Makalah Pengertian Peranan Dan Fungsi Kurikulum Oleh Juliper Simanjuntak MPD Widyaiswara LPMP Provinsi Sumatera Utara Abstrak - Compress
Makalah Pengertian Peranan Dan Fungsi Kurikulum Oleh Juliper Simanjuntak MPD Widyaiswara LPMP Provinsi Sumatera Utara Abstrak - Compress
Oleh :
Juliper Simanjuntak, M.Pd
(Widyaiswara LPMP Provinsi Sumatera Utara)
Abstrak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah
sangat disadari dalam sistem pendidikan nasional. Ini dikarenakan
kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program
pendidikan, baik formal maupun non formal , sehingga gambaran sistem
pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Dengan kata
lain, sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem pendidikan itu
sendiri.
1
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan
suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk
mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan
perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk
menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna
mencapai hasil yang maksimal.
Menurut catatan sejarah, dunia pendidikan di Indonesia telah
mengalami perubahan kurikulum sebanyak 9 kali. Kurikulum pertama
tahun 1947 dikenal dengan Leer Plan (Rencana Pelajaran) yang lebih besar
nuansa politik Belanda. Kedua, tahun 1952 yang disebut dengan Rencana
Pelajaran Terurai yang lebih merinci silabus setiap mata pelajaran. Di
tahun 1964, kurikulum ketiga bernama Rentjana Pendidikan yang menitik
beratkan pada pengembangan moral, kecerdasan, emosioinal/ artistik,
keprigelan dan jasmani atau Pancawardhana (Hamalik, 2004). Empat
tahun kemudian, tahun 1968 dinamai dengan Kurikulum 1968 yang
merupakan penyempurnaan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
Pancasila. Kemudian, berubah lagi di tahun 1975 dengan nama Kurikulum
1975 yang lebih efisien dan efektif dengan konsep bidang manajemen atau
disebut MBO (Management by Objective) dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Di perubahan keenam terjadi
tahun 1984 disebut Kurikulum 1984 yang lebih mengusung Skill Approach
(Pendekatan Keahlian) dengan model yang disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Ketujuh, ialah tahun
1994 dan 1999 yang disebut dengan Kurikulum 1994 dan Suplemen
Kurikulum 1999 yang memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya dan
materi muatan lokal disesuaikan dengan daerah masing-masing. Di tahun
2004, kurikulum disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
setiap pelajaran diurai berdasarkan kompetensi yang harus dicapai siswa,
tapi hasilnya kurang memuaskan. Yang terakhir di tahun 2006 disebut
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
2
memfokuskan pada isi dan proses pencapaian target kompetensi siswa
melalui Kerangka Dasar (KD), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) hingga saat ini.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal (Sisdiknas), Bab I pasal 1 ayat
19 berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari kurikulum?
2. Apa peran kurikulum kurikulum?
3. Apa fungsi kurikulum ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk dapat menjelaskan pengertian dari kurikulum
2. Untuk dapat menjelaskan peranan kurikulum
3. Untuk dapat menjelaskan funsi kurikulum
D. Manfaat Pembahasan
1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang hakikat
kurikulum.
2. Sebagai acuan atau bahan pertimbangan bagi pengembang kurikulum
dalam implementasi di lapangan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Setiap orang, kelompok masyarakat, atau bahkan ahli pendidikan
dapat mempunyai penafsiran yang berbeda tentang pengertian kurikulum.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh banyak ahli, dapat
disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang
berbeda, yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru (Oemar
Hamalik, 2007)
Pandangan lama, atau sering juga disebut pandangan tradisional,
merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Pengertian tadi mempunyai
implikasi sebagai berikut: (1) kurikulum terdiri atas sejumlah mata
pelajaran; (2) mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan,
sehingga penyampaian mata pelajaran pada siswa akan membentuk
mereka menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berpikir; (3) mata
pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau; (4) tujuan
mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoeh ijazah, (5) adanya
aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang
sama; (6) sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem
penuangan (imposisi).
Sebagai perbandingan, ada baiknya kita kutip pula pendapat lain,
seperti yang dikemukakan oleh Romine (1954) . Pendapat ini dapat
digolongkan sebagai pendapat yang baru (modern), yang dirumuskan
sebagai berikut:
“Curriculum is interpreted to mean allof the organized courses,
activities, and experiences which pupil have under direction of the
school, whether in the clasroom or not”
Implikasi perumusan di atas adalah sebagai berikut: (1) tafsiran tentang
kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri atas mata
4
pelajaran (courses) tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang
menjadi tanggung jawab sekolah; (2) tidak ada pemisahan antara intra dan
ekstra kurikulum; (3) pelaksanaan kurikulum tidak hanya dibatasi pada
keempat dinding kelas saja, melainkan dilaksanakan baik didalam maupun
diluar kelas, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai; (4) sistem
penyampaian yang dipergunakan oleh guru disesuaikan dengan kegiatan
atau pengalaman yang akan disampaikan, oleh karena itu guru harus
mengadakan berbagai kegiatan belajar mengajar yang bervariasi , sesuai
dengan kondisi siswa; (5) tujuan penididikan bukanlah untuk
menyampaikan mata pelajaran (courses) atau bidang pengetahuan yang
tersusun (subject), melainkan pembentukan pribadi anak dan belajar cara
hidup di dalam masyarakat.
1. Kurikulum Sebagai Suatu Program Kegiatan Yang Terencana.
Berdasarkan pandangan komprehensif terhadap setiap kegiatan yang
direncanakan untuk dialami seluruh siswa, kurikulum berupaya
menggabungkan ruang lingkup, rangkaian, interpretasi, keseimbangan
subject matter, teknik mengajar, dal lain-lain yang dapat direncanakan
sebelumnya (Saylor, Alexander, dan Lewis, 1986).
2. Kurikulum sebagai Hasil Belajar yang Diharapkan
Kajian ini menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari
kurikulum sebagai alat (means) menjadi kurikulum sebagai tujuan atau
akhir yang akan dicapai (ends).
3. Kurikulum sebagai Reproduksi Kultural (Cultural Reproduction)
Pengembangan kurikulum semacam ini dimaksudkan untuk
meneruskan nilai-nilai kultural kepada generasi penerus, melalui
lembaga penerus.
4. Kurikulum sebagai Kumpulan Tugas dan konsep Diskrit
Pandangan ini berpendapat bahwa kurikulum merupakan satu
kumpulan tugas dan konsep (discrete tasks and cocept) yang harus
dikuasai siswa. Penguasaan tugas-tugas yang saling bersifat diskrit
5
(berdiri sendiri) tersebut adalah untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
5. Kurikulum sebagai Agenda Rekonstruksi Sosial
Pandangan ini berpendapat bahwa sekolah harus mempersiapkan suatu
agenda pengetahuan dan nilai-nilai yang diyakini dapat menuntun
siswa memperbaiki masyarakat dan institusi kebudayaan, serta
berbagai keyakinan dan kegiatan praktik yang menukungnya.
6. Kurikulum sebagai Curere
Pandangan yang menekankan pada bentuk kata kerja kuikulum itu
sendiri, yaitu curere. Sebagai pengganti interpretasi dari etimologi
arena pacu atau lomba (race course) kurikulum, curere merujuk pada
jalannya lomba dan menekankan masing-masing kapasitas individu
untuk mengkonseptualisasi otobiografinya sendiri. Masing-masing
individu berusaha menemukan pengertian (meaning) ditengah-tengah
berbagai peristiwa terakhir yang dialaminya, kemudian bergerak secara
historis ke dalam pengalamannya sendiri di masa lampau untuk
memulihkan dan membentuk kembali pengalaman semula (to recover
and reconstitute the origins), serta membayangkan dan menciptakan
berbagai arah yang saling bergantung dengan subdivisi-subdivisi
pendidikan lainnya.
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi
populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang
memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal
orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah
“rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan
rencana pelajaran. Hilda Taba dalam bukunya Curriculum Development,
Theory and Practise mengartikan sebagai “a plan for learning”, yakni
sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak.
6
1. Beberapa pengertian Kurikulum :
7
kurikulum sebagai berikut: “The Curriculum is the sum total of
school’s efforts to influence learning, whwther in the classroom , on
the playground, or out of school”. Jadi segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman
sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi
juga apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.
b. Harold B. Albertsycs dalam Reorganizing the High School Curriculum
(1965) mengandung kurikulum sebagai “ all of the activities that are
provided for students by the shcool”. Seperti halnya dengan definisi
Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran,
akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, didalam dan diluar
kelas , yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat
manfaat kegiatan dan pengalaman siswa diluar mata pelajaran
tradisional.
c. J.Lloyd Trump dan Delmas F.Miller dalam buku SecondarySchool
Improvemant (1973) juga menganut definisi kurikulum yang luas.
Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan
belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan
tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan
administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan
serta kemungkinan memilih mata pelajaran. Ketiga aspek pokok,
program, manusia dan fasilitas sngat erat hubungannya, sehingga tak
mungkin diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan tiga-tiganya.
d. Smith dan kawan-kawan memandangkurikulum sebagai rangkaian
pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak , jadi
dapat disebutkan potential curriculum. Namun apa yang benar-benar
dapat diwujudkan pada anak secara individual , misalnya bahan yang
benar-benar diperolehnya, disebut actual curriculum.
8
B. Peranan Kurikulum.
Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan
konservatif, peranan kritis atau evluatif, dan peranan kreatif
1. Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan
menafsirkan wariswan sosial bagi generasi muda. Dengan demikian,
sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan
membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang
ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai
suatu proses sosial. Ini seiring dengan hakikat pendidikan itu sendiri,
yang berfungsi sebagai jembatan antara siswa selaku anak didik
dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin
berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam kerangka
ini fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu
proses tersebut. Romine mengatakan bahwa:
“In sense the conservative role provides what may be called’social
cement’. It contributes to like mindedness and provides for
behaviour which is consistent with values already accepted. It
deals with what is sometimes known as the core of ‘relevative
universals’.
Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya kurikulum itu
berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian, peranan ini sangat
mendasar sifatnya.
9
tidak sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta
diadaka modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus
merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
3. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang
baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa mendatang. Untuk
membantu setiap individu dalam mengembangkan semua yang ada
padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara
berpikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan
manfaat bagi masyarakat.
Ketiaga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau
dengan kata lain terdapat keharmonisan diantara ketiganya. Dengan
demikian, kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan
dalam membawa siswa menuju kebudayaan masa depan.
C. Fungsi Kurikulum
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi
tertentu. Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary
Education (1918), mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi
penyesuaian, fungsi pengintegrasian , fungsi diferensiasi, fungsi
persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
10
kondisi perorangan. Di sinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat
pendidikan, sehingga individu bersifat well-adjusted.
11
tersebut,maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
3. Paling tidak tiga peranan kurikulum yang sangat penting yaitu peranan
konservatif, peranan kritis atau evaluatif dan peranan kreatif. Sedangkan
fungsi kurikulum terdiri dari fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian,
fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi
diagnostik.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14