Anda di halaman 1dari 109

SKRIPSI

PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI SAWAH DAERAH

IRIGASI SANREGO KABUPATEN BONE

Oleh :

HAMZAH : 10581176212

A.YUSVIAWAN : 10581168712

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL PENGAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,

karena rahmat dan hidayah- Nyalah sehingga penulis dapat menyusun

Proposal rencana penelitian dengan judul : “PENGEMBANGAN

JARINGAN IRIGASI D.I SANREGO KABUPATEN BONE”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan proposal

penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, hal ini

disebabkan penulis sebagai manusia biasa tidak lepas dari kekhilafan baik

itu dari segi teknis penulisan. Oleh karena itu penulis menerima dengan

ikhlas dan senang hati segala koreksi serta perbaikan guna

penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat lebih bermanfaat.

Proposal rencana penelitian ini dapat terwujud berkat adanya

bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, kami mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Hamzah Al Imran,ST.,MT sebagai Dekan Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Muh. Syafaat S. Kuba, ST. sebagai Ketua Jurusan Sipil

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr.Ir. Ratna Musa, MT selaku Pembimbing I dan Ibu Hj. Arsyuni Ali

Mustari,ST.,MT. selaku pembimbing II, yang telah banyak meluangkan

iii
waktu, memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga terwujudnya

proposal ini.

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai pada Fakultas Teknik atas

segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis selama

mengikuti proses belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah

Makassar.

5. Ayahanda, Ibunda dan Saudara-saudara yang tercinta, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya atas segala

limpahan kasih sayang, do’a, dorongan dan pengorbanannya.

6. Rekan- rekan mahasiswa Fakultas Teknik, terkhusus Saudaraku

Angkatan 2012 yang dengan keakraban dan persaudaraannya banyak

membantu dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang

berlipat ganda di sisi Allah SWT dan proposal penelitian yang sederhana

ini dapat bermanfaat bagi penulis, rekan- rekan, masyarakat serta bangsa

dan negara. Amin.

Makassar, Mei 2018

Penulis

iv
PENGEMBANGAN JARINGAN Agriculture is a sector of economic development
IRISGASI SAWAH D.I SANREGO given its function and role in the provision of food
for the population, and where dependent
KABUPATEN BONE livelihoods of rural people. To increase food
production, an irrigation network was developed.
Hamzah)1 dan A. Yusviawan)2 The area of agriculture in Bone Regency is
already a vast expanse of rice fields so that the
1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Pengairan conditions of rice water availability is very
Unismuh Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259, limited, only one harvest, and even then rely on
hamzahcivil22@yahoo.com rain water. Therefore the need for water is getting
2) bigger, both quantitatively and qualitatively. This
MahasiswaProgram StudiTeknik Pengairan
Unismuh Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259, study aims to determine the ability of the Sanrego
Iwanyusviawan@yahoo.com dam discharge so that the development of
irrigation networks can be done, knowing the
Abstrak irrigation network planning on the development of
irrigation network of rice fields in Sanrego
irrigation area. This study is a type of
Pertanian merupakan sektor pembangunan experimental research, in the analysis of how
perekonomian mengingat fungsi dan perannya much potential discharge is available, using the
dalam penyediaan pangan bagi penduduk, serta NRECA and MOCK Methods, according to the
tempat tergantungnya mata pencaharian penduduk observed year, must be sorted from the smallest to
di pedesaan. Untuk meningkatkan produksi the largest. Then projected the amount of
pangan maka diadakanlah suatu pengembangan discharge available with the discharge
jaringan irigasi. Daerah pertanian di Kabupaten requirement available in january. The irrigation
Bone sudah berupa hamparan sawah yang luas network that has been constructed is 6712 ha with
sehingga kondisi ketersediaan air sawah sangat the discharge use of Q = 11.02 m³ / s while the
terbatas, hanya satu kali panen, itupun available discharge is 11.91 m³ / s, so the
mengandalkan air hujan. Oleh sebab itu kebutuhan remaining Q = 0.89 m³ / s. For the development of
air semakin besar, baik secara kuantitatif dan the sanrego irrigation area network it can be
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk concluded that there is still a residual debit of Q =
mengetahui kemampuan debit bendung Sanrego 0.89 m³ / s, capable of providing water of 541,
sehingga pengembangan jaringan irigasi dapat further in the design of irrigation network schemes
dilakukan, mengetahui perencanaan jaringan and channel dimension requirements in
irigasi pada pengembangan jaringan irigasi sawah accordance with standards of Irrigation Planning
didaerah irigasi Sanrego. Penelitian ini merupakan (Planning Criteria 01 , 1986). So that the
jenis penelitian eksperimental, di analisis seberapa utilization of water supply sanrego dam can be
besar potensi debit yang tesedia, dengan utilized with the maximum
menggunakan Metode NRECA dan Metode Keywords: Water availability and water
MOCK, menurut tahun pengamatan yang requirements
diperoleh, harus diurut dari yang terkecil sampai .
yang terbesar.. Kemudian memproyeksikan
jumlah debit yang tersedia dengan kebutuhan
debit yang tersedia pada bulan januari. Jaringan
irigasi yang sudah dibangun seluas areal 6712 ha
dengan debit yang tepakai sebesar Q= 11.02
m³/dtk sedangkan debit yang tersedia sebaesar
11.91 m³/dtk, sehingga masih tersisa Q= 0.89
m³/dtk. Untuk pengembangan jaringan daerah
irigasi sanrego dapat disimpulkan bahwa masih
ada debit tersisa sebesar Q= 0,89 m³/dtk, yang
mampu memberi air seluas 541, haselanjutnya di
didesain skema jaringan irigasi dan dimensi
saluran persyaratan yang sesuai dengan standar
Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan 01
,1986). Sehingga Pemanfaatan ketersediaan air
bendung sanrego dapat dimanfaatkan dengan
maksimal.
Kata kunci : Ketersediaan air dan kebutuhan air

Abstract
iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... !!!

DAFTAR ISI ....................................................................................... !V

DAFRAR TABEL................................................................................ V!

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ V!!

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang ...................................................................... 1

B Rumusan Masalah ................................................................. 3

C Tujuan Penelitian ................................................................... 4

D Batasan Masalah ................................................................... 4

D Manfaat Penelitian ................................................................. 4

E Sistematika Penulisan ............................................................ 4

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A Jaringan Irigasi ...................................................................... 6

a. Pengertian Jaringan Irigasi ................................................ 6

b. Klarifikasi Jaringan Irigasi .................................................. 7

c. Jaringan Irigasi Eksiting yang Terhubung ............................ 10

d. Sistem Jaringan Irigasi ................................................... 11

B Analisa Hidrologi ................................................................... 18

a. Pengertia Hidrologi ........................................................ 18

b. Stasiun hidrologi ............................................................ 19


v

c. Anlisa curah hujan rata- rata ......................................... 19

d. Curah hujan efektif ......................................................... 20

e. Debit andalan ................................................................. 21

C Klimatologi ............................................................................. 23

a. Pengertian klimatologi .................................................... 23

b. Evapotranspirasi ............................................................ 23

c. Kondisi Topografi ........................................................... 25

d. Kebutuhan Air Irigasi ...................................................... 26

e. Skema jaringan Irigasi.................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A Lokasi Penelitian ................................................................... 33

B Jenis Penelitian dan Sumber Data ......................................... 34

1. Jenis penelitian .............................................................. 34

2. Sumber data .................................................................. 34

C Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 35

D Teknik Analisa Data ............................................................... 35

E Variabel yang Diteliti .............................................................. 37

F Prosedur Penelitian ................................................................ 37

E Bagan Flow Chart Penelitian .................................................. 38

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

A Hasil Penelitian ...................................................................... 39

1. Data Stasiun hidrologi .................................................... 39

2. Jaringan Irigasi .............................................................. 43


vi

B Analisa dan Perhitungan ........................................................ 44

1. Analisa Curah Hujan Rata-rata Degan Metode Polygon

Thiessen ........................................................................ 44

2. Analisa Curah Hujan Efektif ........................................... 45

3. Analisa Data Klimatologi ................................................ 47

4. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Sawah ............................. 49

5. Analisis Ketersediaan Air ............................................... 52

6. Keseimbangan Air.......................................................... 54

7. Perhitungan Dimensi Saluran Rencana Pengembangan 55

C Hasil Pembahasan ................................................................. 74

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan ............................................................................ 75

B Saran ..................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
vii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data profil saluran garis A ...................................................... 17

2. Data profil saluran garis B ....................................................... 17

3. Harga – harga koefisien tanaman padi .................................... 27

4. Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan (IR) ................. 29

5. Daftar stasiun hidrologi pada DAS Sanrego ............................ 39

6. Data klimatologi ...................................................................... 40

7. Dimensi saluran eksisting ........................................................ 42

8. Koefisien thiessen ................................................................... 44

9. Perhitungan curah hujan rata- rata ½ bulanan dengan Metode

Thiessen ................................................................................. 45

10. Perhitungan curah hujan efektif ............................................... 46

11. Perhitngan evapotranspirasi .................................................... 49

12. Perhitungan kebutuhan air pola tanaman padi dan palawija .... 51

13. Data debit andalan ½ bulanan sungai sanrego ........................ 53

14. Keseimbangan air ................................................................... 54

15. Perencanaan dimensi saluran tersier pada daerah irigasi

sanrego pengebanagn ............................................................ 73

16. Perencanaan dimensi saluran skunder pada daerah irigasi

sanrego pengebanagn ............................................................ 73


viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Jaringan irigasi sederhana ...................................................... 8

2. Jaringan irigasi semi teknis ..................................................... 9

3. Jaringanirigasi teknis ............................................................... 10

4. Peta lokasi penelitian .............................................................. 34


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat disatu

sisi menimbulkan suatu permasalahan yaitu meningkatnya kebutuhan

akan bahan pangan, sehingga perlu dipikirkan berbagai usaha untuk lebih

meningkatkan hasil pertanian dan mencegah terjadinya kesenjangan yang

tinggi antara tingkat kebutuhan dan tingkat pemenuhan bahan makanan

dan juga meningkatkan taraf hidup petani.

Pertanian merupakan sektor pembangunan perekonomian

mengingat fungsi dan perannya dalam penyediaan pangan bagi

penduduk, serta tempat tergantungnya mata pencaharian penduduk di

pedesaan. Sektor ini mempunyai peningkatan devisa dan peningkatan

kesejahteraan petani, sehingga pembangunan pertanian sebagai motor

penngerak dan penyandang perekonomian nasional dalam rangka

peningkatan produksi padi, salah satu program yang di laksanakan yaitu

pembangunan jaringan irigasi yang merupakan faktor penting dalam

proses usaha tani yang berdampak langsung terhadap kualitas dan

kuantitas tanaman padi. Pembangunan sarana irigasi sebagai salah

satu faktor penunjang kearah upaya mempertahankan dan meningkatkan

swasembada pangan, membutuhkan persyaratan sosial, yang pada


2

dasarnya merekam dan mengkaji secara seksama, keingina harapan dan

kemajuan para petani. Sehingga ketersediaan sarana irigasi yang hendak

dibangun, sebagai perwujudan dari petani dan bersifat “buttom up” yang

nantinya diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang optimal, dari

suatu kegiatan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani.

Daerah pertanian di Kabupaten Bone sudah berupa hamparan

sawah yang luas sehingga kondisi ketersediaan air sawah sangat

terbatas, hanya satu kali panen, itupun mengandalkan air hujan. Oleh

sebab itu kebutuhan air semakin besar, baik secara kuantitatif dan

kualitatif. Pemenuhan kebutuhan air irigasi di kabupaeten Bone,

kecamatan Kahu, Kecamatan Patimpeng, Kecamatan Libureng masih

kurang, sehingga upaya perbaikan prasarana dan sarana irigasi menjadi

sangat penting untuk terus dilakukan untuk menjamin efesiensi

penggunaan sumber air.

Daerah Irigasi di sanrego, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone

awalnya didesain dengan areal seluas 9457 ha. Jaringan irigasi yang

sudah dibangun sampai saat ini hanya seluas areal 6712 ha, areal

sisanya merupakan sawah tadah hujan seluas 2745 ha. Sawah tadah

hujan adalah sawah yang air irigasinya mengandalkan dari air hujan saja

sehingga pada saat musim kemarau areal sawah tidak dapat ditanami

karena kurangnya ketersediaan air. Karena mengandalkan air hujan,

dalam setahun areal sawah petani hanya mampu 1 kali masa tanam.
3

Dengan keadaan tersebut, pendapatan petani dari hasil pertanian

dianggap masih kurang.

Pemberian air irigasi semula dilakukan dengan mengambil air

Bendung Sanrego yang merupakan aliran dari Sungai Sanrego Untuk

meningkatkan produksi pangan, pemerintah daerah merencanakan untuk

memperluas daerah pengairan yang terletak di kanan bendung sanrego.

Untuk meningkatkan produksi pangan maka diadakanlah suatu

pengembangan jaringan irigasi. Dengan adanya suatu pengembangan

jaringan irigasi di daerah irigasi Sanrego maka penulis mencoba untuk

menganalisa kasus ini, dimana jaringan irigasi di daerah Sanrego

dilakukan suatu perluasan jaringan irigasi di sebelah kanan bendung.

Melihat hal tersebut di atas dan kaitannya dengan perencanaan

jaringan irigasi maka dalam skripsi ini dipilih judul “Pengembangan

Jaringan Irigasi Sawah Daerah Irigasi Sanrego Kabupaten Bone”.

Dalam rangka meningkatkan areal layanan irigasi dan intensitas tanam

dari areal eksisting.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Seberapa besar kemampuan debit air yang tersedia pada sungai

sanrego untuk mengairi sawah yang ada didaerah irigasi sanrego ?

2. Bagaimana perencanaan pengembangan jaringan irigasi sawah

pada daerah irigasi Sanrego kabupaten Bone ?


4

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah sebagaimana

yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemampuan debit bendung sanrego sehingga

pengembangan jaringan irigasi dapat dilakukan.

2. Untuk mengetahui perencanaan jaringan irigasi pada

pengembangan jaringan irigasi sawah didaerah irigasi Sanrego

D. Batasan Masalah

Adapun batasan permasalahan terhadap penelitian ini adalah:

1. Membahas mengenai pengembangan jaringan irigasi sawah.

2. Distribusi air yang direncanakan mengikuti kriteria perencanaan

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan tentang pengembangan jaringan irigasi.

2. Sebagai masukan kepada piahak yang berwenang mengenai

ketersediaan air.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan ini merupakan susunan yang sistematik dengan

komposisi bab- bab mengenai pokok- pokok uraian sehingga mencakup

pengertian tentang apa dan bagaimana. Jadi sistematika penulisan

diuraikan sebagai berikut:


5

BAB I : Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,

dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini menguraikan tentang ketersedian debit air pada sungai

sanrego, analisa hidrologi dan kebutuhan air pada pengem-bangan

jaringan irigasi.

BAB III : Bab ini akan menguraikan tentang tahap- tahap dalam proses

penelitiandi lapangan, dimulai dari pengabilan data lapangan,

pengumpulan data hidrologi, dan tahap analisis hidrologi.

BAB IV : Bab ini berisi tentang analisis data dan hasil analisisnya.

BAB V : Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jaringan Irigasi

a. Pengertian Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi didefinisikan sebagai pemakaian dan penyaluran air

pada tanah guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman, untuk

pengaliran irigasi, saluran berpenampang trapezium, segi empat adalah

bangunan pembawa yang umum dipakai dan ekonomis. Pengembangan

jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi baru atau

peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada. Pembangunan jaringan

irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi di wilayah

tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.

Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi

dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas

areal pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan

mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi.

Jaringan irigasi terdiri dari petak- petak tersier, sekunder dan primer yang

berlainan antara saluran pembawa dan saluran pembuang terdapat juga

bangunan utama, bangunan pelengkap, yang dilengkapi keterangan nama

luas dan debit. Sebelum diambil keputusan, terlebih dahulu dicek apakah
7

daerah ini tidak mungkin diairi selamanya atau hanya untuk sementara

saja.

Jika sudah pasti tidak bisa ditanami, daerah ditandai pada peta,

dalam pembagian petak tersier dan kuarter harus diperhatikan keadaan

lapangan dan batas- batas alam yang ada misalnya saluran- saluran

lama, sungai, jalan raya, kereta api dan sebagainya. Perencanaan

jaringan irigasi mempertimbangkan faktor- faktor seperti medan lapangan,

ketersediaan air dan lain- lain. Sebelum merencanakan suatu daerah

irigasi terlebih dahulu harus diadakan penyelidikan mengenai jenis- jenis

tanah pertanian yang akan dikembangkan, bagian yang akan dilewati

jaringan irigasi (kontur, sungai, desa, dan lainnya). Keseluruhan proses

tersebut harus mempertimbangkan faktor ekonomis dan dampak setelah

serta sebelum pelaksanaan proyek.

b. Klasifikasi jaringan irigasi

Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan

lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga

tingkatan yakni:

1. Jaringan irigasi sederhana

Di dalam irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau

diatur, air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Para petani

pemakai air itu tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi yang

sama, sehingga tidak memerlukan keterlibatan pemerintah di dalam


8

organisasi jaringan irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya

berlimpah dengan kemiringan berkisar antara sedang sampai curam.

Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk

sistem pembagian airnya.

Gambar.2.1 Jaringan Irigasi Sederhana

2. Jaringan irigasi semi teknis

Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan

irigasi sederhana dan jaringan semi teknis adalah bahwa jaringan semi

teknis ini bendungnya terletak di sungai lengkap dengan bangunan

pengambilan dan bangunan pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga

dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan saluran. Sistem


9

pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Adalah

mungkin bahwa pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah

yang lebih luas dari daerah layanan pada jaringan sederhana. Oleh

karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan.

Organisasinya akan lebih rumit jika bangunan tetapnya berupa

bangunan pengambilan dari sungai, karena diperlukan lebih banyak

keterlibatan dari pemerintah.

Gambar.2.2 Jaringan Irigasi Semi teknis

3. Jaringan irigasi teknis

Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah

pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus.

Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang tetap

bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga

ujung. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan


10

saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke saluran

pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke laut.

Gambar.2.3 Jaringan Irigasi Teknis

c. Jaringan Irigasi Eksisting Yang Berhubungan

Areal rencana pengembangan akan diairi dari bendung Sanrego

melalui jaringan saluran skunder aming. Dari hasil pengecekan dimensi

bangunan pengambilan yang ada (3x B=2.0m ; H=1.70 m) menunjukkan

bahwa kapasitas bangunan mampu untuk mengalirkan debit rencana


11

sebesar 15,765 m3/dt, untuk areal seluas 9457 ha. Saluran pembawa

eksisting yang berhubungan untuk mengairi areal rencana pengembangan

adalah Saluran Induk Sanrego (BS.0 – BS.11), dan Saluran Sekunder

Amming (B.Am.1 – B.Am.13).

Dimensi saluran Induk Sanrego dan Saluran Sekunder Amming

sudah didesain untuk mengairi areal eksisting dan rencana

pengembangan. Namun akibat sedimentasi pada beberapa lokasi saluran

kapasitasnya sudah berkurang. Untuk mengembalikan kapasitas saluran

sesuai desain semula, serta untuk meningkatkan kinerja jaringan irigasi

yang ada, telah dilakukan desain rehabilitasi DI. Sanrego pada tahun

2015. Sehingga diharapkan setelah dilaksanakan pekerjaan konstruksi

rehabilitasi, jaringan irigasi ini mampu sepenuhnya untuk mengairi areal

irigasi termasuk rencana pengembangannya.

d. Sistem Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi terdiri dari petak- petak tersier, sekunder dan primer

yang berlainan antara saluran pembawa dan saluran pembuang terdapat

juga bangunan utama, bangunan pelengkap, yang dilengkapi keterangan

nama luas dan debit.

1. Petak Irigasi

Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.

Sedangkan kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan

yang mendapat air irigasi melalui saluran tersier yang sama disebut
12

petak tersier.Untuk membawa air dari sumbernya hingga ke petak

sawah diperlukan saluran pembawa dengan saluran pembuang, air

tidak tergenang pada petak sawah sehingga tidak berakibat

buruk.Kelebihan air ditampung dalam suatu saluran pembuang tersier

dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang

primer.Umumnya petak irigasi dibagi atas tiga bagian yaitu :

a. Petak Tersier

Petak tersier adalah petak yang menerima air irigasi yang

dialirkan dan diukur pada bangunan sadap tersier.

Secara umum petak tersier yang baik sebagai berikut:

1) Mempunyai luas antara 50– 100 Ha, agar pengawasan dan

pembagian air merata.

2) Mempunyai batas yang jelas (parit, jalan batas desa).

3) Jika topografi memungkinkan, petak tersier berbentuk bujur

sangkar atau empat persegi panjang, untuk mempermudah tata

letak bangunan dan efisiensi air baik.

4) Harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder.

5) Panjang saluran tersier sebaiknya tidak lebih dari 1,5 km,

saluran kuarter tidak lebih dari 500 m.

6) Tiap petak tersier sedapat mungkin dapat dibagi menjadi petak

kuarter dengan ukuran 8– 15 Ha.


13

b. Petak Sekunder

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang

kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak

sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak disaluran

primer dan sekunder. Batas- batas petak sekunder pada umumnya

berupa tanda-tanda topografii yang jelas, seperti misalnya saluran

pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda– beda, tergantung

pada situasi daerah.

c. Petak Primer

Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang

mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh

satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air,

biasanya sungai. Daerah disepanjang saluran primer sering tidak

dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran

sekunder.

2. Saluran Irigasi

a) Jaringan saluran irigasi utama

Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran

sekunder dan ke petak- petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran

primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir. Saluran sekunder

membawa air dari saluran primer ke petak- petak tersier yang

dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas saluran sekunder

adalah pada bangunan sadap terakhir.


14

b) Jaringan saluran irigasi tersier

Saluran irigasi tersier membawa air dari bangunan sadap

tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu di saluran

kuarter. Batas ujung saluran ini adalah box bagi kuarter yang

terakhir. Saluran kuarter membawa air dari box bagi kuarter melalui

bangunan sadap tersier.

c) Jaringan saluran pembuang utama

Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran

pembuang sekunder keluar daerah irigasi. Saluran pembuang primer

sering berupa saluran pembuang alam yang mengalirkan kelebihan

air ke sungai, anak sungai, atau ke laut. Saluran pembuang

sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersier dan

membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke

pembuang alam dan keluar daerah irigasi.

d) Jaringan saluran pembuang tersier

Saluran pembuang tersier terletak diantara petak- petak tersier

yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan

menampung air, baik dari pembuangan kuarter maupun sawah-

sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder.

Saluran pembuang sekunder menerima buangan air dari saluran

pembuang kuarter yang menampung air langsung dari sawah


15

e) Dimensi saluran Saluran

Perencanaan dimensi saluran dilakukan dengan menganggap

bahwa aliran tetap untuk itu ditetapkan rumus rumus Stricler (KP-03):

(1)

(2)

( ) (3)

P =b+ (2h.m²+ 1)

Q = V x A (m³)

b: n x h (m)

Dimana:

V = kecepatan aliran (m/detik)

R = jari- jari hidrolis (m)

Q = debit saluran (m³/dtk)

A = potongan melintang aliran (m²)

P = keliling basah (m)

b = lebar dasar (m)

h = tinggi air (m)

I = kemiringan saluran (m)

K = koefisien kekasaran stricler (m1/3/dtk)


16

Grafik perencanaan Saluran Irigasi

Sumber : Kriteria perencanaan ( KP 01)


17

Tabel 2.1 Data profil garis A


Q M n k k¹/³ I h b v I√h vbd
m³/dt /dt 10ˉ³ m m m/dt 10ˉ4 m/dt

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.0 1.0 35 0.56 0.62 0.62 0.39 3.19 0.42
0.30
1.0 1.2 35 0.50 0.73 0.88 0.42 3.16 0.44
0.50
1.5 1.3 35 0.46 0.78 1.02 0.44 3.07 0.46
0.75
1.5 1.8 40 0.39 0.92 1.66 0.54 2.92 0.55
1.50
1.5 2.3 40 0.32 1.16 2.66 0.59 2.76 0.57
3.00
1.5 2.7 40 0.28 1.32 3.57 0.61 2.63 0.58
4.50
1.5 3.1 42.5 0.25 1.41 4.37 0.66 2.46 0.61
6.00
1.5 3.5 42.5 0.23 1.50 5.25 0.67 2.36 0.62
7.50
1.5 3.7 42.5 0.21 1.60 5.93 0.67 2.24 0.61
9.00
2.0 4.2 45 0.20 1.60 6.71 0.70 2.14 0.64
11.00
2.0 4.9 45 0.17 1.76 8.64 0.70 1.94 0.63
15.00
2.0 6.5 45 0.15 2.00 12.98 0.74 1.87 0.64
25.00
2.0 9.0 45 0.13 2.19 19.73 0.74 1.79 0.65
40.00
Sumber : Kriteria perencnaan (Kp 01)

Tabel.2.2 Data profil saluran garis B


Q M n k k¹/³ I H b v I√h vbd
m³/dt /dt 10ˉ³ M m m/dt 10ˉ4 m/dt

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.0 1.0 35 0.44 0.65 0.65 0.36 2.56 0.39
0.30
1.0 1.2 35 0.38 0.77 0.92 0.38 2.46 0.40
0.50
1.5 1.3 35 0.35 0.82 1.07 0.40 2.40 0.41
0.75
1.5 1.8 40 0.30 0.97 1.74 0.49 2.30 0.49
1.50
1.5 2.3 40 0.25 1.21 2.79 0.54 2.21 0.52
3.00
1.5 2.7 40 0.225 1.38 3.71 0.57 2.51 0.53
4.50
1.5 3.1 42.5 0.20 1.47 4.55 0.60 2.01 0.56
6.00
1.5 3.5 42.5 0.19 1.55 5.44 0.62 1.99 0.57
7.50
1.5 3.7 42.5 0.175 1.66 6.14 0.63 1.90 0.57
9.00
2.0 4.2 45 0.16 1.67 7.00 0.64 1.75 0.58
11.00
2.0 4.9 45 0.145 1.82 8.91 0.66 1.68 0.59
15.00
2.0 6.5 45 0.13 2.05 13.34 0.70 1.64 0.61
25.00
2.0 9.0 45 0.12 2.23 20.03 0.73 1.62 0.62
40.00
Sumber : Kriter ia perencnaan (Kp 01)
18

f) Debit Saluran

Debit rencana sebuah saluran di hitung dengan rumus :

(3)
AxNFR
Q
e
Dimna:

Q : debit rencana (m³/dt)

NFR : kebutuhan air sawah, (m³/dt.ha)

A : Luas daerah irigasi,(ha)

e : efesiensi irigasi, 0,8 untuk saluran tersier dan 0,9

untuk saluran primer dan sekunder

B. Analisa Hidrologi

a. Pengertian Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya

pergerakan dan distribusiair di bumi, baik di atas maupun di bawah

permukaan bumi, tentang sifat fisik dan sifat kimia air serta reaksinya

terhadap lingkungan dan hubungannya dengan kehidupan. Secara umum

Hidrologi dapat di katakan ilmu yang menyangkut msalah kuantitas air.

Analisis hidrologi dimaksudkan untuk memprediksi keberadaan

sumber air pada daerah kajian dengan menggunakan persamaan empiris

yang memperhitungkan parameter- parameter alam yang mempengaruhi.

Sedangkan dari analisa hidrologi ini ditujukan untuk memberikan perkiraan

menganai ketersediaan air, kebutuhan air yang mungkin terjadi.


19

Penggunaan metode dan parameter yang digunakan dalam analisis

hidrologi disesuaikan dengan kondisi areal penelitian dan ketersediaan

data. Analisis hidrologi yang dilakukan sehubungan dengan perencanaan

jaringan irigasi adalah meliputi:

b. Stasiun Hidrologi

Stasiun hidrologi yang ada pada DAS Sanrego yaitu, stasiun

Maradda, stasiun Palattae, stasiun Sanrego, stasiun Tappale, dan Data

klimatologi diperoleh dari stasiun Klimatologi Ujung Lamuru, dengan

periode data dari tahun 1978 sampai dengan tahun 2001 (24 tahun). Data

klimatologi yang diperoleh antara lain : suhu udara rata-rata, kecepatan

angin, kelembaban relatif, dan lama penyinaran matahari.

c. Analisa Curah Hujan rata- rata

Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh data hujan yang

terjadi hanya satu tempat saja. Akan tetapi dalam analisis umumnya yang

diinginkan adalah data hujan rata-rata DAS (catchment rainfall). Untuk

menghitung besaran ini dapat ditempuh beberapa cara yang sampai saat

ini sangat lazim digunakan, yaitu dengan:

a) Metode Poligon Thiessen

Curah hujan rancangan dihitung untuk lokasi rencana bangunan

bangunan silang pada saluran-saluran pembawa, rencana pada areal

pengembangan DI. Sanrego. Untuk melakukan analisis hujan rencana

diperlukan data curah hujan di beberapa stasiun hujan yang


20

berpengaruh pada masing-masing DAS di lokasi penelitian. Data hujan

yang digunakan merupakan data curah hujan harian maksimum. Untuk

menghitung kedalaman hujan rerata DAS digunakan metode poligon

Theissen. Dengan menggunakan rumus Poligon Thiessen didapatkan

besar curah hujan rerata kawasan (R) yang nilainya berdasarkan nilai

koefisien/bobot Thiessen (Ci), luas catchment area (Ai), dan curah hujan

maksimum harian (Ri).


𝑖=𝑛
(4)
R= 𝐶𝑖. 𝑅𝑖
𝑖=1

(5)

Dimana:

R = Curah hujan maksimum harian rata-rata (mm)

Ci = Nilai koefisien Thiessen pada stasiun i

Ri = Curah hujan maksimum harian i (mm)

Ai = Luas catchment area pada stasiun i (km²)

Atotal = Luas catchment area total

d. Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif untuk irigasi tanaman padi diambil 70 %

dari curah hujan rata-rata tengah-bulanan dengan kemungkinan tak

terpenuhi 20 % atau Curah hujan andalan R80. Curah hujan andalan

(R80) untuk DI. Sanrego dihitung dari curah hujan setengah bulanan

rata-rata dari 4 stasiun hujan yang ada di sekitarnya, yaitu : Pallatae,


21

Tappale. (Perencanaan Jaringan Irigasi, KP- 01, 2010, dengan bentuk

persamaan:

1
( ) (6)
1

R80 = n/5 + 1

dimana :

Re : curah hujan efektif (mm/hari)

R80 (setengah bulan) 5 = curah hujan minimum tengah bulanan

dengan periode ulang 5 tahun/ mm

n = Jumlah data

Curah hujan efektif untuk tanaman bukan padi dihitung dengan

metode yang diperkenalkan oleh USDA Soil Conversation Service seperti

yang ditunjukkan pada Tabel Lampran 1 Curah Hujan Efektif Rata-rata

Bulanan dengan ET Tanaman Rata-rata Bulanan dan Curah Hujan Mean

Bulanan (Mean Monthly Rainfall).

e. Debit Andalan

Debit andalan (defendable flow) adalah debit aliran sungai yang

dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada suatu areal

rencana. Debit andalan untuk perencanaan irigasi adalah debit yang

mempunyai probabilitas kejadian 80%. Untuk menghasilkan debit ini yang

paling baik adalah dengan menggunakan suatu urutan data debit. Debit
22

andalan untuk satu bulan adalah debit dengan kemungkinan terpenuhi

adalah 80% atau tidak terpenuhi 20% dari waktu bulan itu.

Debit adalah merupakan debit minimum sungai kemungkinan debit

dapat dipenuhi ditetapkan 80%, sehingga kemingkinan debit sungai

lebih rendah dari debit andalan sebesar 20%. Untuk mendapatkan debit

andalan sungai, maka nilai debit, yang dianalisis adalah dengan Metode

NRECA dan Metode MOCK, menurut tahun pengamatan yang diperoleh,

harus diurut dari yang terkecil sampai yang terbesar. Kemudian dihitung

tingkat keandalan debit tersebut dapat terjadi, berdasarkan probabilitas

mengikuti rumus Weibull (Soemarto, 1995).

(7)
1

Dimana:

P : Probabilitas terjadinya kumpulan nilai yang diharapkan selama

periode pengamatan (%)

m : Nomor urut kejadian, dengan urutan variasi dari besar ke kecil

n : jumlah data

Dengan demikian pengertian debit andalan 80% adalah

berdasarkan pada nilai analisa pontensial debit sungai pada penelitian ini

yaitu menggunakan Metode NRECA dan Metode Mock berdasarkan

transformasi data curah hujan harian dan bulanan dari stasiun Pos duga

air Sanrego Kabupaten Bone. Debit andalan ditetapkan debit probabilitas

80%.
23

C. Klimatologi

a. Pengertian Klimtologi

Klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang

gejala- gejala cuaca tetapi sifat- sifat gejala- gejala tersebut mempunyai

sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer

permukaan bumi. Klimatologi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu

klimatologi fisis, klimatologi kedaerahan, klimatologi terapan.

Klimatologi fisis mempelajari sebab terjadinya ragam pertukaran panas,

air, udara teradap waktu dan tempat. Klimatologi kedaerahan bertuuan

memberikan gambaran iklim dunia yang meliputi sifat dan jenis iklim,

Sedangkan klimatologi terapan mencari hubungan klimatologi dengan

ilmu lain. Unsur- unsur klimatologi dan cuaca seperti suhu dan

kelembaban udara, curah hujan intesitas pebyinaran matahari,

kecepatan dan arah angin serta unsur lainya merupakan faktor yang

sangat penting dalam usaha pertanian.

b. Evapotranspirasi Potensial

Evapotranspirasi adalah kebutuhan dasar bagi tanaman yang

harus dipenuhi oleh sistem irigasi yang bersangkutan untuk menjamin

suatu tingkat produksi yang diharapkan. Evapotranspirasi sebagai

salah satu proses yang rumit sangat dipengauhi oleh keadaan iklim.

Untuk menghitung besarnya evapotranpirasi, dibutuhkan data-data

klimatologi yang meliputi :

1. Temperatur

2. Sinar Matahari
24

3. Kelembapan

4. Kecepatan angin

Metode Mock menggunakan rumus empiris dari Penman modiikasi

untuk menhitung evapotranspirasi potensial .Menurut Penman modiikasi

besarnya evapotranspirasi potensial diformulasikan sebagai berikut :

Eto = c.(W.Rn + (1- W) . f(u) .(ea – ed)


(8)
Dimana :

Eto = Evapotranspirasi acuan (mm/hari)

w= faktor yang mempengaruhi penyinaran matahari.

C= Faktor penyesuaian kondisi cuaca akibat siang dan malam

1 – W = Faktor berat sebagai pengaruh angin dalam kelembaban

Rn = radiasi penyinaran matahari (mm/hari)

= f(t) . f(ed) . f(n/N)

f(t) = fungsi suhu

f(ed) = fungsi tekanan uap

= 0,34 - 0,44 . (ed)

f(n/N) = fungsi kecerahan

= 0,1 + 0,9 n/N

f(u)= fungsi dari kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam

satuan (m/dt)

= 0,27 (1 + 0,864 u)

(ea-ed)=perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang

sebenarnya
25

Ed = ea . Rh

RH = kelembaban udara relatif (%)

Ea = tekanan uap jenuh (mbar)

Ed = tekanan uap sebenarnya (mbar)

c. Kondisi Topografi

Kondisi topografi pada Daerah Aliran Sungai Sanrego berupa

daerah pegunungan dengan ketinggian di daerah paling hulu sekitar +

1440 m, sampai di bendung Sanrego sekitar + 170 m, dan pada daerah

muara di Sungai Walanae dengan ketinggian sekitar + 120 m. Daerah

hulu sebagian besar merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan

terjal.

Kondisi topografi pada Daerah Irigasi Sanrego sebagian besar

berupa daerah bergelombang dengan ketinggian antara + 115 m sampai +

170 m, dengan kemiringan lahan 0 – 4 %. Saluran Induk Sanrego berada

pada daerah perbukitan di sebelah Selatan, yang kemudian terbagi

menjadi beberapa saluran sekunder. Sistem pembuangan pada Daerah

Irigasi Sanrego secara umum mengarah ke bagian Utara ke arah Sungai

Walanae. Lokasi areal rencana pengembangan jaringan irigasi Sanrego

berada di sisi sebelah kanan dari Sungai Walanae bagian hulu. Areal ini

dibatasi oleh daerah perbukitan di sisi sebelah Timur dan Sungai Walanae

bagian hulu pada sisi sebelah Barat


26

d. Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi adalah banyaknya air yang tersedia dan

dibutuhkan untuk mengelola suatu daerah irigasi, untuk mengairi areal

persawahan. Banyaknya air yang diperlukan untuk sistem jaringan irigasi

juga ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya pola tanam dan jenis

tanaman.

Untuk menentukan besarnya air yang dibutuhkan untuk keperluan

irigasi atau keperluan air di sawah (NFR), terlebih dahulu dihitung

besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PWR), penggunaan

konsumtif (ETc), perkolasi dan rembesan (P) dan penggantian lapisan air

(WLR). Kebutuhan air irigasi di sawah (NFR) juga dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain seperti curah hujan efektif (Re), kebutuhan pengambilan air

irigasi (DR), dan juga faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan (η).

Perkiraan kebutuhan air irigasi sebagai berikut:

(9)

dimana:

NFR = kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/ha)

Etc = penggunaan konsumtif (mm/hari)

IR = kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan, dalam

mm/hari,

WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)


27

P = perkolasi (mm/hari)

Re = curah hujan efektif (mm/hari)

IE = efisienasi irigasi ( % )

A = luas areal irigasi ( ha )

a) Kebutuhan air konsumtif (Etc)

Kebutuhan air untuk tanaman di lahan di artikan sebagai

kebutuhan air konsumtif dengan memasukkan faktor koefisien

tanaman (kc). Persamaan umum yang di gunakan adalah :

( 10 )

Dimana:

Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari )

Eto = evapotranspirasi (mm/hari )

Kc = koefisien tanaman

Tabel .2.3. Harga – harga koefisien tanaman padi

Nedeco/ Prosida FAO


Bulan Varietas2 Varietas3 Varietas Variaetas
Biasa Unggul biasa Unggul
0,5 1,20 1,20 1,10 1,10
1 1,20 1,27 1,10 1,10
1,5 1,32 1,33 1,10 1,05
2 1,40 1,30 1,10 1,05
2,5 1,35 1,30 1,10 0,95
3 1,24 0 1,05 0
3,5 1,12 0,95
4 04 0

Sumber:Standar pererencanaan (KP 01)


28

b) Kebututuhan air untuk penyiapan lahan (IR)

Kebutuhan air pada waktu persiapan lahan di pengaruhi oleh

faktor – faktor antara lain waktu yang di perlukan untuk penyiapan

lahan (T ) dan lapisan air yang dibutuhkan untuk persiapan lahan

(S).Hitungan kebutuhan air untuk irigasi selama penyiapan lahan perlu

memperhatikan tanaman, usia tanaman sampai dengan panen, pola

tanam, efisiensi irigasi, lama penyinaran matahari.

Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan, digunakan

metode yang di kembangkan oleh Van De Goor dan Zijltra (Standard

Perencanaan Irigasi KP-01,2010 , yaitu persamaan sebagai berikut :

IR=M ( 11 )

dimana :

IR : kebutuhan air ditingkat persawahan (mm/hari)

M : kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat

evaporasi dan perkolasi disawah yang telah dijenuhkan.

= Eo + P, ( 12 )

P : perkolasi (mm/hari)

Eo : evaporasi air terbuka (= 1.1 x Eto )mm/hari

K = M ( T/S

T : jangka waktu penyiapan laha (hari)


29

S :Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan

lapisan air 50 mm,yakni 200 + 50 = 250 mm

e : koefisien

Tabel 2.4. Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan (IR)


M Eo + P T = 30 hari T = 45 hari
Mm/ hari S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5,0 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13,0 8,8 9,8
6,0 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12,0 13,6 9,4 10,4
7,0 12,3 13,9 9,8 10,8
7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
8,0 13,0 14,5 10,5 11,4
8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
9,0 13,6 15,2 11,2 12,1
9,5 14,0 15,5 11,6 12,5
10,0 14,3 15,8 12,0 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11,0 15,0 16,5 12,8 13,6
Sumber: Standard pererencanaan (KP 01)

c) Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (WLR)

Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air di tetapkan

berdasarkan Standard Perencanaan Irigasi 1986, KP-01. Besar

kebutuhan air untuk penggantian lapisan air dalam 50 mm/bulan (atau

3,3 mm/hari selama ½ bulan ) selama sebulan dan dua bulan setelah

Stansplansi, Dapat dilihat pada lampiranTabel. 2. Kebutuhan air di sawah

untuk petak tersiaer jangka waktu penyiapan lahan1,0 bulan

d) Perkolasi (P)

Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah, dan sifat


30

tanah umumnya tergantung pada kegiatan pemanfaatan lahan atau

pengolahan tanah berkisar antar 1 – 3 mm/hari.

e) Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif didefinisikan sebagai bagian dari

keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan

air bagi tanaman.Untuk tanaman padi diambil curah hujan efektif

sebesar 70% dari curah hujan tengah bulanan dengan priode 5

tahunan seperti yang dijelaskan pada halaman 8.

f) Efisiensi Irigasi (EI)

Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk

kerja suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi

pengaliran yang ada pada umumnya terjadi di jaringan utama dan

efisiensi di jaringan skunder. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan

eksploitasi, evaporasi, dan rembesan. Kehilangan air akibat evaporasi

dan rembesan pada umumnya relative kecil jika dibandingkan dengan

kehilangan air akibat eksploitasi. Dalam irigasi sering terjadi

kehilangan air yaitu sejumlah air yang diambil untuk keperluan irigasi

tetapi pada kenyataannya bukan digunakan oleh tanaman. Kehilangan

air tersebut dapat berupa penguapan di saluran irigasi, perkolasi dari

saluran. menurut buku yang diterbitkan oleh DPU (Departemen

Pekerjaan Umum), Pedoman dan Standar Perencanaan Teknis

cetakan tahun 1986 penaksiran harga-harga efisiensi adalah sebagai

berikut :
31

a. Efisiensi di saluran dan bangunan pada saluran tersier = 0,9

b. Efisiensi di saluran dan bangunan pada saluran sekunder = 0,9

c. Efisiensi di saluran dan bangunan saluran primer = 0,8

g) Luas areal irigasi (A)

Luas areal irigasi adalah luas sawah yang akan diairi. Data ini

dapat diperoleh dari Dinas Pengairan berupa peta dan luas daerah

irigasi. Dari desain awal sebelum pembangunannya, Daerah Irigasi

Sanrego direncanakan akan mengairi areal seluas 9457 ha. Jaringan

irigasi yang telah dibangun sampai saaat ini hanya melayani areal

irigasi seluas 6712 ha (berdasarkan data Pengamat Pengairan

Sanrego). Hal ini terkait dengan ketersediaan air di bendung

Sanrego yang hanya mampu melayani areal tersebut. Sehingga

areal pengembangan sesuai desain awal adalah seluas 2745 ha.

e. Skema Sistem Jaringan Irigasi

Skema jaringan irigasi merupakan penyederhanaan dari tata letak

jaringan irigasi yang menunjukkan letak bangunan irigasi yang penting.

Skema jaringan irigasi mempertimbangkan hal sebagai berikut :

1) Saluarn primer, sekunder dan bangunan sadap menuju saluran

tersier digambar terlebih dahulu dengan lambang.

2) Tiap ruas saluran diantara saluran menunjukkan luas daerah yang

diairi.
32

3) Panjang saluran disesuaikan dengan panjang sesungguhnya dan

kapasitasnya.

4) Tiap bangunan sadap diberi nama bangunan, luas, kapasitas

bangunan serta saluran yang akan diari.

5) Lokasi dan nama pembendung air ditulis.

6) Arah aliran sungai ditunjukkan.

7) bangunan pelengkap serta bangunan control lainnya.


33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Bone yang masuk

Daerah Irigasi Sanrego meliputi Kecamatan Kahu, Kecamatan Patimpeng

dan Kecamatan Libureng. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap

pengambilan data di lapangan, pengukuran dimensi Saluran dan tahap

analisa hidrologi. Pengambilan data di lapangan dilakukan di sungai

Sanrego dan diujung saluran existing (ujung saluran skunder) yang

terletak di jaringan irigasi daerah irigasi Sanrego Kabupaten Bone.

Daerah irigasi Sanrego terletak pada posisi 4°13’- 5°6’ Lintang

Selatan dan antara 119°42’- 120°30’ Bujur Timur. Letaknya yang dekat

dengan garis khatulistiwa menjadikan beriklim tropis. Sepanjang tahun

2016, kelembaban udara berkisar antara 77– 86 persen dengan suhu

udara 24,4°C- 27,6°C. dengan elevasi 115 m– 170 m diatas permukaaan

air laut. Dari peta topografi dapat dilihat bahwa areal Daerah

pengembangan jaringan Irigasi Sanrego yang terletak di (Desa Balle

kecamatan kahu),’ (desa Patimpeng, Latellang, Batu Lappa, Masago,

Massila, Paccing kecamatan Patimpeng), (Desa Polewali, Pitumpidange,

Kecamatan Libureng), ini mempunyai kemiringan lahan berkisar antara

0%- 4%, dimana arealnya terpisah-pisah di sepanjang jalan


34

LOKASI PENELITIAN

Gambar .2.Peta Lokasi Penelitian

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian

pengembangan (research development), yaitu suatu penelitian yang

bermaksud untuk mengembangkan jaringan irigasi.

2. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas data primer

yaitu survei lapangan pada jaringan irigasi induk dan sekunder serta data

sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka, wawancara dari petani,

pihak Dinas terkait seperti Dinas Pertanian,Dinas PSDA Kabupaten Bone.

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer

- Peta yang terdiri dari peta topografi.

- Peta situasi
35

- Lokasi sumber air

- Sistem pola tanam

- Luas areal

b. Data skunder

- Curah hujan

- Klimatologi

- AWLR

- Skema jaringan irigasi eksisting

- Jumlah air yang sudah di manfaatkan berdasarkan debit

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian lapangan merupakan salah satu pengumpulan data

dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan

mendalamakan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari

peneneliti. Dalam penelitian kualitatif dikenal teknik pengumpulan data:

- Observasi,

- Wawancara,

- Dokumentasi dan

- Diskusi terfokus.

D. Teknik Analisa Data

Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti

mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data

sesungguhnya penting atau tidak, analisa data kulitatif yaitu:


36

1. Perhitungan efesiensi irigasi

- Perhitungan dimensi saluran menggunakan rumus Manning

mengunakan persamaan (1) dan (2)

- Perhitungan Debit saluran mengunakan persamaan (3)

AxNFR
Q
e

2. Perhitungan kebutuhan air irigasi

- Perhitungan curah hujan efektif mengunakan persamaan (6)

1
( ) R = n/5 + 1
1 80

- Perhitungan evapotraspirasi potensial mengunakan persamaan

(8)

Eto = c.(W.Rn + (1- W) . f(u) .(ea – ed)

- Perhitungan air kebutuhan air (NFR) mengunakan persamaan

(9)
37

E. Variabel yang Diteliti

a. Variabel bebas :

- A (Luas lahan) ha

- Qn (Debit tersedia) m³/dtk

- P (Perkolasi )

- Ch (curah hujan rata- rata )mm/hari

- T(waktu penyiapan lahan) hari

- V ( Kecepatan aliran )m/detik

F. Prosedur Penetelitian

Adapun langkah-langkah yang di lakukan dalam penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Memulai survey lapangan

2. Pengumpulan data primer dengan wawancara kepala ranting

dan pengumpula data skunder dari Balai Besar Pompengan.

3. Menganalisa data debit Bendung, data evapotranspirasi dan

curah hujan efektif.

4. Menganalisa Ketersedian air dan kebutuhan air.

5. Mengecek keseimbangan air antara kebutuhan air dengan

ketersedian air.
38

G. Bagan Flowchart Penelitian


Start

Pengumpulan data primer Pengumpulan data sekunder

- Luas Area Yang Ada - Data Curah Hujan


- Luas Areal Pengembangan - Data Stasiun Klimatologi
- Sistem Pola Tanam - Data AWLR
- Peta Situasi - Skema Jaringan

Analisa Data

Debit Sungai Topografi Analisa Hidrologi

Perkolasi Analisa Curah Hujan


Rata - Rata

Evapotranspirasi Curah Hujan Efektif (Re)

Ketersediaan Air ( Qn) Kebutuhan Air ( Q butuh)

Tidak Cek

Ya

Keseimbangan Qn < Qbutuh


Air

Stop
Qn > Qbutuh

Pengembangan jaringan irigasi

Kesimpulan dan Saran

Selesai
39

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Stasiun Hidrologi

Stasiun hidrologi yang ada pada DAS Sanrego seperti disajikan

pada Tabel 4.1. lokasi stasiun hidrologi dan klimatologi yang ada di

Daerah Aliran Sungai Sanrego dan sekitarnya disajikan pada table

berikut:

Tabel 4. 1 Daftar Stasiun Hidrologi pada DAS Sanrego


NO NAMA STASIUN KODE PRIODE KETERANGAN

A STASIUN KLIMATOLOGI

1 Ujung Lamuru 3H 1990 S/D 2001 12 Tahun

B POS DUGA AIR

1 Sanrego - Turungeng 25 H 2000 S/D 2010 11 Tahun

C STASIUN HUJAN

1 Maradda 39 OP 1990 S/D 2014 24 Tahun

2 Sanrego 43 OP 1990 s/d 2014 24 Tahun

3 Palattae 40 OP 1990 s/d 2014 24 Tahun

4 Tappale 49 OP 1990 s/d 2014 24 Tahun

Sumber: Seksi Hidrologi, Dinas Balai Besar Pompenagan Jenneberang Provinsi Sulawesi Selatan
40

a. Data Curah hujan

Ada 4 (empat) stasiun curah hujan yang ada di DAS Sanrego dan

sekitarnya, dengan data berupa pencatatan hujan harian, yaitu : Pos

pencatatan hujan Sanrego, Maradda, Tappale, dan Pallatae. Ketersediaan

data hujan pada DAS Sanrego dapat dilihat pada lampiran Tabel 8, 9, 10,

dan 11. Periode pencatatan data hujan yang ada rata-rata lebih dari 20

tahun, kecuali pos hujan Sanrego dengan periode 14 tahun. Sebelum data

hujan tersebut digunakan akan dikaji dan diuji secara statistik apakah data

tersebut bisa digunakan untuk analisis selanjutnya.

b. Data Klimatologi

Data klimatologi diperoleh dari stasiun Klimatologi Ujung Lamuru,

dengan periode data dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2001 (12

tahun). Data klimatologi yang diperoleh antara lain : suhu udara rata-

rata, kecepatan angin, kelembaban relatif, dan lama penyinaran

matahari. Data klimatologi disajikan pada table berikut:

Tabel 4.6 Klimatologi

Bulan
No Data Klimatologi
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
1 Suhu Bulanan Rata-rata o 27.96 27.55 27.75 27.67 27.36 27.00 26.74 26.88 27.33 27.95 27.88 27.67
C
2 Kelembaban Relatif Rata-rata % 81.25 80.44 80.53 81.42 82.91 83.86 84.83 82.37 78.51 78.16 78.36 79.34
3 Kecepatan Angin Rata-rata km/hr 37.54 32.33 29.58 21.71 20.70 23.84 23.95 34.23 36.50 29.28 23.13 30.81
4 Kecerahan Matahari Rata-rata jam/hari 40.26 39.75 44.15 45.19 47.00 42.62 48.14 59.00 69.46 62.63 52.05 39.78

Sumber: Seksi Hidrologi, Dinas Balai Besar Pompenagan Jenneberang Provinsi Sulawesi Selatan
41

c. Data Pos Duga Air Sungai Sanrego –Turungeng (AWLR)

Diperoleh data pencatatan muka air dari pos duga air dan

pengukuran debit di Sungai Sanrego, dengan periode pencatatan

selama 14 tahun (th. 1999 s/d 2012), sebagaimana disajikan pada

lampiran table tabel 16.

2. Jaringan Irigasi

a. Areal Irigasi

Daerah Irigasi Sanrego semula direncanakan seluas 9457 ha.

Namun sampai saat ini jaringan irigasi yang telah dibangun hanya untuk

areal irigasi seluas 6712 ha. Areal potensial seluas 2745 ha saat ini masih

berupa sawah tadah hujan dan kebun tebu. Areal pengembangan ini yang

akan didesain jaringan irigasinya. Bangunan utama untuk melayani areal

irigasi Sanrego yang ada saat ini adalah dari bendung Sanrego yang

terletak di Sungai Sanrego, dan 2 (dua) buah bendung suplesi, yaitu

bendung suplesi Maradda dan Parota. Untuk dapat mengairi keseluruhan

areal termasuk rencana pengembangan. Ketersedian air pada bendung.

Berdasarkan hasil perencanaan tata letak jaringan irigasi pada penelitian

ini.

b. Dimensi Saluran

Kapasitas Saluran Induk Sanrego dan Saluran Sekunder Amming

telah direncanakan untuk melayani areal irigasi yang ada dan areal

rencana pengembangan. Kapasitas saluran tersebut dapat dilihat pada


42

daftar dimensi saluran irigasi pada Tabel 4.7. Kapasitas saluran tersebut

berdasarkan kondisi eksisting di lapangan berdasarkan data pengukuran

dilapangan. Saluran Induk Sanrego yang ada berbentuk penampang

trapesium, ada yang berupa saluran tanah dan ada yang berupa saluran

pasangan. Jenis pasangan yang digunakan berupa pasangan (lining)

pasangan batu pada taludnya, sedangkan pada dasarnya tidak

menggunakan pasangan.. Dimensi saluran eksisting dapat di sajikan

pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Dimensi Saluran Eksisting

AREAL PANJANG
RUAS SALURAN Q (m3/dt) V (m/dt) b (m) h (m) m k w (m) i Keterangan
(ha) (km)
SALURAN INDUK SANREGO
B.S.0-B.S.1 9457 0.134 14.594 0.767 9.40 1.61 1.5 60 0.85 0.000121
B.S.1-B.S.2 6639 1.713 10.245 0.704 7.15 1.54 1.5 60 0.75 0.000115
B.S.2-B.S.3 6535 0.341 10.085 0.710 7.10 1.52 1.5 60 0.75 0.000119
B.S.3-B.S.4 6451 2.042 9.955 0.847 7.10 1.30 1.5 60 0.75 0.000200
B.S.4-B.S.5 6056 0.887 9.346 0.843 6.45 1.32 1.5 60 0.75 0.000200
B.S.5-B.S.6 5995 0.787 9.252 0.757 6.45 1.42 1.5 60 0.75 0.000148
B.S.6-B.S.7 5681 1.191 8.767 0.751 6.25 1.40 1.5 60 0.75 0.000150
B.S.7-B.S.8 5656 0.408 8.728 0.815 6.25 1.31 1.5 60 0.75 0.000190
B.S.8-B.S.9 5299 1.403 8.177 0.827 5.55 1.32 1.5 60 0.75 0.000200
B.S.9-B.S.10 4836 1.077 7.463 0.838 5.50 1.22 1.5 60 0.75 0.000224
B.S.10-B.S.11 4458 1.489 6.880 0.825 5.15 1.20 1.5 60 0.75 0.000224
SALURAN SEKUNDER AMMING
B.S.11 - B.Am.1 4257 0.852 5.913 0.692 5.00 1.24 1.5 60 0.75 0.000153
B.Am.1 - B.Am.2 4239 0.852 5.888 0.693 5.00 1.24 1.5 60 0.75 0.000154
B.Am.2 - B.Am.3 4016 1.259 5.578 0.692 4.50 1.26 1.5 60 0.75 0.000155
B.Am.3 - B.Am.4 3975 1.259 5.521 0.691 4.50 1.25 1.5 60 0.75 0.000156
B.Am.4 - B.Am.5 3889 1.116 5.401 0.690 4.40 1.25 1.5 60 0.75 0.000157
B.Am.5 - B.Am.6 3844 0.588 5.339 0.689 4.40 1.24 1.5 60 0.75 0.000158
B.Am.6 - B.Am.7 3803 0.637 5.282 0.697 3.80 1.31 1.5 60 0.75 0.000158
B.Am.7 - B.Am.8 3740 0.952 5.194 0.694 3.75 1.31 1.5 60 0.75 0.000158
B.Am.8 - B.Am.9 3493 0.777 4.851 0.711 3.50 1.39 1.0 60 0.60 0.000158
B.Am.9 - B.Am.10 3371 1.090 4.682 0.704 3.50 1.37 1.0 60 0.60 0.000158
B.Am.10 - B.Am.11 3244 0.587 4.506 0.700 3.30 1.38 1.0 60 0.60 0.000158
B.Am.11 - B.Am.12 3106 0.599 4.314 0.694 3.15 1.37 1.0 60 0.60 0.000158
B.Am.12 - B.Am.13 3036 0.771 4.217 0.690 3.15 1.36 1.0 60 0.60 0.000158
43

c. Data teknis bendung Sanrego

1. Daerah tangkapan air : 179,40 km2

2. Dimensi Bendung :

- Tipe : Bendung tetap tipe cascade

(bertingkat), dengan konstruksi

pasangan batu yang diselimuti

beton.

- Elevasi mercu : + 171,45 m (mercu atas)

: + 165,80 m (mercu bawah)

- Elevasi puncak dinding : + 177,19 m (dinding hulu)

: + 171,10 m (dinding tengah)

: + 165,15 m (dinding hilir)

- Lebar bersih pelimpah : 39,20 m

- Total lebar bendung : 46,30 m

- Tinggi bendung : 4,10 m (mercu atas)

: 4,10 m (mercu bawah)

- Panjang olakan : 39,20 m (bendung atas)

: 45,80 m (bendung bawah)

- Panjang tanggul kiri : 263 m

- Panjang tanggul kanan : 191 m

- Lebar total penguras : 5,50 m

- Pintu penguras : B = 2 x 2,00 m

H = 4,20 m
44

- Eevasi lantai penguras : + 167,35 m

c. Bangunan Pengambilan :

- Pintu pengambilan : B = 3 x 2,00 m

H = 1,70 m

- Elevasi dasar pintu : + 169,10 m

B. Analisis dan Perhitungan

1. Analisa Curah Hujan Rata-rata Dengan Metode Poligon Thiessen

Perhitungan curah hujan rata-rata daerah dengan metode

Thiessen, Langkah pertama menentukn koefisen thiessen kemudian

menghitung curah hujan rata- rata ½ bulan dengan metode thiessen.

Tabel 4.6. Koefisien Thiessen


Daerah Luas DP Thiesen Koefisien
No. Stasiun Hujan
Tangkapan Air (ha) Thiessen (%)

A. Talang Macinaga, polewali,Paccing,Maradda,Tappale,Sanrego

1. Tappale 4460 0.47

2. Palattae 3245 0.34

3. Maradda 1143 0.12

4. Sanrego 598 0.06

Jumlah 9457 1.00

Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan curah hujan rata- rata ½ bulan dengan metode thiessen pada

bulan januari tahun 2015 yaitu :

(1*0.47)+(0*0.34)+(15*0.12)+(7*0.06) = 2.30
45

Angka 1 diperoleh dari lampiran tabel 12 (januari) dan 0,47 dari tabel 4.6

Angka 0 diperoleh dari lampiran tabel 13 (januari) dan 0,34 dari tabel 4.6

Angka 15 diperoleh dari lampiran tabel 14 (januari) dan 0,12 dari tabel 4.6

Angka 7 diperoleh dari lampiran tabel 15 (januari) dan 0.06 dari tabel 4.6

Untuk perhitungn kolom selanjutnya dapat diisi dengan cara yang

sama. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat tabel berikut (Tabel 4.12)

Tabel 4.12 Perhitungan Data Curah Hujan Rata-Rata ½ Bulan Dengan


Metode Thissen
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Tahun
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2005 2.30 40.28 15.36 45.42 3.79 46.93 98.24 105.11 64.25 51.79 100.97 91.85 34.92 76.83 3.77 12.94 0.00 0.00 18.57 18.09 45.47 27.92 56.69 20.42
2006 27.28 9.15 29.08 31.87 6.61 25.79 14.34 19.23 24.96 15.60 40.09 123.68 19.83 37.39 3.09 1.03 0.98 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.64 48.41
2007 28.23 32.91 31.01 28.86 28.12 20.20 17.68 13.04 12.24 46.59 42.29 24.11 77.62 39.81 8.54 22.85 13.29 0.00 0.00 32.38 27.13 23.84 18.13 31.69
2008 13.11 58.75 21.86 27.18 29.44 26.61 46.94 70.95 70.96 84.08 116.31 27.58 66.25 14.37 21.12 22.57 25.39 10.38 75.56 29.45 16.95 49.26 49.89 7.98
2009 8.35 43.58 7.46 5.19 49.93 25.20 22.07 17.69 17.80 18.14 9.43 79.21 90.33 51.09 7.35 0.00 19.10 11.52 15.56 20.33 30.34 81.71 37.65 25.60
2010 24.66 4.74 51.29 12.01 29.55 64.05 59.20 41.09 76.39 44.17 96.37 166.32 98.35 112.93 101.95 110.34 49.37 28.97 36.81 48.59 47.00 56.82 31.31 15.52
2011 22.77 53.30 13.33 24.77 7.25 33.08 6.94 35.01 68.57 62.34 9.69 57.00 36.73 19.15 22.40 2.83 21.95 15.78 25.21 95.08 56.84 51.68 36.55 36.65
2012 8.65 7.69 23.06 31.10 35.78 33.66 23.10 48.39 50.12 29.36 123.39 68.55 89.06 25.01 27.23 8.45 0.00 3.66 9.94 50.28 33.73 29.06 53.99 65.29
2013 56.99 16.82 37.20 8.15 16.73 28.01 42.68 53.43 49.21 60.28 72.46 25.21 39.79 51.01 18.75 25.77 60.76 0.00 0.00 5.49 34.39 57.14 27.02 28.45
2014 46.61 26.93 26.24 5.92 53.00 68.58 52.27 25.83 104.41 167.72 60.46 73.58 22.65 78.06 70.93 18.77 12.20 18.30 7.20 18.24 14.95 19.99 13.66 25.22

Sumber :Perhitungan curah hujan efektif

2. Analisa Curah Hujan Efektif

Curah hujan andalan (R80) untuk DI. Sanrego dihitung dari curah hujan

setengah bulanan rata-rata dari 4 stasiun hujan yang ada di sekitarnya,

yaitu : Maradda, Sanrego, Pallatae, Tappale. Perhitungan curah hujan

efektif dimulai mengurutkan dari kecil ke besar data hasil perhitungan

curah hujan Rata- rata dengan metode thiessen. Untuk mendpatkan

urutan R80 dan R50 dengan perhitungan sebagai berikut :


46

R80 = N/5 + 1 untuk padi

R50 = N/2 + 1 untuk tanaman palawija

Dimana N = jumlah data

1
Hujan andalan untuk padi = (urutan 3)

1
Hujan andalan untuk palawija = (urutan 6)

Tabel 4.13 Perhitungan Curah Hujan Efektif


Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
P
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 2.30 4.70 7.46 5.19 3.79 20.20 6.94 13.04 12.24 15.60 9.43 24.11 22.65 14.37 3.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.66 7.98
2 8.35 7.69 13.33 5.92 6.61 25.20 14.34 17.69 17.80 18.14 9.69 25.21 19.83 19.15 3.77 1.03 0.00 0.00 0.00 5.49 14.95 19.99 13.64 15.52
3 8.65 9.15 15.36 8.15 7.25 25.79 17.68 19.23 24.96 29.36 40.09 27.58 34.92 25.01 7.35 2.83 0.98 0.00 0.00 18.24 16.95 23.84 18.13 20.42
4 13.11 16.82 21.86 12.01 16.73 26.61 22.07 25.83 49.21 44.17 42.29 57.00 36.73 37.39 8.54 8.45 12.20 0.00 7.20 18.09 27.13 27.92 27.02 25.22
5 22.77 26.93 23.06 24.77 28.12 28.01 23.10 35.01 50.12 46.59 60.46 68.55 39.79 39.81 18.75 12.94 13.29 3.66 9.94 20.33 30.34 29.06 31.31 25.60
6 24.66 32.91 26.24 27.18 29.44 33.08 42.68 41.09 64.25 51.79 72.46 73.58 66.25 51.01 21.12 18.77 19.10 10.38 15.56 29.45 33.73 49.26 36.55 28.45
7 27.28 40.28 29.08 28.86 29.55 33.66 46.94 48.39 68.57 60.28 96.37 79.21 77.62 51.09 22.40 22.57 21.95 11.52 18.57 32.38 34.39 51.68 37.65 31.69
8 28.23 43.58 31.01 31.10 35.78 46.93 52.27 53.43 70.96 62.34 100.97 91.85 89.06 76.83 27.23 22.85 25.39 15.78 25.21 48.59 45.47 56.82 49.89 36.65
9 46.61 53.30 37.20 31.87 49.93 64.05 59.20 70.95 76.39 84.08 116.31 123.68 90.33 78.06 70.93 25.77 49.37 18.30 36.81 50.28 47.00 57.14 53.99 48.41
10 56.99 58.75 51.29 45.42 53.00 68.58 98.24 105.11 104.41 167.72 123.39 166.32 98.35 112.93 101.95 110.34 60.76 28.97 75.56 95.08 56.84 81.71 56.69 65.29
C urah Hujan Andalan
Rand-80 8.65 9.15 15.36 8.15 7.25 25.79 17.68 19.23 24.96 29.36 40.09 27.58 34.92 25.01 7.35 2.83 0.98 0.00 0.00 18.24 16.95 23.84 18.13 20.42
Rand-50 24.66 32.91 26.24 27.18 29.44 33.08 42.68 41.09 64.25 51.79 72.46 73.58 66.25 51.01 21.12 18.77 19.10 10.38 15.56 29.45 33.73 49.26 36.55 28.45
C urah Hujan Efe ktif
Reff-80 6.06 6.41 10.75 5.71 5.07 18.06 12.38 13.46 17.47 20.55 28.07 19.31 24.44 17.51 5.15 1.98 0.68 0.00 0.00 12.77 11.87 16.69 12.69 14.29
Reff-50 17.26 23.04 18.37 19.03 20.61 23.16 29.88 28.76 44.98 36.25 50.72 51.51 46.37 35.71 14.78 13.14 13.37 7.26 10.89 20.61 23.61 34.48 25.58 19.92

Sumber :Perhitungan curah hujan efektif


47

Untuk menghitung curah hujan efektif adalah diambil dari 70% untuk R 80
dan R50.
R80 =Januari 1
=8.65 + 1 . ,dst
R80 =Januari 1
=24.66 + 1 . ,dst

Sumber :Perhitungan curah hujan efektif

3. Analisa Data Klimatologi


Perhitungan Evapotranspirasi potensial

Diketahui:

Januari =

- Suhu udara rata- rata (T) = 25.86 ºC

- Kelembaban relative rata- rata (Rh) = 81.25 %

- Kecepatan agin rata- rata (U2) = 37.54 km/hr

- Kecerahan matahari rata- rata (n) = 4.71 jam/hr

- Waktu maksimum kecerahan matahari (N)= 12.28 jam/hr

- Kecepatan matahri rata- rata = 40.26 jam/hari


48

Penyelesaian:

- Eto = c.(W.Rn + (1- W) . f(u) .(ea – ed)

. 1
- Rasio = = = 0.38
1 .

- Faktor suhu, factor tekanan, tekanan uap jenuh didapat dari

lamiran tabel 3. (hubungan antara T,ea, w dan f(t)

f(t) =15.86

w = 0.75

ea = 33.32

- Faktor kecepatan angin f(u) didapa dari lampiran tabel

.4.harga f(u) adalah:

f(u) = .37.00

- ed = ea x Rh

= 33.32 x 81.25 % = 27.07 mbar

- f(ed) didapat dari lampiran tabel .5 harga f(ed) adalah

f(ed) = 0.111

- f(n/N) didapat dari lampiran tabel .6. harga f(n/N) adalah

f(n/N) = 0.44

- Rn = 15.86 x 0.111 x 0.44 = 0.76

- Factor koreksi c didapat dari lampiran tabel .7 besar angka

kofisien bulanan pada januari adalah:

C = 1.1

- Eto = 1.1 x (0.75 x 0.76 + (1- 0.75) x 37 x(33.32 – 27.07)

= 3.72 mm/hari
49

Hasil perhitungan bulan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.14

Tabel 4.14 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial


No. Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Average

1 Suhu rata-rata, T (° C) 27.96 27.55 27.75 27.67 27.36 27.00 26.74 26.88 27.33 27.95 27.88 27.67 27.48
2 Kelembaban relatif, Rh (%) 81.25 80.44 80.53 81.42 82.91 83.86 84.83 82.37 78.51 78.16 78.36 79.34 81.00
3 Kecerahan matahari, n (jam/hr) 4.71 4.64 5.07 5.09 5.46 5.26 5.69 7.01 8.16 7.51 6.25 4.78 5.80
4 Kecepatan angin, U2 (km/hr) 37.54 32.33 29.58 21.71 20.70 23.84 23.95 34.23 36.50 29.28 23.13 30.81 28.63
5 Waktu maksimum kecerahan matahari, N (jam/hr) 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28
6 Rasio n/N 0.38 0.38 0.41 0.41 0.44 0.43 0.46 0.57 0.66 0.61 0.51 0.39 0.47
7 Faktor suhu, f(T) 16.29 16.21 16.25 16.23 16.17 16.10 16.05 16.08 16.17 16.29 16.28 16.23 16.20
8 Faktor tekanan, W 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77 0.76 0.76 0.76 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77
9 Tekanan uap jenuh air, ea (mbar) 23.04 22.19 22.84 22.93 23.15 22.64 22.44 21.83 21.05 21.63 21.99 22.44 22.35
10 Faktor kecepatan angin, f(U) 0.37 0.36 0.35 0.33 0.33 0.33 0.33 0.36 0.37 0.35 0.33 0.35 0.35
11 Tekanan uap air, ed (mbar) 18.72 17.85 18.40 18.67 19.19 18.98 19.04 17.98 16.52 16.91 17.23 17.80 18.11
12 Angka angot, Ra (mm/hr) 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60
13 Radiasi gelombang pendek, Rns (mm/hr) 5.17 5.13 5.34 5.35 5.52 5.43 5.64 6.26 6.81 6.50 5.90 5.20 5.69
14 Radiasi gelombang panjang, Rn1 (mm/hr) 1.07 1.08 1.14 1.13 1.17 1.14 1.21 1.49 1.79 1.65 1.40 1.11 1.28
15 Net Radiasi, Rn (mm/hr) 4.10 4.05 4.20 4.22 4.35 4.29 4.43 4.78 5.03 4.85 4.50 4.09 4.41
16 Radiasi matahari, Rs (mm/hr) 6.89 6.85 7.12 7.14 7.37 7.24 7.51 8.35 9.08 8.67 7.87 6.93 7.58
17 Faktor Koreksi, c 1.05 1.06 1.06 1.07 1.07 1.07 1.07 1.08 1.09 1.08 1.08 1.06 1.07
18 Evapotranspirasi potensial, ETo (mm/hr) 3.72 3.66 3.81 3.80 3.88 3.79 3.89 4.28 4.61 4.47 4.12 3.73 3.98

Sumber :Perhitungan Evapotranspirasi

4. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Sawah

Perhitungan kebutuhan air sawah (NFR)

Etc  IR  P  WLR  Re
NFR  xA
IE
Diketahui :

Januri 1

- Evapotranspirasi (Eto) =3.72 mm/hari

- Curah hujan efektif (Re) =6.1 mm

Penyelesaian:

-Kofisien tanaman (kc) didapat dari tabel 2.3.harga harga koefisien

tanaman adalah:

Kc = 1.1 (varietas biasa pada stengah bulan pertama)

-Kebutuhan air konsumtif (Etc)


50

Etc/hari = 3.72 x 1.1 = 4.1 mm

Etc1/2 bulan = 4.1 x 15 = 61.4 mm

-Penyiapan lahan di dapat dari tabel 2.4 kebutuhan air irigasi

selama penyiapan lahan adalah: 200.3 mm

- Perkolasi

2 mm/hari

30 mm/1/2 bulan

-Pergantian lapisan air (WLR)

WLR = 50 mm/bulan didapat dari kp-01

-Kebutuhan ai tanaman

=Etc + P+ WLR

=61.4 + 30 + 50 = 141.4 mm

-Kebutuhan air disawah

=kebutuhan air tanaman – Re

=141.4 – 6.1 =135.4 mm

= (1.04+0.66+1.49)/3

NFR mean total = 1.06 lt/dt/ha

-Kebutuhan air total dipintu pengambilan Saluran induk

=0.8 x 0.9 x 0.9 =0.648

= 1.06/ 0.648 = 1.64 lt/dt/ha 7253 x 1.64 /1000 =11.91 m³/dtk


51

Untuk mendapatkan hasil perhitungan kebutuhan air, bulan berikutnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.4.15.Perhitungan kebutuhan air pola tanaman padi dan paliwijaya luas area 7253 ha
Satuan JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
No Uraian
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
15 16 14 14 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16
1 Evapotranspirasi Potensial (Eto) mm 3.72 3.72 3.66 3.66 3.81 3.81 3.80 3.80 3.79 3.79 3.89 3.89 4.28 4.28 4.61 4.61 4.47 4.47 4.12 4.12 3.73 3.73 3.98 3.98
2 Koefisien Tanaman (Kc)
1 1.1 1.1 1.1 1.05 0.95 LP LP 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 LP 0.5 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45 LP LP 1.1
2 1.1 1.1 1.1 1.1 1.05 0.95 LP LP 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 LP 0.5 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45 LP LP
3 LP 1.1 1.1 1.1 1.1 1.05 0.95 LP LP 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 LP 0.5 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45 LP

3 Etc/hari 1 mm 4.1 4.1 4.0 3.8 3.6 4.2 4.2 4.3 4.1 4.1 2.3 3.5 4.5 4.5 3.4 1.9 4.4
2 mm 4.1 4.1 4.0 4.0 4.0 3.6 4.2 4.3 4.3 4.5 4.1 2.3 3.4 4.5 4.1 3.4 1.7
3 mm 4.1 4.0 4.0 4.2 4.0 3.6 4.3 4.3 4.7 4.5 4.4 2.2 3.4 4.1 4.1 3.1 1.7

4 Etc 1/2 bulan 1 mm 61.4 65.5 56.4 53.8 54.3 62.5 66.7 64.2 61.3 61.0 34.6 55.3 67.1 67.1 50.7 70.0
2 mm 61.4 65.5 56.4 56.4 60.0 57.9 66.7 64.2 64.2 67.4 65.1 36.9 50.3 67.1 61.8 54.1
3 mm 65.5 56.4 56.4 62.9 64.0 54.2 64.2 64.2 70.6 71.9 65.7 33.5 50.3 61.8 65.9 45.9

5 penyiapan lahan (KP-01) 1 mm 117.0 117.0 87.0 204.30 200.40


2 mm 117.0 117.9 87.0 200.40 213.70
3 mm 200.3 117.9 189.7 87.0 213.70

6 Perkolasi (P) 1 mm 30 32 28 28 30 30 32 30 30 30 30 32 30 30 30 32
2.00 mm/hari 2 mm 30 32 28 28 30 32 32 30 30 30 32 32 30 30 30 32 30
3 mm 32 28 28 30 32 30 30 30 30 32 30 30 30 30 32 30 30 32

7 Pergantian Lapisan Air 1 mm 50 50 50 50 50 50


(WLR) KP-01 2 mm 50 50 50 50 50 50
3 mm 50 50 50 50 50 50

8 Keb.Air Tanaman 1 mm 141.4 97.5 134.4 81.8 84.3 117.0 117.0 92.5 148.7 94.2 141.3 91.0 64.6 137.3 97.1 147.1 80.7 32.0 204.3 200.4 70.0
2 mm 91.4 147.5 84.4 134.4 90.0 89.9 117.0 117.9 98.7 144.2 94.2 147.4 97.1 68.9 130.3 97.1 141.8 86.1 30.0 200.4 213.7
3 mm 200.3 97.5 134.4 84.4 142.9 96.0 84.2 117.9 189.7 94.2 144.2 100.6 153.9 95.7 63.5 130.3 91.8 147.9 75.9 30.0 213.7

10 Curah Hujan Efektif (Re) mm 6.1 6.4 10.8 5.7 5.1 18.1 12.4 13.5 17.5 20.5 28.1 19.3 24.4 17.5 5.1 2.0 13.4 7.3 10.9 20.6 23.6 16.7 12.7 14.3
1 mm 6.1 6.4 10.8 5.7 5.1 12.4 13.5 17.5 20.5 28.1 19.3 24.4 5.1 2.0 13.4 7.3 10.9 20.6 16.7 12.7 14.3
2 mm 6.1 6.4 10.8 5.7 5.1 18.1 13.5 17.5 20.5 28.1 19.3 24.4 17.5 2.0 13.4 7.3 10.9 20.6 23.6 12.7 14.3
3 mm 6.1 6.4 10.8 5.7 5.1 18.1 12.4 17.5 20.5 28.1 19.3 24.4 17.5 5.1 13.4 7.3 10.9 20.6 23.6 16.7 14.3

11 Keb.Air di sawah (NFR) 1 mm 135.3 91.1 123.6 76.1 79.2 104.6 103.5 75.1 128.2 66.1 122.0 66.5 59.4 135.3 83.7 139.8 69.8 11.4 187.6 187.7 55.8
2 mm 85.3 141.1 73.6 128.7 84.9 71.9 103.5 100.4 78.2 116.1 74.9 123.0 79.5 66.9 116.9 89.8 130.9 65.4 6.4 187.7 199.4
3 mm 194.2 91.1 123.6 78.7 137.8 78.0 71.8 100.4 169.2 66.1 124.9 76.2 136.4 90.5 50.2 123.0 80.9 127.3 52.3 13.3 199.4

12 Keb.Air di sawah (NFR) 1 lt/dt/ha 1.04 0.70 0.95 0.59 0.61 0.80 0.80 0.58 0.99 0.51 0.94 0.51 0.46 1.04 0.64 1.08 0.54 0.09 1.44 1.44 0.43
2 lt/dt/ha 0.66 1.09 0.57 0.99 0.65 0.55 0.80 0.77 0.60 0.89 0.58 0.95 0.61 0.51 0.90 0.69 1.01 0.50 0.05 1.44 1.53
3 lt/dt/ha 1.49 0.70 0.95 0.61 1.06 0.60 0.55 0.77 1.30 0.51 0.96 0.59 1.05 0.70 0.39 0.95 0.62 0.98 0.40 0.10 1.53
Mean total lt/dt/ha 1.06 0.83 0.82 0.73 0.77 0.38 0.45 0.53 0.71 0.96 0.64 0.82 0.68 0.55 0.38 0.52 0.64 0.90 0.72 0.52 0.15 0.52 0.96 1.17
13 keb.air total
di pengambilan lt/dt/ha 1.64 1.28 1.27 1.12 1.19 0.59 0.70 0.82 1.09 1.49 0.98 1.27 1.05 0.85 0.59 0.80 0.99 1.40 1.11 0.81 0.23 0.80 1.49 1.80
7253 m³ /dt 11.91 9.28 9.21 8.13 8.67 4.30 5.06 5.94 7.92 10.78 7.13 9.23 7.63 6.20 4.30 5.80 7.20 10.12 8.08 5.86 1.68 5.77 10.77 13.05
6712 m³ /dt 11.02 8.58 8.52 7.53 8.02 3.98 4.68 5.50 7.33 9.97 6.60 8.54 7.06 5.74 3.98 5.37 6.66 9.36 7.48 5.42 1.56 5.34 9.97 12.07

Sumber :Perhitugan kebutuhan air


52

. Tabel 4.16. Kebutuhan Air Irigasi DI. Sanrego


Desain
Kebutuhan Air Efisiensi Kebutuhan air
irigasi
Di Sawah (NFR) 1.06
Di saluran tersier 80 % 1.31
Di saluran sekunder 90 % 1.48
Di pintu pengambilan 90 % 1.64

5. Analisis Ketersedian Air

Analisis Perhitungan ketersediaan air/ debit andalan :

Diketahui :

Jumlah data (n) = 11

Debit andalan = 80%

Nomor urut kejadian = antara 9 dengan 10

Penyelesaian :

= 75 %

Nomor urut kejadian debit andalan berada pada nomor urut 9 dapat diihat

pada tabel.4.18,
53

Tabel 4.18 Data Debit Andalan 1/2 Bulanan Sungai Sanrego


Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
P
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 0.00 5.02 6.57 6.98 5.41 6.81 7.12 7.25 7.14 6.60 6.29 5.35 0.00 0.00 3.26 2.69 2.27 2.16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2 2.67 8.36 9.23 8.17 7.20 7.63 9.13 7.38 7.43 6.72 7.79 7.32 5.07 3.31 3.75 2.94 2.40 2.50 1.80 1.53 1.40 2.32 3.27 3.09
3 8.58 8.55 9.34 8.73 7.52 8.73 9.62 7.98 7.97 7.85 8.17 8.50 5.56 5.20 4.37 3.53 3.52 3.03 2.19 1.91 2.51 3.00 3.42 3.40
4 9.98 9.42 9.41 10.91 7.68 9.17 10.30 10.12 9.59 8.16 8.82 8.55 5.56 5.43 4.82 3.63 3.84 3.25 3.20 2.90 2.61 3.43 4.52 5.44
5 10.48 10.72 9.48 11.09 8.61 10.46 10.46 10.98 10.15 8.20 8.99 9.21 5.91 6.06 5.31 4.43 3.88 3.88 3.39 3.08 3.01 4.29 4.71 5.76
6 11.01 10.87 10.26 11.27 9.23 11.55 10.66 11.07 11.40 10.38 12.47 9.54 6.59 6.28 5.37 4.61 3.96 4.16 3.63 3.45 3.35 5.15 5.29 6.48
7 11.35 10.88 10.41 11.77 9.62 13.01 10.89 11.29 11.66 10.58 13.33 10.49 7.85 6.35 5.42 4.62 4.83 4.20 3.66 3.51 3.50 5.98 6.44 9.20
8 11.60 10.91 15.11 12.12 10.04 13.79 13.72 11.59 13.81 12.48 15.39 14.39 9.97 7.56 6.49 5.35 4.88 5.25 4.94 4.33 4.00 8.35 8.32 10.33
9 11.91 12.09 16.91 13.17 11.18 14.43 15.84 11.70 15.78 12.51 17.77 20.09 10.35 7.64 6.74 6.42 5.24 5.32 5.27 6.07 8.27 8.52 11.29 11.28
10 12.90 15.54 21.24 15.38 16.23 17.42 17.06 14.02 23.05 20.41 23.62 26.42 15.50 8.83 6.91 7.17 7.03 6.50 5.98 9.27 11.74 12.43 12.61 21.46
11 15.54 15.63 31.00 32.45 28.28 40.97 93.64 82.10 41.96 40.32 35.38 26.53 17.26 9.61 7.32 17.04 25.46 17.45 12.88 15.17 21.76 19.75 13.38 49.40
debit andalan 11.91 12.09 16.91 13.17 11.18 14.43 15.84 11.70 15.78 12.51 17.77 20.09 10.35 7.64 6.74 6.42 5.24 5.32 5.27 6.07 8.27 8.52 11.29 11.28

Sumber :Hasil pehitungan Debit Andalan


25,00
Grafik Ketersediaan Air
20,00

Debit andalan
15,00

10,00

5,00

0,00
54

6. Keseimbangan Air
Analisis Keseimbangan air antara kertersedian air dengan kebutuhan air pada bulan januari ½ bulanan, debit yang

tersedia sebesar 11.91 m³/dtk debit sedangkan kebutuhan air sebesar 11.91 m³/dtk. Kebutuhan air maksimum berada

pada awal bulan Januari sebesar 11.91 m³/dtk, dan kebutuhan air minimum berada pada akhir bulan maret sebesar 4.30

m³/dtk, Sedangkan ketersediaan air maksimum berada pada akhir bulan juni sebesar 20.09 m³/dtk dan ketersediaan

minimum berada pada awal bulan September sebesar 5.24 m³/dtk.

Tabel 4.19.Keseimbangan Air

Januari
Luas Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Q (debit) m³/dtk
(A)
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Ketersediaan 11.91 12.09 16.91 13.17 11.18 14.43 15.84 11.70 15.78 12.51 17.77 20.09 10.35 7.64 6.74 6.42 5.24 5.32 5.27 6.07 8.27 8.52 11.29 11.28
kebutuhan 7253 11.91 9.28 9.21 8.13 8.67 4.30 5.06 5.94 7.92 10.78 7.13 9.23 7.63 6.20 4.30 5.80 7.20 10.12 8.08 5.86 1.68 5.77 10.77 13.05
Terpakai 6712 11.02 8.58 8.52 7.53 8.02 3.98 4.68 5.50 7.33 9.97 6.60 8.54 7.06 5.74 3.98 5.37 6.66 9.36 7.48 5.42 1.56 5.34 9.97 12.07
Pengembangan 541 0.89 3.50 8.39 5.64 3.16 10.45 11.16 6.20 8.45 2.54 11.18 11.54 3.30 1.90 2.76 1.04 (1.42) (4.04) (2.21) 0.65 6.71 3.19 1.32 (0.80)
Sumber :Pehitungan
55

Grafik Keseimbangan Air

25,00
Q Tersedia
20,00
Q Butuh
15,00

10,00

5,00

0,00

Sumber :Pehitungan Debit Andalan Dengan Kebutuhan Air

7. Perhitungan Dimensi Saluran Pengembangan

a. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 13- Bam 14

. .

Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 541 ha

Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha

Efesien (e) = 0.72

Koesfisen C =1

= 1 . 1.06 . 541
Q
0.720

= 799.35 lt/dt/ha

= 0.779 m³/dt/ha
56

Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :

-Kofisien kekasaran (k) = 35

-Kemiringan talud (m) = 1.5

-Perbandingan b/h (n) = 1.5

-Kecepatan rencana (v) = 0.44 m³/dtk

Luas penampang( A )

Q
A =
V

0.799
A =
0.44

= 1.82 m²

Distribusi:
A = (b+ m .H)h b = n . h
1.817 = ( 1 + 2 . h )h = 1.5 . h
2,0h² = 1.817 = 1.5 h m
h =
√ 1.817

2.5
= 0.852 m

b = n . h
= 1.5 . 0.852
= 1.279 m
= 1.279 + 1.705 . 1.803
= 4.352 m 57

Jari-jari hidraulis (R)


A
R =
P
keliling basah (p) 1.817
keliling basah
p (p)== b 4.352
+ 2h √ m²+ 1
p == b 1.279
+ + 2h √ 2 m²+
. 0.8521 √ 2² +
== 0.417
1.279 + +
m2 . 0.852 √ 2² +
= 1.279 1.705 . 1.803
R⅔ == 0.558 +
1.279 m
1.705 . 1.803
= 4.352 m
= 4.352 m
Kemiringan saluran
Jari-jari hidraulis (R)( l )
Jari-jari hidraulis (R)
A V ²
Rl = A
R = K
P . R⅔
P
1.817 0.44 ²
= 1.817
== 4.352
35
4.352 . 0.558
= 0.417 m
= 0.417 m
R⅔
R⅔ == 0.558
0.558 m
m
= 0.0005 m
Kemiringan
Kemiringan saluran
saluran (( ll ))
Tinggi jagaan ( W ) V ²²
V
Wll == 0.25
K
K
... hR⅔
R⅔
+ 0.30
= 0.25 0.44
. 0.852 + ²0.30
=
= 0.513 . m
35 0.558

Kesimpulan = 0.0005 m Sketsa

Tinggi
A jagaan
= (W) 541 ha
Q
W= =
W = 0.25
0.25
0.779 .. hhm3/dt
+ 0.30
+ 0.30
= 0.25 . 0.852 + + 0.30
0.30 w
V = = 0.25
0.44 . 0.852m/dt
=
= 0.513
0.513 mm
h = 0.75 m
h
b = 1.28 m
P = 4.35
m = 1.5 b

K = 35
R = 0.417
I = 0.000507
w = 0.513 m
58

b. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 14- Bam 15

. .

Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 474 ha

Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha

Efesien (e) = 0.72

Koesfisen C =1

.
.

= 700.36 lt/dt/ha

= 0.700 m³/dt/ha

Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :

-Kofisien kekasaran (k) = 35

-Kemiringan talud (m) = 1.5

-Perbandingan b/h (n) = 1.5

-Kecepatan rencana (v) = 0.44 m³/dtk

Luas penampang( A )

.
= 1.59 m²
.
59

Distribusi:

A = (b+m.H)h b = n . h
1.592 = ( 1.3 + 2 . h )h = 1.3 . h
2,0h² = 1.592 = 1.3 h m
h = √ 1.592
2.8
= 0.754 m

b = n . h
= 1.3 . 0.754
= 0.980 m

keliling basah (p)


p = b + 2h √ m² + 1
= 0.980 + 2 . 0.754 √ 2 ² +
= 0.980 + 1.508 . 1.803
= 3.699 m

Jari-jari hidraulis (R)


A
R =
P
1.592
=
3.699
= 0.430 m
R⅔ = 0.570 m

Kemiringan saluran ( l )
V ²
l =
K . R⅔
0.44 ²
=
35 . 0.570

= 0.0005 m

Tinggi jagaan ( W )
W = 0.25 . h + 0.30
= 0.25 . 0.754 + 0.30
= 0.488 m
60

Kesimpulan Sketsa

A = 474 Ha
Q = 0.700 m3/dt
w
V = 0.44 m/dt
h = 0.75 m
h
b = 0.98 m
P = 3.699
m = 1.5 b

K = 35
R = 0.43
I = 0.00049
w = 0.488 m

c. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 15- Bam 16

. .

Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 325 ha

Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha

Efesien (e) = 0.72

Koesfisen C =1

.
.

= 480.20 lt/dt/ha

= 0.48 m³/dt/ha

Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :

-Kofisien kekasaran (k) = 35


61

-Kemiringan talud (m) = 1

-Perbandingan b/h (n) = 1.2

-Kecepatan rencana (v) = 0.42 m³/dtk

Luas penampang( A )

.
= 1.14 m²
.

Distribusi:

A = (b+m.H)h b = n . h
1.143 = ( 1 + 1 . h )h = 1.2 . h
2,0h² = 1.143 = 1.2 h m
h = √ 1.143
2
= 0.756 m

b = n . h
= 1.2 . 0.756
= 0.907 m

keliling basah (p)


p = b + 2h √ m² + 1
= 0.907 + 2 . 0.756 √ 1 ² + 1
= 0.907 + 1.512 . 1.414
= 3.046 m

Jari-jari hidraulis (R)


A
R =
P
1.143
=
3.046
= 0.375 m
R⅔ = 0.520 m

Kemiringan saluran ( l )
V ²
l =
K . R⅔
0.42 ²
=
35 . 0.520
A
R =
P 62
1.143
=
3.046
= 0.375 m
R⅔ = 0.520 m

Kemiringan saluran ( l )
V ²
l =
K . R⅔
0.42 ²
=
35 . 0.520

= 0.0005 m

Tinggi jagaan ( W )
W = 0.25 . h + 0.30
= 0.25 . 0.756 + 0.30
= 0.489 m

Kesimpulan Sketsa

A = 325 Ha
Q = 0.48 m3/dt
V = 0.42 m/dt w

h = 0.75 M
h
b = 0.907 M
P = 3.046
m = 1.0
b
K = 35
R = 0.375
I = 0.0005
w = 0.489 M

d. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 16- Bam 17

. .

Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 304 ha

Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha

Efesien (e) = 0.72


63

Koesfisen C =1

.
.

= 449.17 lt/dt/ha

= 0.449 m³/dt/ha

Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :

-Kofisien kekasaran (k) = 35

-Kemiringan talud (m) = 1

-Perbandingan b/h (n) = 1.2

-Kecepatan rencana (v) = 0.41 m³/dtk

Luas penampang( A )

.
= 1.096 m²
.

Distribusi:

A = (b+m.H)h b = n . h
1.096 = ( 1 + 1 . h )h = 1.2 . h
2,0h² = 1.096 = 1.2 h m
h = √ 1.096
2
= 0.740 m

b = n . h
= 1.2 . 0.740
= 0.888 m
64

keliling basah (p)


p = b + 2h √ m² + 1
= 0.888 + 2 . 0.740 √ 1 ² + 1
= 0.888 + 1.480 . 1.414
= 2.982 m

Jari-jari hidraulis (R)


A
R =
P
1.096
=
2.982
= 0.367 m
R⅔ = 0.513 m

Kemiringan saluran ( l )
keliling basah (p)
keliling basah (p) V ²
l =p = b + 2h √ m² + 1
p = b =K+ 0.888 . √R⅔m² +
2h 1
+ 2 . 0.740 √ 1 ² + 1
= 0.888 + 1.480 . √ 1.414
= 0.888 0.41 2 . 0.740
+ ² 1 ² + 1
=
= 0.88835 +. 1.480
0.513 .
= 2.982 m 1.414
= 2.982 m
= 0.0005 m
Jari-jari hidraulis (R)
Jari-jari hidraulis (R) A
Tinggi jagaan (RW ) =A
R = P
W = 0.25
P 1.096 . h + 0.30
=
= 1.096
0.25 . 0.740 + 0.30
= 2.982
= 2.9820.485 m
= 0.367 m
R⅔= =0.367 m
0.513 m
R⅔ = 0.513 m
Kemiringan saluran ( l )
Kemiringan saluran ( l ) V ²
l = VK ²
l = . R⅔
K . R⅔0.41 ²
= 0.41 ²
= 35 . 0.513
35 . 0.513
= 0.0005 m
= 0.0005 m
Tinggi jagaan ( W )
Tinggi jagaan W( W )= 0.25 . h + 0.30
W = 0.25
= .
0.25 h .+ 0.740
0.30 + 0.30
= 0.25
= . 0.740m+ 0.30
0.485
= 0.485 m
Kemiringan saluran ( l )
V ²
l = 65
K . R⅔
0.41 ²
=
35 . 0.513

= 0.0005 m

Tinggi jagaan ( W )
W = 0.25 . h + 0.30
= 0.25 . 0.740 + 0.30
= 0.485 m

Kesimpulan Sketsa
A = 304 Ha
Q = 0.449 m3/dt
V = 0.41 m/dt w

h = 0.74 M
h
b = 0.888 M
P = 2.982
m = 1.0
b
K = 35
R = 0.367
I = 0.0005
w = 0.485 M

e. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 17- Bam 18

. .

Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 238 ha

Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha

Efesien (e) = 0.72

Koesfisen C =1

.
.

= 351.656 lt/dt/ha

= 0.35 m³/dt/ha
66

Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :

-Kofisien kekasaran (k) = 35

-Kemiringan talud (m) = 1

-Perbandingan b/h (n) = 1

-Kecepatan rencana (v) = 0.38 m³/dtk

Luas penampang( A )

.
= 0.93 m²
.

Distribusi:

A = (b+ m .H)h b= n . h
0.925 = ( 1 + 1 . h )h = 1 . h
2,0h² = 0.925 = 1 h m
h = √ 0.925
2
= 0.680 m

b = n . h
= 1 . 0.680
= 0.680 m

keliling basah (p)


p = b + 2h √ m² + 1
= 0.680 + 2 . 0.680 √ 1² + 1
= 0.680 + 1.360 . 1.414
= 2.604 m

Jari-jari hidraulis (R)


A
R =
P
0.925
=
2.604
= 0.355 m
R⅔ = 0.502 m
67
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= 0.680 + 2 . 0.680 √ 1² + 1
= 0.680 + 1.360 . 1.414
= 2.604 m

Jari-jari hidraulis (R)


A
R =
P
0.925
=
2.604
= 0.355 m
R⅔ = 0.502 m

Kemiringan saluran ( l )
V ²
l =
K . R⅔
0.38 ²
=
35 . 0.502

= 0.0005 m

Tinggi jagaan ( W )
W = 0.25 . h + 0.30
= 0.25 . 0.680 + 0.30
= 0.470 m

Kesimpulan Sketsa

A = 238 Ha
Q = 0.35 m3/dt
V = 0.38 m/dt w

h = 0.68 m
h
b = 0.68 m
P = 2.604
m = 1.0
b
K = 35
R = 0.355
I = 0.0005
w = 0.47 m
68

f. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 18- Bam 19

. .

Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 46 ha

Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha

Efesien (e) = 0.72

Koesfisen C =1

.
.

= 67.697 lt/dt/ha

= 0.068 m³/dt/ha

Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :

-Kofisien kekasaran (k) = 35

-Kemiringan talud (m) = 1

-Perbandingan b/h (n) = 1.2

-Kecepatan rencana (v) = 0.38 m³/dtk

Luas penampang( A )

.
= 0.179 m²
.
69

Distribusi:

A = (b+ m .H)h b = n . h
0.179 = ( 1.3 + 1 . h )h = 1.2 . h
2,0h² = 0.179 = 1.2 h m
h = √ 0.179
2.3
= 0.279 m

b = n . h
= 1.2 . 0.279
= 0.335 m

keliling basah (p)


p = b + 2h √ m² + 1
= 0.335 + 2 . 0.279 √ 1 ² + 1
= 0.335 + 0.558 . 1.414
= 1.123 m

Jari-jari hidraulis (R)


A
R =
P
0.179
=
1.123
= 0.159 m
R⅔ = 0.294 m

Kemiringan saluran ( l )
V ²
l =
K . R⅔
0.38 ²
=
35 . 0.294

= 0.0014 m

Tinggi jagaan ( W )
W = 0.25 . h + 0.30
= 0.25 . 0.279 + 0.30
= 0.370 m
70

Kesimplan Sketsa

A = 46 Ha
Q = 0.068 m3/dt w
V = 0.38 m/dt
h = 0.279 m h
b = 0.335 m
P = 2.604
m = 1.0 b
K = 35
R = 0.159
I = 0.0014
w = 0.37 m

g. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 19- Bam 20

. .

Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 46 ha

Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha

Efesien (e) = 0.72

Koesfisen C =1

.
.

= 38.991 lt/dt/ha

= 0.039 m³/dt/ha

Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :

-Kofisien kekasaran (k) = 35


71

-Kemiringan talud (m) = 1

-Perbandingan b/h (n) = 1.2

-Kecepatan rencana (v) = 0.38 m³/dtk

Luas penampang( A )

.
= 0.103 m²
.

Distribusi:

A = (b+ m .H)h b= n . h
0.103 = ( 1 + 1 . h )h = 1.2 . h
2,0h² = 0.103 = 1.2 h m
h = √ 0.103
2
= 0.227 m

b = n . h
= 1.2 . 0.227
= 0.272 m

keliling basah (p)


p = b + 2h √ m² + 1
= 0.272 + 2 . 0.227 √ 1 ² + 1
= 0.272 + 0.453 . 1.414
= 0.912 m

Jari-jari hidraulis (R)


A
R =
P
0.103
=
0.912
= 0.112 m
R⅔ = 0.233 m
72
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= 0.272 + 2 . 0.227 √ 1 ² + 1
= 0.272 + 0.453 . 1.414
= 0.912 m

Jari-jari hidraulis (R)


A
R =
P
0.103
=
0.912
= 0.112 m
R⅔ = 0.233 m

Kemiringan saluran ( l )
V ²
l =
K . R⅔
0.38 ²
=
35 . 0.233

= 0.0022 m

Tinggi jagaan ( W )
W = 0.25 . h + 0.30
= 0.25 . 0.227 + 0.30
= 0.357 m

Kesimpulan Sketsa

A = 19 Ha
Q = 0.039 m3/dt w
V = 0.38 m/dt
h = 0.227 m h
b = 0.272 m
P = 0.912
m = 1.0 b
K = 35
R = 0.112
I = 0.0022
w = 0.357 m
73

Tabel 4.20 Perencanaan Dimensi Saluran Tersier pada Daerah Irigasi

Sanrego Pengembangan

No. Ruas Saluran Bangunan Petak tersier


sadap No. Nama Petak Luas (ha) Debit (l/dt)

A. Saluran sekunder Amming (lanjutan) 541.00


1 B.Am.13 - B.Am.14 B.Am.14 1 Am.14.ki 54.00 71.6
2 Am.14.ka 13.00 17.2
2 B.Am.14 - B.Am.15 B.Am.15 3 Am.15.ki 28.00 37.1
4 Am.15.ka.ka 30.00 39.8
5 Am.15.ka.ki 91.00 120.6
3 B.Am.15 - B.Am.16 B.Am.16 6 Am.16.ki 21.00 27.8
4 B.Am.16 - B.Am.17 B.Am.17 7 Am.17.ki 66.00 87.5
5 B.Am.17 - B.Am.18 B.Am.18 8 Am.18.ki.ki 32.00 42.4
9 Am.18.ki.tg.ki 68.00 90.1
10 Am.18.ki.tg.ka 35.00 46.4
11 Am.18.ki.ka 57.00 75.5
6 B.Am.18 - B.Am.19 B.Am.19 12 Am.19.ki 27.00 35.8
7 B.Am.19 - B.Am.20 B.Am.20 13 Am.20.ki 19.00 25.2
Sumber : Hasil perhitungan dimensi saluran

Tabel 4.21 Perencanaan Dimensi Saluran Sekunder pada Daerah Irigasi


Sanrego Pengembangan

AREAL PANJANG Q V b h m k w i P R
NO. RUAS SALURAN
(ha) (Km) (m³ / dtk ) (m/dtk) (m) (m) (m)
A. SALURAN INDUK SANREGO
1 B.Am.13 - B.Am.14 541.00 0.134 0.80 0.44 1.28 0.85 1.50 35 0.51 0.000507 4.35 0.417
2 B.Am.14 - B.Am.15 474.00 1.713 0.70 0.44 0.98 0.75 1.50 35 0.49 0.000487 3.70 0.430
3 B.Am.15 - B.Am.16 325.00 0.341 0.48 0.42 0.91 0.74 1.00 35 0.49 0.000532 3.05 0.375
4 B.Am.16 - B.Am.17 304.00 2.042 0.45 0.41 0.89 0.74 1.00 35 0.49 0.000522 2.98 0.367
5 B.Am.17 - B.Am.18 238.00 0.887 0.35 0.38 0.68 0.68 1.00 35 0.47 0.000469 2.60 0.355
6 B.Am.18 - B.Am.19 46.00 0.787 0.07 0.38 0.28 0.28 1.00 35 0.37 0.001278 1.07 0.168
7 B.Am.19 - B.Am.20 19.00 0.645 0.04 0.38 0.23 0.227 1.00 35 0.36 0.002032 0.87 0.118

Sumber : Hasi perhitungan dimensi saluran


74

C. Hasil Pembahasan

Daerah Irigasi di sanrego, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone

awalnya didesain dengan areal seluas 9457 ha kebutuhan air sebesar

Qbutuh = 14.594 m³/dtk. Jaringan irigasi yang sudah dibangun seluas

areal 6712 ha dengan debit yang tepakai sebesar Q= 11.02 m³/dtk

sedangkan debit yang tersedia sebaesar 11.91 m³/dtk, sehingga masih

tersisa Q= 0.89 m³/dtk. Untuk pengembangan jaringan daerah irigasi

sanrego dapat disimpulkan bahwa masih ada debit tersisa sebesar Q=

0,89 m³/dtk, yang mampu memberi air seluas 541 ha (yang dapat

dikembangkan), jadi total areal keseluruhan seluas 7253 ha yang dapat

diairi dengan debit air tersedia pada bendung sanrego.


75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kemampuan ketersediaan debit Bendung Sanrego untuk

kebutuhan air irigasi Sanrego sangat memenuhi untuk mengairi

areal pengembangan seluas 541 ha.

2. Perencanaan pengembangan jaringan irigasi dapat laksanakan

sesuai dengan pedoman dan standar perencenaan teknis.

B. Saran

Disarankan untuk mengairi lahan seluas 9457 ha, perlu adanya

penampung air di hulu bendung seperti waduk atau bendungan, untuk

meningkatkan debit tersedia.


LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

Tabel 1. Curah Hujan Efektif Rata-rata Bulanan dikalikan dengan ET

Tanaman Rata-rata Bulanan dan Curah Hujan Mean Bulanan (Mean

Monthly Rainfall)[USDA(SCS),1969]

Sumber: (Perencanaan jaringan irigasi) KP 01


LAMPIRAN 2

Tabel.2.Kebutuhan air di sawah untuk petak tersiaer jangka waktu


Tabel A.2.4 Kebutuhan air di sawah untuk petak tersier jangka waktu
penyiapan lahan1,0 bulan lahan 1,0 bulan
penyiapan

Bulan ETo P R WLR C1 C2 C3 C ETc NFR


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)1)

Nov 1 5,1 2,0 2,0


2

Des 1 4,3 2,0 3,6 LP LP LP LP 10,72) 7,03)


2 1,1 LP LP LP 10,7 7,0

Jan 1 4,5 2,0 3,8 1,1 1,1 LP LP 10,7 7,0


2 2,2 1,05 1,1 1,1 1,08 4,94) 5,35)

Feb 1 4,7 2,0 4,1 2,2 1,05 1,05 1,1 1,07 5,0 5,1
2 1,1 0,95 1,05 1,05 1,02 4,8 3,8

Mar 1 4,8 2,0 5,0 1,1 0 0,95 1,05 0,67 3,2 1,3
2 0 0,95 0,32 1,6 0

Apr 1 4,5 2,0 5,3 0 0 0 0


2 LP LP LP LP 9,46) 4,37)

Mei 1 3,8 2,0 5,1 1,1 LP LP LP 9,4 4,3


2 1,1 1,1 LP LP 9,4 4,3

Jun 1 3,6 2,0 4,2 2,2 1,05 1,1 1,1 1,08 3,9 3,9
2 2,2 1,05 1,05 1,1 1,07 3,9 3,9

Jul 1 4,0 2,0 2,9 1,1 0,95 1,05 1,05 1,02 4,1 4,3
2 1,1 0 0,95 1,05 0,67 2,7 2,9

Agt 1 5,0 2,0 2,0 0 0,95 0,32 1,6 0


2 0 0 0 0

Sep 1 5,7 2,0 1,0


2

Okt 1 5,7 2,0 1,0


2

1) Kolom 2, 3, 5, 10 dan 11 dalam satuan mm/hari


2) Kebutuhan air total untuk penyiapan lahan : tanaman pertama M = (1,1 x 4,4) + 2 = 6,8
mm/hari. S = 300 mm/hari. IR = 10,7 mm/hari (Lihat Tabel A.2.1)
3) Kebutuhan air netto untuk penyiapan lahan sama dengan kebutuhan total dikurangi curah hujan
efektif rata-rata selama periode penyiapan lahan tanaman pertama 10,7 – 3,7 = 7,0 mm/hari.
4) ETc = ETo x C1, koefisien rata-rata tanaman.
5) NFR = ETc + P – Re + WLR.
6) Kebutuhan air total untuk penyiapan lahan : tanaman kedua M = (1,1 x 4,0) + 2 = 6,5 mm/hari.
S = 250 mm; IR = 9,4 mm/hari (lihat Tabel A.2.1)
7) Kebutuhan air netto untuk penyiapan lahan sama dengan kebutuhan total dikurangi curah hujan
efektif rata-rata selama periode penyiapan lahan tanaman kedua 9,4 – 5,1 = 4,3 mm/hari.

Sumber : Kriteria perencanaan (Kp 01)


LAMPIRAN 3

Tabel.3.Tabel hubungan antara T, ea, w dan f(t)

Suhu (T) Ea w (1-w) f(t)


ºC mbar E1(0-2.50 m)
24.0 29.85 0.735 0.265 15.40
24.2 30.21 0.737 0.263 15.45
24.4 30.57 0.739 0.261 15.50
24.6 30.94 0.741 0.259 15.55
24.8 31.31 0.745 0.257 15.60
25.0 31.69 0.747 0.255 15.65
25.2 32.06 0.749 0.253 15.70
25.4 32.45 0.751 0.251 15.75
25.6 32.83 0.753 0.249 15.80
25.8 33.22 0.755 0.247 15.85
26.0 33.62 0.757 0.245 15.90
26.2 34.02 0.759 0.243 15.94
26.4 34.42 0.761 0.241 15.98
26.6 34.83 0.763 0.239 16.02
26.8 35.25 0.765 0.237 16.06
27.0 35.66 0.767 0.235 16.10
27.2 36.09 0.769 0.233 16.14
27.4 36.50 0.771 0.231 16.18
27.6 36.94 0.773 0.229 16.22
27.8 37.37 0.775 0.227 16.26
28.0 37.81 0.777 0.225 16.30
28.2 38.25 0.779 0.223 16.34
28.4 39.14 0.781 0.221 16.38
28.6 39.61 0.783 0.219 16.42
28.8 40.06 0.785 0.217 16.46
Sumber: Suharjono

Tabel.4 Harga f(u) untuk rumus penman

u f(u) = 0,27 (1+u x 0,864)


(m/dt) ,0 ,2 ,4 ,6 ,8
0 0.270 0.317 0.363 0.410 0.457
1 0.503 0.550 0.597 0.643 0.690
2 0.737 0.783 0.830 0.877 0.923
3 0.970 1.016 1.063 1.110 1.156
4 1.203 1.250 1.296 1.343 1.390
Sumber: Suharjono
LAMPIRAN 4

Tabel.5 Harga f(ed) untuk rumus penman

ed f(ed) = 0,34 – 0,44(ed)^0,5

mbar ,0 ,25 ,5 ,75

15 0.170 0.168 0.167 0.165


16 0.164 0.163 0.161 0.160
17 0.159 0.157 0.156 0.155
18 0.153 0.152 0.151 0.149
19 0.148 0.147 0.146 0.144

20 0.143 0.142 0.141 0.140


21 0.138 0.137 0.136 0.135
22 0.134 0.132 0.131 0.130
23 0.129 0.128 0.127 0.126
24 0.124 0.123 0.122 0.121

25 0.120 0.119 0.118 0.117


26 0.116 0.115 0.113 0.112
27 0.111 0.110 0.109 0.108
28 0.107 0.106 0.105 0.104
29 0.103 0.102 0.101 0.100

30 0.099 0.098 0.097 0.096


31 0.095 0.094 0.093 0.092
32 0.091 0.090 0.089 0.088
33 0.087 0.086 0.085 0.084
34 0.083 0.082 0.082 0.081
35 0.080 0.079 0.078 0.077
36 0.076 0.075 0.074 0.073
Sumber: Suharjono
LAMPIRAN 5

Tabel.6 Harga f(n/N) untuk rumus penman

n/N F(n/N) = 0.1+0.9 n/N


(%)
,0 ,2 ,4 ,6 ,8

30 0.370 0,388 0406 0.424 0.442


40 0.460 0.478 0.496 0.514 0.532
50 0.550 0.568 0.586 0.604 0.622
60 0.640 0.658 0.676 0.694 0.712
70 0.730 0.748 0.766 0.784 0.802
80 0.820 0.838 0.856 0.874 0.892

Sumber: Suharjono

Tabel.7 Besar angka koefisien bulanan (c ) untuk rumus penman

Bulan c Bulan c

Januari 1.1 Juli 0.9

Februari 1.1 Agustus 1.0

Maret 1.0 September 1.1

April 0.9 Oktober 1.1

Mei 0.9 November 1.1

Juni 0.9 Desember 1.1

Sumber: Suharjono
LAMPIRAN 6

Tabel .8. Data Hujan Bulanan dan Hujan Harian Maksimum Sts. Maradda

Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) Curah Hujan


Tahun Jumlah Harian Max
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des (mm)

1990 54 124 128 91 325 226 180 26 0 41 0 132 1327 57


1991 90 63 226 230 452 113 87 38 0 0 195 38 1532 115
1992 76 181 148 282 81 216 301 20 68 32 145 69 1619 76
1993 116 64 104 174 207 357 249 225 0 65 45 227 1833 140
1994 210 128 245 182 254 312 230 614 0 110 365 101 2751 195
1995 152 83 127 182 428 568 340 46 41 40 217 107 2331 75
1996 107 63 78 156 237 202 307 230 25 110 83 118 1716 75
1997 143 94 170 243 140 307 413 0 0 0 26 233 1769 175
1998 123 233 396 314 437 313 788 518 179 295 63 82 3741 175
1999 191 115 143 929 346 267 464 64 73 158 278 262 3290 240
2000 132 88 176 242 175 381 166 23 14 182 174 121 1874 79
2001 114 100 121 283 172 238 94 12 30 53 104 173 1494 75
2002 409 124 55 166 710 36 380 0 0 0 15 13 1908 125
2003 23 79 89 334 403 283 235 59 109 49 125 271 2059 214
2004 68 57 78 296 168 69 155 0 0 0 154 129 1174 145
2005 104 118 108 272 459 107 54 63 0 99 174 103 1661 105
2006 42 180 82 22 236 69 407 0 10 0 0 81 1129 195
2007 93 183 35 145 192 334 374 113 30 45 93 51 1688 110
2008 95 64 218 294 482 384 207 84 43 176 72 117 2236 126
2009 74 10 92 32 6 40 263 10 50 52 371 110 1110 145
2010 70 157 183 185 411 780 573 465 248 289 256 112 3725 187
2011 70 93 38 120 185 110 158 11 24 145 165 222 1341 89
2012 26 196 160 201 239 257 231 19 23 78 92 61 1583 100
2013 84 63 92 188 237 79 132 230 64 - 156 71 1396 77
2014 44 - 97 61 206 25 72 119 421 364 162 188 1759 150
2015 55 13 134 126 221 260 24 - - - 1 42 876 90

Sumber : Diolah dari Data Hujan Harian dari Seksi Hidr0,ologi Dinas PSDA Sul-sel
LAMPIRAN 7

Tabel .9. Data Hujan Bulanan dan Hujan Harian Maksimum Sts. Sanrego

Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) Curah Hujan


Tahun Jumlah Harian Max
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des (mm)

1990 46.2 94.04 79.56 83.2 219.1 146.1 124.5 26.33 6.517 33.34 12.59 75.3 947 43.4
1991 95 33 207 378 385 105 85 28 0 0 20 259 1595 106
1992 56 262 127 637 202 410 356 38 63 47 91 61 2350 82
1993 39 99 389 230 785 610 108 8 0 0 170 246 2684 97
1994 140.6 68.19 103.7 429.9 178.1 212.1 212.1 368.5 0 38.09 197.5 120.9 2070 144.3
1995 124.5 72.9 104.7 101.5 351.0 502.9 284.4 43.5 14.8 17.2 159.6 81.5 1858 71.1
1996 250.5 234.8 70.8 104.6 155.2 177.3 250.8 223.1 14.5 68.3 64.5 160.1 1774 88.6
1997 85.0 85.2 113.2 208.5 94.3 255.4 192.8 0.0 0.0 0.0 58.0 203.9 1296 114.8
1998 70 104 221 191 163 231 212 228 21 19 196 41 1697 72
1999 133 55 82 46 132 68 84 24 30 77 74 132 937 44
2000 64 20 88 90 141 282 58 25 1 47 42 29 887 48
2001 39 37 12 165 113 200 70 8 44 73 114 115 990 72
2002 238 102 85 117 622 130 115 0 0 0 41 119 1569 123
2003 52 84 100 337 300 319 305 63 67 48 98 298 2071 129
2004 87 79 135 240 162 49 121 0 0 0 53 60 986 67
2005 70 19 417 214 345 113 20 49 10 74 165 267 1763 235
2006 190 410 185 123 292 329 70 0 17 0 0 164 1780 115
2007 157 166 57 339 238 431 419 105 51 37 112 81 2193 99
2008 107 67 160 248 534 0 0 121 59 304 159 166 1925 79
2009 221 31 104 226 81 9 267 0 75 119 240 132 1505 89
2010 60.0 123.3 131.4 135.3 304.2 570.9 457.9 344.5 175.1 210.1 201.6 120.2 2834 131.5
2011 70.7 47.5 40.5 73.9 178.1 86.5 130.1 29.5 22.7 132.1 167.0 141.7 1120 81.2
2012 16 320 77 199 267 290 287 37 22 117 173 131 1936 95
2013 170 78 31 165 499 0 0 66 121 20 111 69 1330 115
2014 88.4 39.6 119.7 96.6 353.3 307.3 112.4 134.8 368.0 110.2 69.4 86.5 1886 144.5

Sumber : Diolah dari Data Hujan Harian dari Seksi Hidrologi Dinas PSDA Sul-sel.
LAMPIRAN 8

Tabel .10 Data Hujan Bulanan dan Hujan Harian Maksimum Sts. Palattae

Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) Curah Hujan


Tahun Jumlah Harian Max
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des (mm)

1990 71 139 122 135 305 225 202 49 27 44 15 108 1442 58


1991 614 454 225 180 695 64 112 45 0 0 136 95 2620 159
1992 97 78 225 302 121 318 408 25 89 93 170 143 2069 88
1993 84 77 124 279 315 687 304 330 0 125 79 215 2619 182
1994 329 128 134 0 170 502 601 318 0 25 165 379 2751 187
1995 137 52 171 156 503 770 430 44 12 23 158 82 2538 100
1996 713 800 57 143 172 260 406 415 30 150 167 148 3461 183
1997 85 131 113 271 123 352 141 0 0 0 76 180 1472 121
1998 124 106 253 369 395 254 752 346 143 86 299 105 3232 136
1999 144 101 259 575 371 349 874 57 181 225 245 197 3578 180
2000 207 83 228 135 395 663 196 38 27 277 153 80 2482 130
2001 198 92 130 385 138 283 69 4 27 8 94 87 1515 86
2002 235 126 181 272 718 430 58 9 0 0 143 78 2250 188
2003 127 127 122 261 283 372 282 108 84 57 136 290 2249 87
2004 72 64 133 401 158 64 225 0 17 0 117 162 1413 168
2005 68 75 189 222 465 123 120 68 0 103 70 155 1658 78
2006 176 176 121 0 0 537 65 0 0 0 0 128 1203 143
2007 171 88 106 165 305 437 409 97 58 95 86 103 2120 140
2008 173 74 201 415 736 505 228 160 79 303 78 158 3110 150
2009 92 49 104 113 81 126 293 13 61 90 272 184 1478 119
2010 61 162 258 199 418 844 583 601 243 226 168 112 3875 173
2011 118 60 106 120 299 93 209 59 44 198 171 181 1658 112
2012 33 133 223 178 291 377 307 88 - 145 99 220 2094 163
2013 238 95 77 306 265 162 167 57 123 - 166 167 1823 78
2014 177 51 209 232 652 596 198 231 - 13 39 38 2436 201
2015 130 73 214 162 225 439 61 - - - - 181 1485 99

Sumber : Diolah dari Data Hujan Harian dari Seksi Hidrologi Dinas PSDA Sul-sel.
LAMPIRAN 9

Tabel .11 Data Hujan Bulanan dan Hujan Harian Maksimum Sts. Tappale

Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) Curah Hujan


Tahun Jumlah Harian Max
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des (mm)

1990 52 95 50 94 198 101 91 27 0 42 35 42 827 50


1991 27 20 11 147 426 10 5 30 0 0 0 85 761 100
1992 117 48 136 60 195 359 398 141 241 216 475 129 2515 91
1993 194 341 270 380 514 457 164 66 0 0 0 0 2386 79
1994 0 0 0 1470 246 0 0 440 0 0 200 0 2356 165
1995 184 141 103 42 409 591 318 76 0 0 227 119 2210 98
1996 184 91 134 96 174 217 247 218 0 0 0 351 1712 88
1997 89 102 142 282 93 316 150 0 0 0 125 361 1660 135
1998 71 185 337 809 908 685 1149 228 601 175 205 61 5414 150
1999 118 80 196 445 227 107 360 18 198 262 121 177 2309 138
2000 96 5 178 147 282 594 135 30 0 143 155 134 1899 123
2001 535 106 43 280 94 253 76 0 55 72 102 129 1745 130
2002 273 79 166 115 583 536 32 0 0 0 15 138 1937 101
2003 5 45 88 416 214 302 399 23 9 38 33 334 1906 85
2004 86.1 75.9 129.8 342.0 183.4 67.5 181.8 0.0 5.3 0.0 75 82 1229 136.7
2005 35 158 53 1121 295 1095 77 0 0 70 219 244 3367 250
2006 0 121 35 95 274 400 76 12 0 0 0 33 1046 155
2007 146 130 43 237 257 606 375 10 45 76 111 161 2197 133
2008 138 78 144 250 571 329 161 188 6 306 226 81 2478 100
2009 97 0 268 112 66 145 307 0 0 27 62 22 1106 200
2010 79 151 107 171 403 715 563 328 253 351 343 111 3575 200
2011 85 23 15 39 203 125 131 47 20 164 303 130 1285 110
2012 22 125 85 247 257 300 276 42 - 75 253 213 1895 118
2013 157 101 20 132 462 317 603 117 134 16 120 132 2311 134
2014 128 55 160 89 530 609 170 173 - 4 50 88 2056 204
2015 tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad

Sumber : Diolah dari Data Hujan Harian dari Seksi Hidrologi Dinas Balai Besar Pompengan
Jenneberang Sul-sel.
LAMPIRAN 10

Tabel .12 Data Curah Hujan Rata-Rata ½ Bulan Pada Stasiun Palattae
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
T ahun
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2005 1 47 17 30 7 72 67 34 78 55 26 29 33 0 8 22 0 0 29 15 42 13 41 9
2006 55 15 23 34 6 36 0 0 0 0 45 143 0 56 0 0 0 0 0 0 0 0 24 67
2007 50 25 25 0 45 21 23 23 20 83 70 40 140 65 15 35 23 0 0 40 43 25 20 25
2008 13 69 19 34 33 40 58 110 77 90 150 28 86 14 24 18 43 22 98 22 12 26 77 12
2009 11 46 14 11 41 48 24 17 18 29 20 56 38 84 13 0 33 19 26 25 48 119 70 30
2010 27 0 61 19 22 102 66 60 71 56 106 173 118 116 110 148 52 28 43 34 35 27 30 28
2011 40 46 28 20 12 62 10 43 80 93 19 30 52 30 25 6 32 5 25 112 45 39 37 42
2012 8 7 23 22 61 34 21 50 47 35 163 72 110 35 41 13 0 0 7 75 43 14 25 100
2013 78 22 52 7 29 35 61 57 48 21 50 28 25 35 17 8 74 0 0 0 48 64 37 25
2014 60 20 28 6 25 97 84 34 142 201 63 92 18 81 90 25 0 0 0 13 0 25 15 7

Tabel .13 Data Curah Hujan Rata-Rata ½ Bulan Pada Stasiun Tappale
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
T ahun
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2005 0 35 15 73 0 25 175 250 58 38 250 220 50 220 0 0 0 0 10 25 57 50 95 45
2006 0 0 35 28 0 20 40 50 45 38 55 155 40 32 9 3 0 0 0 0 0 0 0 33
2007 10 53 45 45 13 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 10 28 20 58
2008 15 65 28 30 28 8 45 25 75 100 88 33 45 18 25 35 6 0 72 41 29 100 20 0
2009 6 46 0 0 76 0 26 25 25 13 0 145 200 0 0 0 0 0 0 16 10 23 0 22
2010 28 6 50 0 42 39 69 17 103 45 106 200 80 127 115 73 50 31 40 81 75 110 34 0
2011 0 85 0 23 0 8 4 28 81 35 0 100 21 0 27 0 20 0 0 110 75 81 24 37
2012 11 11 26 38 8 35 26 57 58 25 100 72 76 23 23 0 0 0 14 31 36 53 118 45
2013 50 17 27 12 0 20 37 50 65 134 130 35 72 97 16 57 64 0 0 16 25 59 19 45
2014 42 51 38 9 113 47 28 25 86 204 85 88 37 103 72 15 0 0 0 4 24 15 0 55

Sumber :Seksi hidrologi


LAMPIRAN 11

Tabel .14 Data Curah Hujan Rata-Rata ½ Bulan Pada Stasiun Maradda
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
T ahun
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2005 15 50 18 51 4 36 54 27 62 105 24 22 18 11 0 21 0 0 12 20 50 38 39 6
2006 11 17 51 51 31 16 5 17 78 21 0 25 50 0 0 0 8 0 0 0 0 0 19 45
2007 10 24 31 110 20 0 56 18 23 61 76 43 95 75 12 52 20 0 0 18 28 20 15 0
2008 15 32 27 7 35 41 34 86 73 60 126 25 84 13 10 17 25 0 38 41 11 22 55 19
2009 9 50 7 0 37 21 15 9 6 0 0 25 31 94 10 0 29 21 27 25 35 145 38 32
2010 19 22 44 25 39 21 36 57 62 19 82 132 125 120 87 127 63 42 23 39 39 52 45 19
2011 32 20 1 61 13 9 7 42 25 53 6 70 41 41 11 0 0 110 110 37 81 45 89 34
2012 9 5 27 63 35 46 35 43 66 35 100 81 91 5 0 19 0 30 15 35 9 35 14 22
2013 25 5 28 6 25 38 10 77 35 36 35 0 27 10 43 20 32 0 0 0 26 55 25 10
2014 32 0 0 0 20 55 25 10 65 24 13 0 12 37 31 15 100 150 59 88 55 25 54 25

Tabel .15 Data Curah Hujan Rata-Rata ½ Bulan Pada Stasiun Sanrego
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
T ahun
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2005 7 50 30 30 22 10 67 50 27 66 90 20 99 51 6 30 24 0 0 13 40 20 34 11
2006 7 20 60 20 5 18 43 4 40 40 37 183 0 66 7 13 12 0 0 0 15 0 53 55
2007 7 50 30 30 22 10 67 50 27 66 90 20 99 51 6 30 24 0 0 13 40 20 34 11
2008 13 18 20 3 40 19 34 75 79 58 0 0 0 0 25 13 23 0 57 35 15 53 60 20
2009 45 81 18 0 35 11 18 71 14 30 9 0 47 89 0 0 25 50 65 18 42 48 45 28
2010 23 7 35 22 20 42 20 80 66 15 75 109 50 120 90 80 25 24 32 69 35 62 37 0
2011 13 53 4 38 20 22 12 71 67 57 15 40 26 3 49 0 29 0 0 52 33 45 38 25
2012 16 0 40 95 20 15 32 57 60 30 60 80 80 35 20 7 0 17 42 40 13 80 38 20
2013 5 13 6 8 27 4 2 29 3 23 7 14 2 42 12 17 2 0 0 20 22 54 10 13
2014 6 25 7 7 15 31 5 27 5 172 3 94 2 90 7 20 0 0 0 0 0 43 11 23

Sumber :Seksi hidrologi


LAMPIRAN 12

Tabel .16 Data Debit Rata-rata 1/2 Bulanan Sungai Sanrego


Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Tahun
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2000 10.48 8.36 10.26 6.98 5.41 13.01 13.72 10.98 7.97 20.41 17.77 26.53 15.50 0.00 6.49 6.42 4.83 4.20 - - - - - -
2001 11.35 9.42 31.00 32.45 28.28 40.97 93.64 82.10 9.59 6.60 23.62 10.49 5.91 6.28 4.82 3.63 4.88 5.25 4.94 4.33 4.00 8.52 13.38 11.28
2002 11.01 10.91 9.34 8.73 7.20 11.55 9.13 7.25 41.96 8.20 12.47 9.54 5.56 3.31 3.26 3.53 3.88 4.16 3.39 3.08 3.01 3.00 4.52 5.76
2003 8.58 8.55 9.41 11.77 7.68 8.73 7.12 11.70 23.05 10.58 6.29 14.39 10.35 6.35 3.75 2.94 2.40 2.50 2.19 1.91 2.51 4.29 5.29 49.40
2004 11.91 10.72 21.24 12.12 9.23 14.43 10.46 7.38 10.15 8.16 8.17 5.35 5.56 7.64 4.37 2.69 2.27 2.16 1.80 1.53 1.40 2.32 3.27 3.09
2005 2.67 5.02 6.57 15.38 10.04 9.17 17.06 11.07 11.66 10.38 8.99 8.50 7.85 7.56 5.42 4.43 3.84 3.03 3.20 2.90 2.61 5.15 6.44 6.48
2006 0.00 12.09 9.48 8.17 7.52 6.81 10.66 7.98 7.14 7.85 15.39 8.55 0.00 6.06 5.37 4.61 3.96 3.88 3.66 3.45 3.35 3.43 3.42 3.40
2007 11.60 10.88 15.11 13.17 8.61 7.63 10.30 11.59 7.43 6.72 7.79 9.21 5.07 5.20 5.31 5.35 5.24 5.32 5.27 6.07 8.27 8.35 8.32 21.46
2008 15.54 10.87 10.41 10.91 16.23 17.42 15.84 11.29 13.81 40.32 35.38 20.09 17.26 8.83 7.32 7.17 7.03 6.50 5.98 9.27 11.74 12.43 12.61 10.33
2009 9.98 15.54 16.91 11.27 11.18 10.46 10.89 14.02 11.40 12.51 8.82 7.32 6.59 9.61 6.74 4.62 3.52 3.25 3.63 3.51 3.50 5.98 4.71 5.44
2010 12.90 15.63 9.23 11.09 9.62 13.79 9.62 10.12 15.78 12.48 13.33 26.42 9.97 5.43 6.91 17.04 25.46 17.45 12.88 15.17 21.76 19.75 11.29 9.20
Sumber : Diolah dari data pos duga air sungai Sanrego – Turungeng
LAMPIRAN 13
D.I. SANREGO
6.712 HA

AREAL
PENGEMBANGAN

Gambar 1.1 Peta Daerah Irigasi Sanrego


BENDUNG SANREGO

Gambar 1.1 Peta Aliran Sungai Disekitar Daerah Irigasi Sanrego


SKEMA AREA PENGEMBANGAN
68 Ha 35 Ha
AREA: 541 Ha

57 Ha
32 Ha

27 Ha

19 Ha
68 Ha
21 Ha

28 Ha
91 Ha

30 Ha
54 Ha
13 Ha
B.
Am
.18
8 00 .ki
.ka
.0. B.
Am
km .18
8 .ki
73 B. .
.0. Am ka
.a
km
.0.
.ki km .18 72
.ki .ki 0
Eksisting Pengembangan
m.18 .ka
.a km
B .A i.a .0.
.k 48
.ki 0
18 km
Am. .0.
B. 02
5

km.11.163

km.11.364

km.11.637

km.12.230

km.12.435

km.12.602

km.12.910

km.13.803

km.14.422

km.15.149

km.15.282

km.15.561

km.16.333

km.17.382

km.18.114

km.18.720

km.19.263

km.19.450
SALURAN SEKUNDER AMING
B.Am.14a

B.Am.14b

B.Am.15a

B.Am.15b

B.Am.16a

B.Am.17a

B.Am.18a

B.Am.18b

B.Am.19a

B.Am.20a
B.Am.17
B.Am.13

B.Am.14

B.Am.15

B.Am.16

B.Am.18

B.Am.19

B.Am.20
Am. 15 ka.ki.M

LEGENDA:

Bangunan Sadap
Bangunan Bagi Sadap

Bangunan Bagi

Jembatan

Talang

Bangunan Ukur

Gorong - gorong Jalan

Bangunan Terjun

Saluran Sekunder
Saluran Muka
AREA EXISTING KECAMATAN g LEGENDA
un

ng
KAHU ut
ar

mi
B

.A
Cag Sungai
ek uni
l.S
Palattae Saluran Skunder Lama
Sa
ing

Batulappa Saluran Skunder Baru


ist
Ex

Bangunan Sadap
MASAGO
Bulu Bangunan Akhir Type Box
Am. 18 ki.ki.
BAm.10
32.00 42.55 Am.18ki.1.ki.
68.00 90.43
Pa
ng Jembatan
em
pa
BATU LAPPA ng
BAm.11 e Jembatan Orang
Am.18ki.1.ka.
35.00 46.54 Bangunan Terjun

te
pu
ki.

go
7 .77

ng
1
. 87

ru
sa
Am.18ki.1 Gorong Gorong Pembawa
Am 00

Bu
BAm.12
AKHIR SALURAN EXISTING

Ma
.
66
AWAL SALURAN BARU

S.
Gorong Gorong Pembuang

a
Balle BAm.18

cc
Am. 18 ki.ka.

S.

Ma
57.00 75.80
Talang
BAm.13

g
Sipon

lan
BAm.21

S.
Am. 20 ki.

tel
Am. 14 ki.

S.
La
54.00 71.81 19.00 25.27 Bangunan Pembilas/Pembuang

Am
BAm.14

e
BAm.19

atu

ing
Box T

tib
Tabenrung Jalan Utama

Ut
Am. 14 ka.
LATELLANG BAm.20
Am. 15 ki. Jalan Desa

a
13.00 17.29 Am. 19 ki.

kit
28.00 37.23 BAm.17

Hu
27.00 35.90

Pa
BAm.15 Am. 16 ki. Jalan Inspeksi

don
BALLE 21.00 27.93

g
Batas Kabupaten
BAm.16
g
Amin

Batas Kecamatan
S.S.

Batas Petak Tersier


Am. 15 ka.ka.
30.00 39.89 Pekampungan
Am. 15 ka.ki. Box T
91.00 121.01
PATIMPENG Nama Petak Tersier

Debit (l/dt.)
Luas Potensial(ha.)

U
Kantor Dinas/Rumah Dinas

Titik Tetap(BM )
0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 Km
0 2 4 6 8 10 cm
Skala 1 : 25.000
60 Ha
SKEMA JARINGAN DI SANREGO
45 Ha 44 Ha 44 Ha 16 Ha AREA 7.253 Ha
SALURAN. SEKUNDER MATTOANGIN
BMT.1 BMT.2 BMT.3 72 Ha
57 Ha
33 Ha
22 Ha 18 Ha 34 Ha

58 Ha 11 Ha 19 Ha 52 Ha 16 Ha 114 Ha
SALURAN. SEKUNDER
Bpr.9 Bpr.10 LABURASSENG
Bpr.8

98 Ha 30 Ha 43 Ha 38 Ha 46 Ha 102 Ha

Bpr.7 57 Ha

86 Ha 107 Ha
28 Ha 105 Ha

Bpr.6 107 Ha
Btp.1

Bpa.6
32 Ha 53 Ha
72 Ha
48 Ha 28 Ha
93 Ha
Blb.3

134 Ha 66 Ha
Bpr.5 Bpa.5
70 Ha
Blb.1

Blb.2

BJr.3
42Ha
66 Ha 40 Ha
87 Ha
28 Ha 27 Ha
20 Ha
62 Ha 68 Ha 47 Ha 104 Ha BJr.2 72 Ha
Bpr.4 Bpa.4 81 Ha 92 Ha 48 Ha
43 Ha 29 Ha
30 Ha BBT.3 100 Ha
13 Ha 44 Ha
41 Ha
52 Ha
59 Ha 44 Ha
Bpr.3 Bpa.3 15 Ha 22 Ha 36 Ha
Bpr.2

Bpr.1

106 Ha Bp.2 BBT.2 BJr.1 67 Ha


35 Ha BCa.2
9 Ha 39 Ha
PAROTA Bpa.2
47 Ha
WEIR
44 Ha 69 Ha SKEMA AREA PENGEMBANGAN
42 Ha 37 Ha 67 Ha 16 Ha 68 Ha 35 Ha
BENDUNG 72 Ha AREA: 541 Ha
18 Ha Bp.1 BMa.1 BBT.1 BCa.1
PAROTA 61 Ha
Bpa.1

20 Ha
23 Ha

35 Ha

15 Ha

72 Ha
44 Ha

84 Ha
84 Ha

23 Ha

28 Ha
37 Ha

74 Ha

39 Ha
89 Ha

25 Ha

12 Ha

57 Ha
32 Ha

27 Ha

19 Ha
68 Ha
SANREGO WEIR
25 Ha

BS.11
BENDUNG SANGREGO 21 Ha
86 Ha
BS.5

BS.0
BS.1

BS.3

BS.6

BS.9
BS.2

BS.7

BS.8
BS.4

BS.10
SALURAN. INDUK. SANREGO. 47 Ha 23 Ha 28 Ha
18 Ha 91 Ha
BEND.BIRU
63 Ha 39 Ha 30 Ha
16 Ha 45 Ha 54 Ha

13 Ha
81 Ha
41 Ha 103 Ha
96 Ha
41 Ha 114 Ha

61 Ha 70 Ha
18 Ha
86 Ha

41 Ha

63 Ha

52 Ha
32 Ha

22 Ha
45 Ha 74 Ha 64 Ha

100 Ha
37 Ha

31 Ha
154
145
Am. 20 ki.
Peta Situasi

152
19.00 157
153
146 177
176
B.M.1ki.ka.M 145 149
175
174 182
148 145 173 181
180
179
146 163 178 157
162
155
140 156
151
158 157
159
139 138 9.452.000 155
160 BAm.20
142 Am.18ki.1.ka. 9.452.000
35.00 148
170
147 155 151
155 152
141
160
140 156
Am. 19 ki.
Am. 18 ki.ka. 161
27.00 167 174
57.00 162
168
163
146148 BAm.19
BAm.18ki.1.ka.M
160
148 174
165
161 160 169
147 143 142 160
Batulappa

149 149 162 175


161
170 176
Am.18ki.1.ki. 156 162
175
173
150 68.00 9.451.500 174 176
158 180 169 164 9.451.500
172
167 173
177
157 185
176
160 175
155 157 174
185 198
X = 181.576,022 197 199
Y = 9.451.106,111 190 200 196
201
158
159
Z = 150,588 168
160 162
163
164 202 166 167
BAm.18ki.1.ki.M BAm.18.ki.1 170
163
142 195 176 166
161 171 164
143 172 174175 165
195
156 196 173
BM.12 165
BAm.18
166 165
165 165
9.451.000 164 167
163 172173 174175 174
162 9.451.000
Am. 18 ki.ki. 176
32.00 166 170
144 143 Pa
La kit
158 159 tel a 182
lan 180
144 g 181
142 143 168 167
150
149
148 142 152 170 178 179
171 177
143
156
155 153
156
145 157
9.450.500 164 181
180.000

146 143 143 144


180.500

154 9.450.500
181.000

181.500

182.000

144
182.500

183.000

144 163 180


183.500

153
184.000

184.500
152 162 180
151
Am. 17 ki. 149
66.00 144 148
BAm.17
145
146 147 147
145 146 174
151 175
148 176
152 179178177 177
180 178
179
146 180
150 181 189 171
147
155 156
Ut 182 188
tib 194 195
158 atu 185 187 196
156 e 184 193
192 197
154 157 183 198
9.450.000 149 186 191
155 144 190
154 153 Am. 16 ki. 9.450.000
143
142 21.00 177
159 161
160 171 176
162 172
149
156 155 BAm.16
150
173 163
Am. 15 ki. 175
28.00 177 162
176
150 155
154 159 154 S.S
158 153 . Am
160
159
152
ing
158
161
162
166 9.449.500 149 157
158 164165 9.449.500
Tabenrung

157 163
X = 182.491,011
Y = 9.449.311,102
167 Z = 154,963
162
161
147
Am. 14 ki.

146
BAm.15
BM.11
54.00

147 163
153 145 151 168
167 169
170
154
155 171
166
156
154 157 165
164 170
AREA EXISTING

174
158 164
159 Ba 165 173
149 160 148 lle 172
161
9.449.000 165
166 171 9.449.000
148 167 BAm.14 Am. 15 ka.ka. 170
172
170 169
169
171
30.00 168 173 174
168 167 160
166 165
150 165
Am. 14 ka. 164
155
13.00 150
160
152 160
150
149
148 160 153 155
161 160 160 142 130 135
147 158 150 160
159 161
161 159
158
BAm.13 145
157 162
138 140
158
137
159
RU G
BA IN

9.448.500 165 136 163


N IST

155 156 157 164 166 164 9.448.500


135
163 165
RA EX

134 127
133 126
LU AN

BAm.12 132
125 166
SA UR

131 167 160


AL AL

158 161
AW IR S

129 119 166


130 128
159 145 167
H

168
AK

169
124
123
129
122 118
BAm.11 160
121 117
152
116 155 149
AREA EXISTING 135
140 150
9.448.000 130
145
157
180.500

9.448.000
181.000

181.500

182.000

182.500

183.000
139

183.500

184.000

184.500
140 163
164
141
140
111
114 112
113
113
115 BAm.15ka.ki.M
160 127
161 119
162 129 116
155 128 113
112 117
111
117
107 110
9.447.500
109
108 107 9.447.500
163 159
106 119
120 117
105
104
156 BAm.10 103
102
119
160
114
AREA EXISTING
101
111
100 Am. 15 ka.ki.
114
112 91.00 113
106
113
105
104
9.447.000
9.447.000 119
161 109
101
100 120
110 114
113
99
111 112
117
112 118
113
114 99
115 98
114 116 97
130 116
96
113
112 102
118 117 115 113 117 114 94 105
95
9.446.500
9.446.500
Dokumentasi BAM.13

Dokumentasi Mercu Bendung


Dokumentasi Pintu Intake

Dokumentasi Saluran Induk

Anda mungkin juga menyukai