5 Bab2
5 Bab2
masyarakat. Adapun pengertian adat menurut sumber yang sama (KBBI) ialah
aturan (perbuatan) lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Jadi intinya
antara adat dan tradisi ialah sama-sama merupakan suatu perbuatan yang sudah
menjadi kebiasaan yang ada dan hidup dalam masyarakat, oleh karena itu untuk
kedepan nya penulis akan memakai kata adat dalam pembahsan bab dua ini
timbul dari keadaan masyarakat itu sendiri. Adat istiadat juga merupakan suatu
cerminan yang menggambarkan identitas suatu suku atau bangsa tertentu, karena
antara adat suku atau bangsa yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda-beda.
Contohnya antara adat orang sunda dengan adat orang jawa seperti dalam
yang selalu dilakukan oleh masyarakat, lama-lama akan melahirkan suatu hukum
hukum adat itu tidak dikenal tapi yang dipakai adalah istilah adat saja. Dengan
menyebutkan kata adat saja semua orang akan mengerti yang maksudnya
17
18
mengatur tentang adat tersebut dan bagaimana sanksi bagi orang yang
melanggarnya. Istilah hukum adat pertama kali diperkenalkan oleh orang asal
Belanda yaitu Snouck Hurgronje dan istilah hukum adat itu sendiri merupakan
situlah awal mulanya istilah hukum adat dikenal yang kemudian banyak
misalnya; Odot (eudeut) istilah suku Gayo, Ngadat istilah Jateng dan Jatim, Adat
dalam alam empiris mengenai apa yang terjadi secara berulang ulang dalam tata
hukum adat mengacu pada pengertian hukum yang selalu mempunyai kemestian
ukuran adanya akibat hukum. Dalam definisinya itu adat masih tetap dalam
pengertian yang tidak jelas. Sedangkan unsur akibat-akibat yang diatur oleh
hukum menimbulkan pertanyaan tentang hukum yang mana? Belum lagi arti
Eropa Belanda adat dan hukum adat berbeda. Hukum adat ialah adat yang
kebiasaan normatif yaitu kebiasaan yang berwujud aturan tingkah laku yang
berlaku di dalam masyarakat. Namun pada kenyataannya antara adat dan hukum
adat kebiasaan itu batasnya tidak jelas. Maka dilihat dari perkembangan hidup
manusia, terjadinya hukum itu dimulai dari pribadi manusia yang diberi tuhan
akal dan pikiran. Perilaku yang terus menerus dilakukan oleh perorangan dan
menimbulkan kebiasaan pribadi. Apabila kebiasaan pribadi itu ditiru orang lain
maka ia akan menjadi kebiasaan orang itu. Lambat laun diantara orang satu
dengan orang yang lain di dalam kesatuan masyarakat kesatuan ikut pula
melakukan prilaku kebiasaan tadi, maka lambat laun kebiasaan itu menjadi adat
dari masyarakat itu. Jadi adat adalah kebiasaan masyarakat dan kelompok-
kelompok masyarakat lambat laun menjadikan adat itu sebagai adat yang
Sedangkan menurut B. Ter Harr adat dan hukum adat berbeda jika melihat
dari definisi yang diuraikannnya tentang hukum adat yaitu keseluruhan aturan
aturan yang menjelma dari keputusan keputusan para fungsionaris hukum yang
berlakunya serta merta dan ditaati dan sepenuh hati (Hilman Hadikusuma,
2003:14). Menurutnya tidak ada alasan untuk menyatakan sesuatu dengan sesuatu
hukum masyarakat. Demikian pendapat Ter Har tentang pengertian hukum adat
ialah adat yang diputuskan oleh para petugas adat itu, ialah adat yang seharusnya
berlaku dalam masyarakat. Pendapat Ter Haar tidak disetujui oleh Loggeman
20
yang cenderung menyamakan adat dan hukum adat. Adat tidak mutlak sebagai
hukum keputusan.
Ia tidak sependapat bahwa adat itu baru merupakan hukum adat, apabila
yang sangat penting dalam menentukan mana yang merupakan hukum adat dan
mana yang adat saja (Hilman Hadikusuma, 1992:15-16). Pendapat Logemen juga
diikuti oleh Hazairin bahwa adat adalah renapan kesusilaan dalam mayarakat.
Yaitu bahwa kadah-kadah adat itu berupa kaidah kaidah kesusilaan yang
Hadikusuma, 1992:19)
Wignjodipuro (1995: 16) mengatakan bahwa adat itu adalah endapan kesusilaan
yang kebenarannya telah dapat pengakuan umum dalam masyarakat itu meskipun
ada perbedaan sifat atau perbedaan corak antara kaidah-kaidah kesusilaan dan
dilarang atau disuruh itu adalah menurut kesusilaan bentuk-bentuk yang dicela
atau yang dianjurkan juga, sehingga pada hakikinya dalam patokan lapangan itu,
hukum itu berurat pada kesusilaan. Apa yang tidak dapat terpelihara lagi hanya
kaidah hukum. Yang dimaksud dengan kaidah hukum ialah kaidah yang tidak
kebebasan itu dengan suatu gertakan, suatu ancaman paksaan, yang dapat
membedakan adat dan hukum adat. Kedua istilah itu diartikan sama saja dan
istilah yang banyak digunakan hanya kata adat bukan kata hukum adat, jadi
dengan mengatakan adat berarti meliputi adat, baik adat yang mempunyai sanksi
dari para anggota masyarakat memang dapat merasakan apa yang patut dan apa
yang tidak patut. Jadi pangkal haluan berpikir kita adalah terletak pada adat atau
dari segi kepatutan yang dianut dan diyakini serta dipertahankan oleh masyarakat
adat. Kesadaran akan kepatutan ini difahami benar-benar oleh para fungsionaris
hukum dalam masyarakat sendiri. Oleh karena itu, seseorang lebih cenderung
untuk tidak menarik garis tebal atau mendirikan tembok pemisah antara yang
Dengan demikian, corak hukum adat merupakan refleksi cara pandang suatu
Sedangkan menurut Koesnoe (1992: 7) ada lima adat yaitu kiasan, utuh,
sama lain. Diantara pendapat Hilman Hadikusuma tentang corak hukum adat
yaitu:
tubuh manusia yang luar biasa, benda-benda luar biasa dan suara yang
luar biasa.
yang harus dipelihara agar masyarakat itu tetap aman tentram bahagia.
Tidak ada pembatasan antara dunia lahir dan dunia gaib serta tidak ada
arwah dari pada nenek moyang sebagai pelindung adat istiadat yang
religious yang bertujuan agar maksud dan tujuan mendapat berkah serta
tidak ada halangan dan selalu berhasil dengan baik. Arti religio magis
adalah:
walaupun pengaruh agama itu tidak terlalu besar dan hanya ada dibeberapa
daerah saja. Misalnya di Banten dan Bali ada larangan untuk menjual padi
kepada kakak yang di langkahinya agar tidak terjadi hal yang buruk.
b. Tradisional
dan dilakukan secara turun temurun walaupun tidak tahu awal sejarahnya
ada rasa tidak enak kurang nyaman apabila tidak dilaksanakan apalagi
c. Kebersamaan (Komunal)
pribadi itu diliputi oleh kepentingan bersama. Satu untuk semua dan
26
semua untuk satu. Hubungan hukum antara anggota masyarakat yang satu
suatu kesatuan yang utuh, individu satu dengan yang lain tidak mungkin
hidup menyendiri tanpa terkait dalam pesenyawaan cita rasa, akal budinya
komunal. Manusia di dalam hukum adat adalah orang yang terikat kepada
siapa telah menerima sesuatu bantuan dari seseorang maka terhadap orang
itu jika tiba waktunya ia harus memberikan bantuan serupa itu pula.
adat adalah orang yang terkait kepada masyarakat. Individu pada asasnya
bebas dalam segala laku perbuatanya asal saja tidak melanggar batas-batas
bela sungkawa. Orang jawa mengatakan “dudu sanak dudu kadang ning
yen mati melu kalangan” sanak bukan, saudara bukan jika ada yang mati
Corak adat adalah konkret artinya jelas, nyata, terwujud. Konkret itu
sama artinya bahwa adat itu tidak begitu tertarik kepada suatu peraturan
yang merinci, ketat dan tepat dengan batasan yang mati akan dirinya
(Hilman Hadikusuma, 1992: 35), atau dengan kata lain maksudnya adalah
jelas, nyata, berwujud, dan visual artinya kasat mata, dapat dilihat
dilihat serta didengar orang lain. Makna antara kata dan perbuatan berjalan
perbuatan nyata secara bersamaa. Dalam hukum adat itu terang, tunai,
pihak pembeli dan penjual telah sepakat tetapi harga tanah belum dibayar
sebagai tanda jadi. Artinya si penjual tanah tidak boleh lagi menjual
kepada orang lain. Tanda jadi atau panjer itu juga berlaku dalam hubungan
paningset maka wanita yang akan dikawinkan tidak boleh lagi dilamar dan
diberikan kepada orang lain. Begitu juga di tanah hutan yang akan dibuka
menjadi ladang apabila nampak sudah ada tanda mebali (tanda silang di
atas pohon) maka berarti tanah itu sudah ada yang akan membukannya
e. Tidak Dikodifikasi
Dalam upacara adat kebanyakan tidak tertulis, walaupun ada juga yang
dicatat dalam daerah, bahkan ada yang dibukukan dengan cara yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, hukum adat mudah berubah, dan dapat
1992: 38).
Adat kebanyakan tidak ditulis, walaupun ada juga yang dicatat dalam
aksara daerah, bahkan ada yang yang dibukukan dengan cara yang tidak
karenanya maka adat itu mudah berubah, dan dapat disesuaikan dengan
berajo ke alur dan patut”, dalam hubungannya dengan ini maka hukum
adat pada masa silam lebih menyukai bentuk rumusan, dapat menimbulkan
Adat itu dapat berubah menurut keadaan waktu dan tempat. Orang
raja baganti, sakali adat berubah” (Begitu air besar, begitu pula tempat
berubah). Adat yang nampak pada kita sekarang sudah jauh berbeda dari
adat di masa Hindia Belanda. Begitu pula apa yang dikatakan di atas
dalam masyarakat, maka sudah banyak pula transaksi itu dibuat dengan
yang datang dari luar asal saja tidak bertentangan dengan jiwa adat itu
sendiri. Corak dan sifatnya yang sederhana artinya bersahaja, tidak rumit,
30
Hindu, dalam hukum perkawinan adat yang disebut kawin anggau,” jika
suami wafat maka istri kawin lagi dengan saudara suami, atau masuknya
pengaruh hukum Islam dalam hukum waris adat yang disebut bagian
“sepikul segendong”, bagian warisan bagi ahli waris pria dan wanita
sebanyak 2 : 1.
bagi hasil antara pemilik tanah dan penggarap. Cukup adanya kesepakatan
dua pihak secara lisan, tanpa surat menyurat dan kesaksian kepala desa.
menyurat tanda pembagian dan banyaknya bagian para ahli waris tidak ada
ketentuan seperti hukum barat dalam KUHP Perdata atau seperti hukum
Hadikusuma, 1992:36-37).
i’tikad baik dari para piha dan adanya semangat yang adil dan bijaksana
“mak patoh lamenn lemoh mak pegat lamen kendur” (takan patuh jika
lemah tak kan putus jika kendur) (Hilman Hadikusuma, 1992: 38).
Suatu sistem merupakan susunan yang teratur dari berbagai unsur di mana
unsur yang satu dan yang lain secara fungsional saling bertautan, sehingga
1992: 39).
32
alam fikiran, begitupun Hukum Adat. Sistem Hukum Adat bersendi atas
dasar-dasar alam pikiran Bangsa Indonesia yang tidak sama dengan alam
pikiran yang menguasai sistem hukum barat. Untuk dapat sadar sistem hukum
adat orang harus menyelami dasar-dasar alam pikiran yang hidup didalam
masyarakat Indonesia.
dengan Hukum Barat (Eropa) sistematik Hukum Adat Orang Lampung yang
Saxon yang disebut Common Law, sistematikanya berada dari Civil Law dari
kebendaan dan hak perorangan dan tidak membedakan antara perkara perdata
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka Sistem Hukum Adat adalah
dimana sistem Common Law tidak lain daripada sistem hukum adat hanya
“Bahwa Civil Law di Eropa Barat dan daerah-daerah yang pernah dikuasai
yang disebut sebagai Judge Made Law berbeda Civil Law yang merupakan
statury law.
dasar pemerintahan pusat pada peradilan Raja yang disebut Curia Regis
secara damai.
Jadi, di Inggris dikenal adanya Juru Damai yang disebut Justice of the
peac. Hal ini mirip Peradilan Adat (peradilan desa) di Indonesia yang
badan hukum.
Pembagian Hukum Publik dan Hukum Privat ini berasal dari Hukum
rechten) yaitu hak yang berlaku bagi setiap orang dan hak perseorangan
(persolijke rechken) yaitu hak seseorang untuk menuntut orang lain agar
Menurut Hukum Barat atau Eropa setiap orang yang mempunyai hak
mempunyai hak perseorangn atas hak miliknya itu. Antara kedua hak itu
tidak terpisah. Namun menurut Hukum Adat, hak-hak kebendaan dan hak-
seperti hak atas nyawa, kehormatan hak cipta dan lain-lainnya tidak
35
perkara perdata diperiksa oleh hakim perdata dan perkara pidana diperiksa
Misalnya:
pengadilan.
oleh Hakim Pidana dan perkara utang piutang di periksa oleh Hakim
1992:39-42).
a. Corak serta sifat yang berlainan antara hukum adat dan hukum barat
(Eropa),
itupun berbeda.
Indonesia bersifat kosmis, tidak ada pembatasan antara dunia lahir dan
dunia ghoib, dunia manusia berhubungan erat dengan segala hidup di alam
Lebih jauh Imam Sudiyat mengatakan (1991: 30) bahwa hukum adat
dan perdata.
37
Adat
alam pikiran serta pandangan hidup seterusnya tiap bangsa mengalami proses
sendiri-sendiri yang pada umunya tidak sama, sebab proses ini dipengaruhi
besar sehingga tidak dapat atau belum dapat hilang didesak oleh agama yang
yang dikutip oleh Surojo Wignjodipuro (1995: 31), pengaruh magi dan
c. Takut kepada hukuman ataupun pembalasan oleh kekuatatan gaib. Hal ini
di atas.
2. Agama
dikatakan bahwa orang yang memeluk agama Islam tunduk pada hukum
Tetapi resepsi hukum perkawinan Islam dalam hukum adat ini, di seluruh
Indonesia tidak sama kuatnya. Di Jawa dan Madura resepsinya sudah bulat,
sebelum dan sesudah akad nikah menurut hukum perkawinan Islami ini ada
sah meskipun akad nikah telah dilakukan menurut hukum perkawinan Islam,
hukum adat, sebab hukum perkawinan adat kedua daerah ini masih tetap
exogam, sedangkan hukum perkawinan Islam tidak ada keharusan ini. Untuk
Wignjodipuro (1995:33).
daerah daerah yang lebih luas daripada wilayah satu persekutuan hukum,
misalnya seperti kekuasaan raja-raja. Kepala kuria, nagari dan lain sebagainya.
Pengaruh kekuasaan-kekuasaan ini ada yang bersifat positif dan ada yang
Oleh karena itu ia harus bijaksana dan hati-hati sekali, sebab tiap
keputusan yang negatif sebab tidak sesuai dengan keinginan rakyat, sehingga
pengaruhnya akan sangat merugikan pada hukum adat. Sedangkan kalau sikapnya
bijaksana, maka hal ini akan memberikan pengaruh yang positif (Surojo
Faktor ini sangat besar pengaruhnya. Hukum adat yang semula sudah
Lain daripada itu, alam pikiran barat yang dibawa oleh orang-orang dan
lebih besar pengaruhnya. Sebagai salah satu hasil pengaruh alam pikian barat
individu yang di kota-kota besar nampak dengan jelas berjalan lebih cepat
Menurut hukum adat perkawinan itu bukan sekedar hal yang sangat
penting dan berarti bagi seseorang yang akan melangsungkan perkawinan, tetapi
juga mendapatkan perhatian dari para leluhur mereka yang akan melaksanakan
tangga hidup rukun dan bahagia, mereka meminta doa restu dari leluhur mereka.
Hal ini sekarang masih bisa kita lihat pada masyarakat. Sekarang ini, sebelum
kepada orang tuanya yang telah meninggal atau leluhur mereka agar mendapat
doa restu dan berkah pernikahannya. Karena pernikahan ini begitu penting, maka
pelaksanaan upacara adatnya pun lengkap dengan sesajen. Walapupun ini diangap
melaksanakan. Karena hal ini dipengaruhi oleh keyakinan mereka yang telah
122).
1974, ia merupakan hukum nasional yang berlaku bagi setiap warga Negara
dari hukum adat, ia masih diliputi hukum adat sebagai hukum rakyat yang hidup
menurut teori telah diketahui ada susunan masyarakat adat yang genealogis
dengan yang lainnya mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda-beda pula.
Namun demikian tidak lah berarti bahwa pada setiap masyarakat adat yang
menganut garis keturunan kebapak-an misalnya akan berlaku hukum adat yang
dengan falsafah pancasila serta cita-cita untuk pembinaan hukum nasional, perlu
Negara.
ketentuan hukum agama dan kepercayaan. Dalam hubungan ini kita teringat
kembali pada teori teori receptie yang dimunculkan pertama kali oleh Cornelis
orang Islam adalah hukum adat mereka masing-masing. Hukum Islam dapat
berlaku apabila telah diresepsi oleh hukum adatlah yang menentukan adat
tidaknya hukum Islam (Ahmad Rofiq, 2013: 14-15). Jadi maksudnya hukum yang
berlaku bagi orang Islam adalah hukum agama mereka yaitu Islam, berlaku juga
bagi agama yang lain, hukum yang berlaku bagi mereka sesuai dengan agama
perkawinan yang telah berlaku itu dapat diterapkan dengan sempurna di dalam
Stbl 1933 No 74, peraturan perkawinan campuran Stbl 19893 No.158 dan
berlaku. Tapi dari ketentuan tersebut masih tidak jelas masalah peraturan-
peraturan lain yang sudah tidak berlaku lagi, apakah peraturan yang tertulis
Sebelum Nabi Muhammad SAW di utus ke muka bumi ini, adat kebiasaan
sudah ada pada masyarakat dahulu. Adat dalam bahasa Arab dikenal dengan
istilah Urf. Menurut Rachmat Syafe’I (1998: 128-129) urf terdiri dari dua macam,
yaitu urf sahih dan uf fasid (rusak). Urf sahih adalah sesuatu yang telah saling
dikenal oleh manusia dan tidak bertentangan dengan dalil syara’, tidak
menghalalkan yang haram dan juga tidak membatalkan yang wajib. Seperti
maskawin (mahar) yang didahulukan dan yang diakhirkan. Begitu juga bahwa
sebagian dari maharnya. Juga tentang sesuatu yang telah diberikan oleh pelamar
(calon suami) kepada calon istri, berupa perhiasan, pakaian, atau apa saja,
Adapun urf fasid, yaitu sesuatu yang telah saling dikenal manusia, tetapi
yang wajib. Seperti adanya saling pengertian di antara manusia tentang beberapa
45
perbuatan munkar dalam upacara kelahiran anak, juga tentang memakan barang
Telah disepakati bahwa urf sahih itu harus dipelihara dalam pembentukan
manusia meskipun tidak menjadi adat kebiasaan, tetapi telah disepakati dan
dianggap mendatangkan kemaslahatan bagi manusia serta selama hal itu tidak
(urf) yang berlaku pada bangsa Arab, seperti syarat seimbang (kafaah) dalam
perkawinan dan urutan-urutan perwalian dalam nikah dan pewarisan harta pusaka
atas dasar a’sabah (pertalian dan susunan keluarga) (A.Hanafie, 1989: 146).
Di antara para ulama ada yang berkata,” adat adalah syariat yang
dikukuhkan sebagai hukum”, begitu juga urf menurut syara mendapat pengakuan
dalam beberapa hukum dengan dasar atas perbuatan urf mereka. Sedangkan Imam
hukum yang telah dikeluarkannya ketika beliau berada di Baghdad. Hal ini karena
perbedaan urf, maka tak heran kalau beliau mempunyai dua mazhab, mazhab
qadim (terdahulu/pertama) dan mazhab jadid (baru). Begitu pula dalam fiqih
berselisih antara dua orang terdakwa dan tidak terdapat saksi bagi salah satunya,
disaksikan urf. Apabila suami istri tidak sepakat atas mahar yang muqaddam
(terdahulu) atau yang mu’akhar (terakhir) maka hukumnya adalah urf. Barang
siapa bersumpah tidak akan makan daging, kemudian ia makan ikan tawar, maka
tidak berarti bahwa ia melanggar sumpahnya menurut dasar urf (Rachmat Syafe’i,
1998: 129-130).
segala adat atau budaya yang telah berlaku di tengah masyarakat. Tradisi dan
budaya yang tela mapan dan memperoleh kesepakatan kolektif sebagai perilaku
pekerti luhur yang sesuai dengan ajran-ajaran syariat. Contoh bahwa kehadiran
Islam bukan untuk menolak segala tradisi yang telah berlaku adalah selamatan 7
Sepanjang adat tradisi dan budaya lokal secara substansial tidak bertentangan
dengan ajaran Islam, maka Islam akan menerimanya menjadi bagian dari tradisi
dijadikan hukum, hal ini didasarkan pada firman Allah SWT Surat Al-A’raf ayat
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh” (Al-quran terjemah revisi oleh
Lajnah Mushaf Al-quran Departemen Agama, 2004: 176).
Ayat ini bermaksud bahwa urf sama dengan adat ialah kebiasaan manusia,
dan apa-apa yang mereka sering lakukan (yang baik), maka urf dianggap oleh
syara sebagai dalil hukum. Serta hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
Hadits ini mengandung arti bahwa hal yang dipandang baik bagi orang
muslim berarti hal itu baik juga disisi allah yang didalamnya termasuk pula Urf
yang baik. Jadi urf (adat) dapat dijadikan hukum asal tidak bertentangan dengan
al-quran dan As-sunah serta dapat membawa kemaslahatan bagi banyak orang.
Serta kaidah fiqih yang dapat dijadikan kehujjahan adat العبدة ِمحكمة (adat itu
bisa dijadikan hukum) guna untuk menyikapi suatu kebiasaan atau tradisi
Jadi selagi adat tidak bertentangan dengan al-quran dan hadits serta dapat
sebagai berikut:
48
3. Tidak mendatangkan kemadaratan serta sejalan dengan jiwa dan akal sehat