Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENANGANAN LIMBAH MEDIS DAN LIMBAH NON MEDIS


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Kesehatan dan Keselamatan
Kerjayang Diampuh Oleh Ibu Dr.Lintje Boekoesoe, M.Kes.

Disusun :
Kelompok 6

Yusril Rahmanto Bau (811418088)


Regina Mohamad (811418020)
Insan Mohi (811418013)
Regina Putri Hamzah (811418097)
Febrianti A. Ishak (811418087)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas saya ucapkan

kepada Allah SWT. yang karena bimbingan-Nya maka saya bisa menyelesaikan

sebuah makalah yang berjudul “Penanganan Limbah Medis dan Limbah Non Medis”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang di ampuh oleh Ibu Lintje Boekoesoe,

M.Kes.

Kami menyadari dimana masih sangat banyak kekurangan dalam makalah ini dan

juga mempunyai keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang materi

iniuntuk itu meminta kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun.

Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya

untuk sekedar membuka cakrawala berfikir kita tentang pengenalan mengenai

Limbah Medis dan Limbah Non Medis.

Terima kasih atas perhatian para pembaca, semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Gorontalo, November2019

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................................4
A. Limbah Medis.................................................................................................................4
B. Golongan Limbah Medis...............................................................................................5
C. Penanganan Limbah Medis...........................................................................................7
D. Limbah Non Medis.........................................................................................................9
E. Pengelolahan Limbah Non Medis...............................................................................10
BAB III.................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan salah satu unit pelayanan

kesehatan yang dalam kegiatannya menghasilkan limbah medis maupun limbah

non medis baik dalam bentuk padat maupun cair (Huabo, 2008; Brent, 2007).

Limbah medis dalam bentuk padat di puskesmas biasanya dihasilkan dari

kegiatan yang berasal dari ruang perawatan (bagi puskesmas rawat inap),

poliklinik umum, poliklinik gigi, poliklinik ibu dan anak/KIA, laboratorium dan

apotik (Saini, 2005; Duana, 2008).

Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan

semakin lama akan semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit,

puskesmas, balai pengobatan, maupun laboratorium medis yang terus bertambah.

Limbah yang dihasilkan dari upaya medis seperti puskesmas, poliklinik dan

rumah sakit yaitu jenis limbah yang termasuk dalam kategori biohazard yaitu

jenis limbah yang sangat membahayakan lingkungan, di mana di sana banyak

terdapat buangan virus, bakteri maupun zat-zat yang membahayakan lainnya

sehingga harus dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu di atas 800 oC

(Jang, 2006; Gautam, 2010; Blenkham, 2006).

Pemilahan dilakukan dengan cara memisahkan limbah medis dan limbah non

medis. Pemilahan limbah medis padat dilakukan oleh petugas pelayanan

puskesmas dan cleaning service, dalam hal ini limbah medis padat yang

1
dipisahkan oleh Puskesmas A dan Puskesmas B adalah botol infus, botol vaksin,

dan kardus. Tujuan pemisahan ini adalah untuk dijual kembali ke pengepul guna

dimanfaatkan kembali untuk pembuatan souvenir.

Menurut Azwar dalam Keman (2006) pengelolaan sampah medis dan non

medis rumah sakit sangat dibutuhkan bagi kenyamanan dan kebersihan rumah

sakit karena dapat memutuskan mata rantai penyebaran penyakit menular,

terutama infeksi nosokomial. Selain itu pengelolaan limbah cair juga perlu

diperhatikan, Mengingat pembuangan air limbah ke sungai ini dapat membuat

sungai menjadi dangkal dan alirannya mampat. Sehingga pada saat musim hujan,

luapan air sungai membanjiri kawasan sekitar.

Limbah sebelum dimusnahkan dapat diolah dahulu, baik untuk memperkecil

volume, untuk didaur ulang, atau dimanfaatkan kembali. Pengolahan dapat sangat

sederhana seperti pemilihan, sampai pada pembakaran atau insenerasi. Insenerasi

adalah suatu proses dimana limbah padat medis dibakar dengan oksigen dari

udara dan diubah menjadi gas hasil pembakaran serta residu yang berupa abu.

Insenerasi sangat mengurangi volume dan berat limbah medis padat hingga

tinggal kurang dari 5% dan dapat menghilangkan mikroba dari sisa

limbah(Soemarwoto, 2004:157).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan limbah medis?

2. Apa saja golongan limbah medis?

3. Bagaimana penanganan limbah medis?

2
4. Apa pengertian limbah non medis?

5. Bagaimana pengelolahan limbah non medis?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah medis.

2. Mengetahui apa saja golongan limbah medis.

3. Mengetahui bagaimana penanggulangan limbah medis.

4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah non medis.

5. Mengetahui bagaimana pengelolahan limbah non medis.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Limbah Medis
Limbah medis merupakan limbah hasil kegiatan pelayanan medis, perawatan
gigi, farmasi atau sejenis pengobatan serta penelitian atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan beracun dan infeksius dari bahaya atau bisa
membahayakan jika tidak dilakukan pengamanan tertentu (Anissa maharani,
2107).
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua samua sampah yang di hasilkan
oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila di banding
dengan kegiatan instalasi lain, maka dapat di katakana bahwa jenis sampah dan
limbah rumah sakit dapat di kategorikan kompleks.
Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam kedua kelompok
besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Sampah dan limbah menjadi permasalahan serius yang terjadi di berbagai
negara khususnya di Indonesia. Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan
dari suatu kegiatan baik pada skala industri, rumah tangga, instansi dan lain
sebagainya yang dilakukan oleh manusia. Limbah yang tidak diolah dengan baik
dapat menjadi salah satu faktor terjadinya pencemaran lingkungan yang
berdampak buruk bagi lingkungan. Manusia sebagai makhluk hidup selain
mendayagunakan unsur-unsur dari alam, manusia juga membuang kembali
segala sesuatu yang tidak dipergunakannya lagi ke alam. Tindakan ini akan
berakibat buruk terhadap manusia apabila jumlah buangan sudah terlampau
banyak sehingga alam tidak dapat lagi membersihkan keseluruhannya (proses self
purification terlampaui). Pengotoran lingkungan yang terjadi dan sumber daya
alam yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari dan manusia sebagai
akibatnya mengalami gangguan kesehatan karenanya.
Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas pengobatan atau
tindakan perawatan lainnya di instalasi kesehatan baik itu rumah sakit,

4
puskesmas, klinik, apotek, dan sebagainya. Pengelolaan limbah medis yang tidak
benar dapat menimbulkan masalah yaitu menularkan penyakit kepada orang lain,
tenaga kesehatan dan masyarakat sekitarnya. Limbah medis mengandung
mikroorganisme sumber penyakit. Limbah layanan kesehatan dapat mencemari
penduduk lingkungan di sekitar layanan kesehatan dan dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan limbah tersebut dapat mengandung jasad
renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, cholera, disentri,
dan hepatitis, sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan
(Soemirat, 2004: 16).
B. Golongan Limbah Medis
Menurut Departemen Kesehatan 2002, limbah medis dari pelayanan kesehatan
atau rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan:
1. Golongan A
Limbah padat yang memiliki sifat infeksius paling besar dari kegiatan
yang berasal dari aktivitas kegiatan pengobatan yang memungkinkan
penularan penyakit jika mengalami kontak dengan limbah tersebut dengan
media penularan bakteri, virus, parasit dan jamur. Adapun limbah padat medis
golongan ini contohnya :
a. Perban bekas pakai
b. Sisa potongan tubuh manusia
c. Pembalut, popok
d. Bekas infus atau transfuse set
e. Sisa binatang percobaan
2. Golongan B
Limbah padat yang memiliki sifat infeksius karena memiliki bentuk tajam
yang dapat melukai dan memotong pada kegiatan terapi dan pengobatan yang
memungkinkan penularan penyakit media penularan bakteri, virus, parasit,
dan jamur. Adapun limbah padat medis golongan ini contohnya adalah :
a. Spuit bekas

5
b. Jarum suntik bekas
c. Pisau bekas
d. Pecahan botol/ampul obat
3. Golongan C
Limbah padat yang memiliki sifat infeksius karena digunakan secara
langsung oleh pasien yang memungkinkan penularan penyakit media
penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Adapun limbah padat medis
golongan ini contohnya adalah:
a. Parlak terkontaminasi
b. Tempat penampungan urin terkontaminasi
c. Tempat penampungan muntah terkontaminasi
d. Benda – benda lain yang terkontaminasi
4. Golongan D
Limbah padat farmasi seperti obat kadaluarsa, sisa kemasan dan container
obat, peralatan yang terkontaminasi bahan farmasi, obat yang dibuang karena
tidak memenuhi syarat. Adapun limbah padat medis golongan ini adalah:
a. Obat kadaluarsa
b. Kemasan obat dan bahan pembersih luka
5. Golongan E
Limbah padat sisa aktivitas yang dapat berupa bed plan disposable, pispot,
dan segala bahan yang terkena buangan pasien. Adapun limbah padat medis
golongan ini contohnya adalah:
a. Pispot tempat penampungan urin pasien
b. Tempat tampungan muntahan pasien
Limbah medis adalah suatu terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomi. Bentuk sampah bisa
berada dalam fase materi yaitu padat, cair dan gas. Secara sederhana jenis sampah
dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah dipilih menjadi sampah organik dan
anorganik. Sampah organik atau sampah basah ialah sampah yang berasal dari

6
makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah sampah dapur. Sampah jenis ini
sangat mudah terurai secara alami (degradable). Sementara itu, sampah anorganik
atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai (undegradable). Karet,
plastik, kaleng dan logam merupakan bagian dari sampah kering.
Sampah menurut Undang-undang No. 18 tahun 2008 adalah tentang
pengelolaan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari dan atau proses alam yang
berbentuk padat.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang disebut sebagai
sampah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan
unti-unit pelayanan kesehatan yang dapat dapat membahayakan dan menimbulkan
gangguan kesehatan bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat.
Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan,
yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak
sesuai di insinerasi. Beberapa seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara
mengubah pembelian bahan-bahan. Bahan lainya dapat di daur ulang
selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya.
Studi kasus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan secara
luas di berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di India dan rumah
sakit umum besar di Amerika. Sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu
banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan
merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.
Limbah medis terbagi atas beberapa penanganan yaitu:
C. Penanganan Limbah Medis
Penanganan limbah medis terdiri atas:
1. Penanganan Limbah Infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah ini juga
merupakan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

7
Limbah yang mengandung mikroorganisme patogen yang dilihat dari
konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan dapat
menimbulkan penyakit. Limbah infeksius, yang terdiri atas ekskreta, specimen
laboratorium, bekas balutan, jaringan busuk, dan lain – lain.
2. Penanganan Limbah Farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat
yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan
yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
3. Penanganan Limbah Benda Tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan
gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang
terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
Limbah benda tajam dalam hal ini adalah alat yang digunakan dalam
kegiatan rumah sakit seperti jarum suntik, pisau, gunting, pecahan peralatan
gelas seperti thermometer yang terkontainasi darah, cairan tubuh, dan bahan
mikrobiologi.
4. Penanganan Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-
imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah
cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik,
kimia dan biologi.

8
Limbah radioakif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun
riset di laboratorium yang berkaitan dengan zat – zat radioaktif. Penyimpanan
pada tempat sampah berplastik merah (Kepmekes RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004). Limbah radioaktif harus ditampung sedemikian
rupa sehingga kesehatan manusia dan lingkungan menjadi terlindungi; limbah
tersebut tidak boleh ditampung disekitar materi yang korosif, mudah meledak,
atau mudah terbakar. Semua limbah radiaoktif yang akan ditampung selama
peluruhannya harus ditempatkan dalam kontainer yang sesuai dan dapat
mencegah pancaran limbah di dalamnya.
5. Penanganan Limbah Sitotoksis
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan dalam terapi sitotoksik atau yang biasa disebut dengan sisa obat
pembunuh sel yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker. Limbah
yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator
dengan suhu diatas 1000oc.
D. Limbah Non Medis
Limbah non medis merupakan limbah hasil kegiatan rumah sakit di luar
kegiatan medisdi rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Limbah ini
bisa berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman serta uni pelayanan
Contohnya: karton, kaleng dan botol, serta sampah dari ruangan pasien yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Penyimpanannya pada
tempat sampah berplastik hitam (Djohan & Halim, 2013).
Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan merupakan
limbah B3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan
sampah kota yang ada. Jenis limbah non medis tersebut antara lain, limbah cair
dari kegiatan laundry, limbah domestik cair dan sampah padat (Adisasmito,
2009). Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat
medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Anies, 2006):

9
1. Kantor/administrasi
2. Unit perlengkapan
3. Ruang tunggu
4. Ruang inap
5. Unit gizi atau dapur
6. Halaman parkir dan taman
7. Unit pelayanan.
E. Pengelolahan Limbah Non Medis
Tahap pengolahan limbah padat non medis ini dimulaiterdiri atas 3 tahap:
1. Tahap pertama yaitu Pemisahan dan Pewadahan.
a. Pemisahan limbah adalah langkah yang mendasar dalam pengelolaan
limbah mulai dari pemilahan limbah medis dan non medis, serta
pemisahan sejak dari tangan pertama. Cara penampungan dan
pengumpulannya harus jelas agar limbah tidak tercampur dan sulit diurus.
Tercampurnya limbah medis dengan limbah domestik akan menyebabkan
semuanya menjadi limbah B3 sehingga ongkos penanganannya
meningkat. Pemilahan yang baik akan mengurangi jumlah limbah yang
akan harus dibakar (Damanhuri, 1994). Cara penting untuk mengurangi
resiko dalam menangani limbah adalah menggunakan pembungkus atau
pewadahan yang tepat, yaitu dengan menangani limbah sejak dari sumber
timbulnya ke suatu wadah (kontainer). Bila hal ini dilaksanakan maka
kontak selama penanganan limbah seperti saat sortir dan repacking yang
beresiko terjadi penularan dapat dihindari.
Faktor yang mempertimbangkan dalam menentukan wadah atau
kontainer untuk limbah infeksius adalah:
1) Jenis limbah
2) Prosedur dalam penanganan
3) Prosedur dalam pengumpulan
4) Prosedur dalam penyimpanan

10
5) Pengolahan limbah
6) Transport limbah bila menggunakan pengolahan offsite.
b. Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis
padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam. Syarat tempat
pewadahan ini antara lain:
1) Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik
warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang
”domestik” warna putih.
2) Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 ekor per-
block grill, perlu dilakukan pengendalian.
2. Tahap kedua pengolahan limbah non medis merupakan tahap pengumpulan,
penyimpanan, dan pengangkutan. Pada tahap ini jika ditempat pengumpulan
sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per-block grill atau tikus
terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendalian. Dalam keadaan normal
harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang pengganggu yang lain
minimal 1kali/bulan.
3. Tahap ketiga pengolahan limbah non medis merupakan tahap Pengolahan dan
Pemusnahan. Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus
dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limbah medis merupakan limbah hasil kegiatan pelayanan medis, perawatan
gigi, farmasi atau sejenis pengobatan serta penelitian atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan beracun dan infeksius dari bahaya atau bisa
membahayakan jika tidak dilakukan pengamanan tertentu. Penanganan limbah
medis terdiri atas: Penanganan Limbah Infeksius, Penanganan Limbah Farmasi,
Penanganan Limbah Benda Tajam, Penanganan Limbah Radioaktif, Penanganan
Limbah Sitotoksis. Limbah non medis merupakan limbah hasil kegiatan rumah
sakit di luar kegiatan medis di rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Limbah ini bisa berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman serta uni
pelayanan Contohnya: karton, kaleng dan botol, serta sampah dari ruangan pasien
yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
B. Saran
Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi kita semua khususnya para
pembaca, dan semoga bisa menambah wawasan pengetahuan kita lebih dalam lagi
mengenai penanganan limbah medis dan limbah non medis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, 2009. Sistem manajemen lingkungan rumah sakit. Jakarta : Grafindo


Persada.

Anies, (2006). Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi mencegah dan


Menanggulangi Penyakit Menular. Jakarta: Elex Media Komputendo.

Annisa maharani, 2017. Pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan terhadap


pengelolaan lombah medis padat pada salah satu rumah sakit dikota
Bandung.

Blenkharn, J.I. 2006. Standards of clinical waste management in UK hospitals.


Journal of Hospital Infection, 62(3): 300-303.

Brent, A.C. 2007. Application of the analytical hierarchy process to establish health
care waste management systems that minimise infection risks in developing
countries. European Journal of Operational Research, 181(1): 403-424.

DepKes RI. 2002. Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit. Jakarta : Bakti
Husada.

Djohan, Agustinus Johanes, Devy Halim. 2013. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.
Jakarta:Salemba Medika.

Duana, H. 2008. Hazardous waste generation and management in China: A review.


Journal of Hazardous Materials, 158(2–3): 221–227.

Gautam, V. 2010. Biomedical waste management: Incineration vs. environmental


safety. IndianJournal of Medical Microbiology, 28(3): 191-192.

Hassan, M.M. 2008. Pattern of medical waste management: existing scenario in


Dhaka City, Bangladesh. BMC Public Health, 8: 36.

13
Huabo, D. 2008. Hazardous waste generation and management in China: A review
Journal of Hazardous Materials, 158(2-3): 221-227.

Jang, Y.C. 2006. Medical waste management in Korea. Journal of Environmental


Management, 80(2): 107-115.

Keman, S. (2006). Evaluasi Pengelolaan Sampah Padat di Rumah Sakit Umum Haji
Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, Vol 3, No.1, Juli 2006 : 21-23.
Kementerian Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan, Djambatan,

Jakarta, 2004.

Saini, S. 2005. Knowledge, Attitude and Practices of Bio-Medical Waste


Management Amongst Staff of a Tertiary Level Hospital in India. Journal of
the Academy of Hospital Administration, 17(2).

14

Anda mungkin juga menyukai