Hambatan Epistemologi Siswa Dalam Materi Persamaan Eksponen
di Kelas VII MTs Al-Islamiyah
Oleh: ZAMRONI AZA NPM 2020620025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MADURA 2023 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran penting yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan tidak terkecuali untuk siswa Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran Matematika sangat berguna bahkan tidak akan terlepas dari kehidupan sehari-hari. Maka dari itu sangat penting untuk siswa mempelajari matematika. Matematika tidak nyata atau bersifat abstrak sehingga sering dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami. Siswa dihadapkan dengan rumus-rumus, dan konsep yang harus dimengerti dengan baik. Namun sulit bagi siswa untuk mengerti dengan konsep-konsep yang tidak nyata tersebut. Hal itulah yang membuat matematika menjadi momok sebagai mata pelajaran yang sulit bahkan ditakuti siswa. Salah satu materi pelajaran matematika di Sekolah Menengah adalah persamaan eksponen. Eksponen atau bilangan berpangkat merupakan salah satu materi matematika yang dianggap sulit karena siswa seringkali salah dalam memahami konsep persamaan eksponen. Hal ini sejalan dengan Kholida Agustin dan Yulia Linguitika (2012) yang menyatakan bahwa materi sifat-sifat bilangan berpangkat tergolong materi yang sulit karena dalam penelitiannya telah teridentifikasi banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal yang diberikan penelitiannya. Kesulitan yang dialami siswa akan menyebabkan siswa merasa gagal dalam mencapi tujuan belajar. Setiap proses pembelajaran pasti tidak jauh dari kendala dimana siswa akan dihadapkan pada hambatan belajar. Hambatan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik merasa kesulitan memahami materi pembelajaran atau kesulitan dalam menyelesaikan soal- soal. Menurut Maarif et al., (2020) hambatan belajar ialah suatu keadaan yang menyebabkan pembelajaran terganggu dan tidak terlaksana dengan baik.Kesulitan menyelesaikan soal-soal dapat terjadi karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep suatu materi yang telah diajarkan. Salah satu hambatan yang sering dialami oleh siswa adalah hambatan epistemologi. Hambatan epistemologi adalah suatu hambatan yang berhubungan dengan pengetahuan seseorang dan hanya terbatas pada konteks tertentu. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti menemukan siswa masih kesulitan dalam memahami konsep persamaan eksponen. Mengetahui bahwa konsep persamaan eksponen sangat penting untuk dikuasai siswa karena akan berhubungan dengan materi selanjutnya penting kiranya untuk menelusuri lebih lanjut agar mengetahui hambatan epistemologi yang dialami siswa khususnya pada materi persamaan eksponen. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti guna mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian yang mengangkat judul “Hambatan Epistemologi Siswa Dalam Materi Persamaan Eksponen Di Kelas VII SMP Al-Islamiyah”. 2. Fokus Penelitian Penelitian ini akan difokuskan pada hambatan epistemologi yang dialami siswa dalam pembelajaran materi persamaan eksponen. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah yang dapat diambil yaitu bagaimana hambatan epistemologi siswa dalam proses pembelajaran matematika materi persamaan eksponen? 4. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu: a. Hambatan epistemologi yang dialami siswa dalam memahami konsep pembelajaran matematika b. Materi pembelajaran yang digunakan yaitu persamaan eksponen c. Subjek yang digunakan yaitu siswa kelas VII MTs Al-Islamiyah 5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan epistemologi yang dialami siswa kelas VII Mts Al-Islamiyah dalam pembelajaran materi persamaan eksponen. 6. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat teoretis Manfaat teoretis adalah manfaat yang berhubungan dari pengetahuan terkait obyek. Hasil penelitian ini diharapkan akan menginformasikan hambatan epistimologi yang dialami siswa dalam pembelajaran materi persamaan Eksponen. b. Manfaat praktis 1. Untuk guru Menginformasikan kepada guru terkait hambatan epistimologi yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran, khususnya materi persamaan Eksponen. Dengan demikian guru dapat mencegah hambatan yang dialami siswa serta mencari solusi untuk mengurangi hambatan epistimologi yang dialami oleh siswa. 2. Untuk siswa Hasil penelitian ini akan membantu siswa mengatasi hambatan Epistemologi yang dialami serta memberikan ide dan membuat siswa lebih sadar untuk berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. 3. Untuk sekolah Memperoleh Wawasan untuk sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika 4. Untuk peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan Wawasan mengenai hambatan epistimologi yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran khususnya matematika dalam materi persamaan Eksponen. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Hambatan Epistemologi Hambatan epistemologi adalah suatu hambatan yang berhubungan dengan pengetahuan seseorang dan hanya terbatas pada konteks tertentu. Hambatan epistemologi merupakan hambatan yang tidak bisa dihindari oleh siswa, karena hambatan epistemologi ada di dalam konsep dari pengetahuan tersebut (Brousseau, 2002). Konsep yang telah terbukti kebenarannya, kemudian menjadi pengetahuan awal dalam membangun pengetahuan baru, namun dalam membangun konsep tersebut siswa mengalami hambatan, maka muncul hambatan epistemologi (Fuadiah, 2015). Menurut Suryadi (2013) bahwa hambatan epistemologi pada hakikatnya merupakan pengetahuan seseorang yang hanya terbatas pada konteks tertentu, jika orang tersebut dihadapkan pada konteks berbeda maka pengetahuan yang dimiliki menjadi tidak bisa digunakan atau ia mengalami kesulitan dalam menggunakannya. Menurut Cesaria, & Herman (2019), mengungkapkan hambatan epistemologi sebagai kendala seseorang memahami materi dikarenakan pengetahuan yang terbatas pada konteks tertentu dan pada konteks yang lain tidak dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Puspandari, et al, (2019) mengungkapkan bahwa hambatan yang dialami siswa ketika belajar berupa kurangnya pemahaman siswa dalam memahami masalah, pemahaman konsep dan melakukan operasi hitung. Berbagai masalah-masalah kesulitan siswa dalam memahami konsep merupakan contoh dari hambatan epistemologi, hambatan epistemologi merupakan hambatan yang sulit untuk dihindari oleh siswa, karena hambatan epistemologi sendiri ada di dalam konsep atau pengetahuan itu dan juga hambatan epistemologi itu dapat dianalisis dari sejarah konsep atau dari pengetahuan tersebut (Elfiah, et al, 2020). Selain itu Menurut Nisa, et al, (2022) menyatakan siswa juga mengalami kesalahan berupa ketidakmampuan dalam menggunakan konsep yang sesuai untuk menyelesaikan soal, kesalahan dalam memahami konsep tersebut dikarenakan siswa tidak memahami soal, tidak mengetahui konsep, ketidakpercayaan diri dalam menjawab soal, dan berpikir malas. Hambatan epistimologis muncul akibat keterbatasan pengetahuan siswa pada konteks tertentu karena tidak memperoleh informasi secara utuh yang akan berakibat pada kesulitan siswa dalam mencari hubungan dan keterkaitan konsep (Elfiah, Maharani, & Aminudin, 2020). Menurut Job & Sechneider hambatan epistimologis merupakan interpretasi reaksi seseorang terhadap sesuatu yang membatasi dirinya sendiri terhadap hubungan antar konsep untuk memahami konsep tertentu (Job & Schneider, 2014). Sedangkan Cesarian dan Herman mengungkapkan hambatan epistimologis sebagai kendala seseorang mamahami materi dikarenakan pengetahuan yang terbatas pada konteks tertentu dan pada konteks yang lain tidak dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya (Cesaria & Herman, 2019). Menurut Kastalon hambatan epistemologi peserta didik meliputi hambatan konseptual, hambatan prosedural, dan hambatan teknik operasional (Elfiah et al., 2020). Indikator hambatan epistemologi menjadi tiga dengan penjabaran dari masing-masing hambatan epistemologi yang dinyatakan oleh Dewi, et al, (2021) yaitu; hambatan konseptual yaitu suatu kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami istilah, konsep, fakta-fakta, sifat- sifat, dan prinsip; hambatan prosedural yaitu suatu kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyusun langkah – langkah, simbol, dan peraturan yang sistematis dalam menjawab suatu permasalahan; hambatan teknik operasional yaitu suatu kesalahan yang dilakukan siswa dalam penulisan serta perhitungan dalam menjawab soal. Menurut Syah hambatan epistemologi yang dialami oleh peserta didik dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, serta lingkungan sekolah), dan faktor internal (minat, motivasi, sikap, kesehatan mental, gaya belajar) (Indrawati, 2019). Hambatan yang muncul karena pemahaman ilmu pengetahuan yang tidak utuh atau siswa hanya memahami konten tertentu, sehingga mengakibatkan siswa mengalami keterbatasan pola pikir dalam konsep ilmu pengetahuan. berdasarkan pendapat Budiarti, Rusnayati, Siahaan, dan Wijaya (2018:36) : adapun 5 pendekatan historis untuk mengetahui hambatan epistemologi yang dialami siswa yaitu : (1) Menjelaskan dan memahami pengetahuan yang dipelajari; (2) Memahami penggunaan pengetahuan yang mereka pelajari; (3) Melihat hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep-konsep lain yang berhubungan; (4) Mengidentifikasi permasalahan dan menjelaskan alasan atas penyelesaian yang diberikan; (5) Mengulangi jawaban yang salah pada permasalahan yang sama, serta cara masing-masing siswa memahami permasalahan. 2. Pembelajaran Matematika Salah satu tujuan pembelajaran matematika yang terdapat dalam Permendikbud No. 58 tahun 2014 adalah siswa dapat memahami konsep matematika. Berdasarkan tujuan tersebut diharapkan siswa mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah (Aledya, 2019). Pemahaman konsep matematika juga merupakan salah satu aspek kemampuan yang perlu dilaporkan dalam laporan hasil penilaian oleh pendidik, karena tujuan penilaian adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa maupun antar siswa (Wafa, 2019). Penerapan pemahaman matematis ini penting untuk siswa dalam rangka belajar matematika secara bermakna (Assyifa, 2021) Matematika merupakan bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Namun dibawah ini ada beberapa definisi lain tentang matematika, yaitu: a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan c. berhubungan dengan bilangan. Dalam kegiatan proses pembelajaran matematika. Ada beberapa kompetensi atau kemampuan yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa yaitu: a. Berpikir dan bernalar secara sistematis b. Beragumentasi secara matematis, dalam arti memahami pembuktian, mengetahui bagaimana membuktikan, mengikuti dan menilai rangkaiann argumentasi, memilikikemampuan menggunakan heuristics (strategi), dan menyusun argumentasi. c. Berkomunikasi secara sistematis, dapat menyatakan pendapat dan ide secara lisan, tulisan, maupun bentuk lain serta mampu memahami pendapat dan ide orang lain. d. Pemodelan. Menyusun model matematika dari suatu keadaan atau situasi, menginterpretasi model matematika dalam konteks lain atau pada kenyataan sesungguhnya, bekerja dengan model-model, memvalidasi model, serta menilai model matematika yang sudah disusun. e. Penyusunan dan pemecahan masalah. Menyusun, memformulasi, mendefinisikan, dan memecahkan masalah dengan berbagai cara. Matematika memiliki peranan yang penting sebagai ilmu terapan. Sehingga, pemahaman, ketelitian dan juga keterampilan menggunakan matematika dibutuhkan oleh setiap orang untuk memecahkan suatu masalah dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan matematika kita akan terus dilatih untuk berfikir logis dan kritis sehingga mempelajari matematika membutuh- kan kesungguhan dan ketekunan dari dalam diri. Oleh karena pentingnya mempelajari matematika maka disusunlah didalam suatu kurikulum dengan jumlah jam yang labih banyak daripada mata pelajaran yang lain. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap masalah yang menantang. 3. Persamaan Eksponen Eksponen atau bilangan berpangkat adalah salah satu materi mata pelajaran matematika yang diberikan pada SMP kelas XI. Bilangan berpangkat telah dipelajari siswa sejak sekolah dasar, walaupun bilangan yang digunakan masih sederhana. Materi prasyarat yang harus dikuasai siswa sebelum mempelajari sifat-sifat bilangan berpangkat adalah dasar-dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan real serta hakekat bilangan berpangkat. Banyak sekali anggapan bahwa materi eksponen adalah materi yang mudah bagi siswa. Namun demikian, ada beberapa fakta yang didapatkan bahwa banyak ditemukan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal eksponen. Beberapa siswa kurang tepat dalam melakukan perhitungan dan kurang dalam pemahaman konsep mengenai eksponen. Eksponen adalah salah satu dari konsep matematika yang penting berguna untuk pemodelan dan pemahaman dalam pertumbuhan populasi, peluruhan radioakif, dan bunga majemuk. Yang mana fungsi eksponen adalah konsep utama dalam bahan ajar perkuliahan matematika, seperti kalkulus, persamaan differensial, dan analisis kompleks. Fasha, Johar, dan Ikhsan (2018) mengidentifikasi bahwa pemahaman siswa terhadap konsep-konsep ini cukup terbatas. Khususnya, siswa sering melupakan banyak sifat eksponen setelah mereka mempelajarinya dan jarang dapat menjelaskan mengapa sifat- sifat ini digunakan. Memahami sifat-sifat eksponen dibutuhkan dalam pengerjaan soal bentuk eksponen. Dikarenakan masih banyak siswa yang melupakan dan kurangnya pemahaman akan sifat-sifat eksponen sehingga banyak ditemukannya kesalahan dalam langkah-langkah pengerjaan soal bentuk eksponen. Hal itu dapat disebutkan sebagai suatu hambatan yang dihadapi oleh siswa. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, karena untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyajikan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian kuantitatif bertumpu sangat kuat pada pengumpulan data - data numerik berupa angka hasil dari pengukuran, karena itu data yang terkumpul harus diolah secara statistik agar dapat ditaksir dengan baik (Zuchri, 2021). 2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2023 di MTs Al-Islamiyah yang bertempat di Jl. Permata FM Desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Terdapat beberapa alasan mengenai pemilihan tempat penelitian oleh peneliti diantaranya yaitu berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan bersama guru terkait hambatan epistemologi yang dialami siswa khususnya mata pelajaran matematika. Tempat penelitian yang dekat dengan peneliti sehingga memudahkan peneliti melakukan penelitian sekaligus menekan biaya pengeluaran. 3. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kelas sebanyak 20 siswa dari satu kelas VII yang dipilih dengan purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa siswa pada kelas tersebut memiliki kemampuan matematika yang heterogen, pada semester genap Tahun ajaran 2023/2024 pada salah satu MTs swasta di daerah Sumenep.. 4. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan pemahaman konsep matematika materi statistika, dan wawancara terhadap siswa. Tes yang diberikan berbentuk uraian sebanyak 6 soal. Sebelum tes ini dijadikan instrumen penelitian, tes tersebut diukur validitas muka terkait dengan kejelasan bahasa, redaksional, kejelasan gambar, validitas konstruk terkait dengan kesesuaian soal dengan indikator kemampuan pemahaman konsep matematika terhadap ekspert dalam hal ini dosen Pendidikan matematika. Peneliti mewawancarai setiap siswa yang terpilih berdasarkan hasil tes. Penggunaan metode wawancara untuk memcari alasan yang jelas dan mengetahui lebih dalam tentang hambatan yang dihadapi siswa saat mengerjakan soal. 5. Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan menghitung rata-rata hasil tes keseluruhan siswa yang kemudian dikategorisasikan, kemudian menganalisis kesalahan jawaban siswa terhadap tes tertulis yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata. Kesalahan ini yang akan dijadikan dasar hambatan epistemologi yaitu hambatan konseptual, hambatan prosedur dan hambatan teknik operasional.