Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN GAGAL GINJAL KRONIS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Dalam Keperawatan

Dosen Pembimbing: Nunung liawati, S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun Oleh:

Kelompok 5

1. Azzahra Aulia S C1AA21024

2. Novi Putri R C1AA21102

3. Salman Al Farisi C1AA21135

4. Shifa Hanifah A C1AA21144

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang sampai saat ini masih memberikan kami nikmat iman dan
kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Gagal Ginjal
Kronis”. makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah
KMB II..
Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu
kami selama proses penyelesaian tugas kelompok mata kuliah KMB II ini
hingga selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan pada:
1. Nunung Liawati, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen pengampu mata
kuliah kewirausahaan dalam keperawatan.
2. Rekan-rekan tingkat II Program Sarjana Keperawatan yang telah
memberikan dukungan dan semangatnya kepada penulis.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan
penulis. Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap karya tulis
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Sukabumi, 13 maret 2023


Penulis

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... 2


BAB I ......................................................................................................... 4
PENDAHULUAN...................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
A. Gagal Ginjal Kronis .......................................................................... 6
1. Pengertian gagal ginjal kronis ....................................................... 6
2. Etiologi gagal ginjal kronis ........................................................... 6
3. Tanda dan gejala ............................................................................ 7
4. Klasifikasi gagal ginjal kronik ...................................................... 9
5. Penataklasanaan ............................................................................. 9
B. Hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronis ................................ 10
C. Asuhan Keperawatan ...................................................................... 12
BAB III..................................................................................................... 27
PENUTUP ................................................................................................ 27
A. Kesimpulan ..................................................................................... 27
B. Saran ............................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kerusakan ginjal yang terjadi


selama lebih dari 3 bulan, yang dimana ginjal sudah tidak bisa
mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen tetap berada dalam darah,
berbagai faktor yang mempengaruhi kerusakan serta penurunan fungsi ginjal
dapat berasal dari genetik, perilaku, lingkungan maupun proses
degenerative.Suddarth dalam (Abusiri, 2021).
ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal, umunya
pasien dengan CKD ini mengalami kerusakan nefron pada glomerulus yang
mengakibatkan diuresis osmotic disertai poliuri dan haus, selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa yang mengakibatkan produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah dan menjadi
edema (Handi Rustandi, Hengky Tranado, 2018). Pembatasan cairan dan
elektrolit perlu dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal kronik bertujuan
untuk mencegah terjadinya oedem dan komplikasi kardiovaskuler, Air yang
masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, baik melalui
urin maupun Insensible Water Loss (IWL), dengan berasumsi bahwa air yang
keluar melalui IWL antara 500-800 ml/hari (Fadhilah, 2014).
Penyakit CKD dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap sistem
tubuh diantaranya gangguan terhadap sistem kardiovaskuler yakni
meningkatkan tekanan darah. CKD juga dapat mengakibatkan vasokonstriksi
sehingga mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin (anemia) akibat dari
kurangnya kemampuan ginjal untuk menghasilkan hormon eritopoetin yang
berfungsi untuk merangsang sumsum tulang dalam memproduksi sel darah
merah (Suddarth, 2014). Selain itu CKD dapat menimbulkan gangguan pada
sistem pernapasan, sistem persyarafan, sistem urogenital, sistem pencernaan
dan sistem integumen. Selain menimbulkan gangguan pada aspek fisik, CKD
dapat juga menimbulkan gangguan psikologis, diantaranya depresi yang
memperburuk keadaan pasien (Handi Rustandi, Hengky Tranado, 2018).
Untuk menghindari masalah keperawatan cairran dan elektrolit, oleh karena
itu sangat diperlukan upaya penatalaksanaan yang adekuat dan optimal,
penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus CKD diantaranya dialisis
dan transplantasi ginjal, dialisis sendiri dilakukan untuk mencegah komplikasi
gagal ginjal yang serius.
B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan gagal ginjal kronik?


b. Apa yang dimaksud dengan etiologi GGK?
c. Apa saja tanda dan gejala dari GGK?
d. Apa saja klasifikasi GGK?
e. Apa yang dimaksud dengan hemodialisis pada pasien GGK?
f. Contoh asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian GGK


b. Untuk mengetahui etiologi GGK
c. Untuk mengetahui Tanda dan gejala GGK
d. Untuk mengetahui klasifikasi GGK
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gagal Ginjal Kronis

1. Pengertian gagal ginjal kronis


Gagal ginjal kronik disebut juga Chronic Kidney Disease (CKD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan bersifat irreversibel
dimana ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik untuk membersihkan darah
sehingga terjaidnya penumpukan limbah dan cairan di dalam darah dan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit (Rivandi &Yonata, 2015). Gagal ginjal Kronik (GGK) merupakan
suatu kondisi yang disebabkan oleh turunya fungsi ginjal yang bersifat
menahun. Gangguan fungsi ginjal terjadi disaat tubuh tidak mampu untuk
mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan serta elektrolit sehingga
menimbulkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Mailani &
Andriani, 2017) Gagal ginjal kronis yang terjadi karena penurunan kemampuan
ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. GGK
merupakan salah satu penyakit tidak menular, dimana proses pejalanan
penyakitnya membutuhkan waktu yang lama sehingga terjadi penurunan fungsi
dan tidak dapat kembali ke kondisi semula. Kerusakan ginjal terjadi nefron
termasuk pada glomerulus dan tublus ginjal, nefron yang telah mengalami
kerusakan tidak dapat kembali berfungsi normal. Ginjal berfungsi untuk
melakukan penyaringan dan pembuangan hasil metabolisme tubuh. Penurunan
kemampuan ginjal mengakibatkan terganggunya keseimbangan
cairan,penumpukan cairan dan elektrolit di dalam tubuh (C. T. Siregar & Ariga,
2020).

2. Etiologi gagal ginjal kronis


Beberapa penyakit dapat menjadi dasar kelainan terjadinya gagal ginjal
kronis, antara lain penyakit ginjal akibat diabetes (diabetic kidney
disease),penyakit ginjal polikistik (cystic kidney disease), dan penyakit
tubulointerstitial terganggu (tubulointerstitial disease). Faktor risiko terjadinya
gagal ginjal kronis adalah riwayat keluarga dengan penyakit ginjal, hipertensi,
diabetes, penyakit autoimun, usia lanjut, stadium akhir, acute kidney disease,
dan kerusakan struktur ginjal baik ada LFG yang normal atau meningkat
(Melinah Hidayat, 2018).Dari data yang dikumpulkan oleh Indonesia Renal
Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak
gagal ginjal kronis adalah glomerulonetritis (25%), diabetes mellitus (23%),
hipertensi (20%), dan ginjal polikistik (10%) ((Mailani & Andriani, 2017).
1) Glomerulonelritis berdasarkan sumber terjadinya
kelainan,glomerulonephritis dibedakan primer dan sekunder.
Glomerulonefritis primer apabila'penyakit dasarnya berasal dari ginjal
sendiri sedangkan glomerulonelritis sekunder apabila kelainan ginjal
terjadi akibat penyakit sistemik ldain seperti diabetes melitus, lupus
eritematosus sistemik (LES), mieloma multiple atau amiloidosis.
2) Diabetes melitius merupakan gangguan proses metabolisme gula darah
yang berlangsung kronik ditandai dengan tingginya kadar gula darah
yang diakibatkan oleh gangguan pengeluaraan insulin, resistensi
insulun atau keduanya (Karota & Sitepu, 2020)
3) Hipertensi, hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik > 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat
antihipertensi.
4) Ginjal polikistik, pada keadaan ini dapat ditemukan kista-kista yang
tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula. Selain oleh
karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan
atau penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang
paling sering didapatkan.

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Adapun tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh gagal
ginjal kronis (Robinson, 2014):
a. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic
percarditis, efusi pericardial, gagal jantung, edema periorbital, dan
edema perifer.
b. Pulmoner
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi
pleura,crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung,
dan sesak napas.
c. Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya anoreksia, nausea, vomiting,
inflamasi dan ulserasi pada mukosa gastrointestinal karena stomatitis,
ulserasi, dan perdarahan gusi.
d. Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur patologis,
dan kalsifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).
e. Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp.
Selain itu,biasanya juga merupakan adanya purpura, ekimosis,
petechiae, dan timbunan urea pada kulit.
f. Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropati perifer, nyeri, gatal
pada lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks
kedutan,daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat,
iritabilitas, pusing,koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukkan
adanya perubahan metabolic encephalophaty.
g. Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea, dan
gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi
sperma,peningkatan sekresi aldosterone, dan kerusakan metabolisme
karbohidrat.
h. Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trombositopenia (dampak dari dialisis), dan kerusakan platelet.
Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukkan
dengan adanya perdarahan (purpura,ekimosis, dan petechiae).

4. Klasifikasi gagal ginjal kronik


Berdasarkan perjalanan klinis, gagal ginjal kronis digolongkan menjadi
5 stadium yang ditentukan berdasarkan nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
atau Glomerulo Filtration Rate (GFR). Penderita dengan GFR lebih dari 60
cc/mnt tergolong GGK stadium 1 dan 2, menandakan kerusakan ginjal masih
ringan dan belum ada komplikasi. Namun apabila penyakit dasar yang menjadi
penyebabnya tidak dikelola dengan baik maka dalam waktu sekitar 5 tahun
akan berkembang menjadi GGK stadium 3 dan 4 atau GFR antara 15-59 cc/m2
. Selanjutnya jika GGK stadium 4 ini tidak dikelola dengan baik, dalam waktu
sekitar 10 tahun kemudian, akan berkembang menjadi gagal ginjal terminal.
Kadar GFR kurang dari 15 cc/m2 tergolong GGK stadium 5, dalam waktu
kurang dari 5 tahun diperkirakan selanjutnya akan membutuhkan dialisis
(Melinah Hidayat, 2018).

5. Penataklasanaan
penatalaksanaan GGK menurut Widayati (2017) dilakukan sebagi berikut :
a. Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
1) Peritoneal dialysis, biasanya dilakukan pada kasus - kasus emergency.
Sedangkan dialyisis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
2) Hemodialisis, Hemodialisis yaitu dialisis yang dilakukan melalui
tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin.
c. Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal

B. Hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronis

Hemodialisis adalah suatu proses yang digunakan pada pasien sakit


akutdan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga
beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau End
Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau
permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen
yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan cairan yang berlebihan.
Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu: difusi, osmosis,
dan ultrafiltrasi (Suharyanto & Madjid, 2009)
Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi
dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke cairan
dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari
semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal.
Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan,
dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh
pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat
ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai
ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanannegatif diterapkan pada alat ini sebagai
kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran cairan
(Sharyanto & Madjid, 2009)
C. Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DENGAN TINDAKAN HEMODIALISASI
DIRUANGAN HEMODIALISA

A. PENGKAJIAN
1. Indentitas pasien
Nama :Tn.D
Usia :52 tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
No Medrec :011XXX
Pekerjaan :Karyawan Swasta
Status :Menikah
Agama :Islam
Tanggal Pengkajian:13 Maret 2019
Tempat :Ruang Hemodialisis
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pasien sesak nafas
b) Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas dan merasakan bengkak diseluruh
tubuh,dan sudah dilakukan pengkajian dengan hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital yaitu TD: 130/80 MmHg,Nadi :72x/Menit,
RR:32x/menit, S:37 C,Spo2 :95%, BB :65 kg,TB:150cm, IMT :
28,8.BB pasien pada hari senin lalu 60kg.
c) Riwayat Kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan mempunyai Riwayat Hipertensi dan Diabetes
Melitus sejak 2 tahun terakhir
d) Riwayat Kesehatan keluarga
Pasien mempunyai penyakit keturun yaitu penyakit hipertensi dan
DM.dan tidak mempunyai Riwayat penyakit menular
3. Status Gizi
IMT = 28,8
Kategori Imt

1. Kurus < 17.0 kg/m2


2. Normal 17-23 kg/m2
3. Kegemukan 23-27 kg/m2
4. Obesitas >27 kg/m2

4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pasien tampak lemah kesadaran composmetris,nilai GCS
E:4v5M6.pada kondisi pasien pemeriksaan status neurologis nervus
kranialis,yaitu:
a. Nervus Cranial I pasien mampus membedakan antara bau
makanan dan obat
b. Nervus cranial II pasien dapat melihat lapang pandang secara
normal
c. Nervus cranial III pasien mampu membuka kelopak mata
d. Nervus cranial IV pasien mampu menggerakan bola mata
e. Nervus cranial V pasien mampu mengunyah dengan baik
f. Nervus cranial VI pasien mampu menggerakan bola mata kearah
lateral
g. Nervus cranial VII otot wajah pasien simetris tidk ada masalah
h. Nervus cranial VIII pasien dapat mendengar dengan baik
i. Nervus cranial IX pasien tidak ada kesulitan menelan
j. Nervus cranial X pasien dapat menelan
k. Nervus cranial XI pasien dapat menahan bahu
l. Nervus cranial XII pasien dapat menjulurkan lidah
2) Tanda-tanda Vital
TD : 130/80 MmHg RR :32x/m
N :72x/M S :37 C
Spo2 :95
3) Pemeriksaan system Pernafasan(breath)
Bentuk dada simetris,taktif fremitus kanan sama dengan kiri ,perkusi
dada rales,takipneu,Spo2 95,tidk ada batuk,tidak ada tarikan dinding
dada,tidak ada ronkhi (-/-),wheezing (-/-)
4) Pemeriksaan kardiovaskuler (Blood)
Saat pengkajian TTV pasien ditemukan TD: 130/80 MmHg, N:72x/m
,RR: 32x/m, CRT < 3 detik, tidak ada sianosis, tidak ada pembesaran
jantung.
5) Sistem Pencernaan (bowel)
Pada pemeriksaan tidak ada distensi abdomen serta bising usus normal
dengan BB awal pasien 60kg,setelah dilakukan hemodialisis
65kg,pasien mengalami mual muntah dan tidak nafsu makan (1/2 porsi).
6) System perkemihan (bladder)
Pada pemeriksaan BAK pasien sedikit (-+ 50cc) tiap BAK dan kuning
agak pekat serta tidak begitu jernih.dan pasien masih banyak minum (-
+ 1500 ml)/24 jam karena masih merasa kehausan,oliguria.
7) Sistem Muskuluskeletal dan integument(bone)
Pada pemeriksaan muskuluskeletal tidak didapatkan kekuatan otot yang
terganggu saat dilakukan pengkajian kulit terlihat pucat, ujung
ekstremitas teraba dingin,CRT < 3 detik,tidak ada luka bakar,adanya
edema anarsaka (bengkak seluruh tubuh),pasian tampak lelahdan
aktivitas terbatas.
5. Data Penunjang
NO Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1 Hemoglobin 9,1 g/dl 11,7-15,5 g/dL


2 Hematokrit 28% 33-45%
3 Leukosit 16,9ribu/UI 5,0-10,0
4 Trombosit 275 ribu/UI 150-440
5 Eritrosit 3 juta/UL 3,80-5,20
6 Albumin 2,30 g/dL 3,40-4,80 g/DL
7 Ureum 81 20-40
8 Creatinin 2,3 0,6-1,5
9 LED 79,0 mm 0,0-20,0 mm

6. Nama Obat
NO Nama Obat Dosis Rute

1 Bicnat 3x1 Oral


Asam folat 3x1 Oral
Vit b 12 3x1 Oral
CaCO3 3x1 Oral
Amlodipin 3x1 Oral
Valsartan 1x4mg Injeksi
Flumucyl 3x1 scht Oral
Nebulizer(Bisolvon) 3x1
Spironolactone 1x1 tab Oral
Codein 2x10 mg Injeksi
Simvastatin 1x1 tab Oral
7. Analis data

Data/faktor resiko Etiologi Masalah

Ds : Penimbunan sampah
- Pasien mengeluh sesak metabolik
Pola nafas tidak
napas
efektif
Do : Toksik & ureum
(D.0005)
- Pola napas takipneu meningkat pada ronggo
- Spo2 95% pleura dan paru
- RR 32x/mnt
Sesak,nyeri dada
Ds :
- Pasien mengeluh sesak
napas
Retensi cairan

Do :

- Edema anasarka Produksi urin menurun


- Konjungtiva anemis
- Balance cairan
Edema
Intake cairan - output Hipervolemi
cairan = (D.0022)
IWL = 15 x 60(bb)=900
cc
Output cairan = 900 +50
=950 cc
Jadi,intake cairan – output
cairan = 1500-950 =550
cc
Ds
- Pasien mengatakan
sedikit BAK
Retensi cairan

Do

- Ouput cairan 50 Produksi urin menurun


cc/BAK
- Intake cairan 1500cc/24 Gangguan eliminasi
Oliguri
jam urin
- Balance cairan: (D.0040)
Intake cairan - output
cairan =
IWL = 15 x 60(bb)=900
cc
Output cairan = 900 +50
=950 cc
Jadi,intake cairan – output
cairan = 1500-950 =550
cc

Ds :
Retensi produk sisa
- Pasien mengatakan
mual dan muntah

uremia
Nausea
Do :
(D.0005)
- Pasien tampak mual
- tidak nafsu makan peradangan mukosa

- makan ½ porsi dari saluran cerna

porsi yang diberikan

mual ,muntah,anoreksi
Ds : Nefron rusak

- pasien mengatakan
aktivitasnya terganggu Eritpoetin menurun
Intoleransi aktivitas
Do: b.d kelemaha
anemia
- pasien tampak kelelahan (D.0056)

kelemahan umum

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (D.0005)
2. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi (D.0022)
3. Gangguan eliminasi urin b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d
infeksi ginjal dan saluran kemih (D.0040)
4. Nausea b.d gangguan biokimiawi (urenia) (D.0076)
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (I.01011)
tidak efektif asuhan keperawatan Observasi
b.d hambatan selama 2x24 jam 1. Monitor pola napas
upaya nafas diharap pola napas 2. Monitor bunyi napas
(D.0005) membaik dengan tambahan
kriteria hasil :
Terapeutik
1. Dispenea dari 1. Posisikan semi-fowler atau
meningkat menjadi fowler
menurun 2. Berikan minum hangat
2. Frekuensi napas
Dukungan ventilasi (I.01002)
dari memburuk
menjadi membaik Observasi

L.01004 1. Monitor status resfirasi dan


oksigenasi

Edukasi

1. Ajarkan melakukan teknik


relaksasi napas dalam

2 Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia


b.d gangguan tindakan (1.03114)
mekanisme keperawatan selama Observasi
regulasi 1x4 jam diharapkan 1. Periksa tanda gejala hipervolemi
(D.0022) keseimbangan cairan (dyspnea, edema,
meningkat suara nafas tambahan)
(L.03020) 2.Identivikasi penyebab
1.Asupan cairan hipervolemia
meningkat 3.Monitor status hemodinamik
2. Edema menurun (tekanan darah, MAP)
3.Tekanan darah 4. Monitor intake dan output cairan
membaik Terapeutik :
4.Membrane mukosa 5.Timbang berat badan setiap hari
membaik saat waktu yang
5. Turgor kulit sama
membaik 6. Batasi asupan cairan dan garam
Edukasi :
6. Berat badan 1. Ajarkan cara membatasi cairan
membaik Manajemen Hemodialisis
(I.03112)
1. Identifikasi kesiapan
hemodialysis (mis. TTV,
berat badan kering, kelebihan
cairan)
3. Melakukan prosedur dialisis
dengan prinsip aseptic
4. Atur filtrasi sesuai kebutuhan
penarikan
kelebihan cairan
5.Monitor tanda vital dan respons
selama dialysis
6.Hentikan hemodialisis jika
mengalami kondisi
yang membahayakan (pasien
mengalami
hipertermi & menggigil)
7. Ajarkan pembatasan cairan
8.Kolaborasi pemberian heparin
2000

3 Gangguan Setelah dilakukan Managemen Eliminasi Urine


eliminasi urin asuhan keperawatan (I.04152)
b.d penurunan selama 2x24 jam Observasi
kapasitas diharap eliminasi urin 1. Monitor eliminasi urine
kandung membaik dengan (mis.frekuensi,kosistensi,aroma
kemih d.d kriteria hasil : ,volume dan warna)
infeksi ginjal
dan saluran 1. Frekuensi BAK dari 2. Identifikasi tanda dan gejala
kemih memburuk menjadi retensi urine
(D.0040) membaik Terapeutik
2. Karakteristik urine 1. Catat waktu dan haluaran
dari menurun berkemih
menjadi meningkat 2. Batasi asupan cairan,jika perlu
L.04034 Edukasi
1. Anjurkan minum yg cukup
2. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu
4 Nausea b.d Setelah dilakukan Manajemen mual
gangguan tindakan Observasi
biokimiawi keperawatan selama 1.Identifikasi penyebab mual
(urenia) 1x4 jam diharapkan 2. Monitor mual
(D.0076) tingkat nausea 3.Indentifikasi dampak mual
menurun terhadap kualitas hidup(misalnya
(L.08065) nafsu makan,aktivitas
1. Nafsu makan kinerja,tanggung jawabperan,dan
meningkat tidur)
2. Keluhan mual
menurun Terapeutik :
3. Perasaan mual 1. Kurangi penyebab mual
menurun 2. Anjurkan pasien untuk makan
4. Pucat membaik hangat
3. Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
Edukasi :
1. Anjurkan istirahat yang cukup
2.anjurkan sering membersihkan
mulut,kecuali jika merangsang
mual

5 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi (I.05178)


aktivitas b.d asuhan keperawatan Observasi
kelemahan d.d selama 2x24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi
gangguan diharap diharap tubuh yg mengakibatkan
metabolik toleransi aktivitas kelelahan
(D.0056) meningkat dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan
kriteria hasil : emosional
1. Keluhan lelah dari 3. Monitor pola jam tidur
meningkat menjadi Terapeutik
menurun
1. Sediakan lingkungan nyaman
2. Tekanan darah
dan rendah stimulus (mis.
memburuk menjadi
cahaya, suara, kunjungan)
menajdi membaik
2. Lakukan rentang gerak pasif
3. Frekuensi nafas dari
dan aktif
memburuk menjadi
Edukasi
membaik
1. Anjurkan tirah baring
L.05047
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Dx Implementasi Evaluasi

1 Pola nafas tidak efektif  Memonitor Pola nafas S :Pasien mengatakan sesak berkurang
b.d hambatan upaya (takipnea/dispnea) O:
nafas (D.0005)  Memonitor bunyi nafas tambahan - Takipnea berkurang
 Memposisikan semi fowler atau - Frekuensi nafas membaik
fowler A: Masalah teratasi
 Memberikan minuman hangat
P: Intervensi dihentikan
 Mengajarkan teknik relaksasi npas
dalam

2 Hipervolemia b.d  Memeriksa tanda gejala S : Pasien mengatakan sesak nafas


gangguan mekanisme hypervolemia (Dispnea,edema dan berkurang
regulasi (D.0022) suara nafas tambahan) O:
 Mengidentifikasi penyebab - asupan cairan menurun
hypervolemia - edema anarsaka berkurang
 Memonitor intake dan output cairan
 Membatasi asupan cairan dan garam - TD : 130/80 MmHg, N :
 Mengajarkan cara membatasi cairan 72x/m,RR :32x/m ,S : 37 C,
 MengIdentifikasi persiapan Spo2 : 95
hemodialisis(TTV,BB - BB saat HD 60kg setelah HD 65
kurang,kelebihan cairan) kg
- Balance cairan :
Intake cairan - output cairan =
IWL = 15 x 60(bb)=900 cc
Output cairan = 900 +50 =950 cc
Jadi,intake cairan – output cairan
= 1500-950 =550 cc

A: masalah hypervolemia belum


teratasi

P : Intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

3 Gangguan eliminasi urin  Memonitor eliminasi urine S : pasien merasa kehausan


b.d penurunan kapasitas  Mencatat waktu dan haluaran O:
kandung kemih d.d berkemih - Bak sedikit (50 cc)
infeksi ginjal dan saluran  Membatasi asupan cairan - Intake cairan +-1500cc/24jam
kemih (D.0040)  Menganjurkan minum yang cukup - Balance cairan :
 Menganjurkan mengurangi minum - Intake cairan - output cairan =
menjelang tidur IWL = 15 x 60(bb)=900 cc

Output cairan = 900 +50 =950 cc

Jadi,intake cairan – output


cairan = 1500-950 =550 cc

A: Masalah belum teratasi

P :Inervensi masih dilanjutkan

4 Nausea b.d gangguan  Mengidentifikasi penyebab mual S : Pasien mengatakan sudah tidak ada
biokimiawi (urenia)  Memonitor mual mual
(D.0076)  Mengidentifikasi dampak mual O:
terhadap kualitas hidup (mis.nafsu - Nafsu makan membaik
makan,aktifitas kinerja,tanggung - Pasien tidak tampak mual
jawab peran,dan tidur) - Pasien tidak tampak pucat

 Menganjurkan pasien makan- A: masalah nausea teratasi


makanan hangat
 Memberikan makanan dalam jumlah P :intervensi dihentikan
kecil dan menarik

5. Intoleransi aktivitas b.d  Mengidentifikasi gangguan tubuh S : Pasien mengatakan tidak kelelahan
kelemahan d.d gangguan yang mengakibatkan kelelahan dan aktifitas membaik
metabolik (D.0056)  Memonitor kelelahan fisik dan O : pasien tidak tampak kelelahan
emosional A :Masalah intoleransi aktifitas
 Memberikan aktifitas distraksi yang teratasi
menyenangkan P :Intervensi dihentikan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal ginjal kronik disebut juga Chronic Kidney Disease (CKD)


merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan bersifat irreversibel
dimana ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik untuk membersihkan darah
sehingga terjaidnya penumpukan limbah dan cairan di dalam darah dan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Faktor risiko terjadinya gagal ginjal kronis adalah riwayat keluarga
dengan penyakit ginjal, hipertensi, diabetes, penyakit autoimun, usia lanjut,
stadium akhir, acute kidney disease, dan kerusakan struktur ginjal baik ada LFG
yang normal atau meningkat. Berdasarkan perjalanan klinis, gagal ginjal kronis
digolongkan menjadi 5 stadium yang ditentukan berdasarkan nilai Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) atau Glomerulo Filtration Rate (GFR). Penderita dengan
GFR lebih dari 60 cc/mnt tergolong GGK stadium 1 dan 2, menandakan
kerusakan ginjal masih ringan dan belum ada komplikasi.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharap para pembaca dapat mengetahui


dan memahami tentang gagal ginjal kronik (GGK),sehingga merasa bahwa
materi ini tidak perlu dipahami lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA

(Abusiri, 2021)Abusiri. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D


DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA SERVIKS + CKD + ANEMIA DI RUANG
E2 RSPAL Dr. RAMELAN SURABAYA. Pesquisa Veterinaria Brasileira,
26(2), 173–180. http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf
SDKI, T.P.P (2017).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (li). Dewan
pengurus pusat.
SIKI, T.P.P (2017).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (li). Dewan
pengurus pusat.
SLKI, T.P.P (2017).Standar Luaran Keperawatan Indonesia (li). Dewan
pengurus pusat.

Anda mungkin juga menyukai