Anda di halaman 1dari 2

Perbedaan Audit Syariah dan Review Syariah

Oleh Euis Rifa Nursalamah


Mahasiswi STEI SEBI
Email : nursalamahrifa@gmail.com

Kepatuhan dalam industry perbankan syariah dianggap sebagai ujung tombak


dalam memastikan kesesuaian kegiatan-kegiatan operasional bank terhadap prinsip
dan aturan syariah. Untuk mengawasi produk dan layanan agar sesuai dengan syariah
tersebut, maka diperlukannya komite syariah (ShC) selaku korporasi mekanisme tata
kelola di bank syariah. Selain itu, terdapat review syariah dan audit syariah yang
berperan bersama untuk mencapai tujuan yang sama yakni memastikan lembaga
keuangan islam (IFI), termasuk bank islam memenuhi persyaratan syariah.
Menurut Bank Negara Malaysia (BNM), review syariah mengacu pada fungsi yang
melakukan penilaian berkala atas kepatuhan operasi, bisnis, urusan, dan kegiatan LKI
dengan persyaratan syariah. Fungsi dari review syariah itu sendiri adalah untuk
mengidentifikasi, menilai, dan memantau kepatuhan operasi dan kegiatan bisnis IFI
dengan persyaratan syariah. Jika terdapat adanya masalah dan ketidakpatuhan syariah
(SNC) maka review syariah harus melaporkan kepada Dewan Direksi (BOD), ShC, dan
manajemen senior secara berkala.
Sementara itu, audit syariah mengacu pada fungsi yang memberikan penilaian
independent atas kualitas dan efektifitas pengendalian internal IFI, sistem manajemen
risiko, proses tata kelola, serta kepatuhan seluruh operasi IFI, bisnis, urusan, dan
kegiatan dengan syariah. Menurut tata kelola syariah, audit syariah harus menetapkan
metodologi audit yang digunakan untuk menilai profil risiko, menghasilkan rencana
audit, menetapkan program audit yang terdokumentasi, dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada direksi dan ShC melalui laporan audit.
Perbedaan antara audit syariah dan review syariah dapat dilihat dari beberapa
aspek. Aspek yang pertama yakni dilihat dari segi perannya. Peran review syariah
kurang lebih sama seperti peran dari departemen kepatuhan, yakni untuk memastikan
bahwa bank setiap saatnya mematuhi persyaratan syariah. Namun, dalan perspektif
audit syariah, tim audit memeriksa dan atau mengaudit pasca-acara, yang mana ketika
bisnis telah selesai, proyek telah selesai maka disitulah terjadinya pengauditan.
Dengan kata lain, review syariah dilakukan sebelum proses bisnis, dan audit syariah
dilakukan setelah terjadinya suatu bisnis,
Berdasarkan pernyataan diatas, bisa lebih dispesifikasikan bahwa review syariah
berperan untuk memeriksa apakah bank syariah sudah memenuhi prinsip syariah.
Sedangkan audit syariah berperan lebih pada pengendaalian internalnya, yang mana
apakah pengendalian internal tersebut sudah cukup kuat untuk memastikan tidak
adanya masalah SNC.
Aspek pembeda antara audit syariah dan review syariah adalah dilihat dari
pedoman dan metodologinya. Dalam hal tersebut, audit syariah mengikuti pedoman
yang diberikan oleh Shariah Governance Framework (SGF) dan Institut auditor internal
(IIA) dalam menjalankan perannya. Sedangkan review syariah tidak ada pedoman
ataupun standar khusus yang digunakan. Hal tersebut disebabkan karena audit syariah
merupakan sebuah profesi. Sehingga dalam menjalankan prosesnya audit syariah
mematuhi standar tertantu. Sedangkan review syariah merupakan sebuah fungsi.
Sehingga dalam menjalankan proses agar sesuai dengan tujuannya didasarkan pada
apa yang diaggap baik oleh mereka.
Mengenai metodologi yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya, audit
syariah sepenuhnya bergantung pada SGF, yakni standar yang dikeluarkan dan
diedarkan oleh Bank Syariah dan standar IIA. Sedangkan review syariah cenderung
berfokus pada aspek kepatuhan syariahnya saja. Sehingga dalam aspek metodolgi ini,
audit syariah lebih sistematis dan terstuktur perencanaannya dibandingkan dengan
review syariah.
Aspek ketiga sebagai pembeda antara audit syariah dan review syariah adalah
lingkup tugas. Menurut HIBA-IBS, cangkupan review syariah jauh lebih sempit karena
hanya berfokus pada mikro dan membatasi ruang lingkupnya hanya untuk kepatuhan
syariah dan kepatuhan persyaratan syariah saja. seperti melihat produk dan prosesnya
dengan tanpa melihat entitasnya. Sedangkan Audit syariah ruang lingkupnya diluar dari
review syariah. Seperti mencari solusi bagaimana memitigasi risiko kredit, risiko
operasional, risiko pasar pada aktivitas, dan focus pada islam juga.
Aspek selanjutnya yakni dilihat dari segi teknologi yang digunakan dalam
menjalankan perannya. Audit syariah cenderung menggunakan perangkat lunak
khusus untuk memudahkan audit seperti teknologi savvy. Sedangkan review syariah
hanya bergantung pada pendekatan manual, terutama dalam memilih sampel mereka.
Aspek pembeda selanjutnya yakni indenpendensi dan jalur pelaporan. Salah satu
aspek penting yang membedakan antara audit syariah dan review syariah adalah
indenpendensi dan jalur pelaporan. Indenpensi itu sendiri merupakan suatu keadaan
atau posisi yang mana kita tidak terikat oleh pihak manapun. Menurut ShC-DFI, audit
syariah lebih cenderung indenpenden daripada review syariah. Hal tersebut
dikarenakan audit syariah masih bisa mengaudit SH meski harus menyerahkan laporan
audit tersebut kepada mereka. Dalam hal jalur pelaporan, audit syariah melapor
langsung kepada direksi dan secara tidak langsung juga melaporkan ke ShC. Sedangkan
review syariah langsung melapor ke ShC, dan pada saat atau waktu yang sama juga
melaporkan hal-hal administrative kepada manajemen maupun direksi.
Aspek pembeda terakhir yaitu dilihat dari segi kualifikasi petugas. Menurut Bank
Negara Malaysia, audit syariah harus dilakukan oleh auditor internal yang tidak hanya
memiliki pengetahuan yang diperlukan pada persyaratan syariah yang berlaku untuk
bisnis keuangan islam saja, akan tetapi diperlukannya sikap professional yang
memenuhi syarat dalam keuangan islam dan hubungan dagang (muammalat).
Sedangkan review syariah harus dilakukan oleh petugas syariah yang memiliki gelar
dibidang syariah, seperti kajian ushul fiqih dan fiqih muammalat.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya audit syariah
dan review syariah memainkan perannya masing-masing dengan memberikan jaminan
kepada pemangku kepentingan bahwa semua bisnis dan operasi bank syariah sesuai
dengan prinsip syariah.

Sumber : Review Jurnal “A Comparative Between Shariah Audit and Shariah Review in
Islamic Banks in Malaysia : Practitioners Perspective” oleh Mohd Rushdan Yasoa, Wan
Amalia Wan Abdullah, Wan Amalia Endut, Tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai