Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BUDAYA ORGANISASI

KOMPETENSI BUDAYA DALAM PERUSAHAAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM


PERUSAHAAN

Di buat oleh kelompok 4 :

Rahadatul Aisi (2100532007)

Tesa Wilfasari (2100532049)

Fahdil Adam (2100532059)

Perdi Febrian (2100532017)

Muhammad Isra (2100532043)

Dosen Pengampu : Laura Amelia, SE, MM

PROGRAM DIII ADMINISTRASI PERKANTORAN FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS UNIVERSITAS ANDALAS

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan.
nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas
makalah Budaya Organisasi tentang Kompetensi dalam budaya perusahaan dan
kepemimpinan dalam perusahaan yang telah diberikan oleh dosen pembimbing.
Terima kasih kelompok ucapkan kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing
dan membantu mahasiswa dalam memahami semua hal yang berkaitan dengan
Budaya Organisasi.

Harapan kelompok semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kelompok, kelompok yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kelompok. sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kelompok ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Padang, 14 Desember 2023

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kompetensi dalam budaya perusahaan dan kepemimpinan dalam perusahaan
melibatkan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai, norma, dan perilaku yang
dijunjung tinggi oleh organisasi. Budaya perusahaan mencerminkan identitas serta
cara berinteraksi dan bekerja di dalamnya.

Kepemimpinan dalam perusahaan berperan penting dalam membentuk dan


mempertahankan budaya tersebut. Gaya kepemimpinan, kemampuan untuk
memberdayakan tim, dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan merupakan
kompetensi kunci. Pemimpin yang efektif dapat mengarahkan perusahaan menuju
tujuan strategis sambil menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi dan
mendukung karyawan.

Pentingnya memadukan kompetensi kepemimpinan dengan budaya


perusahaan adalah untuk menciptakan keseimbangan yang positif antara tujuan
organisasi dan kebutuhan individu, sehingga meningkatkan kinerja, kreativitas, dan
kepuasan kerja.

Pemahaman mendalam terhadap kompetensi individu dalam konteks budaya


perusahaan dapat membantu dalam pengembangan dan perekrutan karyawan yang
sesuai dengan nilai-nilai perusahaan. Proses pengembangan karyawan yang
terintegrasi dengan budaya perusahaan dapat memastikan bahwa mereka memiliki
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkontribusi secara positif.

Selain kepemimpinan, penting juga untuk mendorong partisipasi aktif dari


seluruh anggota tim dalam menciptakan dan memelihara budaya perusahaan.
Komunikasi terbuka, kolaborasi, dan pengakuan atas kontribusi individu dapat
menjadi elemen kunci dalam memperkuat kompetensi budaya perusahaan.

Dengan memahami hubungan yang kompleks antara kompetensi, budaya perusahaan,


dan kepemimpinan, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang dinamis, adaptif,
dan berorientasi pada prestasi yang berkelanjutan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kompetensi

Dalam konteks budaya perusahaan, kompetensi merujuk pada kumpulan


keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang dianggap penting untuk mencapai
tujuan organisasi dan mencerminkan nilai-nilai serta norma budaya perusahaan. Ini
mencakup kemampuan individu untuk beradaptasi, berkolaborasi, dan berkontribusi
secara positif terhadap lingkungan kerja yang sesuai dengan nilai budaya yang dianut
oleh perusahaan.

2.2 Hubungan antara Kompetensi dan Budaya Perusahaan


Kompetensi individu memiliki dampak signifikan pada keberhasilan
organisasi. Ketika individu memiliki keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang
sesuai dengan tujuan dan nilai perusahaan, beberapa kontribusinya termasuk:

1. Kinerja yang Unggul Individu


Dengan kompetensi yang tinggi cenderung memberikan kinerja yang lebih baik,
meningkatkan produktivitas, dan mencapai hasil yang diinginkan oleh organisasi.
2. Inovasi dan Kreativitas Kompetensi
Individu yang mencakup kemampuan berpikir kreatif dan inovatif dapat
membantu organisasi menghadapi tantangan, menemukan solusi baru, dan tetap
relevan di pasar.

3. Kolaborasi yang Efektif


Individu yang memiliki keterampilan kolaborasi dapat bekerja sama dalam tim,
memperkuat hubungan antardepartemen, dan meningkatkan keharmonisan di
lingkungan kerja.
4. Adaptasi Terhadap Perubahan
Kompetensi adaptasi individu memungkinkan organisasi untuk lebih mudah
menyesuaikan diri dengan perubahan pasar, teknologi, atau lingkungan bisnis.

5. Pemimpin yang Efektif


Individu dengan kompetensi kepemimpinan dapat memimpin tim dengan baik,
memberikan arah yang jelas, dan memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan
bersama.

6. Peningkatan Moral dan Budaya Kerja


Kompetensi individu yang sejalan dengan nilai-nilai budaya perusahaan dapat
memperkuat moral karyawan dan membangun lingkungan kerja yang positif.

7. Efisiensi Operasional Individu


Dengan keterampilan teknis dan manajerial dapat meningkatkan efisiensi
operasional organisasi, membantu mengelola sumber daya dengan lebih baik.

Pada dasarnya, kompetensi individu yang berdampak positif pada organisasi dapat
membentuk kekuatan kerja yang tangguh, mendorong pertumbuhan, dan
meningkatkan daya saing di pasar.

2.3 Peran Kepemimpinan dalam Membangun Kompetensi


Kepemimpinan memiliki peran krusial dalam membentuk kompetensi di
tingkat individu dan tim. Berikut adalah beberapa cara di mana kepemimpinan
memengaruhi perkembangan kompetensi:

1. Memberikan Arahan dan Visi


Pemimpin yang jelas dalam memberikan arahan dan visi membantu
mengarahkan upaya individu dan tim menuju tujuan bersama. Ini membentuk
kompetensi dengan menetapkan fokus yang jelas.
2. Memberikan Dukungan dan Sumber Daya
Kepemimpinan yang menyediakan dukungan, baik berupa sumber daya fisik
maupun dukungan emosional, menciptakan lingkungan yang memungkinkan
pengembangan kompetensi tanpa hambatan.

3. Memberikan Umpan Balik Konstruktif


Umpan balik yang jelas dan konstruktif dari pemimpin membantu individu dan
tim memahami kekuatan dan area pengembangan mereka. Ini mendorong
pengembangan kompetensi melalui pemahaman diri dan pembelajaran.

4. Mendorong Kolaborasi
Kepemimpinan yang mendorong kerja sama dan kolaborasi membantu membentuk
kompetensi tim. Ini menciptakan lingkungan di mana anggota tim dapat saling
membagi pengetahuan dan keterampilan.

4. Memberikan Tantangan yang Meningkatkan


Pemimpin yang memberikan tantangan yang menantang tetapi dapat dicapai
dapat merangsang pengembangan kompetensi. Tantangan yang sesuai dapat
mendorong individu dan tim untuk melampaui batas mereka.

5. Memfasilitasi Pembelajaran dan Pengembangan


Pemimpin yang mendukung inisiatif pembelajaran dan pengembangan pribadi
memberikan inspirasi untuk pengembangan kompetensi. Ini dapat melibatkan
penyediaan pelatihan, sumber daya pendukung, atau mentorship.

6. Menciptakan Budaya Pembelajaran


Kepemimpinan yang mempromosikan budaya pembelajaran di dalam tim dan
organisasi mendorong karyawan untuk selalu mencari cara untuk meningkatkan
diri. Ini berdampak positif pada pengembangan kompetensi.
7. Model Perilaku Positif
Pemimpin yang menjadi teladan dengan menunjukkan perilaku positif dan
mempraktikkan kompetensi yang diinginkan menciptakan norma dan ekspektasi
positif di antara anggota tim.

8. Menetapkan Standar Kinerja Tinggi


Pemimpin yang menetapkan standar kinerja yang tinggi mendorong anggota tim
untuk mencapai tingkat kompetensi yang lebih tinggi. Ini menciptakan budaya
ambisi dan kesuksesan.

Melalui pengaruh ini, kepemimpinan memiliki peran aktif dalam membentuk


kompetensi individu dan tim, menciptakan lingkungan yang mendukung
pertumbuhan, dan meningkatkan kinerja keseluruhan.

Seorang pemimpin perulu memiliki sebuah strategi. Strategi pemimpin untuk


menciptakan budaya yang mendukung pengembangan kompetensi.Untuk
menciptakan budaya yang mendukung pengembangan kompetensi, pemimpin dapat
mengadopsi berbagai strategi. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Artikulasikan Visi dan Nilai yang Jelas


Pemimpin perlu menetapkan visi yang jelas terkait dengan pengembangan
kompetensi.Menguatkan nilai-nilai perusahaan yang mendukung pembelajaran
dan pertumbuhan individu.

2. Fasilitasi Pembelajaran Berkelanjutan


Mendorong dan mendukung program pembelajaran dan pelatihan yang relevan
dengan kebutuhan organisasi. Menyediakan akses ke sumber daya dan peluang
pembelajaran bagi karyawan.

3. Berikan Umpan Balik Konstruktif


Menyelenggarakan sesi umpan balik yang konstruktif dan berkala. Mendorong
budaya di mana umpan balik dianggap sebagai peluang untuk pertumbuhan.

4. Berikan Dukungan untuk Inisiatif Pengembangan Pribadi


Mendukung inisiatif karyawan dalam mengembangkan kompetensi pribadi.
Menyediakan fleksibilitas waktu atau dukungan keuangan untuk pelatihan atau
pendidikan tambahan.

5. Mentoring dan Pembinaan


Menetapkan program mentoring untuk memberikan dukungan langsung dalam
pengembangan kompetensi. Mendorong hubungan pembinaan antara karyawan
yang lebih berpengalaman dan yang baru bergabung.

6. Budaya Kolaboratif
Mendorong kolaborasi antar tim dan departemen. Memastikan bahwa
pengetahuan dan keterampilan dibagi secara terbuka untuk memperkaya seluruh
organisasi.

7. Penghargaan untuk Prestasi dan Pengembangan


Menetapkan penghargaan yang mengakui pencapaian karyawan dalam
pengembangan kompetensi. Menciptakan program penghargaan untuk
merayakan pertumbuhan dan upaya pembelajaran.

8. Promosikan Fleksibilitas dan Inovasi


Mendorong pendekatan yang inovatif dalam penyelesaian tugas dan tanggung
jawab. Menetapkan lingkungan yang mendukung eksperimen dan pembelajaran
dari kegagalan.

9. Transparansi dan Keterbukaan


Memberikan informasi terbuka tentang peluang pengembangan dan jalur karir.
Memastikan komunikasi terbuka tentang pentingnya pengembangan kompetensi
untuk kesuksesan individu dan organisasi.

10. Keterlibatan Pemimpin dalam Pembelajaran


Pemimpin dapat menjadi contoh dengan secara aktif terlibat dalam pembelajaran
dan pengembangan diri. Menunjukkan komitmen terhadap pertumbuhan pribadi
dan profesional.

Melalui penerapan strategi ini, pemimpin dapat membentuk budaya yang


memberikan prioritas pada pengembangan kompetensi, menciptakan lingkungan di
mana karyawan merasa didukung dan termotivasi untuk terus meningkatkan
keterampilan mereka.

2.4 Pentingnya Budaya Perusahaan yang Kuat


Budaya perusahaan yang kuat dapat memberikan landasan yang kokoh untuk
pertumbuhan inovasi. Berikut adalah beberapa elemen budaya perusahaan yang
mendukung pertumbuhan inovasi:

1. Fasilitasi Kolaborasi dan Komunikasi


Mendorong kolaborasi antar tim dan departemen. Membangun komunikasi
terbuka untuk memfasilitasi pertukaran ide dan informasi.

2. Menerima Tantangan dan Risiko


Budaya yang tidak takut menghadapi tantangan dan mengambil risiko dapat
merangsang inovasi. Memberikan ruang bagi eksperimen dan pembelajaran dari
kegagalan.

3. Memberikan Waktu dan Sumber Daya untuk Kreativitas


Menyediakan waktu dan sumber daya untuk karyawan untuk mengeksplorasi ide
kreatif mereka. Mendorong penelitian dan pengembangan.
4. Dukungan dari Pemimpin
Pemimpin yang mendukung dan memotivasi tim untuk berinovasi. Menetapkan
ekspektasi bahwa inovasi dihargai dan diakui.

5. Fleksibilitas dan Adaptabilitas


Budaya yang mendukung fleksibilitas dan adaptabilitas memfasilitasi perubahan
yang diperlukan untuk inovasi. Menciptakan lingkungan yang siap untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan pasar atau teknologi.

6. Budaya Pembelajaran
Memberikan nilai pada pembelajaran terus-menerus. Menerima kegagalan
sebagai bagian dari proses pembelajaran dan meningkatkan inovasi di masa
depan.

7. Mendorong Diversitas dan Inklusivitas


Budaya yang mencakup keberagaman dan inklusivitas dapat menciptakan
beragam perspektif, merangsang ide-ide inovatif. Mempromosikan tim yang
beragam secara budaya dan beragam latar belakang.

8. Reward dan Pengakuan untuk Inovasi


Memberikan penghargaan dan pengakuan bagi kontribusi inovatif. Membangun
program penghargaan yang memberikan insentif bagi penciptaan ide baru.

9. Penekanan pada Pemecahan Masalah


Mendorong karyawan untuk melihat masalah sebagai peluang untuk inovasi.
Membangun budaya di mana pemecahan masalah dihargai dan didorong.

10. Budaya Berorientasi Pelanggan


Memahami kebutuhan dan harapan pelanggan. Membangun inovasi dengan
fokus pada meningkatkan pengalaman pelanggan.
11. Pembinaan Karyawan
Menetapkan program pelatihan dan pengembangan yang mendukung inovasi.
Menyelenggarakan sesi pembinaan untuk merangsang kreativitas.

Dengan menciptakan budaya seperti ini, perusahaan menciptakan lingkungan


di mana ide inovatif dapat berkembang, diuji, dan diimplementasikan secara efektif,
mendukung pertumbuhan inovasi yang berkelanjutan.
Keterkaitan antara budaya perusahaan dan daya saing organisasi sangat erat,
karena budaya perusahaan dapat memengaruhi berbagai aspek yang berkontribusi
pada daya saing. Berikut adalah beberapa cara hubungan antara budaya perusahaan
dan daya saing organisasi :
1. Penciptaan Identitas dan Branding
2. Kesesuaian Nilai dan Tujuan
3. Inovasi dan Kreativitas
4. Kolaborasi dan Komunikasi
5. Kinerja Karyawan
6. Pemimpin sebagai Model Perilaku
7. Fleksibilitas dan Responsif Terhadap Perubahan
8. Pengembangan dan Retensi Bakat
9. Pemahaman Pelanggan dan Orientasi Layanan
10. Pembelajaran Terus-Menerus

2.5 Hambatan atau tantangan yang mungkin dihadapi dalam mecapai keselarasan antara
kompetensi dan budaya

Mencapai keselarasan antara kompetensi dan budaya dalam sebuah


organisasi bisa dihadapkan pada sejumlah tantangan. Beberapa hambatan yang
mungkin muncul termasuk:

1. Konflik Nilai
Tantangan utama dapat muncul jika nilai individu tidak selaras dengan nilai-nilai
budaya perusahaan. Konflik nilai dapat menghambat penerapan kompetensi yang
diinginkan.

2. Kurangnya Kepemimpinan yang Konsisten


Kurangnya konsistensi dalam pendekatan dan komunikasi kepemimpinan dapat
menghalangi implementasi budaya dan kompetensi yang diinginkan.

3. Resistensi Perubahan
Karyawan mungkin resisten terhadap perubahan yang melibatkan pengembangan
kompetensi baru atau penyesuaian terhadap budaya baru. Resistensi ini dapat
menjadi hambatan signifikan.

4. Keterbatasan Sumber Daya


Terkadang, organisasi mungkin mengalami keterbatasan sumber daya, baik
dalam hal waktu atau keuangan, untuk mendukung pengembangan kompetensi
atau perubahan budaya.

5. Tidak Konsisten dalam Pengelolaan Kinerja


Sistem manajemen kinerja yang tidak konsisten dapat menghambat
pengembangan kompetensi dan budaya yang diinginkan. Kurangnya umpan balik
atau penilaian yang jelas dapat menjadi hambatan.

6. Tidak Sesuai dengan Perubahan Lingkungan Eksternal


Jika organisasi tidak mampu menyesuaikan budaya dan kompetensinya dengan
perubahan dalam lingkungan eksternal, ini dapat merugikan daya saingnya.

7. Ketidakjelasan Tujuan dan Prioritas


Ketidakjelasan dalam tujuan atau prioritas organisasi dapat menyebabkan
ketidakjelasan dalam mengenai kompetensi yang perlu dikembangkan atau
budaya yang diinginkan.
8. Kurangnya Komunikasi Efektif
Kurangnya komunikasi yang jelas dan terbuka tentang kompetensi yang
diharapkan dan budaya perusahaan dapat menyulitkan penerapan dan pengertian
oleh karyawan.

9. Kebijakan dan Prosedur yang Tidak Mendukung


Kebijakan atau prosedur organisasi yang tidak mendukung pengembangan
kompetensi atau budaya yang diinginkan dapat menjadi hambatan.

10. Ketidaksesuaian dengan Kebutuhan Pasar


Jika kompetensi yang dikembangkan atau budaya yang dibentuk tidak sesuai
dengan kebutuhan dan ekspektasi pasar, organisasi mungkin kesulitan bersaing.

Untuk mengatasi hambatan ini, organisasi perlu mengadopsi pendekatan


holistik yang melibatkan kepemimpinan yang kuat, komunikasi yang efektif,
pengelolaan perubahan yang baik, dan pengembangan kompetensi yang sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan organisasi. Untuk mengatasi hambatan tersebut dapat
dilakukan beberapa strategi untuk mengatasi hambatan tersebut :
1. Kepemimpinan yang Kuat dan Konsisten
2. Komunikasi Terbuka dan Jelas
3. Manajemen Perubahan yang Efektif
4. Penilaian dan Umpan Balik yang Sistematis
5. Pemberdayaan Karyawan
6. Pengembangan Program Pelatihan yang Relevan
7. Revisi Kebijakan dan Prosedur
8. Melibatkan Karyawan dalam Pengambilan Keputusan
9. Penyesuaian dengan Lingkungan Eksternal
10. Evaluasi dan Pemantauan Berkala
2.6 Upaya Pengembangan karyawan
Program pelatihan dan pengembangan yang efektif dapat memberikan
kontribusi signifikan dalam meningkatkan kompetensi karyawan. Berikut adalah
beberapa langkah yang dapat diambil untuk merancang program tersebut:

1. Identifikasi Kebutuhan
Lakukan analisis kebutuhan untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan
apa yang dibutuhkan oleh karyawan dan organisasi. Berdasarkan analisis
tersebut, fokuskan program pada area yang paling kritis.

2. Sesuaikan dengan Strategi Bisnis


Pastikan program pelatihan sejalan dengan tujuan dan strategi bisnis organisasi.
Integrasikan kompetensi yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian tujuan
strategis.

3. Buat Kurikulum yang Terstruktur


Rancang kurikulum yang terstruktur dan terarah. Pisahkan materi pelatihan ke
dalam modul-modul yang dapat diakses dan dimengerti dengan mudah.

4. Inklusif dan Interaktif


Buat program yang inklusif dan interaktif untuk mendukung berbagai gaya
belajar. Gunakan pendekatan yang melibatkan peserta secara aktif untuk
meningkatkan pemahaman dan retensi.

5. Pelatihan Keterampilan Teknis dan Lunak


Sertakan pelatihan keterampilan teknis dan lunak yang sesuai dengan kebutuhan
karyawan. Fokus pada pengembangan keterampilan interpersonal,
kepemimpinan, dan komunikasi.

6. Penggunaan Teknologi dan E-Learning


Manfaatkan teknologi dan platform e-learning untuk memfasilitasi pembelajaran
jarak jauh. Sesuaikan program agar dapat diakses secara fleksibel oleh
karyawan.

7. Pelatihan Praktis dan Studi Kasus


Sertakan latihan praktis dan studi kasus yang relevan dengan situasi kerja nyata.
Mendorong aplikasi langsung dari konsep-konsep yang dipelajari.

8. Kolaborasi dan Pertukaran Pengetahuan


Fasilitasi kolaborasi antar peserta untuk pertukaran pengalaman dan
pengetahuan. Mendorong sesi diskusi dan kerja kelompok.

9. Mentoring dan Pembinaan


Sertakan program mentoring atau pembinaan untuk memberikan dukungan
individu dalam pengembangan keterampilan dan kompetensi. Pasangkan
karyawan yang berpengalaman dengan yang sedang berkembang.

10. Evaluasi dan Umpan Balik Berkala


Lakukan evaluasi reguler untuk mengukur efektivitas program. Mintalah umpan
balik dari peserta dan perbaiki program berdasarkan hasil evaluasi.

Dengan merancang program pelatihan dan pengembangan yang holistik dan


terstruktur, organisasi dapat meningkatkan kompetensi karyawan, mendukung
pertumbuhan individu, dan menyumbang pada kesuksesan jangka panjang organisasi.
STUDI KASUS

Christin Djuarto merupakan menduduki jabatan di perusahaan shopee yaitu e-commerce yang
tengah berkembang pesat di region Asia Tenggara dalam usia yaitu sebagai Director yang
tergolong muda bukanlah hal yang mudah. ia berkuliah di universitas Nanyang Technological
University Singapura, ia memilih bergumul dalam ranah internet industry sebagai jalan
kariernya.

Kariernya di dunia e-commerce dimulai sebagai Head of Operations Shopee, kemudian Head
of Business Development selama tiga tahun dan kemudian berhasil menduduki posisi
Director Shopee Indonesia pada Februari 2018. Di usianya yang ke 29, Christin pun menjadi
pemimpin yang menaungi 1.600 karyawan Shopee Indonesia.

gaya kepemimpinan yang dilakuka Christin Djuarto dia mencari bekal terlebih dahulu dengan
bekerja di singapore dan melamar menjadi internet industry di singapore.

dari situ beliau sudah memiliki bekal yang cukup serta pengetahuan yang cukup untuk
menduduki jabatan sebagai Regional Marketing lead. dari situlah rekan kerja Christin
menawarkan Christin untuk bergabung di perusahaan shopee.

dari karir christin, christin sangat menargetkan pekerjaan nya, awal masuk shopee beliau
tidak merasa puas dengan keahlian nya walaupun beliau sudah memiliki pengalaman yang
cukup. tetapo beliau tetap belajar dan mempelajari supaya ia lebih expert dari yang liannya.

beliau berkata "Konsep leadership itu adalah bagaimana caranya mengumpulkan semua
orang dari berbagai kalangan dan membuat mereka berkontribusi" beliau sangat mengerti
bagaimana menghadapi dan cara memimpin yang baik bagi para milenial. beliau sangat
mengusahakan bagaimana tim / karyawan nya yang mayoritas milenial selalu mendapatkan
pembelajaran yang baru.

beliau berkata lagi "Saya punya policy sendiri begini, jika anak buah saya ada yang mau
pindah ke tim lain karena ingin belajar hal yang baru. Kami akan usahakan memberi posisi
yang cocok intinya kita mengencourage mereka untuk terus berproses," jadi semua yang ia
kerjakan terstruktur dengan rapih serta memberi dampak positif bagi karyawan dan juga
perusahaan.

gaya kepemimpin yang dimiliki christin cenderung gaya kepemimpin yang situasional,
dikarenakan christin djuarto merupakan pemimpin yang mayoritas milenial, beliau mampu
menempatka gaya kepemimpin nan sesuatu dengan kondisi perusahaan apalagi yang
kebanyakan milenial.

paham betul bagaimana harus menghadapi cara berfikir milenial jaman sekarang. maka dari
itu perusahaan shopee pun dapat memiliki kinerja yang tinggi dikarenakan seorang pemimpin
yang sukses pemimpin perusahaan nya.

Penerapan Kompetensi budaya Pada perusahaan Shopee

a. Memberdayakan sesama

Budaya perusahaan Shopee adalah dengan mendukung karyawannya untuk bertukar pikiran
dan terbuka terhadap perubahan. Sehingga Shopee bisa melakukan pengembangan dan
pelatihan SDM secara berkala.

b. Refleksi pengguna

Artinya budaya perusahaan Shopee mendorong karyawannya untuk merasakan hal yang sama
dengan pengguna aplikasinya. Hal ini bertujuan untuk menghadirkan user experience yang
lebih nyaman dan personal bagi penggunannya.

c. Banyak akal

Budaya perusahaan Shopee mendorong karyawannya untuk selalu berpikiran secara kreatif
dan tidak menyerah ketika menghadapi masalah. Hal ini dilatih dengan berdiskusi dan
pelatihan terkait.
d. Terbuka

Budaya perusahaan Shopee juga menuntut karyawannya untuk bersikap jujur dan transparan
dalam menjalankan bisnisnya. Dengan cara ini semua karyawan dapat konsisten untuk
melakukan evaluasi dan mengembangkan diri mereka.

Anda mungkin juga menyukai