43f20 Makalah Teori Studi Sanad Hadis
43f20 Makalah Teori Studi Sanad Hadis
Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qur’an dan
Hadits
Disusun oleh :
1. Erniwati (21.01.01.0083)
2. Juhrah (21.01.01.0085)
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi
Qur’an dan Hadits.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih
kepada.
1. Ibu Nadra Ulfah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Studi Qur’an dan Hadits.
2. Dan dalam penyusunan makalah ini kami juga memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman – teman
yang sudah memberikan konstribusinya dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan
terselesaikannya makalah Teori Studi Sanad Hadits ini dapat bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam penilaian suatu hadits, unsur sanad dan matan adalah sangat urgen dan sangat
menentukan. Oleh karenanya yang menjadi objek kajian dalam penelitian-penelitian hadits adalah
kedua unsur tersebut, yaitu sanad dan matan.
Berangkat dari uraian tersbut, penulis akan menjelaskan tentang sanad dan matan hadits serta
berbagai permasalahan yang berhubungan dengan keduanya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya “Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia
berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari berkata, telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia pernah mendengar
Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar Umar bin Al
Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap
orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang
2
3
ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka
hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan"
(Rifa’i, 2012) Sedangkan المتنmenurut bahasa berarti; keras, kuat, sesuatu yang
tampak dan yang asli. Matan menurut istilah:
ما ينتهي إليه السند من الكالم
“Perkataan yang disebut pada akhir sanad”
Demikian juga, ʹAlī Muhammad Nashr mengatakan tentang definisi matan:
ألفاظ الحديث التي تتقوم بها المعاني
“Lafazh-lafazh hadits, yang sebab lafazh-lafazh tersebut terbentuklah makna”
Dengan demikaian tata letak matan dalam struktur utuh penyajian hadits
senantiasa jatuh setelah ujung terakhir sanad”. Jadi matan hadits merupakan materi
berita atau redaksi yang disampaikan oleh sanad trakhir.
Contoh matan hadits :
س ْو ِل ِه و َم ْن
ُ ور ِ سو ِل ِه ف ِه ْج َرتُهُ إلى
َ هللا ُ ور ِ َت ِه ْج َرتُهُ إلى
َ هللا ْ ت و ِإنَّما ِل ُك ِل امريءٍ ما ن ََوى فَ َم ْن كَان
ِ إنَّ َما اْلع َمال بالنِيَّا
ُص ْيبُها أو امرأةٍ يَ ْن ِك ُح َها ف ِه ْج َرتُهُ إلى ما هَا َج َر إلي ِه
ِ َت هِجْ َرتُهُ ِلدُ ْنيَا ي
ْ كَان
Artinya: “Sesungguhnya amal seseorang itu tergantung dengan niatnya, dan bagi
setiap orang balasannya sesuai dengan apa yang di niatkannya. Barangsiapa
berhijrah dengan niat kepada Allah dan RasulNya, maka ia mendapatkan balasan
hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa berhijrah dengan niat kepada
keuntungan dunia yang akan diperolehnya, atau wanita yang akan dinikahinya, maka
(ia mendapatkan balasan) hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut”. (Haditst
Riwayat Bukhari & Muslim)
4
yang rangkaian mereka itu disebut Sanad, sampai generasi yang dibukukan hadits-
hadits tersebut, seperti Malik ibn Anas, Ahmad ibn Hambal, Bukhari, Muslim, dan
lainnya, telah menyebabkan kepemeliharaannya hadits-hadits sampai di tangan kita
hingga sekarang ini.
Dalam perkembangan berikutnya, proses pendokumentasian hadits semakin
banyak dilakukan dengan tulisan. Hal ini terlihat dari delapan metode mempelajari
hadits yang di kenal di kalangan Ulama hadits.
(Muhammad Bakir, 2018) Metode-motode tersebut adalah: Sama’ min lafdh
al-Syaikh (mendengarkan sendiri dari perkataan gurunya), al-Qirā’ah ‘alā al-Syaikh
(murid membaca sendiri di hadapan gurunya), Ijāzah ( pemberin izin dari seseorang
kepada orang lain untuk meriwayatkan hadits darinya atau dari kitab-kitabnya),
Munāwalah ( seorang guru memberikan sebuah naskah asli kepada muridnya atau
salinan yang sudah dikoreksi), Mukātabah (seorang guru menulis atau menyuruh orang
lain untuk menulis beberapa hadits kepada orang di tempat lain atau yang ada di
hadapannya), Wijādah (memperoleh tulisan hadits orang lain yang tidak diriwayatkan
dengan sama’, qirā’ah maupun yang lainnya, dari pemilik hadits atau pemilik tulisan
tersebut), washīyah (pesan seseorang ketika akan meninggal atau bepergian dengan
sebuah kitab tulisan supaya diriwayatkan), dan I’lām (pemberitahuan guru kepada
muridnya bahwa hadits yang diriwayatkan adalah riwayatnya sendiri yang
diterima dari seorang guru dengan tidak mengatakan (menyuruh) agar si murid
meriwayatkan.
Berdasarkan cara-cara tersebut, tiap-tiap sanad hadits secara
berkesinambungan. Mulai dari Sahabat, Tābi‘īn, Tābi‘ al- Tābi‘īn, dan seterusnya
sampai terdokumennya hadits-hadits Nabi SAW. di dalam kitab-kitab hadits seperti
yang kita jumpai sekarang, telah memelihara dan menjaga keberadaan dan kemurnian
hadits Nabi SAW, yang merupakan sumber kedua dari ajaran Islam.
Kegiatan pendokumentasian hadits yang dianjurkan oleh masing-masing sanad
tersebut di atas, baik melalui hafalan maupun tulisan, telah pula didokumentasikan oleh
para Ulama dan para peneliti serta kritikus hadits. Kitab-kitab hadits yang muktabar
dan standart, seperti Shahih Bukhori, Shahih Muslim, dan lainnya, di dalam
7
menuliskan hadits, juga menuliskan secara urut nama-nama sanad hadits satu persatu,
mulai dari sanad pertama sampai sanad terakhir.
Jadi penulisan sanad dan matan hadits dilihat dari sumber berita sanad adalah:
1). Hadits marfūʹ:
" هو ما أضيف إلى النبى صلى هللا عليه وسلم خا صة من قول او فعل او تقرير اووصف
Hadits yang disandarkan pada Nabi baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan atau sifat Nabi Muhammad.”
9
Nabi dan kebiasaan Nabi dalam tata kehidupan sehari-hari, sirah nabawi, hadits hammi
dan Hadits taqrīry.
(DR. Nawir Yuslem, 2001) Dengan demikian kandungan matan secara umum
adalah teks yang terdapat di dalam matan suatu hadits mengenai suatu peristiwa, atau
pernyataan yang di sandarkan kepada Nabi Muhammad. Atau tegasnya kandungan
matan adalah redaksi dari matan suatu hadits yang berisi tentang bagaimana awal
wahyu turun kepada rasulullah saw, tentang iman, ilmu, tentang amaliah sehari-hari
(mandi, wudu’ dan sebagainya), tentang shalat, iʹtikaf, jual beli, penyewaan, upah,
perwakilan, tentang berladang dan bercocok tanam, distribusi air (pengairan), masalah
hutang, tentang perselisihan (pertengkaran), luqathah (barang temuan), tentang
perbuatan-perbuatan zalim, syirkah (perseroan), pegadaian, pembebasan
budak, hadiah dan keutamaannya, syahadah (persaksian) perdamaian, persyaratan,
wasiat, jihad dan ekspedisi, permulaan makhluk, biografi, berbagai keutamaan sahabat-
sahabat nabi, tentang perang, tafsir, nikah, thalaq, nafkah, makanan, ʹaqīqah,
sembelihan-sembelihan, berburu, dan membacakan bismillah atas hewan buruan,
korban-korban, minuman, musibah sakit, pengobatan, mengenai makna, adab (budi
pekerti), isti`dzān (memohon izin), do'a-do'a, kalimat-kalimat yang melunakkan hati,
ketentuan allah, sumpah dan nadzar, kafarat sumpah, farāidl (hukum waris), had
(pidana) dan apa yang harus dihindari dari had, penjelasan orang-orang yang diperangi
terdiri dari orang-orang kafir dan orang-orang yang harus diperangi dari orang-oang
murtad sehingga mereka meninggal dunia, diyat (tebusan kejahatan), orang-orang
murtad dan orang-orang yang menentang diminta bertaubat, dan peperangan terhadap
mereka, pemaksaan, helah (upaya tersembunyi), fitnah-fitnah (ujian/siksaan), hukum-
hukum, harapan jauh (angan-angan), berpegang kepada al-Qur'an dan sunnah dan
tentang tauhid.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah diungkapkan oleh penulis ada bebarapa kesimpulan yang dapat
diambil, antara lain: Sanad merupakan jalan/ rentetan orang-orang yang dapat menghubungkan
matan hadits kepada Nabi Muhammad SAW. Matan merupakan suatu kalimat tempat berakhirnya
sanad atau isi (inti) dari hadits. Unsur-unsur sanad dan matan adalah: Rijāl al-Sanad, Ittishal al-
ruwāt dan Tahammul dan adā’. Sedangkan unsur matan adalah lafadz (teks) dan maʹnā (konsep).
Pendokumentasian hadits merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga keautentikan sebuah
hadits, Sanad berperan dalam dokumentasi, karena dalam dokumentasi hadits ada berbagai metode
untuk menjaga hadits sebagi sumber ke dua dalam ajaran Islam. Misal, peranan sanad dalam
kaitannya dengan dokumentasi hadits, yaitu: menyangkut pengumpulan dan pemeliharaan hadits,
baik dalam bentuk tulisan atau dengan mengandalkan daya ingat yang kuat. Penulisan sanad dan
matan memerlukan kelengkapan sanad, karenanya bisa menjelaskan dan membedakan hadits itu
maqbūl atau mardūd. Dan juga sumber berita sanad menjadi dasar dalam menjaga bercampurnya
hadits paslu atau tidak, karena dalam rentetan sanad memerlukan persyaratan-persyaratan untuk
menjadi seorang penyampai hadits. Misalnya bukan seorang pembohong atau fasik dan sebagainya.
Serta juga dalam penilaian sanad dan matan hadits merupakan bentuk yang komprehensif dalam
menentukan kualitas hadits. Kandungan matan secara umum adalah teks yang terdapat di dalam
matan suatu hadits mengenai suatu peristiwa, atau pernyataan yang di sandarkan kepada Rasul
SAW. Atau tegasnya kandungan matan adalah redaksi dari matan suatu hadits, seperti tentang
berladang dan bercocok tanam, distribusi air (pengairan), masalah hutang, tentang perselisihan dan
sebagainya.
3.2. Saran
Pada penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya, baik berupa bahasa maupun cara
penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna menciptakan penyusunan
makalah yang lebih baik lagi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A., Muhdlor, A. Z., Arab-indonesia, K. K., Grafika, M. K., Sekolah, M. B., & Rosdakarya,
R. (2004). 21 19 8. 8–21.
Ali, M. (2016). Sejarah Dan Kedudukan Sanad Dalam Hadits Nabi Muhammad. Jurnal Tahdis,
Vol 7(No 1), 51–63.
Muhammad Bakir. (2018). Kritik Matan Hadits Versi Muhaddisin dan Fuqoha’: Studi Pemikiran
Hasjim Abbas. Samawat, 2(2), 13–34.
Nadhiran, H. (2014). KRITIK SANAD HADITS: Telaâah Metodologis. Jurnal Ilmu Agama UIN
Raden Fatah, 15(1), 91–109.
Rifa’i, I. (2012). Mengenal Kamus Arab-Indonesia Mahmud Yunus. Jurnal Al Bayan UIN Raden
Intan.
https://scholar.archive.org/work/i4sy5brerfdlthi5wigk4ku7v4/access/wayback/http://ejournal
.radenintan.ac.id:80/index.php/albayan/article/viewFile/973/812
Zubaidah. (2015a). METODE KRITIK SANAD DAN MATAN HADITS Oleh : Zubaidah
Sekolah Tinggi Pendidikan Islam Bina Insan Yogyakarta. Jurnal Komunikasi Dan
Pendidikan Islam, VOL.4(NO.1), 42–80.
Zubaidah, Z. (2015b). Metode Kritik Sanad Dan Matan Hadits. Al-Manar, 4(1), 18–32.
https://doi.org/10.36668/jal.v4i1.68
12