Referat Nafld Interne
Referat Nafld Interne
Preseptor :
dr. Hj. Yunita, Sp.PD. FINASIM
Disusun Oleh :
Fajrian Alwi 2210070200095
Fuji Lestari Kursiussamawati 2210070200070
Adella Aprilia 2210070200100
Winda Sulastri 2210070200149
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkat
alcoholic fatty liver disease (NAFLD)”. Penulisan referat ini diharapkan berguna
referat ini tepat waktu demi memenuhi tugas kepaniteraan klinik. Penulis
pemilihan kata, dan proses pengetikan karena masih dalam tahap pembelajaran.
Saran dan kritik yang membangun tentu sangat penulis harapkan untuk
Akhir kata, semoga referat ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan...............................................................................................2
BAB II Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD).............................................3
2.1 Definisi.................................................................................................................3
2.2 Epidemiologi.......................................................................................................3
2.3 Etiopatogenesis...................................................................................................4
2.3.1 Hubungan obesitas dengan NAFLD (Non-alcoholic fatty liver disease)...........7
2.3.2 Hubungan Dislipidemia dengan NAFLD (Non-alcoholic fatty liver disease)....8
2.3.3 Hubungan Diabetes Melitus Tipe II dengan NAFLD (Non-alcoholic fatty liver
disease)....................................................................................................................10
2.4 Diagnosis............................................................................................................13
2.4.1 Anamnesis.......................................................................................................13
2.4.2 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................13
2.4.3 Pemeriksaan penunjang...................................................................................13
2.5 Komplikasi..........................................................................................................17
2.6 Tatalaksana.........................................................................................................18
2.6.1 Terapi non Farmakologis...............................................................................18
2.6.2 Terapi Farmakologis........................................................................................19
BAB III PENUTUP..............................................................................................25
3.1 Kesimpulan........................................................................................................25
3.2 Saran..................................................................................................................25
iii
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Prevalensi NAFLD pada populasi umum dan populasi dengan faktor
risiko di negara Asia Pasifik....................................................................................7
Tabel 2 Farmakologi NAFLD................................................................................25
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Hipotesis “multiple hit” pada Patogenesis NAFLD................................5
Gambar 2 Etiologi NAFLD......................................................................................6
Gambar 3 Hubungan Diabetes Melitus Tipe II dengan NAFLD (Non-alcoholic
fatty liver disease)..................................................................................................10
Gambar 4 Pencitraan ultrasonografi NAFLD........................................................14
Gambar 5 CT Scan NAFLD...................................................................................16
Gambar 6 MRI NAFLD.........................................................................................17
Gambar 7 Komplikasi NAFLD..............................................................................18
vi
DAFTAR SINGKATAN
RE : Retikulum endoplasma
TG : Trigliserida
UDCA : Ursodeoksikolat
USG : Ultrasonografi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
untuk kondisi yang ditandai dengan bukti steatosis hati pada pencitraan atau
histologi.1 NAFLD merupakan penyebab utama penyakit hati dengan insiden yang
utama NAFLD seperti obesitas, diabetes melitus, dan dislipidemia di Asia telah
prevalensi ini dapat meningkat sampai dengan 58% pada seseorang yang
negara Timur Tengah dan Amerika Selatan sekitar 30% dan prevalensi di Asia
mencapai 29,6%.3 Prevalensi NAFLD di Indonesia sebesar 30,6% dan lebih tinggi
gejala hanya sebagian kecil yang menunjukkan gejala seperti kelelahan, malaise,
rasa tidak nyaman pada perut bagian kuadran kanan atas, dan hepatomegali.
NAFLD paling sering didiagnosis secara tidak sengaja ketika pasien diketahui
mengalami peningkatan enzim hati atau ditemukan gambaran hati yang echogenik
kanker. Penting bagi pasien yang telah didiagnosis dengan NAFLD untuk
1
memulai terapi dan melakukan modifikasi gaya hidup guna meminimalisasi
dampak yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Jika NAFLD tidak segera
dan penanganannya menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, pemahaman mengenai
dini NAFLD untuk memberikan strategi tatalaksana awal yang tepat waktu dan
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD. Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi.
penyakit.
2
BAB II
Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD)
2.1 Definisi
Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) merupakan kondisi yang
dua pola histologis NAFLD, yaitu lemak hati saja (non alcoholic fatty liver =
NAFL) dan perlemakan hati pada tingkat yang lebih berat (non alcoholic
(>20 gr per hari) disebut Alcoholic Fatty Liver (AFL), bila ditemukan pada bukan
perlemakan hati apabila kandungan lemak di hati (sebagian besar terdiri atas
2.2 Epidemiologi
Prevalensi NAFLD berkisar antara 15-20% pada populasi dewasa di
dalam fase yang lebih berat. Di Indonesia penelitian mengenai NAFLD masih
Sebuah studi populasi dengan sampel cukup besar oleh mendapatkan prevalensi
3
ditemukan pada 40%-100% pasien perlemakan hati non alkoholik dengan diabetes
2.3 Etiopatogenesis
NAFLD merupakan penyakit hati kronis yang dapat terjadi pada orang
manifestasi hati dari sindrom metabolik dan memiliki hubungan dengan faktor
nutrisi. Hal ini dapat terjadi karena predisposisi genetik (umur, jenis kelamin,
faktor genetik) , kelebihan gizi dan pola diet yang tidak teratur serta kurangnya
(mulanya dikenal sebagai “two-hit”) sejak tahun 1998 Day dan James pertama
kali mengajukan hipotesis tersebut dengan bukti dari Berson et al. studi yang
4
Gambar 1 Hipotesis “multiple hit” pada Patogenesis NAFLD
Faktor makanan dan lingkungan, bersama dengan obesitas, menyebabkan
5
proinflamasi seperti TNF-α dan IL-6, yang juga berkontribusi untuk
de novo lipogenesis (DNL). Peningkatan fluks FFA hati yang berasal dari proses
di atas dan dari aktivitas mikrobioma usus yang berubah menyebabkan dua situasi
berbeda.
Sintesis dan akumulasi trigliserida (TG) dan kadar asam lemak 'beracun',
mitokondria dengan stres oksidatif dan produksi reactive oxygen species (ROS)
dan stres retikulum endoplasma (RE) dengan aktivasi unfolded protein response
yang berkontribusi pada aktivasi stres inflamasi dan ER, seperti lipopolisakarida,
fibrosis (NASH) atau persistensi dalam stadium penyakit yang stabil (NAFLD).9
6
Gambar 2 Etiologi NAFLD
fatty liver disease (NAFLD) yang dikaitkan erat dengan akumulasi lemak yang
berlebih pada obesitas. Penumpukan sel adiposa pada obesitas, terutama pada
Mobilisasi asam lemak yang diproduksi dari jaringan adiposa visceral ini
kuat antara obesitas sentral dan fatty live sehingga prevalensi fatty liver
Patogenesis dari fatty liver dengan Two Hit Theory. Hit pertama terjadi akibat
ada penumpukan lemak di hepatosit yang dapat terjadi karena berbagai keadaan,
salah satunya obesitas. Seperti diketahui bahwa dalam keadaan normal, asam
lemak bebas dihantarkan memasuki organ hati lewat sirkulasi darah arteri dan
portal.Di dalam hati, asam lemak bebas akan mengalami metabolisme lebih lanjut,
khususnya pada obesitas sentral, akan meningkatkan pelepasan asam lemak bebas
7
bertambahnya asam lemak bebas di dalam hati yang akan menimbulkan
fatty liver.14
seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan dislipidemia. Sindrom metabolik sangat lazim
pada pasien dengan NAFLD, telah disarankan bahwa NAFLD harus dianggap
subpopulasi partikel LDL. Tingkat partikel LDL kecil dan padat (nontipe A) yang
lebih tinggi, yang lebih aterogenik dibandingkan partikel LDL tipe A, terlihat
pada pasien dengan NAFLD. Penelitian juga menunjukkan bahwa pasien dengan
sangat aterogenik. Terdapat juga perbedaan penting dalam subfraksi HDL pada
pasien NAFLD. Dalam sebuah penelitian yang terdiri dari 16 pasien dengan
8
berpengaruh pada kadar kolesterol HDL Mekanisme terjadinya perubahan besar
pada profil lipid dan lipoprotein pada NAFLD belum dipahami dengan baik,
namun secara umum hal ini disebabkan oleh produksi berlebihan partikel
hati berlemak terkait metabolik (MAFLD) telah diusulkan dan diagnosis dapat
ditegakkan dengan adanya steatosis hati dan setidaknya satu dari kriteria berikut: (
i) kelebihan berat badan atau obesitas, (ii) T2DM, dan (iii) disregulasi metabolik
dalam tinjauan naratif ini yang menggambarkan hubungan antara NAFLD dan
9
masing-masing sebesar 69% dan 72% . Hal ini sejalan dengan temuan dari studi
potensial pada NAFLD, dimana 68-70% dari total 931 pasien NAFLD yang
penyakit perlemakan hati ini mulai dari perlemakan hati sederhana (simple
steatohepatitis/NASH).
(CVD). Hal ini ditandai dengan adanya resistensi insulin dan disfungsi
10
NAFLD yang berkontribusi pada perubahan kerusakan hati. Juga, terkait dengan
peningkatan risiko penyakit ginjal pada beberapa faktor risiko CVD dan
dislipidemia, hipertensi dan CVD hidup berdampingan lebih sering pada individu
kontrol glikemik. Diabetes tipe 2 memiliki sekitar 80% lemak hati lebih banyak
dibandingkan dengan pasien non diabetes berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Dalam sebuah studi 2.589 individu yang berbasis masyarakat Framingham Heart
Study, pada penyesuaian multi variat untuk depot lemak lainnya (jaringan adiposa
viseral, lingkar pinggang, dan indeks massa tubuh (IMT), fatty liver tetap terkait
kolesterol HDL, trigliserida, dan tingkat adiponektin (P > 0,05). Ada studi yang
Dalam sebuah penelitian dari 458 pasien Italia dengan histologis terbukti NASH,
diabetes adalah penanda paling signifikan dari NASH dan fibrosis pada mereka
diabetes (OR =1,8; 95% CI, 1,4-2,3) secara keseluruhan dan pada 30 mereka
dengan ALT normal dan resistensi insulin menurut model penilaian homeostasis
(HOMAIR) (OR =1,97; 95% CI, 1,2-3,7) pada pasien dengan normal ALT. Dalam
penelitian kohort dari 827 pasien dengan NAFLD, fibrosis lanjut dikaitkan dengan
11
obesitas, resistensi insulin, dan sindrom metabolik, menunjukkan NAFLD yang
bisa memiliki hubungan kausal langsung dengan diabetes, akibat adanya resistensi
insulin.
erat. Hubungan ini terjadi diduga akibat adanya pengeluaran insulin secara
langsung pada vena porta, dan mengambil rute yang sama pada proses penyerapan
dan lipotoxicity yang mendukung resistensi insulin dan disfungsi sel β pankreas.
Pada uji USG prevalensi NAFLD 69,4% pada 180 pasien dengan DMT2. NAFLD
insulin hepatik dan sistemik yang sangat terkait dengan NAFLD. Pentingnya dari
seluruh lemak tubuh, karena insulin dilepaskan langsung ke vena portal. Dalam
menyebabkan peningkatan fluks asam lemak bebas ke hati dari jaringan adiposa.
hiperglikemia dan resistensi insulin lebih lanjut. Lingkar studi pinggang, yang
12
puasa terganggu dan sindrom metabolik secara signifikan lebih tinggi pada subyek
denganNAFLD.
hati, penurunan albumin dan peningkatan bilirubin, NAFLD dan sirosis hati pada
USG. Kadar insulin pada saat puasa lebih tinggi pada DMT2 dengan NAFLD tapi
2.4 Diagnosis
2.4.1 Anamnesis
Pada umumnya pasien dengan NAFLD tidak menunjukkan gejala yang
kanan atas pada abdomen. Dan perlu diketahui apakah pasien pernah memiliki
riwayat penyakit hati sebelumnya, riwayat keluarga dengan penyakit hati, riwayat
diabetes dan sindrom metabolik. Pada pasien dengan penyakit yang sudah
berkembang ke stadium lanjut, tanda dan gejala hipertensi portal atau sirosis dapat
muncul. NAFLD umumnya terlihat pada individu yang kelebihan berat badan atau
obesitas, meskipun hal ini juga dapat mempengaruhi mereka yang memiliki
penyakit hati stadium lanjut seperti spider nevi, palmar erythema, penyakit
abnormalitas pada tes darah atau ditemukannya perubahan lemak pada ultrasound.
13
Namun, pada penyakit NAFLD juga dapat menunjukkan hasil tes hati normal.
Kadar transaminase serum dan feritin sering kali abnormal pada NAFLD, tes
penting untuk menyingkirkan penyebab lain dari steatosis hati. Pada tahap awal
batas normal jika penyakit belum berkembang ke tahap fibrosis atau sirosis.11
2) Pemriksaan Radiologi
pencitraan lini pertama, karena sensitivitas yang cukup tinggi dan efisiensi biaya. 11
sebagai hiperekogenisitas hati karena kantong lipid, kaburnya batas vaskular, dan
14
hetero genitas parenkim. Pencitraan USG tidak akurat dalam menghitung
atau elastografi gelombang geser titik, juga dapat digunakan untuk menilai LSM.
penelitian terhadap 450 orang dewasa yang menjalani biopsi hati dan FibroScan
untuk dugaan NAFLD di 7 pusat kesehatan, nilai batas Youden untuk F>F2
adalah 8,2 kPa. Hasil ini dikaitkan dengan nilai prediksi negatif yang tinggi untuk
fibrosis stadium 2 pada pasien terlihat di klinik diabetes atau populasi umum
(masing-masing 78% dan 97%), meskipun nilai prediksi negatifnya kecil pada
CAP, indeks non-invasif yang berasal dari sinyal ultrasound, dirancang khusus
untuk mendeteksi steatosis hati pada individu dengan sekitar 10% lemak hati tanpa
fibrosis atau sirosis. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa CAP dapat secara akurat
mendeteksi dan menilai steatosis 11%, 33% dan 66% dengan AUROC masing-masing
0,91, 0,95 dan 0,89. Namun demikian, perlu dicatat bahwa sebagian besar laporan yang
mendukung CAP menggunakan M-probe untuk analisis, yang memiliki tingkat kegagalan
skrining yang tinggi pada individu yang mengalami obesitas. Dalam meta-analisis data
kinerja suboptimal. Tingkat CAP dapat meningkat setelah makan dan kinerja
15
diagnostiknya sangat terkait dengan keterampilan operator. Selain itu, masih belum ada
untuk diagnosis dan skrining NAFLD karena biayanya yang rendah dan kemudahannya.22
mengidentifikasi penyebab lain dari penyakit hati, tetapi bukan lini pertama untuk
pada CT scan biasanya merupakan hasil dari deteksi insidental pada CT scan
atenuasi yang lebih rendah dari pada air dengan menggunakan teknik berbasis
sinar-X, Hal ini membuat hati tampak lebih gelap pada gambar dan dengan
dibandingkan dengan limpa dan vena hepatik (B2) dalam pemindaian tomografi
terkomputasi.11
16
Gambar 6 MRI NAFLD
MRI adalah yang paling akurat dalam mendeteksi dan menghitung
perubahan perlemakan hati. T etapi, seperti modalitas pencitraan lainnya, hal ini
kerusakan fibrotik atau bahkan sirosis. Pengaturan steatosis yang parah, sinyal
resonansi magnetik memiliki penurunan yang jelas dari urutan fase (C1) ke fase
keluar (C2).11
2.5 Komplikasi
NAFLD adalah penyakit dengan spektrum tahapan mulai dari hati
(fibrosis) dan kegagalan organ, yang pada akhirnya menyebabkan sirosis hepar
17
Gambar 7 Komplikasi NAFLD
2.6 Tatalaksana
2.6.1 Terapi non Farmakologis
1. Modifikasi gaya hidup
Tatalaksana NAFLD dimulai dari modifikasi gaya hidup, yang dapat
18
memperbaiki atau mencegah perburukan fibrosis, dan memperbaiki kondisi
sindrom metabolik atau risiko lain. Modifikasi gaya hidup merupakan terapi
termasuk penurunan berat badan dan latihan fisik menghasilkan perbaikan pada
pasien NAFLD. Penurunan berat badan sebesar ≥7% total berat badan awal
dengan komposisi rendah lemak, rendah karbohidarat (<50% dari total kalori)
Latihan fisik berupa latihan aerobik selama 90-120 menit per minggu menurunkan
pasien ataupun perbaikan fibrosis. Pada kondisi ringan, enzim hati, lipid serum,
tocophero l800 IU untuk pasien NAFLD tanpa sirosis ataupun diabetes. Penelitian
Yosio Sumida pada tahun 2013, menunjukkan perbaikan fibrosis pada NAFLD
dengan pemberian vitamin E jangka panjang dengan dosis 300 mg/hari. Asia-
Pacific Working Party tahun 2018 juga merekomendasikan vitamin E yang dapat
19
Pemberian thiazolidinedion menunjukan penurunan inflamasi pada hati,
akan tetapi efek ini hanya terjadi selama pemberian obat, sehingga diperlukan
pengobatan jangka panjang. Dalam sebuah studi pada tahun 2010 yang mencakup
perbaikan pada hasil laboratorium fungsi hati dan penurunan inflamasi. Meskipun
perbaikan ini masih dibawah kelompok yang mendapat vitamin E 800 IU/hari.
perbaikan gambaran histologis hati. Dalam suatu meta analisis tahun 2012,
inflamasi lobular, steatosis, dan nekroinflamasi dari pasien NAFLD. Akan tetapi,
DPP-IV sekarang ini sedang diteliti untuk mengatasi diabetes pada NAFLD, hal
mengurangi infiltrasi makrofag lemak pada hati, dan terjadi perbaikan sensitivitas
insulin.3,5 Pemberian sitagliptin sebesar 100 mg per hari selama setahun pada 15
sitagliptin selama 4 bulan, dapat memperbaiki kadar glukosa darah dan nilai
20
steatosis hati pada pasien obesitas. Glp−1 memberikan proteksi pada sel hepatosit
pada pasien dengan kondisi penyakit hati mendasar atau pasien dengan
peningkatan kadar enzim menjadi isu tersendiri. Pada studi GREACE tahun 2010,
yang melibatkan 437 pasien dengan peningkatan kadar enzim hati sedang (kurang
dari 3 kali lipat batas atas), pada 227 pasien yang mendapatkan atorvastatin 24
penurunan kadar enzim hati setelah pemberian selama 3 tahun.41 Pada tahun 2014
21
nilai SGPT dan CRP, serta didapatkan perbaikan signifikan pada steatosis,
inflamasi, dan degradasi balon. Dalam suatu konsensus tahun 2014 dituliskan
bahwa ezetimibe merupakan suatu obat dengan tingkat keamanan yang baik,
meskipun data yang ada sedikit tetapi sebagian besar memberikan efek positif
sebesar 200 mg/hari diberikan selama 48 minggu. Pada akhir studi, pasien
histologis hati minimal yaitu terjadi pengurangan dari degenerasi balon, tetapi
tidak ada perubahan signifikan pada derajat steatosis, inflamasi lobular dan
fibrosis. Hasil dari studi−studi tersebut memberikan hasil yang berbeda, oleh
karena itu untuk penggunaan fibrat sebagai terapi NAFLD, masih memerlukan
percobaan terapi NAFLD karena adanya efek anti inflamasi, anti oksidan, dan
22
lysophosphatidylethanolamide (UDCA-LPE) yang dirancang untuk meningkatkan
PC. Dari hasil studi ini UDCA−LPE terbukti dapat menghambat TNF alfa yang
bahwa UDCA –LPE mungkin memiliki efek yang baik dalam terapi NAFLD.
sintesis sitokin, hal ini berkaitan dengan patogenesis dari NAFLD. 19 Dalam meta
analisis oleh Parker. didapatkan hasil yang beragam dari hasil penggunaan asam
lemak tidak jenuh omega-3, akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa
tetapi dosis optimal untuk efek tersebut belum diketahui secara pasti. Secara
umum, efek akan dicapai dengan penggunaan omega-3 lebih dari 0,83
gram/hari.21,23
ekspresi hepatic transforming growth factor-β1 dan melindungi dari fibrosis hati.
tanpa biopsi hati, sirosis NAFLD, atau sirosis kriptogenik. Efek positif dari
karena itu mungkin diperlukan terapi jangka panjang. Akan tetapi, penggunaan
23
jangka panjang diasosiasikan dengan peningkatan mortalitas oleh berbagai
sebab.21,23
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
(NAFLD) merupakan salah satu penyakit hati kronik yang dikenal sebagai
penyebab utama penyakit hati dengan insiden yang terus mengalami peningkatan
steatosis sederhana memiliki prognosis yang relatif baik, namun secara signifikan
proposi pasien akan berkembang menjadi NASH dan sirosis lanjut dengan resiko
tergantung pada faktor tambahan seperti FFA, sitokin inflamasi, adipokin, stres
3.2 Saran
25
3. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut dan lebih luas mengenai hubungan
DMT2 disertai obesitas terhadap kasus perlemakan hati dilihat dari faktor
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Kudaravalli P, John S. Nonalcoholic Fatty Liver. StatPearls. 2023 Apr;
2. Patell R, Dosi R, Joshi H, Sheth S, Shah P, Jasdanwala S. Non-alcoholic
fatty liver disease (NAFLD) in Obesity. J Clin Diagn Res. 2014 Jan;8(1):62.
3. Adiwinata R, Kristanto A, Richard T, Edbert D, Adiwinata R, Kristanto A,
et al. Tatalaksana Terkini Perlemakan Hati Non Alkoholik Tatalaksana
Terkini Perlemakan Hati Non Alkoholik. 2015;2(1).
4. Sufyan DL. Pengaruh Pemberian Jus Terong Ungu terhadap Perlemakan
Hati Tikus Wistar. J Ilm Kesehat. 2019;18(2):59–63.
5. Arias-Fernández M, Fresneda S, Abbate M, Torres-Carballo M, Huguet-
Torres A, Sánchez-Rodríguez C, et al. Fatty Liver Disease in Patients with
Prediabetes and Overweight or Obesity. Metabolites. 2023;13(4).
6. Aru Sudoyo, Bambang Setiyonadi SS. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi VI. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
7. Rengkung NP, Waleleng BJ, Palar S. Gambaran Penyakit Perlemakan Hati
Non-Alkoholik Pada Pasien Hipertensi Yang Mempunyai Sgpt Meningkat.
e-CliniC. 2015;3(1):1–4.
8. CME Online - Tatalaksana Terkini Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkohol
(Non-alcoholic fatty liver disease/ NAFLD).
9. Ayu D, Novista V. Jurnal Biologi Tropis Non-alcoholic fatty liver disease :
Diagnosis and Treatment. 2023;
10. Ayu D, Novista V. Jurnal Biologi Tropis Non-alcoholic Fatty Liver Disease :
Diagnosis and Treatment. 2023;
11. Dewa Ayu. Vania Novista Anjani. Non-alcoholic Fatty Liver Disease:
Diagnosis and Treatment. Jurnal Biologi Tropis. 2023.
12. Stefanus Imanuel Setiawan. Juferdy Kurniawan. Pilihan Tatalaksana Penyakit
Perlemakan Hati Non-Alkohol (Non-Alcoholic Fatty Liver Disease/
NAFLD).2021
13. Ayu D, Novista V. Jurnal Biologi Tropis Non-alcoholic Fatty Liver Disease :
Diagnosis and Treatment. 2023;
14. Medina S, Wibudi A, Sandra O. Hubungan Obesitas Sentral Dengan
Gambaran Fatty Liver Pada USG Abdomen Di Poliklinik Bank Indonesia
27
Bulan Agustus-The Association Between Central Obesity And Fatty Liver
Imaging On Abdominal USG Polyclinic Bank Indonesia August-September
2017. J Kedokt Yars. 2018;26(3):139–51.
15. Kamal M, Karim F, Robed Amin M, Sarder MH, Azad KAK. Risk factors of
non-alcoholic fatty liver disease in Bangladeshi population. J Med.
2013;14(2):143–8.
16. Setiawan SI, Juferdy K. Pilihan tatalaksana penyakit perlemakan hati
nonalkohol (non-alcoholic fatty liver disease/ nafld). Cermin Dunia Kedokt
[Internet]. 2021;48(3):173–5. Available from:
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1336
17. Martin A, Lang S, Goeser T, Demir M, Stefen H, Kasper P. Penatalaksanaan
Dislipidemia pada Pasien dengan Lemak Non-Alkohol Penyakit hati.
2022;533–46.
18. Rinaldi L, Pafundi PC, Galiero R, Caturano A, Morone MV, Silvestri C, et al.
Mechanisms of non-alcoholic fatty liver disease in the metabolic syndrome.
A narrative review. Antioxidants. 2021;10(2):1–25.
19. Ng CH, Chan KE, Chin YH, Zeng RW, Tsai PC, Lim WH, et al. The effect of
diabetes and prediabetes on the prevalence, complications and mortality in
nonalcoholic fatty liver disease. Clin Mol Hepatol. 2022;28(3):565–74.
20. Arias-Fernández M, Fresneda S, Abbate M, Torres-Carballo M, HuguetTorres
A, Sánchez-Rodríguez C, et al. Fatty Liver Disease in Patients with
Prediabetes and Overweight or Obesity. Metabolites. 2023;13(4).
21. Adiwinata R, Kristano A, Christiany F, Richard T, Daniel E. Tatalaksana
Terkini Perlemakan Hati Non Alkoholik. FK UKI Atma Jaya. Jurnal
Penyakit Dalam.Vol 2, No.1.2015
22. YIN X, Guo X, Liu Z, Wang J. Advance in the Diagnosis and Treatment of
Non Alcoholic Fatty Liver Dissease. International Jurnal of Molecular
Sciences. 2023.
23. Aditya P, Rinaldy C, Lesmana A. Pharmacological and Non
Pharmacological Treatment in Alcoholic Fatty Liver Disease. Departemenet
of Internal medicine University of Indonesia. 2013.
28