Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS METODE PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEBAGAI

PENCEGAHAN KEGAGALAN PRODUKSI: A LITERATURE REVIEW

Sahala Siallagan1, Diomen Syahputra Manik2


1
Program Studi Teknik Mesin Universitas Negeri Medan
2
Program Studi Teknik Industri Universitas Sumatera Utara
e-mail: 1 sahalaall@unimed.ac.id, 2diomen.manik13@gmail.com

ABSTRAK
Dalam industri manufaktur, kualitas memegang peranan penting sebagai kriteria penilaian
kesiapan industri. Dalam proses produksi, kegagalan dalam memenuhi standar produk seringkali
menyebabkan produk cacat atau rusak. Oleh karena itu, perusahaan harus berbenah untuk
mencegah dan mengurangi jumlah produk cacat yang tidak memenuhi ketetapan standarisasi.
Tujuan studi literatur ini untuk mengembangkan aspek teoritis dan praktis dalam analisis metode
pengendalian kualitas produk sebagai pencegahan kegagalan produk. Metode penelitian ini ialah
studi literatur dengan pendekatan pengumpulan data pustaka dengan analisis publikasi nasional
yang dikumpulkan selama sepuluh tahun terakhir dirangkum berdasarkan bidang teknik industri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode mode kegagalan dan analisis efek (FMEA) paling
sering digunakan dalam studi kontrol kualitas. Penerapan FMEA dapat mencegah jenis risiko
kegagalan yang mungkin terjadi, sehingga kegagalan produk dapat dikurangi yang menyngkinkan
meningkatkan pendapatan perusahaan. Penggunaan metode ini dapat dibandingkan dengan
penelitian serupa dengan analisis lebih lanjut. Pembaharuan kombinasi berdasarkan metode
FMEA dengan metode lainnua, dapat menjadi dasar untuk meningkatkan unit usaha kegitan
masyarakat, terutama usaha kecil dan menengah. Produk akhir dapat berupa barang atau jasa.
Kata kunci: metode pengendalian kualitas, kegagalan produk

ABSTRACT
In the manufacturing industry, quality plays an important role as a criterion for assessing
industrial readiness. In the production process, failure to meet product standards often results in
defective or damaged products. Therefore, companies should prevent and reduce the number of
defective products that do not meet standardization provisions. The purpose of the study is to
develop theoretical and practical aspects of the analysis of product quality control methods for
product failure prevention. This study is a literature review by means of a library data collection
published nationally in the past ten years, especially in Industrial engineering. The results show
that the Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) method is most frequently used in quality
control studies. The FMEA may prevent the failures that arise so that product failures can be
reduced, which increases the company's revenue. This method can be compared with other similar
studies for further analysis. Combining FMEA with other methods can be considered a novelty
that can be utilized to increase the business of both products and services in society, especially in
small and medium enterprises.
Keywords: quality control methods, product failure

PENDAHULUAN
Perusahaan yang aktif di industri manufaktur berkembang pesat setiap hari. Hal ini tentu
saja berarti berdasarkan persaingan antar perusahaan yang berproduksi di Indonesia semakin
besar [1]. dalam persaingan global, tentu tidak ada perusahaan manufaktur yang mau kalah.
Agar perusahaan manufaktur dapat mengelola proses produksi secara optimal, ada beberapa
gaps yang sangat diperhatikan. Dalam industri manufaktur, kualitas memegang peranan
penting sebagai kriteria penilaian kesiapan industri. Dalam proses produksi, kegagalan dalam
memenuhi standar produk seringkali menyebabkan produk cacat atau rusak. Oleh karena itu,
perusahaan harus berbenah untuk mencegah dan mengurangi jumlah produk cacat yang tidak
memenuhi ketetapan standarisasi.
Kualitas produk merupakan upaya dalam penentuan minat konsumen terhadap suatu
produk sehingga dapat memaksimalkan kualitas produk akhir. Untuk meningkatkan kualitas,
diperlukan mekanisme pengendalian kualitas [2]. Berbagai macam upaya diterapkan sebuah
manajemen perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar, seperti peningkatan kualitas
produk, inovasi berkelanjutan dan pengurangan biaya dalam proses produksi. Salah satu
penanda kemajuan kualitas produk suatu perusahaan dapat dilihat melalui kepuasan
pelanggan [3]. Perilaku pelanggan yang kuat serta pembelian berulang atau penggunaan satu
jenis produk yang diupayakan mampu menunjukkan bahwa konsumen merasa puas terhadap
suatu perusahaan [4].
Analisis risiko pada proses produksi merupakan upaya meningkatkan kualitas produk.
Dalam buku manajemen risiko (Sudarmanto, 2021) [5] istilah risiko sering disebut dengan
kebebasan (uncertainty). Kerugian biasanya menimbulkan masalah tetapi juga bisa membawa
peluang untuk keuntungan. Risiko juga berkaitan dengan kerugian (probability) yang
menyebabkan suatu masalah [6]. Adapun sebuah risiko akan menyebabkan kerugian tidak
pasti pada perusahaan. Dalam konteks ini, risiko umum yang dihadapi perusahaan industri
adalah bahan baku tidak ditangani dengan baik dalam proses produksi, tetapi produk rusak
karena pengemasan atau penyimpanan lain yang tidak tepat.
Perusahaan yang dapat menggunakan pengendalian kualitas pada dasarnya akan mampu
menghasilkan keuntungan lebih besar karena produk yang dibuat baik dan tidak mengalami
kerusakan. Dalam prosesnya, pengendalian kualitas harus dirancang dengan baik dan jelas
untuk mencapai tujuan untuk membuat pelanggan puas dengan produk atau jasa mereka [7].
Berdasarkan upaya dalam pengendalian mutu, perusahaan mampu menekan ongkos produksi
maupun biaya lainnya.

Pengelolaan Mutu atau Kualitas


Dalam standarisasi ISO-9000 kualiats / mutu diartikan sebagai keseluruhan fitur serta
kualitas produk atau layanan yang memengaruhi, baik secara eksplisit maupun tidak langsung,
seberapa baik produk tersebut dapat memenuhi permintaan [8]. Artinya setelah
mengidentifikasi ciri-ciri dan karakteristik kualitas produk perlu dibuat titik acuan dasar dan
metode pengelolaannya [9].
Manajemen kualitas, juga dikenal sebagai manajemen mutu, adalah cara meningkatkan
performansi manajemen yang mempertahankan dan menerapkan kebijakan kualitas produksi
di industri [10]. Untuk memastikan dalam menekan kekecewaan pelanggan dan dapat
diandalkan dengan penghematan ongkos produksi serta biaya penjualan terjangkau/ekonomis,
manajer semestinya mengadakan pelatihan dalam menjalankan manajemen kualitas. Keadaan
situasional yang berhubungan dengan pengendalian kualitas berdasarkan
produk/pelayanan/proses pelaksanaan, dan proses management proyek itu sendiri [11].
Menurut Yamit (2000), tujuan pengendalian kualitas ialah [12]:
1. Penekanan atau menurunkan besarnya kegagalan dan maintenance.
2. Menjaga standar kualitas.
3. Menekan keluhan dari pada konsumen.
4. Melindungi company image.

Faktor dan Elemen Kualitas Produk


Dalam pengendalian kualitas didapati beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
produksi yang dikemukakan oleh Assauri (2004), yaitu [13]:
1. Prosedur. Mencapai batas harus kompatibel dengan kesanggupan yang telah ditentukan.
Tidak semestinya membatasi proses di luar kapasitas yang ada.
2. Keberlakukan standar spesifikasi. Spesifikasi harus diterapkan pada hasil produk dalam
hal efisiensi proses serta mempertimbangkan hasrat/ kepuasan pelanggan dari hasil
produk. Sebelum memulai proses quality control pada tahap ini perlu dipastikan apakah
spesifikasi sudah terpenuhi dari kedua aspek diatas.
3. Status ketidaksesuaian yang dapat diterima. Upaya quality control ialah sebagaimana
meminimalisir produk sampingan. Quality control yang diterapkan tergantung pada
jumlah produk dibawah ketetapan standar perusahaan.
4. Biaya kualitas. Ini mendominasi dalam tingkat kontrol kualitas produksi manufaktur yang
memiliki hubungan positif dengan produksi produk berkualitas. Jika anda berupaya
meningkatkan kualitas produk yang tinggi, maka haruslah memerlukan harga yang relatif
berkualitas tinggi.
Secara hirarki produk/jasa yang berkualitas tinggi akan mampu mencukupi kebutuhan
pelanggan bahkan meningkatkan nilai kepuasan pelanggan atau istilah lainnya “meeting the
needs of customers”. Perusahaan yang berkompetisi di pasar global harus memperhatikan
definisi kualitas yang bersifat strategik. [14].
Adapun elemen yang dikatakan berkualitas [15], yaitu:
1. Kualitas dikatakan bernilai tinggi berdasarkan pada produk, jasa, orang, proses, dan
lingkungan yang telah memenuhi atau melampaui harapan konsumen.
2. Kualitas mencakup daya untuk memadati atau melampaui hasrat/kepuasan
pelanggan.
3. Kualitas menjadikan peristiwa secara fluktuasi (apa yang memenuhi syarat sebagai
kualitas yang sangat baik, jika dibandingkan dengan nanti, apa pun bisa menjadi
kualitas yang lebih rendah pada awalnya).
Akademisi telah memperhatikan betapa pentingnya pencegahan kegagalan atau cacat
produk dalam mempertahankan kualitas/mutu. Banyak studi berkenaan dalam mengendalikan
nilai kualitas telah diimplementasikan. Maksud dari penulisan studi literatur ini diharapkan
mampu menangani selama proses kegagalan produksi menyusuri metode rekayasa
pengendalian kualitas. Diharapkan bahwa temuan studi ini akan mengembangkan kemajuan
teknologi dan tren penelitian tentang pengendalian kualitas. Ada juga lebih dapat diterapkan
atau diimplementasikan sebagai studi analisis teknik industri.

METODE PENELITIAN
Tinjauan literatur diterapkan dengan cara menelusuri temuan publikasi riset/penelitian
penetapan pemeriksaan masalah pengendalian kualitas produk (Gambar 1). Penerbitan dekade
terakhir terbatas pada publikasi nasional. Sumber acuan yang digunakan dengan melakukan
pencarian pada kajian studi di Google Scholar sebagai mana kata kunci yang di terapkan ialah
quality control failure dan product. Referensi yang digunakan adalah publikasi dalam bentuk
jurnal dan prosiding.
Rujukan disejajarkan dalam tabel melalui rangkuman hasil pembahasan dan jenis
sistem kategorisasi metode yang digunakan pada sektor industri perusahaan yang diteliti.
Hasil kajian juga dianatomikan untuk kemudian dianalisis persamaannya lintas metode dan
disiplin ilmu untuk memberikan gambaran perkembangan dan tren penelitian di bidang
pengendalian kualitas.

Mencari dan pilih literatur


dari berbagai jurnal

Klasifikasi berdasarkan
literature pada pengendalian
kualitas produk

Analisis literatur
menggunakan analisis
Gambar 1. Langkah Penelitain

HASIL DAN PEMBAHASAN


General Result
Sistem quality control membantu dalam mengendalikan kualitas produk dan
mengawasi tingkat efesiensi. Oleh karena itu, memungkinkan mencegah kerusakan dengan
menolak (reject) dan menerima (accept) berbagai produk dan proses produksi yang dibuat
oleh pemasok. Penelaahan kajian pustaka sebagaimana sesuai dengan kriteria, diperoleh
sebanyak 13 rujuakan/referensi. Ringkasan hasil review diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Mapping Literatur Jurnal


No. Paper identify Method Result
1. Wicaksono, et al [2] FMEA Ketidak sesuaian kemasan (defect) terhadap spesifikasi
perusahaan, kerusakan kemasan, dan kecacatan
melebihi dari batas toleransi. Maka diusulkan dalam
mengatasinya, salah satunya dengan maintenance
secara berkala.
2. Alfadilah, et al [4] Seven Tool dan Menekan angka produk cacat pada Piece Pivot.
Analisis Kaizen
3. Suseno, et al [10] SPC dan New Mempelajari kembali proses pengoperasian mesin,
Seven Tools memantau operator, melatih operator yang efektif, dan
melakukan pengecekan dan perawatan mesin secara
teratur.
4. Dartawan, et al [16] Seven Tools dan Terdapat 2 jenis cacat pada produksi eq spacing yaitu
Kaizen cacat ekor tikus dengan presentase kecacatan sebesar
93%Mencari
Mencari dan
dan cacat dan pilih
pilih
salah literatur
literatur
alir sebesardari
7%, maka cacat paling
dominan dari berbagai
berbagai
adalah cacat jurnal
jurnal
ekor tikus.
5. Hanifah, et al [17] Six Sigma dan Meningkatkan kualitas tebu dari segi kandungan dan
FMEA sifat fisik dan meningkatkan ketelitian pembersihan
tebu sebelum digiling.
6. Anthony [18] FMEA Perbaikan diperlukan untuk dua komponen yang
memiliki nilai RPN
Klasifikasi tinggi: fuse holder patah dengan
berdasarkan
nilai RPN 252 dan fuse putus dengan nilai 378.
literature pada pengendalian
7. Oktaviani, et al [19] Six Sigma DMAIC Mengawasi mesin selama proses produksi dan
kualitas
merencanakan produkdan perbaikan mesin secara
perawatan
berkala.
8. Wilda, et al [20] SQC Pengendalian kualitas produk kontrol dan elemen apa
pun yang dapat merusak produk jadi. Haasil akhir
memberikan solusi untuk masalah kontrol kualitas
produk. Analisis literatur
9. Alwizar, et al [21] SQC Untuk memastikan kualitas
menggunakan produk selama proses
analisis
pengemasan, gunakan perhitungan kapabilitas dan
tematik
sebab-akibat untuk menemukan penyebab kualitas
produk yang berbeda. Faktor penyebab kegagalan
terdapat empat jenis: manusia, mesin, material dan
lingkungan.
No. Paper identify Method Result
10. Suseno, et al [22] OEE dan FMEA RPN tertinggi adalah jenis penurunan kecepatan
komponen mesin selama pencetakan dengan nilai 448;
RPN kedua tertinggi adalah jenis penurunan kecepatan
komponen manusia selama pencetakan dengan nilai
382; dan RPN ketiga tertinggi adalah jenis penurunan
waktu komponen manusia selama penyusunan pada
RPN 315.
11. Siraj, et al [23] Taguchi dan FMEA Meminimalisirkan kategori cacat pada proses adonan
beton cor.
12. Saputri, et al [24] Six Sigma Mengidentifikasi area pemborosan yang
mengakibatkan proporsi kecacatan dan kemampuan
proses dalam produksi.
13. Nasution, et al [25] Six Sigma dan Produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi masih
FMEA dihasilkan oleh proses yang memiliki kapasitas rendah
dan rata-rata. Mengurangi jumlah produk cacat dengan
menyarankan solusi.

Hasil dari pada temuan metode yang digunakan, perolehan hasil publikasi yang ditemukan,
diperlihatkan pada Gambar 2.
Taguchi

SPC

Seven Tools

Kaizen

Six Sigma

SQC

OEE

FMEA
0 1 2 3 4 5 6
Gambar 2. Grafik frekuensi metode

Analisis Tematik
FMEA Method: Wicaksono, et al [2], Hanifah, et al [17], Anthony [18], Suseno, et al
[22], Siraj, et al [23], Nasution, et al [25] penarapn metode FMEA secara total
mengidentifikasi hasil konsekuensi terhadap kegagalan proses produksi dan menghilangkan
kemungkinan kegagalan. FMEA adalah mode logis untuk menghubungkan dan membatasi
masalah implisit dengan kegagalan desain proses atau kegagalan sistem layanan. Metode
FMEA memungkinkan dalam menghitung nilai prioritas risiko dengan membuat Risk Priority
Number (RPN). Dalam penentuan keberadaan nilai keparahan dan deteksi, langkah ini
mendapatkan nilai RPN untuk setiap ancaman yang ada. Analisis dalam menggunakan
penilaian risiko dalam hal ketidakfleksibelan dan aspek spesifik dari setiap peristiwa.
Ketebalan penilaian risiko menggunakan sistem risiko FMEA sangat penting untuk
membedah variabilitas implisit dari setiap penilaian. Hasil menantang mode kegagalan ini
juga ditelusuri ke beberapa penyebab kejahatan yang mirip dengan gaya, mesin atau pakaian,
orang, dan lain sebagainya. Upaya pencegahan pada saat melakukan backing adalah dampak
dari setiap mode kegagalan harus mempertimbangkan dampak pada proses yang akan datang
dan dampak pada pelanggan.
Seven Tool Method: Alfadilah, et al [4], Suseno, et al [10], Dartawan, et al [16]
Metode seven tools memiliki 7 alat dalam upaya pengendalian kualitas sebuah produk. Dari
ketujuh alat ini meliputi: 1) Check Sheet, 2) Cause and Effect Diagram, 3) Pareto Analysis, 4)
Control Chart, 5) Scatter Diagram, 6) Histogram, 7) Procces Flow Chart. Dengan
menggunakan Seven Tool untuk mengidentifikasi cacat yang terjadi dan memperbaiki
kualitas produk. Faktor metode, material, mesin, manusia, dan lingkungan adalah penyebab
cacat. Di antara berbagai elemen yang berkontribusi pada kecacatan, tidak diterapkannya
metode pada elemen paling dominan, yaitu pada elemen produksi yang menggunakan metode
proses secara terputus dan minimnya instruksi tentang penerapan prosedur operasi standar
(SOP) yang sesuai. Analisis checklist menunjukkan bahwa ada komponen hal yang
seharusnya dapat diperbaiki. Salah satunya adalah meningkatkan pengawasan terhadap
prosedur operasi standar; menciptakan panduan kerja serta sistematika yang seharusnya
berlaku untuk proses produksi agar lebih terstruktur.
Six Sigma Method: Hanifah, et al [17], Oktaviani, et al [19], Saputri, et al [24],
Nasution, et al [25] Six Sigma adalah metodologi perbaikan proses. Ini membantu bisnis
mengurangi kesalahan dan inefisiensi dengan mengidentifikasi area pemborosan dan
perubahan serta mengerahkan tim untuk mengatasinya sebelum menjadi masalah besar.
Ketika menerapkan metode Six Sigma, haruslah menitikberatkan problem (gaps) yang pada
dasarnya haruslah melakukan pemodelan DMAIC (Define – Measure – Analyze – Improve –
Control). Langkah DMIAC inilah yang dikenal sebagai Six Sigma dalam membantu
pengembangan serta kemajuan produksi sebagaimana mendekati hasil produk yang sempurna.
Tujuan dari pada Six Sigma yaitu peningkatan kualtas dengan tujuan mencapai batas 3,4
sebagaimana target kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk.
SQC Method: Wilda, et al [20], Alwizar, et al [21] Dengan adanya quality control
SQC yang dilakukan secara internal belum mencapai biaya kualitas yang optimal karena
biaya ongkos produksi yang tinggi akan berdampak pada biaya kualitas produk. Maka akan
memungkin terjadinya kerusakan biaya kualitas optimal yang hendak dicapai oleh
perusahaan. Perusahaan harus mampu menanggulangi problem berdasarkan faktor dan elemen
penyebab terjadinya kerusakan dan melakukan kegiatan produksi dengan lebih baik dan
rekomendasi untuk mengatasi kecil kemungkinan kegagalan produksi adalah sebagai berikut:
Inovasi terus menerus untuk memastikan sumber daya manusia yang berkualitas terutama
untuk staf 2) Metode: Memberikan pekerjaan yang jelas kepada instruksi kepada staf. Hal ini
dapat dilakukan sebelum proses produksi dimulai atau pada awal proses produksi. 3) Mesin
yaitu Inspektur - Mesin harus dibuat secara teratur atau berkala tidak hanya jika mesin rusak.
4) Lingkungan (suasana) yaitu menata fasilitas produksi dengan rapi dan bersih untuk
mengamankan ruang yang luas untuk menyimpan hasil produksi dan memudahkan karyawan
dalam bekerja.
Kaizen Method: Alfadilah, et al [4], Suseno, et al [22] Kaizen adalah metode praktis
yang berfokus pada peningkatan proses bisnis seperti pengembangan teknik manufaktur dan
manajemen bisnis. Dalam bahasa Jepang Kaizen memiliki artian perbaikan terus menerus dan
cepat untuk menjadi lebih baik agar hasilnya menjadi produktif. Kaizen adalah cara untuk
menyederhanakan sesuatu dengan mengakui bahwa cara terbaik untuk menghasilkan produk
yang berkualitas adalah dengan bekerja secara cepat dan positif. Menerapkan Kaizen dimulai
dengan mengubah pola pikir setiap orang dalam organisasi perusahaan. Resistensi yang
berhasil bukanlah keberhasilan jangka pendek tetapi keberhasilan kumulatif dalam jangka
panjang. Tinjauan tersebut juga menemukan bahwa resistensi terhadap perubahan, kegagalan
memotivasi karyawan, kurangnya pemahaman tentang arah strategis perusahaan dan kesulitan
dalam mengelola perbaikan berkelanjutan adalah beberapa tantangan dalam menerapkan
Kaizen. Ada beberapa kesamaan dalam faktor mediasi yang dimainkan perusahaan besar
dalam menerapkan kaizen. Oleh karena itu, artikel ini memberikan ikhtisar tentang faktor-
faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan penerapan Kaizen dan tantangannya.
Taguchi Method: Siraj, et al [23] Metode Tagch merupakan upaya peningkatan
kualitas yang dikenal dengan teknik pengendalian kualitas offline. Teknologi ini ditujukan
untuk menghasilkan produk yang kuat dan juga dikenal sebagai Robust Design. Karena
pengaturan toleransi komponen selama fase desain toleransi meningkatkan biaya produksi.
Namun di sisi lain optimalisasi dengan menggunakan metode desain toleransi meningkatkan
kualitas produk dan pada akhirnya meningkatkan profitabilitas perusahaan. Analisis yang
diterapkan pada metode Taguchi ialah tabel ANOVA, sebagai fungsi penurunan kualitas
dengan mengidentifikasi rasio signal-to-noise (S/N). Peningkatan kualitas dicapai dengan
pengetatan nilai target/faktor perbaikan menggunakan metode desain toleransi untuk
meminimalkan perubahan kinerja produk. Tiga hal diberikan oleh metode Taguchi: pertama,
dasar untuk mengidentifikasi hubungan fungsional antara faktor desain produk atau layanan
yang dapat dikontrol dan hasil proses; kedua, teknik untuk menyesuaikan rata-rata proses
dengan mengoptimalkan variabel yang dapat dikendalikan; dan ketiga, prosedur untuk
mengidentifikasi hubungan antara masalah prosedur acak dan variabilitas produk atau
layanan.
Tinjauan studi literatur menunjukkan bahwa metode mode kegagalan dan analisis efek
(FMEA) paling sering digunakan dalam studi kontrol kualitas. Metode ini juga dipadukan
dengan metodologi lain seperti Six Sigma Taguchi dan Overall Equipment Effectiveness
(OEE). Metode FMEA dilengkapi Risk Priority Number (RPN) sebagai analitik deteksi risiko.
RPN juga diartikan sebagai prosedur sistematis untuk mengidentifikasi dan menghindari
mode kegagalan terbesar dan karakteristik model kegagalan potensial dari suatu komponen
sistem yang akan mendahulukan semua kegagalan produksi dan langkah-langkah yang dapat
diambil untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan tersebut [17]. Dimana, dapat
memberikan saran untuk memperbaiki proses produksi dengan derajat kekecewaan konsumen
yang tinggi [22].
Diterapkannya metode FMEA ialah untuk dapat menghentikan berbagai kesalahan
yang mungkin terjadi nantinya. Hal ini dimaksudkan agar dengan teknik ini berbagai jenis
risiko yang mungkin terjadi, sehingga dapat dikurangi sehingga dapat meningkatkan
pendapatan perusahaan. Prioritas risiko ditentukan dari nilai risiko berupa Risk Priority
Number (RPN) yang terdiri dari beberapa faktor [18]. Angka prioritas bahaya adalah angka
prioritas yang diperoleh dari peningkatan tingkat kejadian dan deteksi kegagalan. Tingkat
kegagalan adalah prosedur sistem atau komponen yang direkayasa, diwujudkan dalam insiden
gagal per satuan unit waktu. Insiden adalah mengetahui seberapa sering penyebab tertentu
dari kegagalan proses terjadi. Deteksi merupakan perkiraan probabilitas suatu alat dapat
mendeteksi kemungkinan penyebab dari beberapa jenis kegagalan [23].
Berdasarkan artikel review, hasil analisis yang menggunakan diagram sebab-akibat yang
mempertimbangkan faktor manusia, mesin, dan metode. Diketahui komponen penyebab
utama kegagalan, yang termasuk:
1. Metode: Standar Prosedur Operasi hanya diberlakukan secara tertulis,
2. Manusia: Operator tidak teliti dalam melakukan pekerjaannya.
3. Mesin: Tidak diberlakukan sistem penjadwalan sehingga kehilangan kapasitas produksi,
mesin tidak diistirahatkan, dan perubahan shift.
KESIMPULAN
Pentingnya pengendalian mutu untuk menghindari produksi produk cacat atau cacat
sedang mendapat perhatian di dunia akademik. Secara umum penelitian tentang manajemen
produk didasarkan pada studi penelitian. Perusahaan menggunakan metode kontrol kualitas
untuk menentukan risiko dan kegagalan produk. Metode FMEA dianggap sebagai metode
yang paling tepat. Banyak penelitian sedang dilakukan untuk memahami risiko dan cacat yang
mungkin terjadi pada hasil produk. Kajian dari pada analisis ini ditujukan sebagai pilihan
perbaikan atau rekomendasi dari pada rekayasa pengendalian proses produksi untuk
mengurangi downtime dan kegagalan produk.
Hasil evaluasi studi pengendalian kualitas produk menunjukkan bahwa metode FMEA
adalah yang paling tepat. Penggunaan metode ini dapat dibandingkan dengan penelitian
serupa dengan analisis lebih lanjut. Temuan dapat menjadi dasar untuk menentukan mitra
asosiasi masyarakat, terutama usaha kecil dan menengah. Barang atau jasa dapat berupa hasil
produk akhir yang ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] E. Mulyana, L. F. Nainggolan, L. Tupalessy, and G. Djuanda, “PORTOFOLIO
OPTIMAL PADA SAHAM-SAHAM INDUSTRI MANUFAKTUR DI MASA
PANDEMI COVID 19 METODE MARKOWITZ”, Penerbit Tahta Media, Feb. 2023.
[2] A. W. Wicaksono and F. Yuamita, “Pengendalian Kualitas Produksi Sarden
Mengunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Untuk
Meminimumkan Cacat Kaleng Di PT. Maya Food Industries”, TMIT, vol. 1, no. I, pp.
1–6, Mar. 2022.
[3] I. R. Goranda, P. Nurhayati and M. Simanjuntak, “Analysis of Consumer Satisfaction
and Loyalty Factors with CRM Approach in Agribusiness E-commerce Company:
Analysis of Consumer Satisfaction and Loyalty Factors with CRM Approach in
Agribusiness E-commerce Company”, JCS, vol. 6, no. 2, pp. 111-128, Aug. 2021.
[4] H. Alfadilah, A. F. Hadining, and H. Hamdani, “Pengendalian Kualitas Produk Cacat
Piece Pivot pada PT. Trijaya Teknik Karawang Menggunakan Seven tool dan Analisis
Kaizen,” J. Serambi Eng., vol. 7, no. 1, pp. 2814–2822, 2022, doi:
10.32672/jse.v7i1.3667.
[5] E. Sudarmanto, Manajemen Risiko Perbankan. Yayasan Kita Menulis, 2021.
[6] H. Aulawi, W. A. Kurniawan and Sopian, “Analisis Risiko Kegagalan Proses Produksi
Dodol Menggunakan Metode FTA, FMEA dan AHP”, Jurnal Kalibrasi, vol. 20, no. 2,
pp. 102-112, 2022, doi: 10.33364/kalibrasi/v.20-2.1154.
[7] D. E. Putri and D. Rimantho, “Analisis Pengendalian Kualitas Menggunakan
Kapabilitas Proses Produksi Kantong Semen”, INTECH, vol. 8, no. 1, pp. 35-42, Jun.
2022.
[8] A. Kadim, Penerapan Manajemen Produksi & Operasi di Industri Manufaktur, Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2017.
[9] J. Jufidar, F. Abbas and I. Safwadi, “Pengaruh Persepsi Kualitas Produk, Merek dan
Layanan Purna Jual Terhadap Keputusan Pembelian Skuter Metik Merek Honda di Kota
Banda Aceh”, Jurnal Humaniora: Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi dan Hukum, vol. 3, no.
1, pp. 14-25, Apr. 2019.
[10] Suseno and V. N. Damayanti, “ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK
DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL
(SPC) DAN NEW SEVEN TOOLS DI PT HARI MUKTI TEKNIK”, JCI, vol. 1, no. 6,
pp. 1547–1558, Feb. 2022.
[11] A. H. P. K. Putra, “Editorial Notes: Transformation Customers’ Needs in The Aspect of
Client Value in Industry 4.0”, GRMAPB, vol. 2, no. 1, May 2022.
[12] Safrizal and S. Zulaikha, “PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE
STATISTICAL QUALITY CONTROL PADA RAMADHANI BAKERY AND
CAKE”, SAMUKA, vol. 5, no. 1, pp. 100-113, Apr. 2021.
[13] S. Assauri, Manajemen operasi dan produksi. Jakarta: LPFE UI, 2004.
[14] Ali, “Pengaruh Product Quality Dan Customer Service Terhadap Customer Care Dan
Marketing Performance Pada Industri Mebel Di Jepara”, Jurnal Dinamika Ekonomi dan
Bisnis, vol. 9, no. 1, 2012, doi:10.34001/jdeb.v9i1.119.
[15] S. Serang, Suriyanti and Ramlawati, “ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY
MANAGEMENT (STUDI PADA SUATU PERUSAHAAN DI KOTA
MAKASSAR)”, Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah, vol. 6, no. 1, Jan. 2023, doi:
10.36778/jesya.v6i1.987.
[16] D. Dartawan and W. Setiafindari, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan
Metode Seven Tools Dan Kaizen Pada PT Sinar Semesta”, ARTI, vol. 18, no. 1, pp. 29-
38, May 2023.
[17] P. S. K. Hanifah and I. Iftadi, “Penerapan Metode Six Sigma dan Failure Mode Effect
Analysis untuk Perbaikan Pengendalian Kualitas Produksi Gula”, INTECH, vol. 8, no.
2, pp. 90-98, Oct. 2022.
[18] M. Bob Anthony, “Analisis Penyebab Kerusakan Unit Pompa Pendingin AC dan
Kompresor menggunakan Metode FMEA”, jitekin, vol. 11, no. 1, pp. 5–13, Apr. 2021.
[19] R. Oktaviani, H. Rachman, M. R. Zulfikar, and M. Fauzi, “PENGENDALIAN
KUALITAS PRODUK SACHET MINUMAN SERBUK MENGGUNAKAN
METODE SIX SIGMA DMAIC”, IND TECH, vol. 2, no. 1, pp. 122–130, Jun. 2022.
[20] Y. Wilda, H. Meiliati, M. A. Rafsanjani, and F. Rahadi, “Analisis Pengendalian Mutu
Crude Palm Kernel Oil (CPKO) Dengan Menggunakan Metode Statical Statistical
Quality Control (SQC) ”, TMIT, vol. 2, no. 2, pp. 119–127, May 2023.
[21] R. Alwiar, Susriyati, and M. I. Adelino, “Analisis Pengendalian Kualitas dengan
Menggunakan Metode Statistical Quality Control”, jise, vol. 2, no. 1, pp. 32–43, Apr.
2021.
[22] Suseno and A. P. Aji, “ANALISIS PRODUKTIVITAS MESIN PEMBUATAN ASSP
DENGAN METODE OVERAL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DAN
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PT MERAPI MEDIKA
SOLUSINDO”, JCI, vol. 1, no. 6, pp. 1609–1624, Feb. 2022.
[23] D. M. Siraj and E. Suhendar, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Mengunakan
Metode Taguchi dan FMEA di PT Raharjo Perkasa Multikarya”, JISS, vol. 3, no. 12,
pp. 1635–1664, Dec. 2022.
[24] A. Saputri and F. Azizah, “Quality Control Analysis of Back Lock Product Using Six
Sigma Method at PT Artria Widya”, MOTIVECTION, vol. 5, no. 1, pp. 113-126, Jan.
2023.
[25] I. R. Nasution, K. Siregar and A. Anizaar, “USULAN PERBAIKAN KUALITAS
PRODUK MIE INSTAN DENGAN METODE SIX SIGMA (DMAIC) DAN
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PT. XY, e-Jurnal Teknik
Industri FT USU vol. 8, no. 2, pp. 31-35, Des. 2013.

Anda mungkin juga menyukai