Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

ASBAB AN-NUZUL
Dosen Pengampuh: Dr. Fatirawahidah, M.Ag

Oleh:
Muhammad Qolbun Nazhif
(2023030105048)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 19 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................4
C. TUJUAN PEMBAHASAN.............................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. PENGERTIAN ASBAB AN-NUZUL............................................................6
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU ASBABUN NUZUL.......................7
C. FUNGSI ILMU ASBABUN NUZUL DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN
..............................................................................................................................8
D. MACAM- MACAM ASBABUN NUZUL.....................................................9
E. URGENSI DAN KEGUNAAN ASBAABUN NUZUL...............................11
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
A. KESIMPULAN.............................................................................................14
B. SARAN.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an bukanlah sebuah kitab dalam pengertian umum, karenadia tidak
pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara bertahap kepada Nabi
MuhammadSAW sesuai dengan situasi yang menuntutnya. Al-Qu’ran sendiri
sangat menyadarinya kenyataan ini sebagai sesuatu hal yang akan menimbulkan
keusilan di kalangan pembantahnya (QS Al-Furqan [25]: 32). Seperti yang
diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Qur’an secara total dan secarasekaligus
itu tidak mungkin karena Al-Qur’an diturunkan menjadi petunjuk bagi kaum
muslimin secara berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada.
Sebagian dari tugas untuk memahami pesan dari Al-Qur’an ini sebagai
suatu kesatuan adalah mempelajarinya dalam konteks latar belakang. Latar
belakang yang paling dekat adalah kegiatan dan perjuanagn nabi selama dua puluh
tiga tahun dibawah bimbingan Al-Qur’an. Jadi apabila tidak memahami masalah
ini, kita tidak akan dapat memahami pesan Al-Qur’an sebagai suatu keutuhan.
Dan orang awam akan memahami ini sebagai suatu kesalah pahaman dalam
menangkap pesan-pesan yang terkandung didalamnya, jika hanya memahaminya
dari segi bahasanya saja, tanpa memahami dari semisal konteks historisnya. Untuk
dipahami secara utuh, Al-Qur’an harus dicerna dalam konteks perjuanagn Nabi
dan latar belakang Perjuangannya. Oleh karena itu, hampir semua literatur yang
berkenaan dengan Al-Qur’an harus menekankan pentingnya Asbab An-Nuzul.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Asbabun Nuzul?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Ilmu Asbabun Nuzul?
3. Apa Fungsi Ilmu Asbabun Nuzul Dalam Memahami Al-Qur’an?
4. Apa saja Macam- Macam Asbabun Nuzul?
5. Bagaimana Urgensi Dan Kegunaan Asbaabun Nuzul?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui Apa Itu Asbabun Nuzul.

4
2. Mengetahui Sejarah Perkembangan Ilmu Asbabun Nuzul.
3. Mengetahui Fungsi Ilmu Asbabun Nuzul Dalam Memahami Al-Qur’an.
4. Mengetahui Macam-macam Asbabun Nuzul.
5. Mengetahui Urgensi dan Kegunaan Asbabun Nuzul.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ASBAB AN-NUZUL
Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”.
Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar belakangi
terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatar belakangi terjadinya
sesuatu bisa disebut Asbabun Nuzul, namaun dalam pemakaiannya, ungkapan
Asbabun Nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang
melatar belakangi turunya al-qur’an, seperti halnya asbab al-wurud yang secara
khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadist.
Sedangkan secara terminology atau istilah Asbabun Nuzul dapatdiartikan
sebagai sebab-sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat Al-Quran kepada
Nabi Muhammad SAW karena ada suatu peristiwa yangmembutuhkan penjelasan
atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban.
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama’ diantaranya :
1. Menurut Az-Zarqani: “Asbabun Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang
terjadi serta ada hubunganya dengan turunnya ayat Al-Qur’an sebagai
penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.”
2. Ash-Shabuni: Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkanturunya satu atau beberapa ayat mulia yang diajukan kepada
nabi ataukejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3. Shubhi Shalih: “Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab
turunnya satu atau beberapa ayat. Al-qur’an (ayat-ayat) terkadang
menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas
terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.”
4. Mana’ al-Qhathan: “Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan turunya Al-Qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa
itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan
kepada Nabi.”

6
5. Al-Wakidy: Asbabun Nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat,
walaupun “sebelumnya” itu masanya jauh, seperti adanya peristiwa gajah
dengan surat Al-Fiil.
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-qur’an itu
sangat beragam, di antaranya berupa: konflik sosial seperti ketegangan yang
terjadi antara suku Aus dan suku Khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah
seorang sahabat yang mengimami sholat dalam keadaan mabuk: dan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan
dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan terjadi. Persoalan
apakah seluruh ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul atau tidak, ternyata telah
menjadi bahan kontroversi diantara para ulama’. Sebagian ulama’ berpendapat
bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul. Sehingga,
diturunkan tanpa ada yang melatar belakanginya (Ibtida’), dan ada pula ayat Al-
Qur’an itu di turunkan dengan dilatar belakangi oleh suatu peristiwa (ghair
ibtida’).
Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi,
ada yang menguatkan bahwa kesejarahan Arabia pra-Qur’an padamasa turunnya
Al-Qur’an merupakan latar belakang makro Al-
Qur’an; sementara riwayat-riwayat Asbabun Nuzul merupakan latar belakang
mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Qur’an
memiliki sebab-sebab yang melatar belakanginya.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU ASBABUN NUZUL


Sejak zaman sahabat pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dipandang
sangat penting untuk bisa memahami penafsiran Al-Qur’an yang benar. Karena itu
mereka berusaha untuk mempelajari ilmu ini. Mereka bertanya kepada Nabi SAW
tentang sebab-sebab turunya ayat atau kepada sahabat lain yang menjadi saksi
sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan demikian pula para tabi’in yang
datang kemudian, ketika mereka harus menafsirkan ayat-ayat hukum, mereka
memerlukan pengetahuan Asbabun Nuzul agar tidak salah dalam mengambil
kesimpulan.

7
Dalam perkembangannya ilmu asbabun nuzul menjadi sangat urgen. Hal
ini tak lepas dari jerih payah perjuangan para ulama’ yang mengkhususkan diri
dalam upaya membahas segala ruang lingkup sebab nuzulnya Al-Qur’an.
Diantaranya yang terkenal yaitu Ali bin Madini, Al-wahidy dengan kitabnya
Asbabun Nuzul, Al-Ja’bary yang meringkas kitab Al wahidi, Syaikhul Islam Ibn
Hajar yang mengarang sebuah kitab mengenai asbabun nuzul. Dan As-Suyuthi
mengarang kitab Lubabun Nuqulfi Asbab An-Nuzul, sebuah kitab yang sangat
memadai dan jelas serta belum ada yang mengarang.

C. FUNGSI ILMU ASBABUN NUZUL DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN


Pentingnya mempelajari dan mengetahui Asbabun Nuzul adalah
untukmemahami ayat Al-Qur’an, baik dalam mengistimbath hukum atau dalam
beristidlal, atau sekedar memahami maksud ayat. Tidak mungkin memahami
kandungan makna suatu ayat tanpa mengetahui sebab turunnya ayat tersebut.
Al Wahidi menjelaskan: “tidaklah mungkin mengetahui tafsir ayat tanpa
mengetahui dan penjelasan sebab turunnya.” Ibn Daqiqil ‘Id berpendapat,
“Keternagan sebab nuzul adalah cara yang kuat (tepat) untuk mengetahui makna
Al-Qur’an. Ibn Taimiyah mengatakan: “Mengetahui sebab nuzul akan membantu
dalam memahami ayat, karena mengetahui sebab menimbulkan pengetahuan
mengenai musabab (akibat).”
Contohnya dalam QS. Al-Baqoroh ayat 158 yang artinya “Sesungguhnya
Safa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barang siapa beribadah
haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya untuk mengerjakan
sa’i di antara keduanya. Dan barang siapa mengerjakan suatu kebajikan dengan
kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan dan Maha
Mengetahui.”
Lafal ayat ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sa’i itu wajib,
sebab ketiadaan dosa untuk mengerjakannya itu menunjukkan “kebolehan” dan
bukannya “kewajiban.” Sebagian ulama’ juga berpendapat demikian, karena
berpegang pada arti tekstual ayat itu.
Dalam uraian yang lebih rinci Az-Zarqani mengemukakan urgensi sebab An-
Nuzul dalam memahami Al-qur’an sebagai berikut :

8
1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastiandalam
menangkap pesan ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga memiliki keraguanumum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta
untukmemantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya.
6. Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT, bukan buatan
manusia.
7. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberi pengertian penuh pada
Rasulullah dalam menjalankan misi risalahnya.
8. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-
Qur’an.
9. Seseorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau
umum dan dalam keadaan bagaimana ayat itu harus diterapkan.
10. Mengetahui secara jelas hikmah disyariatkannya suatu hukum.

D. MACAM- MACAM ASBABUN NUZUL


1. Banyaknya nuzul dengan satu sebab
Terkadang banyak ayat turun, sedangkan sebabnya hanya satu. Dalam hal ini
tidak ada permasalahan yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun
didalam berbagai surat berkenaan dengan satu peristiwa. Contohnya ialah apa
yang di riwayatkan oleh Said bin Mansur, ‘Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibn jarir, Ibnul
Munzir, Ibn Abi Hatim, tabrani, dan Hakim yang mengatakan shahih, dari Ummu
salamah, ia berkata : “Rasullullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan kaum
perempuan sedikitpun mengenai hijrah. Maka Allah menurunkan : maka tuhan
mereka memperkenankan permohonanya (dengan firman) : “sesungguhny aku
tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-
laki ataupun perempuan : (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian
yang lain... (Ali ‘Imran [3]:195).

9
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa’i, Ibn Jarir, Ibnul Munzir, Tabarani, dan
Ibn Mardawih dari Ummu Salamah yang mengatakan ; “Aku telah bertanya :
Rasulullah, mengapa kami tidak disebutkan dalam al-qur’an
seperti kaum laki-laki? maka suatu hari aku dikejutkan oleh suara Rasulullah
diatasa mimbar. Ia membacakan : Sesungguhnya laki-laki dan perempuan
Muslim.. sampai akhir ayat 35 Surat al-Ahzab [33].” Diriwayatkan pula oleh
Hakim dari Ummu Salamah yangmengatakan: “Kaum laki-laki berperang sedang
kaum perempuan tidak. Disamping itu kami hanya memperoleh warisan setengah
bagian? Maka Allah menurunkan ayat : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa
yang dikaruniakan terhadap apa yang dikaruniakan sebagian dari kamu lebih
banyak dari sebagian yang usahakan, dan bagi para wanitapun ada bagiandari apa
yang mereka usahan pula.. (an-Nisa’ [4]:32) dan ayat :sesungguhnya laki-
laki dan perempuan yang muslim..” ketiga ayat tersebut turun ketika satu sebab.

2. Penurunan ayat lebih dahulu dari pada sebab


Az-Zarkasyi dalam membahas fi ulumil qur’an karya Manna’ Khalil Al Qattan
mengemukakan satu macam pembahasan yang berhubungan dengan sebab nuzul
yang dinamakan “penurunan ayat lebih dahulu daripada hukum (maksud)nya.”
Contoh yang diberikan dalam hal ini tidaklah menunjukkan bahwa ayat itu turun
mengenai hukum tertentu, kemudian pengalamanya datang sesudahnya. Tetapi hal
tersebut menunjukan bahwa ayat itu diturunkan dengan lafadz mujmal (global),
yang mengandung arti lebih dari satu, kemudian penafsiranya dihubungkan
dengan salah satu arti-arti tersebut, sehingga ayat tadi mengacu pada hukum yang
datang kemudian. Misalnya firman Allah : Sesungguhnya beruntunglah orang
yang membersihkan diri (dengan beriman) [87]:14). Ayat tertsebut dijadikan dalil
untuk zakat fitrah. Diriwayatkan oleh baihaqi dengan disanadkan kepada Ibn
Umar, bahwa ayat itu turun berkenaan dengan zakat Ramadhon ( Zakat Fitrah),
kemudian dengan isnad yang marfu’ Baihaqi meriwayatkan pula keterangan yang
sama. Sebagian dari mereka barkata : aku tidak mengerti maksud pentakwilan
yang seperti ini, sebab surah itu Makki, sedang diMakkah belum ada Idul fitri dan
zakat.”

10
Didalam ayat tersebut, Bagawi menjawab bahwa nuzul itu boleh saja
mendahului hukumnya, seperti firman Allah: aku benar-benar bersumpah dengan
kota ini, dan kaum (Muhammad) bertempat di kota ini (al-Balad[90]:1-2). Surah
ini Makki, dan bertempatnya di Makkah, sehingga Rasulullah berkata : “Aku
menempati pada siang hari).”

3. Beberapa ayat turun mengenai satu orang


Terkadang seorang sahabat mengalami peristiwa lebih datri satu kali, dan al-
qur’an pun turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang
turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun mengenai
nya sesuai dengan banyaknya peristiwa yang terjadi. Misalnya apa yang
diriwayatkan oleh Bukhari tentang berbakti kepada kedua orang tua. Dari sa’d bin
Abi Waqqas yang mengatakan : “ada empat ayat al-qur’an turun berkenaan
denganku.
Pertama, ketika ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan makan dan minum
sebelum aku meninggalkan Muhammad, lalu Allah menurunkan: dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan
pergauilah keduanya didunia dengan baik (luqman[31]:15).
Kedua ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya, maka aku
berkata kepada Rasulullah : “Rasulullah, berikanlah kepadaku pedang ini”. Maka
turunlah: mereka bertanya kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang
(al-anfal [8]:1).
Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah datang mengunjungilku kemudian
aku bertanya kepadanya : “Rasulullah, aku ingin membagikan hartaku, bolehkah
aku mewasiatkan separuhnya?” rasulullah diam. Maka wasiat dengan sepertiga
harta itu dibolehkan.
Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khamr) bersama kaum
Ansor, seorang dari mereka memukul hidungku dengan tulang rahang unta. Lalu
aku datang kepada Rasulullah , maka Allah ‘Azza Wajalla menurunkan larangan
minum khamr.”

11
E. URGENSI DAN KEGUNAAN ASBAABUN NUZUL
1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastiandalam
menangkap pesan ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
3. Menghususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an, bagi ulama
yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat
khusus (khusus al-sabab) dan bukan lafazh yang bersifat umum (umum al-
lafaz).
4. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untukmemantapkan
wahyu kedalam hati orang yang mendengarnya.

Dalam uraian yang lebih rinci, Az-Zarqani mengemukakan urgensiAsbab an-


Nuzul dalam memahami al-Quran , sebagai berikut:
1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastiandalam
menangkap pesan ayat-ayat al-Quran. Diantaranya dalam suratal-baqoroh ayat
115: Yang Artinya: "Dan kepunyaan Allah lah Timur dan Barat; maka ke
mana juga punkamu menghadap, disanapun ada wajah Allah; sesungguhnya
Allah adalah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” Bahwa timur dan barat
merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus sholat, dengan melihat zahir ayat
diatas sesorang boleh menghadap kearah mana saja sesuai dengan kehendak
hatinya. Ia seakan-akan tidak menghadap kiblat ketika sholat. Akan tetapi
ketika melihat asbaban-nuzul-nya, tahapan bahwa interpretasi tersebut keliru.
Sebab, ayat diatas berkaitan dengan sesorang yang sedang berada dalam
perjalanan dan melakukan sholat diatas kendaraan, atau berkaitan dengan
orang yang berjihad dalam menentukan arah kiblat.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Quran, bagiulama
yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebabyang bersifat
khusus (khusus As-sahab) dan bukan lafadz yang bersifat umum (umum al-
lafadz).

12
4. Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas
pengkhususannya, maka pengetahuan mengenai asbabun nuzul membatasi
pengkhususan itu hanya terhadap yang selain sebab. Dan bentuk sebab ini
tidak dapat dikeluarkan (dari cakupan lafal yang umum itu), karena masuknya
bentuk sebab ke dalam lafal umum itubersifat qat’i (pasti). Maka ia tidak
boleh dikeluarkan melalui ijtihad, karena ijtihad itu bersifat zanni (dugaan).
Pendapat ini dijadikan pegangan oleh ulama umumnya.
5. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat tersebut turun.
6. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat Al-Quran, sertauntuk
memantapkan wahyu kedalam hati orang yang mendengarkan.Sebab,
hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum, peristiwa, dan pelaku, masa dan
tempat merupakan satu jalinan yang bias mengikathati.

13
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asbab al-Nuzul adalah kejadian atau peritiwa yang melatar belakangi
turunnya ayat Al-Quran. Ayat tersebut dalam rangka menjawab, menjelaskan dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian-kejadian tersebut.
Asbab al-Nuzul merupakan bahan-bahan sejarah yang dipakai untuk memberikan
keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran dan memberinya konteks
dalam memahami perintah-perintah-Nya. Sudah tentu bahan-bahan sejarah ini
hanya melingkupi peristiwa-peristiwa pada masa Al-Quran masih turun (‘ashr at -
tanzil).

1. Macam-macam Asbabun An-Nuzul:


a. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi(Cara dan Gaya menyusun
kata) yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbab An- Nuzul
1. Sharih (visionable/jelas)
2. Muthamilah (impossible/kemungkinan)
b. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu Ayat
atau Berbilangnya Ayat untuk Satu Asbab An-Nuzul
1. Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk satu ayat (Ta’addud al-Sabab wa
Nazil al-Wahid)

14
2. Variasi ayat untuk satu sebab (Ta’addud al -Nazil wa As- sabab al-
wahid)

2. Urgensi dan kegunaan Asbaabun Nuzul.


a. Membantu dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an.
b. Mengatasi keraguan ayat.
c. Menghususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
d. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
e. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat.
B. SARAN
Dengan disusunnya makalah Ulumul Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini,
penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Qur’an, untuk
mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan
Asbabun Nuzul, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari
berbagai pengarang, karena penulis membahas garis besarnya saja tentang ulumul
quran dan hanya membahas lebih dalam tentang asbabun nuzul.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan
makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anwar .Rosihon. ”Ulum Al-Qur’an”. Bandung : CV Pustaka Setia, 2013.


As-Suyuthi, Imam. Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an. Vol.
1. Pustaka Al-Kautsar, 2014.
As-Suyuthi, Jalaluddin. Asbabun Nuzul; Sebab Turunnya Ayat Al-Quran. Gema
Insani, 2008.
Didin saefuddin Buchori. “Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an”. Bogor:
Granaada Pustaka, 2005.
http://huseinmuhibbi.blogspot.com/2015/06/makalah-asbabun-nuzul-al-
quran.html?m=0
http://www.sarjanaku.com/2009/12/makalah-asbabun-nuzul.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/eganurfadillah5648/5
bf5529dab12ae790d67fcf7/asbabun-nuzul
M.Yusuf,Kadar. ”Studi Al-Qur’an”. Jakarta: Amzah, 2014.
Suaidi, Pan. "Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan
Urgensi." Almufida: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 1.1 (2016).
Susfita, Nunung. "Asbabun Nuzul Al-Qur’an Dalam Perspektif Mikro dan
Makro." Tasamuh 13.1 (2015): 69-80.

16
17

Anda mungkin juga menyukai