Anda di halaman 1dari 22

ISSN 2252-5491

Vol. 1, No. 2,
September 2011
Forum Agribisnis Agribusiness Forum

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi


dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat
Anna Maria Lubis dan Dwi Rachmina

Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen


Prima Fresh Mart (Pendekatan Service Quality)
Dini Amrilla Utomo dan Rita Nurmalina

Analisis Dayasaing dan Dampak Kebijakan Pemerintah


Terhadap Komoditas Kakao
PTPN VIII Kebun Cikumpay Afdeling Rajamandala Bandung
Fitriyani Mir`ah Aliyatillah dan Nunung Kusnadi

Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi


dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompok Tani Dewi Sri
Bayu Sumantri dan Anna Fariyanti

Transmisi Harga Teh Hitam Grade Dust Indonesia


Muhammad Fadhil Adinugroho dan Harmini

Analisis Dayasaing Ubi Jalar Cilembu


Di Kabupaten Sumedang Jawa Barat
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti

Program Studi Magister Sains Agribisnis


Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen - IPB
Forum Agribisnis
Vol 1 No 2 September 2011 ISSN 2252-5491

SUSUNAN REDAKSI

Penanggung jawab :
Ketua Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Dewan Redaksi:
Ketua : Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS
Anggota : 1. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS
2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS.
3. Dr. Ir. Amzul Rifin, MA
4. Ir. Dwi Rachmina, MS

Mitra Bestari sebagai Penelaah Ahli :


1. Prof. Dr. Bustanul Arifin (Universitas Lampung)
2. Prof. Dr. Ir. Masyhuri (Universitas Gajah Mada)
3. Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS (Kementerian Pertanian)
4. Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS (Universitas Brawijaya)
5. Dr. Ir. Muhammad Firdaus, MS (Institut Pertanian Bogor)

Redaktur Pelaksana:
1. Ir. Harmini, MS
2. Ir. Netti Tinaprilla, MM
3. Maryono, SP., MSc

Administrasi dan distribusi:


1. Hamid Jamaludin Muhrim, Amd
2. Yuni Sulistyawati, S.AB

Alamat Redaksi:
Magister Sains Agribisnis (MSA),
Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor
Jl. Kamper Wing 4 Level 5, Kampus IPB Darmaga,
Telp/Fax : (0251) 8629654,
e-mail: forum.agribisnis@gmail.com

FORUM AGRIBISNIS (FA) adalah jurnal ilmiah sebagai forum komunikasi antar peneliti, akademisi,
penentu kebijakan dan praktisi dalam bidang agribisnis dan bidang terkait lainnya. Tulisan bersifat asli
berisi analisis empirik atau tinjauan teoritis dan review buku terbaru. Jurnal diterbitkan setiap semester
pada bulan Maret dan September.
DAFTAR ISI

Forum Agribisnis
Volume 1, No. 2 – September 2011

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi 112 - 131


dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat
Anna Maria Lubis dan Dwi Rachmina

Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen 132 - 150


Prima Fresh Mart (Pendekatan Service Quality)
Dini Amrilla Utomo dan Rita Nurmalina

Analisis Dayasaing dan Dampak Kebijakan Pemerintah 151 - 166


Terhadap Komoditas Kakao PTPN VIII
Kebun Cikumpay Afdeling Rajamandala Bandung
Fitriyani Mir`ah Aliyatillah dan Nunung Kusnadi

Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi 167 - 182


dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko
di Kelompok Tani Dewi Sri
Bayu Sumantri dan Anna Fariyanti

Transmisi Harga Teh Hitam Grade Dust Indonesia 183 - 199


Muhammad Fadhil Adinugroho dan Harmini

Analisis Dayasaing Ubi Jalar Cilembu 200 - 216


di Kabupaten Sumedang Jawa Barat
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti

ANALISIS DAYASAING UBI JALAR CILEMBU


DI KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT

Ana Hoeridah1) dan Tintin Sarianti2)


1,2)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor
t_sarianti@yahoo.com

ABSTRACT
Today, Indonesia is still export fresh agriculture product with low selling price and
competitive power than processed product with higher selling price. The condition also
observed for sweet potato that exported in the fresh form with low selling price and in turn
lowering the competitive power of this product. Province of West Java is one of sweet potato
production center. In 2009, “Cilembu” sweet potato becomes leading product of this
commodity group that mostly produced in Subang Regency. Market destination of “Cilembu”
is not only for domestic demand but also exported to many destination countries including
Japan, Malaysia, Vietnam, Hongkong, and Singapore, but selling in the fresh form. Due to the
large potential, it is important to examine the competitive power of the commodity and effect of
government policy on “Cilembu” farming in Subang Regency. The research study was
selected on purposive basis. The data analyzed using Policy Analysis Matrix (PAM) and
sensitivity analysis. The result indicated that “Cilembu” farming in Sumedang Regency is
profitable both financial and economic and has good competitive power (either comparative
or competitive advantage). Government policy on domestic input is not effective yet because
producer must pay higher price on the input than it should be. The policy is effective for
tradable input due to subsidy. Output policy has restrictive nature due to export taxes and no
subsidy for the commodity. Sensitivity analysis show that increasing of labor wage and
changing on exchange rate is not affect competitive and comparative advantage, while
decreasing on output will affect on competitive advantage (comparative advantage still exist).
Keyword(s): Analysis of Competitiveness, Sweet Cilembu, the Policy Analysis Matrix (PAM)

ABSTRAK
Indonesia masih mengekspor produk pertanian dalam bentuk segar sehingga harga jualnya
rendah dan tidak bisa bersaing dengan produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Kondisi tersebut terjadi pada komoditas ubi jalar yang masih banyak diekspor dalam keadaan
segar sehingga nilai jualnya menjadi rendah sehingga mempengaruhi kondisi dayasaing
komoditas tersebut. Jawa Barat merupakan sentra produksi ubi jalar pada tahun 2009 dan
memiliki komoditi unggulan yaitu ubi Cilembu yang diproduksi di Kabupaten Sumedang.
Pemasaran ubi Cilembu tidak hanya di domestik, tetapi sudah diekspor ke negara Jepang,
Malaysia, Vietnam, Hongkong, dan Singapura namun dijual dalam bentuk segar. Dengan
adanya potensi yang dimiliki, sangat penting untuk menganalisis dayasaing dan dampak
kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan ubi Cilembu di Kabupaten Sumedang. Metode
penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive). Analisis data menggunakan alat
analisis Policy Analysis Matrix (PAM) dan analisis sensitivitas. Usahatani ubi jalar Cilembu di
Kabupaten Sumedang menguntungkan secara finansial maupun ekonomi dan memiliki
dayasaing baik dilihat dari keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Kebijakan
pemerintah terhadap input domestik belum efektif karena produsen harus membayar lebih
mahal dari yang seharusnya, sedangkan untuk input tradable efektif dikarenakan ada subsidi.

200
Analisis Dayasaing Ubi Jalar …

Untuk kebijakan output bersifat menghambat yaitu adanya pajak ekspor dan tidak adanya
kebijakan subsidi untuk komoditas ubi jalar. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap
kenaikan upah tenaga kerja, dan perubahan nilai tukar, tetap memiliki dayasaing baik
keunggulan komparatif maupun kompetitif, sedangkan terhadap penurunan output hanya
memiliki keunggulan komparatif.
Kata kunci : Analisis Dayasaing, Ubi Cilembu, Policy Analysis Matrix (PAM)

PENDAHULUAN komoditi tersebut. Jawa Barat


Latar Belakang merupakan suatu propinsi sentra
Pentingnya dayasaing dalam produksi ubi jalar di Indonesia yang
perdagangan internasional dikarenakan memiliki produksi terbesar yaitu 469.646
adanya peluang pasar dan globalisasi ton dengan luas panen 33.387 hektar dan
yang bisa mengakibatkan negara-negara produktivitas 140,67 ku/ha. Konsumsi
baru bersaing satu sama lain. Apabila ubi jalar rata-rata per kapita, masyarakat
suatu negara tidak bisa meningkatkan Indonesia masih rendah yaitu rata-rata
dayasaing, maka produk-produk impor 2,064 kg/kapita/tahun dibandingkan
menjadi semakin banyak dan akan dengan beras yaitu 84,24 kg/kapita/tahun
mempengaruhi perekonomian nasional. yang menjadi makanan pokok.
Kondisi dayasaing produk- Berdasarkan Nutrition Action Health
produk pertanian di Indonesia sangat letter, USA, ubi jalar menempati
rendah dibandingkan dengan negara- rangking satu dari 58 jenis sayuran
negara lain seperti Malaysia, Jepang, sehingga disebut Sweet Potatoes is The
Singapura dan Cina. Indonesia masih King of Vegetables dan menurut WHO,
mengekspor produk pertanian dalam ubi jalar mengandung vitamin A empat
bentuk segar sehingga harga jualnya kali lebih tinggi dari wortel dan
rendah dan tidak bisa bersaing dengan mengandung beta caroten serta
produk olahan yang memiliki nilai jual 3
antociamin . Ubi cilembu merupakan
lebih tinggi. salah satu Varietas Unggul Ubi Jalar
Ubi Jalar merupakan salah satu yang telah Dilepas oleh Pemerintah
produk pertanian yang telah diekspor Tahun 1977-2003 dan telah mendapat
dalam bentuk segar maupun pasta. mendapat sertifikasi dari Keputusan
Indonesia memiliki lahan yang luas dan Menteri Pertanian Nomor :
cocok untuk ditanami ubi jalar, tetapi 1224/Kpts/TP.240/2/2001 . 4

permasalahan yang ada terkait dengan Daerah pemasaran domestik me-


dayasaing, jumlah produk bukan liputi Pulau Jawa, Bali dan Sumatera,
merupakan parameter tetapi kualitas biasanya ubi Cilembu digunakan sebagai
produk yang lebih diutamakan. bahan baku industri untuk diolah
Indonesia berpotensi dalam pe-
ngembangan ubi jalar yang bisa
dijadikan komoditas unggulan pada 3
15 Februari 2009. Telo (Ubi jalar) Indonesia diminati
Jepang dan Korea. Edisi 816. Agrobis : Hlm 29.
setiap wilayah yang mengindikasikan http://onlinebuku.com/2009/03/12
setiap propinsi bisa membudidayakan
4
SNI penguat Dayasaing Bangsa.
http://docs.google.com/.
201
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti

menjadi makanan seperti keripik, tape, diantara 10 kecamatan lainnya (Dinas


dodol, keremes, selai, saus, tepung, Pertanian Sumedang 2010).
aneka kue, mie, es krim dan sirup, Produktivitas ubi cilembu di desa
sedangkan di luar negeri dipasarkan di Cilembu dan desa Nagarawangi tersebut
Jepang dijadikan sebagai bahan pangan bisa mencapai 14 ton/Ha, dengan
tradisional, diolah menjadi ethanol, produksi 3 ton dan luas tanam rata-rata
bahan baku kosmetik dan minuman khas 2.300 hektar. Sehingga di dua desa
Jepang shake. tersebut mengindikasikan bahwa ke-
Sebagai varietas unggul, ubi adaan tanah dan iklimnya lebih cocok
Cilembu sangat disukai oleh pelaku dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
usahatani maupun konsumen dan Dayasaing berbasis potensi daerah
menduduki peringkat teratas pesanan memiliki indikator utama dan spesifik.
internasional seperti Jepang, Korea, dan Indikator utama merupakan indikator
Malaysia. Negara yang menjadi importir makro yang melibatkan semua pihak
yaitu Jepang dengan mengimpor 15 ton baik pemerintah daerah, swasta dan
per dua minggu, sedangkan untuk negara lembaga sosial, serta pihak-pihak yang
Singapura dan Vietnam masih dalam berperan dalam pertumbuhan per-
tahap penjajakan5. Tetapi pada tahun ekonomian daerah. Menurut Sumihardjo
2010, ekspor ke Singapura sebanyak 10 (2008), setiap indikator dan sub indikator
ton per dua minggu dan Hongkong 4 ton dalam implementasinya memerlukan
per dua minggu telah direalisasikan. pengelolaan yang terintegrasi, terencana,
Dengan adanya pasar yang terbuka lebar konsisten dan berkesinambungan.
bisa menjadi peluang untuk menjadikan Terdapat sembilan indikator makro
ubi Cilembu sebagai komoditi daerah penentu dayasaing daerah yaitu
yang bisa bersaing di pasar internasional perekonomian daerah, keterbukaan,
guna menambah pendapatan daerah sistem keuangan, infrastruktur dan
setempat maupun sebagai devisa negara. sumberdaya alam, ilmu pengetahuan dan
teknologi, kelembagaan, kebijakan
Perumusan masalah pemerintah, sumberdaya manusia, serta
Ubi Cilembu merupakan komoditi manajemen dan ekonomi mikro.
unggulan di Kabupaten Sumedang, dan Ubi Cilembu merupakan varietas
terdapat dua Desa yang menjadi sentra unggul yang berasal dari Desa Cilembu
produksi Ubi Cilembu yaitu Cilembu dan bersifat spesifik lokasi. Terdapat 200
(Kecamatan Pamulihan) dan Nagara- hektar yang bisa ditanami ubi jalar terdiri
wangi (Kecamatan Rancakalong). Dua dari lahan sawah dan kebun, tetapi lahan
desa tersebut mempunyai luas panen, yang bisa menghasilkan ubi yang
produktivitas, dan produksi ubi jalar berkualitas baik hanyalah 15 hektar. Pola
pada Tahun 2010 yang paling besar tanam yang dilakukan adalah padi-ubi
jalar, karena jenis sawahnya adalah tadah
5
TMA. 16 Desember 2004. Ubi Cilembu Sumedang hujan dan lahan yang baik ditanami ubi
Rambah Pasar Vietnam. Gatra. jalar adalah sawah. Ubi jalar biasanya
http://www.gatra.com/artikel.php?id=50639

202
Analisis Dayasaing Ubi Jalar …

ditanam pada musim kemarau. Ilmu Cilembu. Dayasaing bisa dilihat dari
pengetahuan dan teknologi sangat keunggulan yang dimiliki baik kom-
diperlukan jika ingin menjadikan ubi paratif (keuntungan sosial) maupun
Cilembu sebagai komoditi unggulan desa keunggulan kompetitif (keuntungan
Cilembu dan meningkatkan dayasaing- privat), dan pengaruh kebijakan suatu
nya yaitu dengan menemukan alat untuk negara terhadap keberlanjutan peng-
mengatasi hama lanas. Adanya bantuan usahaan ubi Cilembu baik insentif
pada saat pasca-panen pun harus maupun disinsentif yang akan me-
diperhatikan karena belum adanya mesin nentukan efektivitas, efisiensi dan
pembersih dan pendingin. Berdasarkan kelayakan suatu usaha. Adapun
indikator perekonomian daerah, PDRB perumusan masalah yang bisa dianalisis
Kabupaten Sumedang berdasarkan dalam penelitian ini adalah :
lapangan usahanya tahun 2009-2010, 1. Bagaimana tingkat dayasaing dari
didominasi oleh sektor pertanian yaitu pengusahaan ubi Cilembu di
perkebunan dan tanaman bahan Kabupaten Sumedang?
makanan. 2. Bagaimana pengaruh kebijakan
Berdasarkan informasi, harga ubi pemerintah terhadap dayasaing
Cilembu di tingkat petani adalah pengusahaan ubi jalar?
Rp 2.500/kg, tengkulak Rp 5.000/kg, dan
di kios Rp 10.000/kg. Sedangkan ubi Tujuan Penelitian
yang sudah dioven berkisar antara 1. Menganalisis dayasaing pengusa-
Rp 13.000/kg. Di supermarket Jepang, haan ubi Cilembu di Kabupaten
ubi Cilembu dijual dengan harga Rp Sumedang.
75.000/kg, sedangkan di Singapura 2. Menganalisis dampak kebijakan
dijual dengan harga Rp 150.000/kg. Di pemerintah terhadap pengusahaan
tingkat pedagang pengumpul dilakukan ubi Cilembu.
grading. untuk pemasaran ke Malaysia
dilakukan grading berdasarkan ukuran S,
L, dan XL. TINJAUAN PUSTAKA
Walaupun produktivitasnya rendah Pendekatan Penelitian Sistem Usaha
diantara varietas lain, tetapi dari segi Pertanian dan Agribisnis
ekonomi, ubi Cilembu memiliki harga Pada awalnya penelitian tentang
yang lebih tinggi (Rp 10.000) sistem pertanian hanya terbatas pada
dibandingkan dengan varietas AC tahap budidaya atau pola tanam, tetapi
seharga Rp 2.400 di tingkat pengecer pada tahun 2000, sistem pertanian terus
dan sudah memiliki brand tersendiri disempurnakan sehingga menjadi sebuah
yang menjadi nilai jual. sistem agribisnis yang terintegrasi antara
Adanya 4 peluang dan 5 kendala industri hulu, usahatani, industri hilir dan
berdasarkan indikator utama bisa jasa pendukung. Sistem agribisnis sangat
menentukan dayasaing berbasis potensi berkaitan dengan kemampuan bersaing,
daerah komoditas unggulan ubi jalar Suryana (2002) berpendapat bahwa

203
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti

setiap subsistem harus berdayasaing, menghapus perbedaan harga pupuk.


berkerakyatan, berkelanjutan dan Tahun 2000 pemerintah kembali
terdesentralisasi sehingga terwujud memberikan subsidi dalam bentuk
secara nyata dan konkrit pada skala insentif gas domestik (IGD). Tahun 2003
ekonomi di lapangan. harga pupuk dunia menjadi meningkat,
Pengusahaan ubi Cilembu di sehingga pemerintah meningkatkan dan
Sumedang belum memiliki sistem memperluas subsidi, tidak hanya untuk
agribisnis yang terintegrasi. Setiap pupuk Urea, tetapi untuk pupuk lainnya
subsitem masih terpisah-pisah dan seperti SP-36, ZA dan NPK.
informasi harga dan produk hanya
diketahui oleh pedagang besar. Penelitian tentang Ubi jalar Cilembu
Jawa Barat merupakan wilayah
Perkembangan Alat Analisis paling proritas bagi pengembangan ubi
Dayasaing jalar, hal ini bisa dilihat dari perhitungan
Penelitian tentang dayasaing terus analytical hierarchy process (AHP)
berkembang, awalnya hanya mengukur dengan vektor prioritas peringkat 1.
keunggulan komparatif yang dilakukan Menurut Surono (1999), tingginya
dengan berbagai metoda diantaranya vektor disebabkan faktor permintaan dan
Biaya Sumberdaya Domestik (BSD) dan produktivitasnya tinggi serta indikator-
Revealed Comparative Advantage indikator keunggulan komparatif relatif
(RCA). Pada era globalisasi saat ini baik.
penuh dengan persaingan maka Dengan adanya potensi tersebut,
keunggulan kompetitif juga perlu penelitian terhadap analisis dayasaing
dianalisis dan metoda Policy Analysis ubi jalar Cilembu sebagai komoditi
Matrix (PAM) adalah alat analisis yang unggulan daerah Sumedang, Jawa Barat
bisa mengukur keunggulan komparatif sangat penting dilakukan. Pada tahun
dan kompetitif. Penelitian tentang PAM 2007, Juarsa melakukan penelitian
telah dilakukan pada komoditi ubi jalar tentang dayasaing ubi jalar di Kabupaten
(Juarsa, 2008), pepaya di Desa Nagrak Kuningan. Terdapat persamaan dengan
(Permana, 2007) dan manggis di penelitian sebelumnya yaitu mengguna-
Kecamatan Guguk (Irawadi, 2007) kan metoda PAM dan sensitivitas,
didapatkan bahwa analisis dayasaing sedangkan perbedaannya pada produk
ketiga komoditi tersebut memiliki yang diekspor, tujuan ekspor dan
keunggulan komparatif dan kompetitif lembaga pemasaran yang terkait dalam
yang menunjukkan bahwa pengusahaan- mendukung ekspor ubi jalar.
nya efisien secara finansial dan ekonomi.

Kebijakan Subsidi Pupuk KERANGKA PEMIKIRAN


Pada akhir tahun 1990-an, Kerangka Pemikiran Teoritis
Pemerintah mengumumkan paket Dayasaing suatu komoditas berawal
Kebijakan Desember 1998 diantaranya dari adanya hubungan ekonomi antar

204
Analisis Dayasaing Ubi Jalar …

satu negara dengan negara yang lain. akan dicapai serta akhirnya dievaluasi
Terdapat tiga bentuk hubungan ekonomi menjadi strategi. Kebijakan barang
yaitu pertukaran hasil atau output ekspor bertujuan untuk menstabilkan
(barang dan jasa), sarana produksi harga dengan mengatur barang agar
(modal, tenaga kerja, dan teknologi), dan barang tersebut ada di dalam negeri,
segi kredit atau utang-piutang. sedangkan kebijakan barang impor yaitu
Dayasaing terdiri dari analisis melindungi produsen dari persaingan
keunggulan komparatif dan keunggulan harga dengan barang luar yang lebih
kompetitif. murah.
Perdagangan akan terjadi karena Metoda PAM digunakan untuk
suatu daerah bisa memproduksi barang menganalisis pengaruh intervensi
tertentu secara lebih efisien pemerintah dan dampaknya pada sistem
dibandingkan dengan daerah lain. David komoditas. Sistem komoditas yang dapat
Rivardo menyatakan bahwa suatu negara dipengaruhi meliputi empat analisis
akan mengimpor suatu komoditi yang (Monke and Pearson, 1989) yaitu tingkat
mempunyai keunggulan komparatif usahatani, penyampaian dari usahatani
rendah dan akan mengekspor suatu ke pengolah, pengolahan dan pemasaran.
komoditi yang mempunyai keunggulan Analisis sensitivitas merupakan
komparatif lebih tinggi sehingga akan suatu alat yang langsung menganalisa
terjadi spesialisasi produk. pengaruh-pengaruh risiko dan ketidak-
Menurut Budiono (1997), terdapat pastian dalam analisa proyek. Terdapat
tiga faktor utama yang menentukan empat hal yang perlu diperhatikan yaitu
keunggulan komparatif suatu negara terdapatnya cost overrun, perubahan
yaitu : tersedianya sarana produksi, dalam perbandingan harga terhadap
adanya kenyataan bahwa dalam cabang- tingkat harga umum, mundurnya waktu
cabang produksi tertentu bisa implementasi dan kesalahan dalam
memproduksi secara lebih efisien apabila perkiraan hasil per hektar (Kadariah et
skala produksi makin besar (economic of al, 1999).
scale), adanya perbedaan dalam laju
kemajuan teknologi. Lokasi dan Waktu Penelitian
Menurut Kuncoro (2006) terdapat Penelitian ini dilakukan di Desa
tiga model dalam keunggulan kompetitif Cilembu, Kecamatan Tanjungsari, dan
yaitu model organisasi industri, berbasis Desa Nagarawangi Kecamatan Ranca-
sumberdaya dan gerilya. kalong, Kabupaten Sumedang, Propinsi
Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan
Kebijakan Pemerintah dengan secara sengaja (purposive
Kebijakan adalah suatu instrumen sampling) dengan pertim-bangan bahwa
yang bisa mengubah outcome kedua desa merupakan penghasil ubi
perekonomian, dalam pelaksanaannya jalar Cilembu dengan memiliki
ada kendala dan bisa menjadi karakteristik tanah dengan berbagai
penghambat atau pendukung tujuan yang kandungan mineral dan hara unik yang

205
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti

membuat ubi dapat tumbuh sempurna nen tradable dan non tradable. Tabel
dengan kualitas terbaik. Pengambilan matrik analisis kebijakan dijabarkan
data dilaksanakan pada bulan Mei pada tabel berikut.
sampai Juni 2011.
Tabel Matrik Analisis Kebijakan
Jenis dan Sumber Data Biaya
Ketera- Peneri- Keun-
Input Input non
Data yang digunakan dalam ngan maan
Tradable Tradable
tungan

penelitian ini adalah data primer dan Harga


A B C D
Privat
sekunder. Data primer diperoleh dari Harga
E F G H
wawancara secara langsung dengan Sosial
Dampak
petani dan pedagang pengumpul dengan Kebija- I J K L
bantuan kuesioner. Sedangkan data Kan
Sumber : Pearson, S dkk (2005)
sekunder diperoleh dari studi pustaka
dan literatur dari berbagai lembaga
terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Implikasi dan indikator kebijakan
Pusat Statistik Perpustakaan LSI, berdasarkan perhitungan pada matrik
Perpustakaan Daerah Kabupaten analisis kebijakan diuraikan sebagai
Sumedang, dan lembaga terkait lainnya. berikut :

Metode Pengambilan Sampel Keunggulan Kompetitif


Jumlah responden yang dijadikan 1. D = A-B-C (keuntungan privat),
sampel sebanyak 50 petani ubi yang jika D > 0, maka sistem komoditas
dilakukan dengan purposive, sedangkan memperoleh keuntungan privat
untuk pedagang pengumpul dan sehingga mampu berekspansi
eksportir dilakukan dengan cara kecuali apabila sumberdaya terbatas
snowball sampling. atau ada alternatif komoditas lain
yang menguntungkan.
Metode dan Prosedur Analisis 2. PCR = C/A-B (rasio biaya privat),
Alat yang digunakan untuk melihat jika PCR <1 maka sistem komoditas
dayasaing ubi jalar adalah Matrik mampu membiayai faktor dimasuk-
Analisis Kebijakan (Policy Analysis kannya pada harga privat, dengan
matrix/PAM). Tabel PAM merupakan kata lain komoditas tersebut
matrik yang terdiri dari komponen memiliki dayasaing secara
penerimaan, biaya dan keuntungan. kompetitif.
Metoda PAM terdiri dari tiga baris dan 4
kolom. Langkah-langkah yang dilaku- Keunggulan Komparatif
kan adalah membuat tabel buget privat 1. H = E-F-G (keuntungan sosial), jika
dan mencari harga bayangan untuk H > 0, maka usahatani telah
output dan input. Input yang diper- berjalan efisien sehingga bisa
gunakan dalam kegiatan usahatani ubi berekspansi.
Cilembu dialokasikan ke dalam kompo-

206
Analisis Dayasaing Ubi Jalar …

2. DRC = G/E-F (rasio biaya 2. NPCI = B/F (Koefisien proteksi


sumberdaya domestik), jika DRC < input nominal), jika NPCI < 1
1, maka sistem komoditi efisien dan petani menerima subsidi atas input
memiliki keunggulan komparatif asing sehingga petani dapat
sehingga tanpa ada bantuan membeli input asing dengan harga
pemerintah masih tetap bisa lebih rendah.
berproduksi. 3. K = C-G (Transfer Faktor), K > 0
adanya kebijakan pemerintah yang
Kebijakan Output melindungi produsen input
1. OT = I = A-E (Transfer output), domestik dengan pemberian subsidi.
menunjukkan kebijakan pemerintah
yang diterapkan terhadap output Kebijakan Input-Output
yang mengakibatkan harga output 1. EPC = (A-B)/(E-F) (Koefisien
berbeda dengan harga input. Jika I > proteksi efektif) merupakan indi-
0 menunjukkan besarnya insentif kator dampak keseluruhan kebi-
masyarakat terhadap produsen, jakan input dan output. Sejauhmana
artinya masyarakat membeli output kebijakan pemerintah melindungi
dengan harga yang lebih tinggi dari atau menghambat produksi. EPC >
harga yang seharusnya atau petani 0 bahwa kebijkan pemerintah
menerima harga output yang lebih memberikan dukungan terhadap
tinggi daripada yang seharusnya. aktivitas produksi dalam negeri.
2. NPCO = A/E (koefisien proteksi 2. TB = I – (K-J) (Transfer bersih)
output nominal), digunakan untuk merupakan dampak kebijakan pe-
mengukur dampak insentif kebi- merintah secara keseluruhan ter-
jakan pemerintah yang menyebab- hadap penerimaan petani apakah
kan terjadinya perbedaan nilai merugikan atau sebaliknya. L > 0
output. Jika NPCO < 1 terjadi menunjukkan adanya tambahan
pengurangan penerimaan petani surplus produsen yang disebabkan
akibat adanya kebijakan. adanya kebijakan pemerintah yang
diterapkan kepada input dan output.
Kebijakan Input 3. PC = D/H (koefisien keuntungan)
1. J = B-F (Transfer input domestik), dampak insentif dari semua
menunjukkan adanya kebijakan kebijakan output, input tradable dan
pemerintah pada input tradable, jika domestik. PC > 1 secara
J < 0 adanya subsidi pemerintah keseluruhan kebijakan pemerintah
terhadap input asing sehingga petani memberikan insentif kepada
tidak membayar penuh korbanan produsen. PC < 1 kebijakan
sosial yang seharusnya. Subsidi pemerintah mengakibatkan keun-
yang dibebankan kepada pemerintah tungan yang diterima produsen
menyebabkan keuntungan produsen lebih kecil dibandingkan tanpa
secara privat. kebijakan.

207
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti

4. SRP = L/E (Nilai rasio Subsidi bagi Jenis Tanah


Produsen) mengidentifikasi akibat Terdapat tiga jenis tanah di
kebijakan pemerintah yang me- Kabupaten Sumedang yaitu Aluvial,
nunjukkan penambahan atau pe- Tektonik dan Vulkanik.
ngurangan penerimaan. SRP < 0 ,
produsen mengeluarkan biaya lebih Iklim
besar dari biaya sosial untuk Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan
berproduksi. Ferguson, keadaan curah hujan termasuk
pada iklim agak basah yaitu tipe C.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk Selama tahun 2010, curah hujan berkisar
melihat kelayakan suatu usaha apabila dari 3.229 s.d 4.805 mm, dengan hari
terdapat perubahan-perubahan Berdasar- hujan berkisar dari 151 s.d 332 HH.
kan keadaan di lokasi penelitian
perubahan yang terjadi adalah harga Komoditas Unggulan dalam Skala
tenaga kerja, jumlah produksi dan nilai Optimistik Agribisnis
tukar. Pada tahun 2004-2008, Dinas
Pertanian Kabupaten Sumedang telah
menentukan komoditas unggulan yaitu
GAMBARAN UMUM LOKASI Padi, Jagung, Ubi Jalar, Kedelai, Kacang
PENELITIAN Tanah, Jeruk Cikoneng, Sawo Sukatali,
Letak Geografis Salak, Pisang dan Mangga.
Kabupaten Sumedang memiliki luas
wilayah 152.220 hektar yang terbagi
kedalam luasan darat seluas 118.944 HASIL DAN PEMBAHASAN
hektar (78,14%) dan pesawahan seluas Analisis Dayasaing Ubi Cilembu di
33.276 hektar (21,86%). Daerahnya Kabupaten Sumedang
berbukit-bukit dengan ketinggian tempat Pengusahaan ubi jalar di Kabupaten
antara 25-1500 meter di atas permukaan Sumedang dipusatkan di daerah pe-
laut, beriklim tropis terletak diantara ngembangan yaitu di Desa Cilembu
garis Meridian 7050’ Bujur Barat, 68045’ (Pamulihan) sebagai penghasil ubi
Bujur Timur, 1023’ Lintang Selatan dan Cilembu dan Desa Nagarawangi
1043’ Lintang Utara. Batas-batas wilayah (Rancakalong) yang memiliki ekotype
sebelah utara berbatasan dengan tanah yang sama. Pada umumnya petani
kabupaten Indramayu dan Subang, menanam beberapa jenis ubi yang
sebelah Barat dengan Kabupaten ditanam, ubi ungu, merah dan kuning,
Bandung, sebelah Selatan dengan tetapi mayoritas menanam ubi kuning
Kabupaten Garut dan sebelah Timur yaitu ubi Cilembu. Dayasaing ubi
dengan Kabupaten Majalengka. Cilembu di lokasi penelitian dianalisis
menggunakan Policy Analysis Matrix
(PAM). Matriks disusun berdasarkan
data penerimaan dan biaya produksi

208
Analisis Dayasaing Ubi Jalar …

yang terbagi menjadi dua bagian yaitu diperoleh sebesar 0,15 (DRC < 1),
harga finansial (privat) dan harga artinya untuk memproduksi ubi Cilembu
ekonomi (bayangan atau sosial). Biaya- di lokasi penelitian hanya membutuhkan
biaya pada harga privat dab ekonomi biaya sumberdaya domestic sebesar 15
masing-masing dibagi menjadi dua yaitu persen terhadap biaya impor yang
tradable dan non tradable. Hasil dibutuhkan. Hal ini mengindikasikan
Perhitungan PAM dan indikatornya usahatani ubi Cilembu di kedua desa
terdapat pada Lampiran 1 dan 2. efisien secara ekonomi dan memiliki
Analisis keunggulan kompetitif keunggulan komparatif (dayasaing).
terdiri dari analisis keuntungan privat Analisis dampak kebijakan peme-
(Privat Profit) dan Rasio Biaya Privat rintah terhadap dayasaing ubi Cilembu
(Privat Cost Ratio/PCR) Besarnya dapat dilihat dari kebijakan output,
keuntungan privat adalah positif yaitu kebijakan input dan kebijakan input-
Rp 1.098,00 per kilogram ubi Cilembu, output.
hal ini menunjukkan bahwa secara
finansial pengusahaan ubi jalar di kedua 1. Kebijakan Output
desa tersebut menguntungkan dengan Analisis dampak kebijakan peme-
adanya kebijakan pemerintah. Sedang- rintah terhadap dayasaing ubi Cilembu
kan nilai PCR lebih kecil dari satu (PCR yang langsung berpengaruh terhadap
0,56), hal ini berarti untuk mendapatkan output dapat dilihat dari nilai Transfer
nilai tambah output sebesar satu satuan Output (Output Transfer/OT) dan
pada harga privat di lokasi penelitian Koefisien Proteksi Output Nominal
diperlukan tambahan biaya faktor (Nominal Protection Coeffisient Output/
domestik kurang dari satu satuan yaitu NPCO). Nilai OT yang diperoleh adalah
sebesar 0,56. Berdasarkan nilai PCR negatif (OT<0) yaitu -Rp 6.605,00 yang
tersebut maka usahatani ubi Cilembu di mengindikasikan bahwa tidak ada
kedua desa efisien secara finansial dan insentif konsumen terhadap produsen,
memiliki keunggulan kompetitif serta sehingga harga yang dibayarkan oleh
mampu membiayai faktor domestiknya konsumen lebih rendah dari seharusnya
pada harga privat. sehingga terjadi transfer output dari
Analisis keunggulan komparatif produsen ke konsumen. Dengan kata
terdiri dari analisis keuntungan sosial lain, tidak ada subsidi output yang
(Social Profit) dan Rasio Biaya menyebabkan harga sosial lebih tinggi
Sumberdaya Domestik (Domestic daripada harga privat.
Resource Cost/DRC). Keuntungan Sosial Indikator lain yang bisa digunakan
yang positif sebesar Rp 7.613/kg ubi untuk melihat dampak kebijakan
Cilembu, menunjukkan bahwa usahatani pemerintah yaitu Koefisien Proteksi
ubi Cilembu di kedua desa me- Output Nominal (NPCO) yang me-
nguntungkan secara ekonomi dan layak nunjukkan tingkat proteksi pemerintah
untuk diusahakan meskipun tanpa ada terhadap output. Nilai NPCO yang
intervensi pemerintah. Nilai DRC diperoleh yaitu 0,29 yang

209
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti

mengindikasikan bahwa ada hambatan subsidi negatif dan nilai TF negatif


kebijakan pemerintah untuk melakukan (TF<0) maka terjadi subsidi positif. Nilai
ekspor diantaranya pungutan-pungutan yang diperoleh untuk yaitu Rp 67/kg
liar dan biaya bea cukai yang sangat mengindikasikan bahwa terjadi subsidi
tinggi (2 kali lipat) apabila ekspor negatif dari pemerintah. Petani dirugikan
dilakukan pada hari libur. Petani hanya karena membayar input non tradable
memperoleh 29 persen dari harga yang lebih tinggi dari seharusnya dikarenakan
seharusnya yang menyebabkan petani pajak dan perhitungan upah tenaga kerja
tidak memperoleh insentif untuk tidak terdidik pada harga sosial sebesar
meningkatkan produksi. Dengan tidak 91 persen dari upah yang sebenarnya.
adanya transfer output dari konsumen ke Koefisien proteksi input nominal
produsen maka menyebabkan harga yang (NPCI) adalah rasio dari biaya input
diterima oleh konsumen lebih rendah tradable privat dan sosial dan
dari yang seharusnya dan terjadi merupakan indikator yang menunjukkan
kebijakan pemerintah yang melindungi tingkat proteksi pemerintah terhadap
konsumen domestik. harga input domestik. Dari hasil yang
didapat NPCI kurang dari satu (NPCI<1)
2. Kebijakan Input yaitu 0,52. Kebijakan pemerintah
Kebijakan yang dilakukan peme- bersifat protektif terhadap input asing
rintah terhadap input produksi dapat dan produsen menerima subsidi atas
dilihat dari nilai Transfer Input (Input input asing sehingga produsen membeli
Transfer/TI), Transfer Faktor (Factor dengan harga yang lebih murah. Petani
Transfer/FT) dan Koefisien Proteksi menerima harga input yang lebih murah
Nominal pada Input (Nominal Protection sebesar 52 persen dari yang seharusnya.
Coefficient on Input/NPCI).
Nilai Transfer Input (IT) merupakan 3. Kebijakan Input-Output
selisih Biaya Input Tradable Privat dan Dampak kebijakan pemerintah
Sosial. Jika nilai IT positif (IT>0), maka secara keseluruhan baik terhadap input
harga sosial input asing lebih tinggi dan maupun output dilihat dari Koefisien
produsen membayar lebih mahal. Nilai Proteksi Efektif (Effective Protection
IT yang diperoleh untuk petani di Coefficient/EPC), Transfer Bersih (Net
Kabupaten Sumedang yaitu negatif Transfer/NT), Koefisien Keuntungan
Rp 157 menunjukkan adanya subsidi (Profitability Coefficient/PC) dan Rasio
pemerintah terhadap input asing, Subsidi Produsen/SRP.
sehingga produsen tidak membayar Koefisien Proteksi Efektif (Effective
penuh untuk membeli input. Protection Coefficient/EPC) adalah rasio
Transfer Faktor (FT) menunjukkan antara penerimaan privat dikurangi biaya
besarnya subsidi terhadap input non input tradable dengan penerimaan sosial
tradable dan diperoleh dari selisih biaya dikurangi biaya input tradable dan
input non tradable privat dan sosial. Jika menggambarkan sejauh mana kebijakan
nilai TF positif (TF>0) maka terjadi pemerintah melindungi atau meng-

210
Analisis Dayasaing Ubi Jalar …

hambat produksi domestik. Nilai EPC biaya produksi lebih besar dari biaya
yang diperoleh yaitu 0,28 (EPC<1) sosial untuk berproduksi. Nilai yang
menggambarkan kebijakan terhadap diperoleh yaitu -0,7 yang menyebabkan
output maupun subsidi input bersifat petani mengeluarkan biaya produksi
menghambat (tidak efektif) dan tidak lebih besar 70 persen dari biaya
memberikan insentif terhadap petani sosialnya.
untuk berproduksi.
Transfer bersih (NT) merupakan Pengaruh Perubahan Upah Tenaga
selisih antara keuntungan Privat dan Kerja, Hasil Produksi dan Nilai Tukar
keuntungan sosial (asumsi pasar Rupiah terhadap Dayasaing Ubi
persaingan sempurna) yang menggam- Cilembu di Kabupaten Sumedang
barkan dampak kebijakan pemerintah Perubahan dayasaing ubi cilembu
terhadap penerimaan apakah mengun- dapat terjadi apabila terdapat beberapa
tungkan atau merugikan. Nilai NT yang perubahan pada kegiatan usahatani ubi
diperoleh bernilai negatif yaitu -Rp cilembu. Adapun perubahan yang sering
6.515 menunjukkan bahwa kebijakan terjadi adalah perubahan upah tenaga
pemerintah tidak memberikan insentif kerja, perubahan hasil produksi ubi
untuk meningkatkan produksi. Keun- cilembu serta perubahan nilai tukar
tungan yang diperoleh ketika ada rupiah terhadap dollar Amerika.
kebijakan pemerintah lebih rendah Jika terjadi perubahan upah tenaga
Rp 6.515/kg dibandingkan dengan tidak kerja menjadi Rp 35.000 dan nilai tukar
adanya campur tangan pemerintah. mengalami apresiasi. Berdasarkan nilai
Pengaruh kebijakan secara kese- indikator PP, SP, PCR dan DRC,
luruhan dicerminkan oleh Koefisien pengusahaan ubi Cilembu di Kabupaten
keuntungan (PC) yang menyebabkan Sumedang masih menguntungkan secara
keuntungan privat berbeda dengan finansial dan ekonomi sehingga memiliki
keuntungan sosial dan diperoleh dari dayasaing baik dari keunggulan kom-
rasio penerimaan privat dengan sosial. petitif maupun komparatif, hasil per-
Nilai PC yang diperoleh 0,14 yang hitungan dapat dilihat pada Lampiran 3.
mengindikasikan bahwa keuntungan Jika terjadi penurunan output
yang diperoleh petani Cilembu hanya 14 sebesar 50 persen. Berdasarkan nilai
persen dari yang seharusnya. indikator PP, SP, PCR dan DRC,
Nilai rasio subsidi bagi produsen pengusahaan ubi Cilembu di Kabupaten
(SRP) menggambarkan tingkat penam- Sumedang masih menguntungkan secara
bahan dan pengurangan penerimaan ekonomi sehingga memiliki dayasaing
karena adanya kebijakan pemerintah dan dari sisi keunggulan komparatif tetapi
merupakan rasio antara transfer bersih tidak menguntungkan secara finansial
dengan penerimaan berdasarkan harga dan tidak memiliki keunggulan
bayangan. SRP yang negatif (<0) kompetitif, hasil perhitungan dapat
menyebabkan kebijakan pemerintah dilihat pada Lampiran 4.
menyebabkan produsen mengeluarkan

211
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti

Berdasarkan penelitian yang memiliki dayasaing baik dilihat dari


dilakukan Husni tahun 2003, ekspor keunggulan kompetitif maupun keung-
produk pertanian dalam jangka panjang gulan komparatif.
dipengaruhi oleh investasi privat di Dampak kebijakan pemerintah
sektor pertanian, harga ekspor dan nilai terhadap input domestik belum efektif
tukar riil. Dikarenakan pengaruhnya karena produsen harus membayar lebih
sangat dominan terhadap komoditas mahal dari yang seharusnya, sedangkan
yang memiliki orientasi dan potensi untuk input tradable efektif dikarenakan
ekspor maka nilai tukar riil, sangat perlu ada subsidi. Untuk kebijakan output
dihitung sensitivitasnya untuk menge- bersifat menghambat yaitu adanya pajak
tahui dayasaing usahatani ubi jalar. ekspor dan tidak adanya kebijakan
Analisis yang dilakukan adalah bila nilai subsidi untuk komoditas ubi jalar. Secara
tukar Rupiah terhadap Dollar melemah keseluruhan kebijakan pemerintah masih
menjadi Rp 10.950 dengan asumsi faktor bersifat disinsentif terhadap petani untuk
lainnya ceteris paribus, nilai tersebut meningkatkan produksinya dan harus
didasarkan pada nilai tengah kurs Rupiah mengeluarkan biaya lebih besar dari
lima tahun terakhir. Berdasarkan hasil biaya sosialnya.
perhitungan (Lampiran 5) nilai Hasil analisis sensitivitas bila terjadi
Keuntungan Privat (PP) dan Rasio Biaya kenaikan upah tenaga kerja dan
Privat (PCR) tidak berubah, dikarenakan menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap
nilai pada kedua indikator tersebut tidak Dollar Amerika masih menguntungkan
berdasarkan nilai tukar, tetapi pada harga secara finansial maupun ekonomi dan
aktual. Sebaliknya Keuntungan Sosial tetap memiliki dayasaing baik dari sisi
(SP) meningkat menjadi Rp 10.054. keunggulan kompetitif dan keunggulan
Dengan hasil yang masih positif (SP>0) komparatif. Sedangkan bila terjadi
mengindikasikan bahwa usahatani ubi penurunan jumlah produksi sampai 50
Cilembu masih menguntungkan secara persen, pengusahaan ubi jalar tidak
finansial maupun ekonomi dan memiliki menguntungkan secara finansial dan
dayasaing baik keunggulan kompetitif tidak memiliki keunggulan kompetitif
dan komparatif yang ditunjukkan dengan walaupun masih menguntungkan secara
nilai PCR dan DRC yang kurang dari ekonomi dan memiliki keunggulan
satu yaitu 0,56 dan 0,12. komparatif.

Saran
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, di-
Kesimpulan sarankan petani dan pengekspor ubi jalar
Berdasarkan hasil penelitian yang agar terus mengembangkan usahatani ubi
menggunakan analisis matrik kebijakan jalar karena menguntungkan dan
(PAM), dapat disimpulkan bahwa memiliki dayasaing baik keunggulan
usahatani ubi jalar menguntungkan kompetitif maupun komparatif. Eksportir
secara finansial maupun ekonomi dan bisa bermitra dengan perusahaan lain

212
Analisis Dayasaing Ubi Jalar …

untuk memperbanyak jumlah produk Malian, Husni. 2003. Faktor-Faktor


yang diekspor karena ubi jalar Yang Mempengaruhi Ekspor
merupakan komoditas yang memiliki Produk Pertanian Dan Produksi
potensi ekspor yang cukup baik. Pertanian Indonesia. Jurnal Agro
Ekonomi Volume 21 Nomor 2,
Untuk Dinas Pertanian setempat,
Oktober 2003. Pusat Penelitian
berdasarkan hasil analisis sensitivitas dan Pengembangan Sosial
terhadap penurunan output, maka Ekonomi Pertanian.
diperlukan penelitian untuk penang-
Monke E. and S R Pearson. 1989. The
gulangan hama lanas yang bisa
Policy Analysis Matrix For
menyebabkan ubi jalar di Kabupaten Agricultural Development.
Sumedang tidak kompetitif. Cornell University Press Ithaca.
New York.

DAFTAR PUSTAKA Pearson S, Gotsch C, Bahri S. 2005.


Aplikasi Policy Analysis Matrix
Boediono. 1997. Ekonomi Internasional. Pada Pertanian Indonesia. Jakarta :
Yogyakarta : BPFE UGM. Yayasan Obor Indonesia.

Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Permana, L. 2007. Analisis Dayasaing


Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta: Buah Pepaya (Carica papaya L)
Universitas Indonesia Press. (Kasus di Desa Nagrak,
Kecamatan Sukaraja dan Desa
Irawadi, A. 2007. Analisis Dayasaing Pasirgaok, Kecamatan
dan Pemasaran Buah Manggis Rancabungur, Bogor, Jawa Barat)
(Kasus di Kecamatan Guguk, [skripsi]. Bogor : Fakultas
Kabupaten Lima Puluh Kota, Pertanian, Institut Pertanian
Provinsi Sumatera Barat) [skripsi]. Bogor.
Bogor : Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Sumihardjo T. 2008. Dayasaing Berbasis
Potensi Daerah. Bandung :
Juarsa, MI. 2007. Dayasaing Ubi Jalar di Fokusmedia.
Kabupaten Kuningan Jawa Barat
[skripsi]. Bogor : Fakultas Surono N. 1999. Analisis Dayasaing
Pertanian, Institut Pertanian Beberapa Komoditi Tanaman
Bogor. Pangan Pada Beberapa Lokasi
Pengembangan : Sebagai Bahan
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pertimbangan Dalam Memilih
Pengantar Evaluasi Proyek. Komoditi Unggulan dan Wilayah
Jakarta : Fakultas Ekonomi Andalan Bagi Pengembangannya
Universitas Indonesia. [tesis] Bogor : Sekolah
Kuncoro M. 2006. Strategi bagaimana Pascasarjana, Institut Pertanian
Meraih Keunggulan Kompetitif. Bogor.
PT Erlangga. Jakarta.

213
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti

Suryana, A. 2002. Membangun


Ketahanan Pangan Regional
Melalui Pengembangan Sistem
dan Usaha Agribisnis. In :
Prosiding Lokakarya
“Pengembangan Usahatani
Terpadu Berwawasan Agribisnis
Menunjang Pemanfaatan
Sumberdaya Pertanian Jawa barat.
Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Barat. Lembang.

214
Analisis Dayasaing Ubi Jalar …

Lampiran 1. Matriks Analisis Kebijakan Pengusahaan Ubi Jalar Cilembu di


Kabupaten Sumedang per musim Tahun 2011 (Rp/kg Ubi Jalar)
Biaya Input
Keterangan Penerimaan Keuntungan
Tradable Non Tradable
Harga Privat 2.720,00 167 1.455,00 1.098,00
Harga Sosial 9.325,00 324 1.388,00 7.613,00
Dampak Kebijakan -6.605,00 -157 67,00 -6.515,00

Lampiran 2. Indikator-Indikator Analisis PAM pada pengusahaan Ubi Jalar


Cilembu di kabupaten Sumedang Tahun 2011
Indikator Nilai
Keuntungan Privat (PP) 1.098,00
Keuntungan Sosial (SP) 7.613,00
Rasio Biaya Privat (PCR) 0,57
Rasio Sumberdaya Domestik (DRC) 0,15
Transfer Output (OT) -6.605,00
Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) 0,29
Transfer Input (IT) -157,00
Transfer faktor (TF) 67,00
Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) 0,52
Koefisien Proteksi Efektif (EPC) 0,28
Transfer Bersih (NT) -6.515,00
Koefisien Keuntungan (PC) 0,14
Rasio Subsidi Produsen (SRP) -0,70

Lampiran 3. Matriks Analisis Kebijakan (PAM) Pengusahaan Ubi Jalar


Cilembu di Kabupaten Sumedang tahun 2011 bila terjadi kenaikan
upah
Biaya Input
Keterangan Penerimaan Keuntungan
Tradable Non Tradable
Harga Privat 2.720 167 1677 876
Harga Sosial 9.325 324 1593 7.408
Dampak Kebijakan -6.605 -157 84 -6.532

215
Ana Hoeridah dan Tintin Sarianti

Lampiran 4. Matriks Analisis Kebijakan (PAM) Pengusahaan Ubi Jalar


Cilembu di Kabupaten Sumedang tahun 2011 bila terjadi
Penurunan Jumlah Produksi
Biaya Input
Keterangan Penerimaan Keuntungan
Tradable Non Tradable
Harga Privat 1.360 167 1677 -484
Harga Sosial 4.663 324 1593 2.746
Dampak Kebijakan -3.303 -157 84 -3.230

Lampiran 5. Matriks Analisis Kebijakan (PAM) Pengusahaan Ubi Jalar


Cilembu di Kabupaten Sumedang tahun 2011 bila Nilai Tukar
Rupiah menjadi Rp 8.500/US$
Biaya Input
Keterangan Penerimaan Keuntungan
Tradable Non Tradable
Harga Privat 2.720 167 1.455 1.098
Harga Sosial 11.777 335 1.388 10.054
Dampak Kebijakan -9.057 -168 67 -8.956

216
Analisis Dayasaing Ubi Jalar …

217

Anda mungkin juga menyukai