya lancar Raja Ramses II menyediakan tabib serta pelayan
untuk menjaga kesehatan para pekerjanya.
4. Zaman Yunani Kuno
Pada zaman romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah Hippocrates.
Hippocrates berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada awak
kapal yang ditumpanginya.
5. Zaman Romawi
Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan
adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan karena adanya paparan
bahan-bahan toksik dari lingkungan kerja seperti timbal dan sulfur. Pada
masa pemerintahan Jendral Aleksander Yang Agung sudah dilakukan
pelayanan keschatan bagi angkatan perang.
6. Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerja
yang mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau meninggal.
Masyarakat pekerja sudah mengenal akan bahaya vapour di lingkungan
kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada lingkungan
yang mengandung vapour harus menggunakan masker.
7. Abad Ke-16
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus
Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit-
penyakit akibat kerja terutama yang dialami oleh pekerja tambang. Pada
era ini seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya De Re
Metallica bahkan sudah mulai melakukan upaya pengendalian bahaya
timbal di pertambangan dengan menerapkan prinsip ventilasi.
8. Abad Ke-18
Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664-
1714) dari Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang
terkenal : Discourse on the diseases of workers, (buku klasik ini masih
sering dijadikan referensi oleh para ahli K3 sampai sekarang). Ramazzini
melihat bahwa dokter-dokter pada masa itu jarang yang melihat hubungan
antara pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat
pada saat dia mendiagnosa seseorang yaitu " What is Your occupation ?".
Ramazzini melihat bahwa ada dua faktor besar yang menyebabkan
penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang ada dalam bahan-bahan yang
digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan-gerakan janggal yang
dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja (ergonomie factors).
9. Era Revolusi Industri (Traditional Industrialization)
Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :
1) Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap
yang baru ditemukan sebagai sumber energi.
2) Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia
3) Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku
(khususnya bidang industri kimia dan logam).
4) Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar
berkembangnya industry yang ditopang oleh penggunaan mesin-
m&sin baru.
5) Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muneul penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan pemajanan karbon dar bahan-
bahan sisa pembakaran.
III.PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang ditarik adalah kesehatan dan keselamatan keria adalah
suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari
resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi
juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai
peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur masalah
kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Mash banyak pula perusahaan yang
tidak memenuhi standar keselamatan dan keschatan kerja schingga banyak
terjadi kecelakaan kerja.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dan dapat
memberikan pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Kami
mengetahui bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya
darisegi penulisannya. Oleh karena itu, saran dari pembaca sangat kami
butuhkan untuk mengoreksi makalah ini agar lebih baik lagi. Adapun saran
dari kami untuk pembaca agar lebih sering membaca untuk memperoleh
wawasan yang lebih luas lagi.
DAFTAR PUSTAKA

http://agathachristie.students-blog.undip.ac.id/2010/02/06/6/

http://ilhamadjiputrap.blogspot.com/2012/10/peraturan-perundang-undangan-
berkaitan.html

http://prokum.esdm.go.id/uu/1970/uu-01-1970.pdf

https://roysarimilda.wordpress.com/2012/05/10/sejarah-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3/

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html

Mondy, R.W, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh


(terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)

Anda mungkin juga menyukai