0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan4 halaman
Dua puluh (20) Perempuan Penyair Jawa Timur bersepakat menulis puisi dalam sebuah antologi. Mereka juga membacakannya di sebuah acara yang diselenggarakan Dewan Kesenian Surabaya (DKS). Terus terang, kalimat pertama yang melintas dalam kepala saya adalah: “Apa hebatnya?” Dalam kalimat dengan nada lebih datar, pertanyaan itu berbunyi, “Trus, memangnya kenapa?” Dalam bahasa gaul barangkali berbunyi: ”So what gitu lho.....
Dua puluh (20) Perempuan Penyair Jawa Timur bersepakat menulis puisi dalam sebuah antologi. Mereka juga membacakannya di sebuah acara yang diselenggarakan Dewan Kesenian Surabaya (DKS). Terus terang, kalimat pertama yang melintas dalam kepala saya adalah: “Apa hebatnya?” Dalam kalimat dengan nada lebih datar, pertanyaan itu berbunyi, “Trus, memangnya kenapa?” Dalam bahasa gaul barangkali berbunyi: ”So what gitu lho.....
Dua puluh (20) Perempuan Penyair Jawa Timur bersepakat menulis puisi dalam sebuah antologi. Mereka juga membacakannya di sebuah acara yang diselenggarakan Dewan Kesenian Surabaya (DKS). Terus terang, kalimat pertama yang melintas dalam kepala saya adalah: “Apa hebatnya?” Dalam kalimat dengan nada lebih datar, pertanyaan itu berbunyi, “Trus, memangnya kenapa?” Dalam bahasa gaul barangkali berbunyi: ”So what gitu lho.....
Diah Hadaning, menandai ulangtahunnya yang ke 70 dengan menerbitkan antologi berisi
700 puisi sehingga diganjar Rekor MURI. Peluncuran buku akan diadakan di Pendopo Kabupaten, Jepara bertepatan dengan hari lahir R.A. Kartini, 21 April 2012 bersamaan dengan Temu Perempuan Penyair Indonesia 2012 di kota tersebut
Kartini 2012: Antologi Puisi Perempuan
Penyair Indonesia Terkini Inilah buku terbaru yang memperlihatkan peta kepenyairan para perempuan penyair Indonesia terkini. Berdasarkan seleksi yang cukup ketat dengan mempertimbangkan para penyair yang telah eksis dan terus berkarya sampai sekarang serta para penyair muda yang sangat potensial, tim kurator yang terdiri dari: Adri Darmadji Woko, Gunoto Saparie, Kurniawan Junaedhie, Nia Samsihono dan Susy Ayu memilih 69 penyair yang termuat dalam buku antologi ini, yaitu:
Dari 243 nama
Pertemuan Perempuan Penyair Indonesia, pertama kali dan belum pernah diadakan lagi
Buku ini berisikan 276 puisi
Sirikit Syah (Surabaya), Abidah el Khaleiqy (Jombang), Raih Doktor Usai Meneliti Persoalan Perempuan dalam Puisi Posted: Tue, 2013-04-02 16:11 — gusti
YOGYAKARTA – Perempuan memiliki persoalan dan pengalaman hidup yang berbeda
dengan laki-laki dalam tiap masanya. Bagi perempuan yang kreatif, mereka menuangkan ide, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk puisi. Penyair perempuan yang merepresentasikan sosok perempuan dalam puisi menjadi penting agar dapat mengungkap keberadaan perempauan pada zamannya karena puisi merupakan ekpresi puitik dan kesadaran penyairnya. Hal itu mengemuka dalam ujian promosi doktor Dra. Rini Ratih Sri Sudaryani, M.Hum., di Fakultas Ilmu Budaya UGM, Selasa (2/4). Dari disertasinya yang meneliti kondisi persoalan perempuan dalam puisi yang dihasilkan penyair perempuan pada tahun 1920-2000. Perempuan pada tahun 1920-1942 didominasi pusisi yang menggambarkan peran perempuan di wilayah domestik sebagai istri yang mengabdi pada suami. “Perempuan pada tahun 1942-1945 mengalami tekanan sebagai perempuan terjajah tetapi sekaligus melahirkan keberanian, semangat nasionalisme dan keinginan beraktualisasi di masyarakat,” kata Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Keberadaan perempuan dalam puisi yang muncul di tahun 1945-1965 menggambarkan bahwa perempuan mulai merambah dunia pendidikan dan beraktualisasi di masyarakat. Beberapa puisi diantaranya karya dari Susy Aminah Aziz, Poppy Donggo Hutagalung, Lastri Fardani Sukarton, S.Rukiah dan Sabarjati. “Meskipun perempuan pada periode ini dilukiskan sebagai makhluk yang tidak memiliki kekuasasan karena sistem patriarkat yang masih kental tetapi perempuan ditampilkan sebagai sosok yang telah memiliki semangat nasionalies untuk memperoleh pembebasan demi kehidupan yang lebih baik,” katanya. Berbeda pada pusisi perempuan yang muncul pada tahun 1965-1980 memperlihatkan aktivitas perempuan dan eksistensi mereka di ruang publik sebagai perempuan cerdas dan mandiri yang berani melakukan perlawanan terhadap bentuk ketidakadilan. Beberapa diantranya puisi dari Toeti Heraty, Agnes Sri Hartini, Dewi Motik, Rita Oetoro, Rayani Sriwidodo, Diah Hadaning dan Upita Agustine yang banyak mengangkat tema kehidupan perempuan dan berbagai bentuk ketidakadilan seperti kekerasan dan subordinasi terhadap perempuan di masa itu. Selanjutnya, keberadaan perempuan dalam puisi tahun 1980-2000 menunjukkan adanya kesadaran perempuan di wilayah domestik dan publik serta menuntut pembebasan untuk mengaktualisasikan berbagai potensi dalam dirinya. Hal ini tampak dalam puisi karya Medy Loekito, Oka Rusmini, Dianing Widya Yudhistira, Azwina Aziz Miraza, Rayani Sriwidodo, Ulfatin ch, dan Abidah El Khaeliqy. (Humas UGM/Gusti Grehenson) 1. Abidah el Khaleiqy - Jombang 2. Akidah Gauzillah - Jakarta 3. Alina Kharisma 4. Alya Salaisha-Sinta - Purbarani Sinta Hardianti, kelahiran Jombang, tinggal di Lampung 5. Ana Westy - Kalimantan Barat 6. Ariana Pegg - Jakarta 7. Cok Sawitri - Bali 8. Dalasari Pera - Sulsel 9. D. Kemalawati - Aceh 10. Dhenok Kristianti - Yogya 11. Diah Hadaning - Jakarta 12. Dian Hartati - Bandung 13. Dianing Widya Yudhistira - Depok (kelahiran Batang) 14. Divin Nahb - Tangerang 15. Elis Tating Bardiah - Sunda (Bandung?) 16. Endang Werdiningsih - Yogyakarta (kelahiran Blora) 17. Evi Idawati - Yogyakarta 18. Fanny J. Poyk - Bali (kelahiran Bima) 19. Farra Yanuar - Bandung 20. Fatin Hamama - ??? 21. Fitriani Um Salva - Samarinda 22. Frieda Amran - Palembang 23. Hanna Fransisca (Zhu Yong Xian) - Singkawang - 24. Hanna Yohana - Hongkong (kelahiran Malang) 25. Helvy Tiana Rosa - Jakarta (kelahiran Medan) 26. Heni Hendrayani - Tasikmalaya 27. Hudan Nur - Palu (Sulteng) 28. Imelda Hasibuan - Medan 29. Inung Imtihani - Jakarta 30. Ira Ginda (Ira Pelitawati) - Jakarta 31. Kalsum Belgis - Kalimantan Selatan 32. Lina Kelana - Lamongan 33. Medy Loekito - Jakarta (kelahiran Surabaya) 34. Nadine Angelique - ??? 35. Nana Riskhi Susanti - Semarang (asal Tegal) 36. Nella S. Wulan - Bandung 37. Nenden Lilis A. - Bandung 38. Nening Mahendra - Tegal 39. Nia Samsihono - Pontianak 40. Nona G. Muchtar - Jakarta 41. Novy Noorhayati Syahfida - Bandung (kelahiran Jakarta) 42. Nurani Lely Metta Widjaja - ???? 43. Oka Rusminii - Bali 44. Pipiek Isfianti - Kudus 45. Puput Amiranti - Blitar, alumnus Sastra Inggtrs FIB Unair (isteri W Haryanto) 46. Qurrota A’yun Thoyyibah - Surabaya (ITS) 47. Ramayani Riance - Jambi 48. Ratna Ayu Budhiarti - Cianjur 49. Ratu Ayu - Cirebon 50. Rika Istianingrum - Balikpapan 51. Rini Febriani Hauri - Bogor 52. Rini Ganefa - Semarang 53. Rita Oetoro - Jakarta (?) 54. Rita Sri Hastuti - Jakarta 55. Rukmi Wisnu Wardani - Jakarta 56. Sandra Palupi - Semarang 57. Sartika Sari - Jakarta 58. Sendri Yakti - Kendari 59. Seruni Tri Padmini - Jawa Tengah 60. Shinta Miranda - Jakarta 61. Sirikit Syah - Surabaya 62. Sri Runia Komalayani - Sunda 63. Sus Setyowati Hardjono - Surakarta 64. Susy Ayu - Jakarta 65. Weni Suryandari - Bogor 66. Wiekerna Malibra - Bekasi 67. Winarti Juliet Vennin - Jatim, Surabaya? 68. Yvonne de Fretes - Jakarta (kelahiran Bali) 69. Zubaidah Djohar - Aceh