07 - Panduan Ham (Lampiran)
07 - Panduan Ham (Lampiran)
BAB I DEFINISI......................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP..........................................................................................2
BAB III TATA LAKSANA............................................................................................6
BAB IV DOKUMENTASI............................................................................................25
BAB V PENUTUP......................................................................................................27
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR : 306-SK/DIR-RSIAP/VIII/2018
TANGGAL : 25 Agustus 2018
BAB I
DEFINISI
A. Pengertian
High alert medication atau obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat-
obatan yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius
(sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome). Seperti obat-obat LASA (Look Alike Sound
Alike)/NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip), obat dengan konsentrasi tinggi
(High Concentrate), obat dengan indeks terapi sempit, obat sitotoksik.
B. TUJUAN
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit/fasilitas kesehatan lainnya
mengenai kebijakan manajemen dan pemberian obat-obatan yang tergolong
dalam kategori high alert medication (obat-obatan dengan pengawasan).
2. Meningkatkan kewaspadaan akan high alert medication sehingga
meningkatkan keselamatan pasien.
3. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan meminimalisasi
terjadinya kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan potensi risiko
terhadap pasien.
A. KEBIJAKAN
1. High alert medication memiliki risiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan
komplikasi, efek samping atau bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya
rentang dosis terapeutik dan keamanan yang sempit atau karena insiden
yang tinggi akan terjadinya kesalahan.
2. Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi seperti:
a. Menyediakan akses informasi mengenai high alert medication
b. Membatasi akses terhadap high alert medication
c. Menggunakan label dan tanda ‘peringatan’ untuk high alert medication :
1) Label high alert berwarna merah berbentuk segiempat dengan tulisan
“HIGH ALERT” berwarna putih. Label high alert berbentuk segiempat
ditempelkan pada obat-obat yang bukan berbentuk ampul atau untuk
botol infus, sedangkan untuk obat ampul diberikan label berbentuk
bulat berwarna merah tulisan putih.
2) Obat-obat dengan kategori LASA/NORUM diberi label berbentuk
segiempat berwarna kuning dengan tulisan hitam untuk obat-obat yang
bukan berbentuk ampul, sedangkan untuk obat ampul diberikan label
berbentuk bulat berwarna kuning tulisan hitam.
d. Penyimpanan terpisah dari obat-obatan lain, untuk obat dengan kategori
LASA/NORUM harus diatur untuk memisahkan obat-obatan tersebut
dengan diberi jarak/diseling dengan obat lain.
e. Obat High Concentrate dipisahkan di tempat tersendiri dan diberi tanda
dengan jelas. Wadah dan area penyimpanan diberi tanda warna merah
yang jelas yang dapat membedakan dengan obat lain.
f. Melakukan prosedur pengecekan ganda, untuk obat-obat tertentu
3. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan
ditinjau ulang dalam audit dan revisi high alert medication oleh panitia farmasi
dan terapi.
B. PRINSIP
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi jumlah high alert medication yang disimpan di suatu unit
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
c. Hindarkan penggunaan high alert medication sebisa mungkin
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip
b. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
c. Batasi akses terhadap high alert medication
d. Gunakan tabel dosis standar (daripada menggunakan dosis perhitungan
berdasarkan berat badan/fungsi ginjal, di mana rentan terjadi kesalahan)
A. PERESEPAN
1. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert medication.
2. Instruksi ini harus mencakup minimal:
a. Nama pasien dan nomor rekam medis
b. Tanggal dan waktu instruksi dibuat
c. Nama obat, dosis, jalur pemberian dan tanggal pemberian setiap obat
d. Kecepatan dan atau durasi pemberian obat.
3. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi dan indikasi penggunaan setiap
high alert medication secara tertulis. Jika memungkinkan, peresepan high
alert medication haruslah terstandarisasi dengan menggunakan instruksi
tertulis/tercetak.
C. PEMBERIAN OBAT
1. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-check) terhadap
semua high alert medication sebelum diberikan kepada pasien.
2. Pengecekan ganda terhadap high alert medication
a. Tujuan: identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau
pengecekan ganda oleh petugas kesehatan lainnya (sebagai orang
kedua) sebelum memberikan obat dengan tujuan meningkatkan
keselamatan dan akurasi.
b. Kebijakan:
1) Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan high alert
medication tertentu/spesifik dan disaat pelaporan pergantian jaga
atau saat melakukan transfer pasien.
2) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau
pada catatan pemberian medikasi pasien.
3) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang
berwenang untuk menginstruksikan, meresepkan atau memberikan
obat-obatan, antara lain: bidan, perawat, ahli farmasi dan dokter.
4) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang,
teknisi, atau perawat lainnya. (petugas tidak boleh sama dengan
pengecek pertama)
5) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda/verifikasi
oleh orang kedua dilakukan pada kondisi-kondisi seperti berikut:
Setiap akan memberikan injeksi obat untuk infus:
a) Saat terapi inisial
b) Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
c) Saat pemberian bolus
d) Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
e) Setiap terjadi perubahan dosis obat
6) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari
dokter.
Obat-obatan
Heparin
Insulin
Infus Magnesium sulfat pada pasien obstetric
Infus kateter saraf epidural dan perifer
Obat-obatan
Infus benzodiazepine
Infus opioid
Infus epidural
Infus kateter saraf perifer
Obat-obatan yang Memerlukan Pengecekan Ganda jika Terdapat Perubahan Dosis/Kecepatan Pemberian
Obat-obatan
Epoprostenol
Treprostinil
Infus bensodiazepin
Infus opioid, epidural
Heparin
3. Insulin IV
a. Singkatan ‘u’ untuk ‘unit’ tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan
singkatan.
b. Infus insulin: konsentrasi standar = 1 unit/ml, berikan label ‘high alert’ ,
ikuti protokol standar ICU
c. Vial insulin yang telah dibuka memiliki waktu kadaluarsa dalam 30 hari
setelah dibuka.
d. Vial insulin disimpan pada tempat terpisah di dalam kulkas dan diberi
label.
e. Pisahkan tempat penyimpanan insulin dan heparin (karena sering
tertukar)
f. Jangan pernah menyiapkan insulin dengan dosis U100 di dalam spuit 1 cc,
selalu gunakan spuit insulin (khusus)
g. Lakukan pengecekan ganda
h. Perawat harus memberitahukan kepada pasien bahwa mereka akan
diberikan suntikan insulin.
i. Distribusi dan penyimpanan vial insulin dengan beragam dosis:
1) Simpan dalam kulkas secara terpisah dan diberi label yang tepat
2) Semua vial insulin harus dibuang dalam waktu 30 hari setelah dibuka
(injeksi jarum suntik). Tanggal dibuka/digunakannya insulin untuk
pertama kali harus dicatat pada vial.
d. Konsentrasi standar:
1) Morfin : 1 mg/ml
2) Fentanil (penggunaan ICU): 10 mcg/ml
e. Konsentrasi tinggi: (berikan label ‘konsentrasi tinggi’)
1) Morfin : 5 mg/ml
2) Hidromorfin : 1 mg/ml (lima kali lebih poten
dibandingkan morfin)
3) Fentanil (penggunaan ICU): 50 mcg/ml
f. Instruksi penggunaan narkose harus mengikuti Kebijakan Titrasi.
g. Pastikan tersedia nalokson atau sejenisnya di semua area yang terdapat
kemungkinan menggunakan morfin
h. Tanyakan kepada semua pasien yang menerima opiate mengenai riwayat
alergi
i. Hanya gunakan nama generik
j. Jalur pemberian epidural:
Berikan label pada ujung distal selang infus epidural dan selang infus IV
untuk membedakan.
k. Jika diperlukan perubahan dosis, hubungi dokter yang bertanggung jawab
l. Lakukan pengecekan ganda
1. Penyimpanan
a. Elektrolit pekat dibatasi di ruang dengan kriteria ‘critical ill’ yakni:
1) IGD
2) Instalasi Farmasi
3) Kebidanan
KETENTUAN KHUSUS
b. Prosedur Pemberian
1) Digunakan untuk pencegahan dan pengendalian terhadap seizure
pada toxemia pregnancy, nefritis akut dan kondisi lainnya.
2) Rute pemberian secara intravena atau intramuskular.
3) Untuk injeksi intravena, sebaiknya menggunakan konsentrasi di bawah
20%, laju injeksi tidak melebihi 1,5 ml dari larutan atau ekuivalen 10%
per menit. Untuk injeksi intamuskular, konsentrasi 25 atau 50% sesuai
bagi dewasa sedangkan pengenceran 20% diperlukan bagi bayi dan
anak.
4) Administrasi larutan konsentrat dilakukan menggunakan infusion
pumps. Alat-alat infus lainnya memerlukan perhatian khusus, seperti
penghitungan laju infus.
5) Larutan intravena diencerkan sampai 200 mg/ml.
6) Laju infus tidak lebih dari 150mg/menit kecuali pada severe eclampsia.
c. Labelling
Label tambahan yang perlu diberikan pada kemasan magnesium sulfat :
d. Penyimpanan
Injeksi magnesium sulfat disimpan pada suhu ruang dan terlindung
dari suhu >40oC dan terhindar dari proses pembekuan. Proses refrigerasi
ampul dapat mencegah presipitasi dan kristalisasi. Penyimpanan high
alert drug seperti magnesium sulfat dipastikan berada pada tempat yang
tidak mudah untuk dijangkau dengan disertai informasi aturan
penggunaan dan pengadministrasian.
Pada konsentrasi 40 g/L dalam 5% dekstrosa dalam air, magnesium
sulfat stabil selama 60 hari pada suhu 0oC.
e. Monitoring (Pemantauan)
1) Penggunaan elektrolit konsentrat memerlukan perhatian khusus,
termasuk persyaratan permintaan yang terbatas dan perlunya
penyimpanan serta dokumentasi yang jelas.
2) Membutuhkan protokol khusus dalam penggunaan magnesium sulfat.
3) Check dan re-check dilakukan khususnya pada penghitungan dosis
dengan memperhatikan dosis maksimum sehari.
4) Perlu pengawasan khusus oleh petugas medis, terutama pada 1 jam
pertama pemberian magnesium sulfat.
2. NACL 3% INFUS
a. PENYIAPAN DAN STABILITAS
1) Larutan hipertonis NaCl 3% dapat langsung digunakan.
2) Penambahan obat atau zat lain ke dalam larutan tidak
direkomendasikan.
3) Stabil pada suhu ruang
c) Kompatibilitas.
Kompatibel dengan D5W, D10W dan ringer laktat, kombinasi
dekstrosa/ringer, kombinasi dekstrosa/ringer laktat, kombinasi
dekstrosa/ NaCl 0.9%, 1/6 M Na laktat.
c. KONTRAINDIKASI
Larutan hipertonis NaCl 3 % tidak boleh digunakan pada pasien dengan
kadar serum natrium yang normal, pasien dengan retensi cairan atau
hipernatremia.
d. PERHATIAN
1) Pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF), sirosis hati, gagal ginjal
parah, obstruksi saluran kemih.
2) Pasien yang mengkonsumsi obat yang dapat menyebabkan retensi
natrium seperti glukokortikoid dan kortikotropin.
e. MONITORING
b. Cara Penyimpanan
Larutan sebaiknya disimpan pada suhu ruangan yang terkontrol dan
digunakan hanya jika berwarna bening.
c. Monitoring
Pengukuran kalium dalam plasma secara kontinu diperlukan untuk
menentukan apakah pemberian infus dibutuhkan serta untuk menghindari
terjadinya hiperkalemia yang biasanya terjadi pada gangguan fungsi ginjal.
Pemberian kalium klorida dilakukan berdasarkan anjuran dari spesialis dan
dilakukan monitoring EKG pada kasus yang berat, serta diperlukan perhatian
khusus pada pasien dengan gangguan ginjal.
e. Peringatan
Hindari penggunaan rutin. Terapi ini juga beresiko tinggi untuk
menyebabkan hiperkalemia. Dapat menyebabkan toksisitas kardiak pada
infus cepat.
f. Informasi Tambahan
KCl kompatibel secara fisik dengan ceftazidime. Penambahan KCl pada
larutan manitol 20 atau 25% larutan dapat menyebabkan endapan manitol.
KCl injeksi 80 mEq/L ditambahkan dengan dekstrosa 5% dalam air dalam
botol gelas menghasilkan endapan yang mengandung silika dan alumina.
Perlakuan yang baik diperlukan ketika dilakukan penambahan KCl ke larutan
infus, baik dalam wadah fleksibel maupun dalam botol. Penambahan KCl
pada larutan infus tergantung posisi penggunaan, khususnya pada wadah
fleksibel, hasil dalam penyatuan KCl dan bolus dari obat yang diberikan ke
pasien, dengan konsekuensi yang serius atau bahkan fatal. Percobaan untuk
mencampurkan KCl dalam wadah kontainer dengan baik dengan cara
menekan wadah dalam posisi tergantung tidak berhasil. Direkomendasikan
obat telah dicampurkan dengan larutan dalam wadah fleksibel ketika dalam
posisi injection arm pada wadah paling atas. Pada botol dan wadah fleksibel
inversi dan pergejolakan yang diulang dan berlanjut diperlukan untuk
mendapatkan campuran yang sempurna.
5) Monitoring
BAB IV
DOKUMENTASI
BAB V
PENUTUP
Demikian panduan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin.
Ditetapkan di Bogor
Pada Tanggal 25 Agustus 2018