Anda di halaman 1dari 15

TEORI STUDI SANAD HADITS

(MAKNA SANAD DAN CONTOHNYA)

Dosen Pengampu : Nadra Ulfah, M.Pd.

Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qur’an dan
Hadits

Disusun oleh :

1. Erniwati (21.01.01.0083)
2. Juhrah (21.01.01.0085)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI NIDA EL-ADABI
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji bagi Allah, atas Rahmat dan Karunia-Nya


kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Teori Studi Sanad Hadits tepat waktu.
Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW, yang syafaatnya kita natikan kelak.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi
Qur’an dan Hadits.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih
kepada.

1. Ibu Nadra Ulfah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Studi Qur’an dan Hadits.
2. Dan dalam penyusunan makalah ini kami juga memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman – teman
yang sudah memberikan konstribusinya dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan
terselesaikannya makalah Teori Studi Sanad Hadits ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Tangerang, Febrari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2
2.1. Pengertian Sanad dan Matan Serta Unsur-unsurnya.................................................. 2
A. Pengertian Sanad dan Matan Menurut Bahasa dan Istilah ..................................... 2
B. Unsur-Unsur yang Terdapat Pada Sanad dan Matan ................................................. 4
2.2. Sanad dan Hubungannya dengan Dokumentasi hadits .............................................. 4
A. Dokumentasi Sanad Hadits ....................................................................................... 4
B. Peranan Sanad dalam Dokumentasi Hadits .............................................................. 5
2.3. Metode Penulisan Sanad dan Matan Hadits................................................................ 7
A. Dilihat dari Segi Kelengkapan Sanad ........................................................................ 7
B. Dilihat dari Sumber Berita Sanad .............................................................................. 8
C. Dilihat dari Segi Penilaian Sanad dan Matan Hadits ................................................. 9
2.4. Kandungan Matan Hadits Secara Umum .................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 11
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 11
3.2. Saran ......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam mempelajari hadits Nabi SAW. seseorang penting menentukan keberadaan dan
kualitas hadits tersebut, yaitu melalui sanad dan matan hadits. Kedua unsur hadits tersebut begitu
sangat penting antara yang satu dan yang lainnya saling berhubungan erat, sehingga apabila salah
satunya tidak ada, maka akan berpengaruh dan dapat merusak eksistensi kualitas suatu hadits.
Sehingga suatu matan yang tidak memiliki sanad, maka hal tersebut tidak bisa di sebut ssebagai
hadits, dan walaupun disebut dengan hadits, maka ia dinyatakan sebagai hadits palsu (mawdhu’),
demikian juga sebaliknya.

Di dalam penilaian suatu hadits, unsur sanad dan matan adalah sangat urgen dan sangat
menentukan. Oleh karenanya yang menjadi objek kajian dalam penelitian-penelitian hadits adalah
kedua unsur tersebut, yaitu sanad dan matan.

Berangkat dari uraian tersbut, penulis akan menjelaskan tentang sanad dan matan hadits serta
berbagai permasalahan yang berhubungan dengan keduanya.

1.2. Rumusan Masalah


Sebagaimana uraian latar belakang masalah di atas, maka yang akan menjadi pokok kajian
dalam sanad dan matan, adalah:

1. Bagaimana pengertian sanad dan matan hadits?


2. Bagaimana peranan sanad dalam dokumentasi haditsts?
3. Bagaimana metode penulisan sanad dan matan hadits?
4. Bagaimana kandungan matan hadits secara umum?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami pengertian sanad dan matan hadits
2. Untuk memahami peranan sanad dalam dokumentasi hadits
3. Untuk memahami metode penulisan sanad dan matan hadits
4. Untuk memahami kandungan matan hadits secara umum

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sanad dan Matan Serta Unsur-unsurnya

A. Pengertian Sanad dan Matan Menurut Bahasa dan Istilah


(A. Ali et al., 2004) Sanad dari bahasa: ‫( المعتمد‬sandaran, tempat bersandar, yang
menjadi sandaran).
(A. Ali et al., 2004) Sedangkan sanad menurut istilah, sanad yaitu:
‫سلسلة الرجال الموصلة للمتن‬
“Mata rantai para periwayat hadits yang menghubungkan samapai kepada
matan hadits”.
Jadi sanad itu merupakan orang-orang atau rantai penutur hadits, atau yang
meriwayatkan hadits yang menyampaikan kepada matan.
Maka contoh hadits adalah:
‫ي قَا َل أ َ ْخ َب َرنِي ُم َح َّمدُ ْب ُن‬
ُّ ‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫سعِي ٍد ْاْل َ ْن‬
َ ‫س ْف َيا ُن قَا َل َحدَّثَنَا َيحْ َيى ْب ُن‬
ُ ‫الز َبي ِْر قَا َل َحدَّثَنَا‬
ُّ ‫َّللا ْب ُن‬
ِ َّ ُ‫ع ْبد‬ ُّ ‫َحدَّثَنَا ْال ُح َم ْي ِد‬
َ ‫ي‬
‫علَى ْالمِ ْن َب ِر قَا َل‬
َ ُ‫ع ْنه‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ِ ‫ب َر‬ ِ ‫طا‬ َّ ‫ع َم َر بْنَ ْال َخ‬
ُ ُ‫سمِ ْعت‬ َ ‫ي َيقُو ُل‬ ٍ ‫ع ْل َق َم َة بْنَ َو َّق‬
َّ ‫اص ال َّل ْي ِث‬ َ ‫سمِ َع‬َ ُ‫ي أ َ َّنه‬
ُّ ِ‫ِيم التَّيْم‬
َ ‫ِإب َْراه‬
‫َت هِجْ َرتُهُ إِلَى‬ ْ ‫ئ َما ن ََوى فَ َم ْن كَان‬ ِ ‫ إِنَّ َما ْاْل َ ْع َما ُل بِالنِيَّا‬:‫سلَّ َم يَقُو ُل‬
ٍ ‫ت َوإِنَّ َما ِل ُك ِل ا ْم ِر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫سمِ ْعتُ َر‬ َ
‫ُصيبُ َها أ َ ْو إِلَى ْام َرأَةٍ يَ ْن ِك ُح َها فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى َما هَا َج َر إِلَ ْي ِه‬
ِ ‫دُ ْنيَا ي‬

Artinya “Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia
berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari berkata, telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia pernah mendengar
Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar Umar bin Al
Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap
orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang

2
3

ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka
hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan"

(Rifa’i, 2012) Sedangkan ‫ المتن‬menurut bahasa berarti; keras, kuat, sesuatu yang
tampak dan yang asli. Matan menurut istilah:
‫ما ينتهي إليه السند من الكالم‬
“Perkataan yang disebut pada akhir sanad”
Demikian juga, ʹAlī Muhammad Nashr mengatakan tentang definisi matan:
‫ألفاظ الحديث التي تتقوم بها المعاني‬
“Lafazh-lafazh hadits, yang sebab lafazh-lafazh tersebut terbentuklah makna”

Dengan demikaian tata letak matan dalam struktur utuh penyajian hadits
senantiasa jatuh setelah ujung terakhir sanad”. Jadi matan hadits merupakan materi
berita atau redaksi yang disampaikan oleh sanad trakhir.
Contoh matan hadits :

‫س ْو ِل ِه و َم ْن‬
ُ ‫ور‬ ِ ‫سو ِل ِه ف ِه ْج َرتُهُ إلى‬
َ ‫هللا‬ ُ ‫ور‬ ِ ‫َت ِه ْج َرتُهُ إلى‬
َ ‫هللا‬ ْ ‫ت و ِإنَّما ِل ُك ِل امريءٍ ما ن ََوى فَ َم ْن كَان‬
ِ ‫إنَّ َما اْلع َمال بالنِيَّا‬
‫ُص ْيبُها أو امرأةٍ يَ ْن ِك ُح َها ف ِه ْج َرتُهُ إلى ما هَا َج َر إلي ِه‬
ِ ‫َت هِجْ َرتُهُ ِلدُ ْنيَا ي‬
ْ ‫كَان‬

Artinya: “Sesungguhnya amal seseorang itu tergantung dengan niatnya, dan bagi
setiap orang balasannya sesuai dengan apa yang di niatkannya. Barangsiapa
berhijrah dengan niat kepada Allah dan RasulNya, maka ia mendapatkan balasan
hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa berhijrah dengan niat kepada
keuntungan dunia yang akan diperolehnya, atau wanita yang akan dinikahinya, maka
(ia mendapatkan balasan) hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut”. (Haditst
Riwayat Bukhari & Muslim)
4

B. Unsur-Unsur yang Terdapat Pada Sanad dan Matan


Sanad merupakan rentetan dalam periwayatan hadits. Keberadaan sanad
merupakan hal yang sangat urgen dalam menentukan kualitas hadits. Di dalam sanad
sendiri ada beberapa unsur sanad.
Unsur-unsur sanad tersebut adalah:
a. Rijāl al-Sanad (adalah perawi-perawi yang ada dalam sanad dari yang pertama
sampai dengan yang terakhir)
b. Ittishal al-Ruwāt (silsilah sanad)
c. Tahammul wa al-Adā (metode periwayatan dan lambang-lambang periwayatan.

(Muhammad Bakir, 2018) Sedangkan matan, merupakan salah satu unsur


hadits. Matan hadits juga berfungsi sebagai sarana perumus konsep keagamaan dalam
bentuk hadits. Setiap matan memiliki unsur lafazh (teks) dan unsur makna (konsep).
Dengan demikian struktur lafazh matan hadits sejatinya adalah cerminan dari
konsep ide yang dirumuskan dalam bentuk teks, sehingga pada akhirnya matan disebut
Nash al-Hadīts.

2.2. Sanad dan Hubungannya dengan Dokumentasi hadits

A. Dokumentasi Sanad Hadits


Dokumentasi sanad hadits merupakan hal sangat urgent dalam menjaga ciri dari
hadits itu sendiri. Karena merupakan sumber ajaran setelah al-Qur’an yang sudah
menjadi pola amāliyah masyarakat. Dengan demikian, tidak diragukan lagi
kebenarannya. Hal tersebut dilakukan untuk menyaring unsur-unsur luar yang masuk
ke dalam hadits, baik yang disengaja ataupun tidak. Maka, dengan dokumentasi
terhadap sanad tersebut, hadits-hadits Rasulullah SAW dapat terhindar dari segala yang
mengotorinya.
(Muhammad Bakir, 2018) Nasir mengutip pendapatnya Sufyan al-Tsauri,
“Sanad adalah senjata orang mukmin, seandainya ia tidak bersenjata lalu dengan apa
dia akan berperang?”
5

Senada dengan Abdullah bin Mubarak yang dikutip Jamal:


‫اإلسناد من الدين ولو ال اإلسناد لقال من شاء ما شاء‬
(A. Ali et al., 2004) “Sanad adalah bagian dari agama, kalau bukan karena sanad
niscaya banyak orang akan berkata seenaknya”.
Dokumentasi sanad hadits berjalan seirama dengan penulisan hadits, hal
tersebut sebagai salah satu data sejarah yang cukup unik dan lama, data tersebut
merupakan kitab-kitab hadits. Kitab tersebut terpelihara dan diwariskan secara estafet
dari satu generasi ke generasi sesudahnya.
Salah satu kelebihannya kitab-kitab hadits tersebut dibukukannya data orang-
orang yang menerima dan meriwayatkan hadits-hadits tersebut, yang disebut sanad.
Sanad hadits satu persatu terdokumentasikan secara urut dan valid. Hal itu
dapat dilihat pada kitab, al-Jāmi’ al-Shahīh (al-Bukhari dan Muslim). Juga seperti
ulama-ulama berikut: Abu Daud, al-Turmudzi, al-Nas’I, ibn Majah, Malik bin Anas,
Ahamd bin Hambal, al-Darimi, al-Daruquthni, dan al-Hakim. Mereka semua menulis
hadits lengkap dengan sanadnya. Hal ini bukti bahwa sanad hadits terdokumentasi
dengan baik.

B. Peranan Sanad dalam Dokumentasi Hadits


Peranan sanad dalam kaitannya dengan dokumentasi hadits, yaitu: menyangkut
pengumpulan dan pemeliharaan hadits, baik dalam bentuk tulisan atau dengan
mengandalkan daya ingat yang kuat.
(M. Ali, 2016) Proses dokumentasi hadits melalui periwayatan, menurut
Fachrur Rahman yang dikutip Badri Khaeruman, memerlukan proses penerimaan
(Naql dan Tahammul) hadits oleh seorang rawi dari gurunya dan setelah dipahami,
dihafalkan, dihayati, diamalkan (dhabth), ditulis, di-tadwin (tahrir), dan disampaikan
kepada orang lain sebagai muridnya (ada’) dengan menyebut sumber pemberitaan
riwayatnya.
Kegiatan pendokumentasian hadits, terutama pengumpulan dan penyampaian
hadits-hadits Nabi SAW, baik melalui hafalan maupun melalui tulisan yang di lakukan
oleh para Sahabat, Tābi‘īn, Tābi‘ al- Tābi‘īn, dan mereka yang datang sesudahnya,
6

yang rangkaian mereka itu disebut Sanad, sampai generasi yang dibukukan hadits-
hadits tersebut, seperti Malik ibn Anas, Ahmad ibn Hambal, Bukhari, Muslim, dan
lainnya, telah menyebabkan kepemeliharaannya hadits-hadits sampai di tangan kita
hingga sekarang ini.
Dalam perkembangan berikutnya, proses pendokumentasian hadits semakin
banyak dilakukan dengan tulisan. Hal ini terlihat dari delapan metode mempelajari
hadits yang di kenal di kalangan Ulama hadits.
(Muhammad Bakir, 2018) Metode-motode tersebut adalah: Sama’ min lafdh
al-Syaikh (mendengarkan sendiri dari perkataan gurunya), al-Qirā’ah ‘alā al-Syaikh
(murid membaca sendiri di hadapan gurunya), Ijāzah ( pemberin izin dari seseorang
kepada orang lain untuk meriwayatkan hadits darinya atau dari kitab-kitabnya),
Munāwalah ( seorang guru memberikan sebuah naskah asli kepada muridnya atau
salinan yang sudah dikoreksi), Mukātabah (seorang guru menulis atau menyuruh orang
lain untuk menulis beberapa hadits kepada orang di tempat lain atau yang ada di
hadapannya), Wijādah (memperoleh tulisan hadits orang lain yang tidak diriwayatkan
dengan sama’, qirā’ah maupun yang lainnya, dari pemilik hadits atau pemilik tulisan
tersebut), washīyah (pesan seseorang ketika akan meninggal atau bepergian dengan
sebuah kitab tulisan supaya diriwayatkan), dan I’lām (pemberitahuan guru kepada
muridnya bahwa hadits yang diriwayatkan adalah riwayatnya sendiri yang
diterima dari seorang guru dengan tidak mengatakan (menyuruh) agar si murid
meriwayatkan.
Berdasarkan cara-cara tersebut, tiap-tiap sanad hadits secara
berkesinambungan. Mulai dari Sahabat, Tābi‘īn, Tābi‘ al- Tābi‘īn, dan seterusnya
sampai terdokumennya hadits-hadits Nabi SAW. di dalam kitab-kitab hadits seperti
yang kita jumpai sekarang, telah memelihara dan menjaga keberadaan dan kemurnian
hadits Nabi SAW, yang merupakan sumber kedua dari ajaran Islam.
Kegiatan pendokumentasian hadits yang dianjurkan oleh masing-masing sanad
tersebut di atas, baik melalui hafalan maupun tulisan, telah pula didokumentasikan oleh
para Ulama dan para peneliti serta kritikus hadits. Kitab-kitab hadits yang muktabar
dan standart, seperti Shahih Bukhori, Shahih Muslim, dan lainnya, di dalam
7

menuliskan hadits, juga menuliskan secara urut nama-nama sanad hadits satu persatu,
mulai dari sanad pertama sampai sanad terakhir.

2.3. Metode Penulisan Sanad dan Matan Hadits

A. Dilihat dari Segi Kelengkapan Sanad


Metode penulisan sanad tidak lepas dari metode yang digunakan Nabi
Muhammad untuk mengajarkan haditsnya, yang meliputi metode lisan, metode tulisan
dan metode peragaan praktis. Oleh karenanya hadits menjadi bagian terpenting dari
wahyu yang diterima Nabi Muhammad. Maka dalam rangka mensosialisasikan
memerlukan upaya-upaya dan metode yang fix (kuat) untuk menjaga keautentikan teks
hadits.
Penulisan sanad hadits dilihat dari segi kelengkapan hadits meliputi: 1). Sanad
dan matan hadits yang ditulis secara lengkap. 2). Penulisan hadits dengan sanad yang
ditulis lengkap, sedangkan matan ditulis dengan ‫ ح‬atau ‫ خ‬atau ‫ صح‬sebagainya.
Status dan kualitas suatu hadits, apakah dapat di terima atau di tolak,
tergantung pada sanad dan matan hadits tersebut. Apabila sanad suatu hadits telah
memenuhi syarat-syarat dan kriteria tertentu, demikian juga matan-nya, maka hadits
tersebut dapat diterima sebagai dasar untuk melakukan sesuatu atau menetapkan
hukum atas sesuatu. Atau disebut hadits maqbūl (hadits yang dapat diterima sebagai
dalil atau dasar penetapan suatu hukum). Diantara syarat maqbūl dalam suatu hadits
adalah berhubungan erat dengan Sanad-nya bersambung
Suatu hadits manakala Sanad-nya tidak bersambung atau terputus, maka
Hadits tersebut tidak bisa diterima sebagai dalil atau Hujjah. Keterputusan sanad dapat
terjadi pada awal sanad, baik satu orang perawi atau lebih (disebut hadits mu’allaq),
atau pada akhir sanad (disebut hadits mursal). atau terputusnya sanad satu orang
(munqathi’), atau dua orang atau lebih secara berurutan (mu’dhal), dan lainnya.
Dengan demikian penulisan sanad tergantung pada keadaan suatu hadits.
karena sanad suatu hadits sangat berperan dalam menentukan kualitas hadits, yaitu dari
segi dapatnya diterima sebagai dalil (maqbūl) atau tidak (mardūd).
8

B. Dilihat dari Sumber Berita Sanad


(Zubaidah, 2015a) Penulisan sanad dan matan, memerlukan ketelitian dan
kehati-hatian, salah satu contoh yang dilakukan para Ulama ahli hadits. Ali Mustafa
Yaqub menjelaskan bahwa, “Para ulama ahli hadits membuat persyaratan-persyaratan
yang ketat untuk rawi-rawi yang dapat diterima haditsnya, di samping kriteria-kriteria
teks hadits yang dapat dijadikan sebagai sumber ajaran Islam.
(Nadhiran, 2014) Senada dengan pentingnya ketelitian dan kehati-hatian
dalam hal tersebut, Idris menjelaskan, bahwa “Para periwayat hadits pun tidak luput
dari sasaran penelitian mareka untuk diteliti kejujuran, kekuatan hafalan, dan lain
sebagainya.”
Dengan demikian membutuhkan penjagaan hadits Nabi dari upaya-upaya
yang melemahkannya dan disaring dari tercampurnya dengan hadits al-Maudhūī. Ini
artinya, segala matan hadits yang beredar perlu diteliti siapa pembawanya, bagaimana
silsilah sanadnya, dan bagaimana isi kandungan haditsnya. Dengan inisiatif Umar bin
Abdul Aziz dan para Ulama abad kedua dan ketiga hijriah maka terjadilah pembukuan
hadits secara resmi
Demikian juga halnya jika sanad hadits mengalami cacat, baik cacat yang
berhubungan dengan keadilan para perawi, seperti pembohong, fasik, pelaku bid’ah,
atau tidak di ketahui sifatnya, atau cacatnya berhubungan dengan kedhabitannya,
seperti sering berbuat kesalahan, buruk hafalannya, lalai, sering ragu, dan menyalahi
keterangan orang-orang terpercaya.
Keseluruhan cacat tersebut, apabila terdapat pada salah seorang perawi dari
suatu sanad hadits, maka hadits tersebut juga dinyatakan dha’if dan ditolak sebagai
dalil.

Jadi penulisan sanad dan matan hadits dilihat dari sumber berita sanad adalah:
1). Hadits marfūʹ:
" ‫هو ما أضيف إلى النبى صلى هللا عليه وسلم خا صة من قول او فعل او تقرير اووصف‬
Hadits yang disandarkan pada Nabi baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan atau sifat Nabi Muhammad.”
9

2). Hadits mauqūf:


‫هو ما أضيف إلى الصحابة رضوان هللا عليهم‬
"Hadits yang disandarkan pada sahabat.”
3). Hadits maqthūʹ:
‫هو مانسب إلى التا بعى من قول أوفعل‬
"Hadits yang dinisbatkan pada tābiʹīn baik berupa perkatan atau perbuatan.”

C. Dilihat dari Segi Penilaian Sanad dan Matan Hadits


Dalam hal penulisan sanad dan matan, penilaian sanad dan matan merupakan
hal yang sangat urgent, dan merupakan bentuk yang menyeluruh dari keutuhan
berkualitas atau tidaknya sebuah hadits.
Dengan demikian penulisan sanad dan matan hadits dilihat dari segi penilaian
sanad dan matan hadits adalah: 1). Hadits yang dinilai dengan tegas seperti sunan al-
Turmudzī. 2). Hadits yang tidak dinilai.
(Zubaidah, 2015b) Suatu contoh dalam hal periwayatan hadits pada masa Abu
Bakar, Abu Bakar secara hati-hati dan butuh kesaksian dari orang lain terhadap orang
yang meriwatkan hadits, atau juga yang terjadi masa Ali, beliau tidak menerima hadits
sebelum yang meriwayatkan disumpah. Menurut Jamal, “Kedudukan sanad dalam
sebuah hadits sangatlah penting, karenanya, sebuah hadits bisa diterima atau ditolak,
banyak ditentukan oleh siapa yang meriwayatkan. Di samping itu, sanad hadits dapat
menentukan kualitas hadits, mana hadits shahih atau hasan, atau hadits dla’if yang
kemudian harus ditinggalkan.”

2.4. Kandungan Matan Hadits Secara Umum


(DR. Nawir Yuslem, 2001) Matan hadits bermuatan konsep ajaran Islam,
berupa sabda Nabi, Surat-surat yang dibuat Nabi, Seperti fakta perjanjian, hadits Qudsi,
pemberitaan yang berkaitan dengan al-Qur’an, perbuatan atau tindakan yang dilakukan
Nabi dan diriwayatkan kembali oleh sahabat, sifat dan hal ihwal pribadi Nabi, prilaku
10

Nabi dan kebiasaan Nabi dalam tata kehidupan sehari-hari, sirah nabawi, hadits hammi
dan Hadits taqrīry.
(DR. Nawir Yuslem, 2001) Dengan demikian kandungan matan secara umum
adalah teks yang terdapat di dalam matan suatu hadits mengenai suatu peristiwa, atau
pernyataan yang di sandarkan kepada Nabi Muhammad. Atau tegasnya kandungan
matan adalah redaksi dari matan suatu hadits yang berisi tentang bagaimana awal
wahyu turun kepada rasulullah saw, tentang iman, ilmu, tentang amaliah sehari-hari
(mandi, wudu’ dan sebagainya), tentang shalat, iʹtikaf, jual beli, penyewaan, upah,
perwakilan, tentang berladang dan bercocok tanam, distribusi air (pengairan), masalah
hutang, tentang perselisihan (pertengkaran), luqathah (barang temuan), tentang
perbuatan-perbuatan zalim, syirkah (perseroan), pegadaian, pembebasan
budak, hadiah dan keutamaannya, syahadah (persaksian) perdamaian, persyaratan,
wasiat, jihad dan ekspedisi, permulaan makhluk, biografi, berbagai keutamaan sahabat-
sahabat nabi, tentang perang, tafsir, nikah, thalaq, nafkah, makanan, ʹaqīqah,
sembelihan-sembelihan, berburu, dan membacakan bismillah atas hewan buruan,
korban-korban, minuman, musibah sakit, pengobatan, mengenai makna, adab (budi
pekerti), isti`dzān (memohon izin), do'a-do'a, kalimat-kalimat yang melunakkan hati,
ketentuan allah, sumpah dan nadzar, kafarat sumpah, farāidl (hukum waris), had
(pidana) dan apa yang harus dihindari dari had, penjelasan orang-orang yang diperangi
terdiri dari orang-orang kafir dan orang-orang yang harus diperangi dari orang-oang
murtad sehingga mereka meninggal dunia, diyat (tebusan kejahatan), orang-orang
murtad dan orang-orang yang menentang diminta bertaubat, dan peperangan terhadap
mereka, pemaksaan, helah (upaya tersembunyi), fitnah-fitnah (ujian/siksaan), hukum-
hukum, harapan jauh (angan-angan), berpegang kepada al-Qur'an dan sunnah dan
tentang tauhid.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah diungkapkan oleh penulis ada bebarapa kesimpulan yang dapat
diambil, antara lain: Sanad merupakan jalan/ rentetan orang-orang yang dapat menghubungkan
matan hadits kepada Nabi Muhammad SAW. Matan merupakan suatu kalimat tempat berakhirnya
sanad atau isi (inti) dari hadits. Unsur-unsur sanad dan matan adalah: Rijāl al-Sanad, Ittishal al-
ruwāt dan Tahammul dan adā’. Sedangkan unsur matan adalah lafadz (teks) dan maʹnā (konsep).
Pendokumentasian hadits merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga keautentikan sebuah
hadits, Sanad berperan dalam dokumentasi, karena dalam dokumentasi hadits ada berbagai metode
untuk menjaga hadits sebagi sumber ke dua dalam ajaran Islam. Misal, peranan sanad dalam
kaitannya dengan dokumentasi hadits, yaitu: menyangkut pengumpulan dan pemeliharaan hadits,
baik dalam bentuk tulisan atau dengan mengandalkan daya ingat yang kuat. Penulisan sanad dan
matan memerlukan kelengkapan sanad, karenanya bisa menjelaskan dan membedakan hadits itu
maqbūl atau mardūd. Dan juga sumber berita sanad menjadi dasar dalam menjaga bercampurnya
hadits paslu atau tidak, karena dalam rentetan sanad memerlukan persyaratan-persyaratan untuk
menjadi seorang penyampai hadits. Misalnya bukan seorang pembohong atau fasik dan sebagainya.
Serta juga dalam penilaian sanad dan matan hadits merupakan bentuk yang komprehensif dalam
menentukan kualitas hadits. Kandungan matan secara umum adalah teks yang terdapat di dalam
matan suatu hadits mengenai suatu peristiwa, atau pernyataan yang di sandarkan kepada Rasul
SAW. Atau tegasnya kandungan matan adalah redaksi dari matan suatu hadits, seperti tentang
berladang dan bercocok tanam, distribusi air (pengairan), masalah hutang, tentang perselisihan dan
sebagainya.

3.2. Saran
Pada penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya, baik berupa bahasa maupun cara
penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna menciptakan penyusunan
makalah yang lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah as-Surianji, Abu. 2019. Al-Muqadimah. Bandung : Markaz Riwayah.

Ali, A., Muhdlor, A. Z., Arab-indonesia, K. K., Grafika, M. K., Sekolah, M. B., & Rosdakarya,
R. (2004). 21 19 8. 8–21.

Ali, M. (2016). Sejarah Dan Kedudukan Sanad Dalam Hadits Nabi Muhammad. Jurnal Tahdis,
Vol 7(No 1), 51–63.

DR. Nawir Yuslem, M. (2001). Ulumul Hadits.pdf (p. 496).

Muhammad Bakir. (2018). Kritik Matan Hadits Versi Muhaddisin dan Fuqoha’: Studi Pemikiran
Hasjim Abbas. Samawat, 2(2), 13–34.

Nadhiran, H. (2014). KRITIK SANAD HADITS: Telaâah Metodologis. Jurnal Ilmu Agama UIN
Raden Fatah, 15(1), 91–109.

Rifa’i, I. (2012). Mengenal Kamus Arab-Indonesia Mahmud Yunus. Jurnal Al Bayan UIN Raden
Intan.
https://scholar.archive.org/work/i4sy5brerfdlthi5wigk4ku7v4/access/wayback/http://ejournal
.radenintan.ac.id:80/index.php/albayan/article/viewFile/973/812

Zubaidah. (2015a). METODE KRITIK SANAD DAN MATAN HADITS Oleh : Zubaidah
Sekolah Tinggi Pendidikan Islam Bina Insan Yogyakarta. Jurnal Komunikasi Dan
Pendidikan Islam, VOL.4(NO.1), 42–80.

Zubaidah, Z. (2015b). Metode Kritik Sanad Dan Matan Hadits. Al-Manar, 4(1), 18–32.
https://doi.org/10.36668/jal.v4i1.68

12

Anda mungkin juga menyukai