Kriminologi Kel 3
Kriminologi Kel 3
Disusun Oleh:
KELOMPOK III
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
T.A 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan
pengendalian serta pengawasan yang ketat dan seksama. Dalam hal ini, apabila ditinjau
dari aspek yuridis maka keberadaan narkotika adalah sah. UU Narkotika hanya
Keadaan yang demikian ini dalam tataran empirisnya mengakibatkan narkotika sering
dijadikan ajang bisnis yang menjanjikan dan berkembang pesat, yang mana kegiatan ini
berimbas pada rusaknya fisik maupun psikis mental semua lapisan masyarakat. Dari
segi usia, narkotika tidak hanya dinikmati golongan remaja saja, tetapi juga golongan
setengah baya maupun golongan usia tua. Penyebaran narkotika tidak lagi terbatas di
kota besar, tetapi sudah masuk kota- kota kecil dan merambah ke kecamatan bahkan
desa-desa.1
1
Hari Sasangka,Narkotika dan Psikototropika Dalam Hukum Pidana (Bandung: Mandar Maju,2011).
Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
disebutkan bahwa narkotika disatu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan, dan
disisi lain dapat juga menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan, apabila
disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan
sebagai bentuk reformasi, antisipasi pemerintah dibidang hukum pidana khususnya dalam
Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997, tentang narkotika, maka dapat
mengatur hal-hal yang berkenaan tindak pidana narkotika, khususnya dalam pengaturan
sanksi pidana misalnya : ancaman sanksi yang jauh lebih berat jika dibandingkan dengan
undang-undang sebelumnya. 2
dengan tanpa hak atau melawan selain apa yang ditentukan dalam Undang-undang.
Tindak Pidana Narkotika sendiri merupakan Tindak Pidana yang bersifat transnasional
3
yang dilakukan oleh kelompok kejahatan terorganisir (organized crime). Sebelum
2
Andi Helmi Adam,2017, ‘Tinjauan Kriminologi Kejahatatan Narkotika Yang Dilakukan oleh Anak’, Universitas
Muslim Indonesia,Vol 1 No.1, Hal.66
3
Penggunaan istilah transnasional ini khusus dipergunakan untuk menunjukkan kejahatan yang dilakukan oleh
individu, dimana terhadap kejahatannya itu individu dapat dibebani tanggung jawab berdasarkan hukum nasional
maupun hukum internasional dan harus dibedakan dengan kejahatan internasional yang pelakunya adalah negara
dimana negara hanya dapat dibebani tanggung jawab criminal internasional (international Criminal Resposibility of
States) karena melanggar hukum internasional. Sebagaimana dikutip dari I Wayan Parthiana, ‘Hukum Pidana
tahun 2000-an, Indonesia hanyalah sebagai wilayah transit barang terlarang tersebut.
Namun seiring berjalannya waktu, Indonesia telah menjadi konsumen atau tempat
Indonesia pun terus meningkat. Sebagai negara maritim, Indonesia merupakan surga
bagi peredaran Narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya karena Sebagian besar
penyeludupan Narkotika dilakukan melalui jalur laut. Selain itu juga karena Indonesia
memiliki pasar yang bagus, sehingga angka permintaan terhadap Narkotika pun terus
naik.
Pelaku Tindak Pidana Narkotika dapat dikenai sanksi pidana yang terdapat pada
a. Pengedar
Ketentuan pidana bagi pengedar dalam UU Narkotika diatur dalam Pasal 111, Pasal
112, Pasal 114, dan Pasal 116 untuk Narkotika Golongan Pasal 117, Pasal 119, dan
Pasal 121 untuk Narkotika Golongan II. SertaPasal 122, Pasal 124, dan Pasal 126 untuk
b. Produsen
melalui ekstraksi atau non-ekstraksi darisumber alami atau sintesis kimia atau
123 UU Narkotika.
c. Penyalahguna
hukum5. Penerapan sanksi pidana bagi Penyalahguna diatur dalam Pasal 127 Ayat (1) UU
Narkotika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , maka penulis menemukan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja yang menjadi faktor penyebab dan dampak bagi pengguna Narkotika di
kalangan remaja?
BAB II
5
Pasal 1 angka 15 Undang-undang No.39 Tahun 2009 tentang Narkotika.
PEMBAHASAN
narkotika oleh narapidana terdapat dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Individu, yang terjadi akibat adanya dorongan dari dalam diri sendiri
Faktor biologis dan faktor psikologis, akibat dari dorongan diri sendiri menimbulkan rasa
ingin tahu dan mencoba melakukan tindak pidana narkotika meskipun hanya untuk
Faktor keluarga, merupakan fungsi utama dan dasar dalam memberikan pendidikan
awal sehingga ketika seseorang melakukan prilaku menyimpang diluar rumah terjadinya
Faktor lingkungan, adanya pergeseran kondisi norma dan nilai yang begitu cepat ditengah
yang sesuai dengan nilai dan norma yang baik akan terpengaruh untuk melakukan prilaku
menyimpang.
keuntungan.
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan narapidana manjadi melakukan residivis
merupakan daerah yang banyak terdapat penjual narkotika. Hal ini lah yang
bebas bergaul dengan siapa saja bahkan dengan pengguna dan penjual narkotika. 6
Dengan adanya penyalagunaan narkoba secara sembarangan atau illegal, maka akan
menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan baik secara fisik maupun secara psikis.
1. Dampak Fisik.
gangguan pada syaraf (Neurologis) seperti kejang-kejang, Halusinasi, kerusakan pada syaraf
tertentu, gangguan pada jantung, Gangguan pernapasan, sakit Kepala, mual-mual, berdampak
pada kesehatan reproduksi misalnya pada laki-laki penurunan fungsi hormone, reproduksi
Selain dampak fisik, penyalagunaan narkotika juga berdampak pada kesehatan psikis
misalnya lamban dalam bekerjaa, terlalu ceroboh, sulit berkonsentrasi, mudah emosi, oenuh
curiga, menyakiti diri sendiri, merepotkan serta menjadi beban keluarga dan juga masa depan
6
AlMukharomah, M., & Wibowo, P. (2022). Faktor Pendorong Residivisme Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Arga Makmur. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 10(1), 1-20.
Pada dasarnya dampak fisik dan psikis berhubungan erat dimana ketergantungan secara fisik
akan mengakibatkan para penggunanya akan mengalami sakit yang luar biasa (Sakaw) dan
didorong oleh keinginan psikis yaitu keinginan yang sangat kuat untuk untuk
menggunakannya lagi (Sugesti) yang tentunya kedua dampak tersebut akan mempengaruhi
dampak yang lain misalnya dampak dalam lingkup social contohnya membohongi orang tua,
menjadi pencuri demi mendapatkan uang untuk beli barang tersebut serta menjadi pemarah.
3. Dampak Sosial.
Dampak social yang ditimbulkan akibat penyalagunaan narkoba bagi peserta didik adalah
anak akan menjadi anti social, hanya ingin berkumpul dengan sesame pengguna narkoba
tidak ingin bergaul lebih luas dengan sesame pelajar lainnya,serta dikucilkan dari
masyarakat.
Dasar agama yang ditanamkan sejak kecil akan menjadi perisai bagi diri seseorang untuk
menolak hal yang sehubungan dengan merusak nilai moral dan spiritual begitupun
sebaliknya, anak-anak yang tidak pernah mendapatkan pendidikan agama sangat rawan
melakukan tindakan kriminal seperti pecandu narkoba dan minum-minuman keras. Jika
seseorng sudah menjadi penyalaguna narkotika, maka tidak akan mempedulikan lagi
ibadahnya dan hubungannya dengan Tuhan. Yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana
7
Mulyasih, K. E. (2022). Faktor-faktor penyebab dan dampak sosial penggunaan narkotika pada remaja. SOKO
GURU: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(2), 115-121.
B. Bentuk penegakan hukum serta penanggulangan terhadap remaja atas
Kejahatan secara yuridis formal adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan
dengan kriminologi dapat dibaca dari pendapat Moeljatno ketika mendefinisikan tentang
dan kelakuan jelek dan tentang orangnya yang tersangkut pada kejahatan dan kelakuan buruk
itu.
Kriminologi terdiri dari dua kata, Crime dan Logos yang artinya kejahatan dan ilmu
pengetahuan, jadi kriminologi berarti ilmu tentang kejahatan. Kriminologi dan arti luas;
d) Ciri-ciri khas pelaku, seperti usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya.
f) Dalam pendeketan diskriptif penelitian tidak boleh dilakukan dengan cara random
dan fakta yang diperoleh harus ditafsir, supaya mendapatkan pengertian secara
umum.
Berkaitan dengan kejahatan narkotika, maka barang siapa dari anggota masyarakat yang
dan memproduksi narkotika secara illegal dapat dianggap sebagai “kejahatan narkotika”.
Banyaknya kejahatan baru (inkonvensional) yang terjadi belakangan ini, yang tidak
diatur dalam KUHP sebagai kodifikasi hukum pidana, dalam ketentuan pasal 103 KUHP dan
Pasal 284 ayat (2) KUHAP memungkinkan adanya hukum pidana khusus di luar KUHP.
Ketentuan-ketentuan dalam BAB I sampai BAB VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-
Dalam waktu 2 tahun setelah undang-undang ini diundangakan maka terhadap semua
sementara mengenai ketentuan khusus acara pidana sebagaimana tersebut pada undang-
undang tertentu sampai ada perubahan dan atau dinyatakan tidak berlaku lagi.
Salah satu dari hukum pidana khusus tersebut adalah bidang peredaran gelap dan
penyalahgunaan narkotika yang diatur dalam UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Dengan dikeluarkannya undang-undang ini merupakan salah satu langkah dalam menekan
tergolong baru, dan dampaknya sangat besar baik terhadap individu, masyarakat, bangsa dan
negara. Berbagai macam sanksi hukum yang diancamkan kepada para pemakai, pengedar
dan yang memproduksi barang-barang berbahaya ini. Mulai dari hukuman kurungan dan
hukuman denda serta hukuman mati. Bahkan dalam tidak jarang dalam beberapa putusan
yang dikeluarkan oleh hakim, para pelaku kejahatan bidang narkotika ini dihukum dengan
hukuman mati.
Para pemakai atau pengguna narkotika bagi dirinya terhadap golongan I di pidana
penjara paling lama empat tahun, golongan II pidana 2 tahun dan golongan III pidana 1
tahun. Kadangkala atau seringkali para pemakai misalnya dalam suatu kesempatan tertentu
memberikan narkotika kepada orang lain, hal ini juga diancam pidana penjara dan pidana
denda, yang masing bervariasi mulai dari 15 tahun dan denda tujuh ratus lima puluh juta
rupiah (golongan I), 10 tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah (golongan II)
dan paling lama 5 tahun dengan denda dua ratus lima puluh juta rupiah (golongan III).
Dalam kehidupan kita sehari-hari atau dalam pengalaman yang terjadi, ada orang tua
yang mana anaknya atau anak dibawah perwaliannya (masih di bawah umur) terlibat sebagai
pemakai narkotika, tetapi karena takut untuk melaporkan kegiatan anaknya, secara hukum
orang tua atau wali tersebut dapat dikenai sanksi hukum dengan pidana penjara 6 bulan dan
denda satu juta rupiah. Alasan yang dijadikan dasar oleh orang tua untuk tidak melaporkan
anaknya tersebut, tentu sangat beralasan, yaitu ketakutan kalau anaknya ditangkap dan
dipenjara. Sehingga akhirnya jalan yang diambil adalah membiarkan dan menyembunyikan
tindakan anak tersebut. Hal ini tentu sangat merugikan posisi dari orang tua atau wali
tersebut. Dengan melaporkan tindakan anaknya yang kecanduan, tidak dituntut pidana.
Lantas bagaimana halnya dengan para pecandu yang telah cukup umur. Kalau mereka
tidak melaporkan diri sebagai pecandu maka anak tersebut dapat dijatuhi pidana penjara 6
bulan atau denda paling banyak dua juta rupiah. Oleh karenanya perlu dilaporkan oleh
keluarganya. Kalau tidak dilaporkan oleh keluarganya, dapat dikenai sanksi pidana penjara 3
ini, untuk kepentingan pengobatan dan atau perawatan pengguna yang tergolong sebgai
pecandu dapat memiliki, menyipan, dan atau membawa narkotika. Pengguna narkotaika
harus mempunayi bukti bahwa narkotika yang dimiliki, disimpan, dan atau dibawa untuk
Namun demikian, setiap pecandu tentunya harus wajib menjalani pengobatan dan
atau perawatan. Perlu juga diketahui bahwa masa menjalani pengobatan dan atau perawatan
bagi pecandu narkotaika diperhitungkan sebagai bagian masa menjalani hukuman penjara.
Program seperti ini sangat penting. Mengingat, banyak kasus-kasus yang terjadi, khususnya
kasus narkoba lebih dipusatkan pada aspek rehabilitasi. Kasus Roy Marten, yang belum lama
merebak kasusnya sebagimana kita saksikan dilayar televisi. Oleh pengacaranya, ingin sang
aktor ini tidak usah dipenjara tapi langsung direhabilitasi. Gagasan ini memang sangat masuk
akal, karena pemakai narkoba adalah masuk kategori korban. Sebagai korban mereka
mengalami ketergantungan terhadap obat- obat terlarang tersebut. Tapi diantara para praktisi
hukum lainnya, memandang cara ini sangat diskriminatif. Mengapa? Karena beberapa artis
lainnya yang pernah dipenjara tidak dibebaskan dengan melalui program rehabilitasi, hingga
dilepas.
supaya tidak terjerat lagi dalam lingkungan yang membahayakan masa depannya. Adapaun
terhadap berapa lama masa penjara dengan masa rehabilitasi, harus dilihat seberapa besar
kecanduan berat, alangkah baiknya sifat rehabilitasi lebih dikosentrasikan dengan jangka
waktu yang lebih lama, ketimbang mereka yang menggunakan obat terlarang dengan kadar
rendah. 8
pemberantasan dari kejahatan narkotika itu sendiri, hal ini sesuai dengan tujuan di buatnya
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009. Merujuk pada Undang- undang No. 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika khususnya Bab X, yang mengatur tentang Pembinaan dan Pengawasan.
Dimana dalam Pasal 60 Ayat (2) huruf b, menyebutkan: mencegah penyalahgunaan Narkotika,
lebih khusus lagi dalam huruf c dinyatakan bahwa: “mencegah generasi muda dan anak usia
berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum sekolah dasar sampai lanjutan atas”.
8
Zainal, M. A. (2013). Penegakkan Hukum Terhadap Kejahatan Narkotika Ditinjau Dari Aspek
Kriminologi. Al-'Adl, 6(2), 44-61.
1.UpayaPre-emtif
pendorong dari kejahatan narkotika, sehingga tercipta suatu kesadaran dan kewaspadaan dalam
diri seseorang sehingga terciptanya prilaku atau norma hidup bebas dari narkotika yaitu dengan
2. Upaya Preventif
Upaya pencegahan secara preventif oleh pihak Kepolisian harus dilakukan secara sistematis,
terencana, terpadu, dan terarah agar mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika. Dalam
usaha pencegahan ini dilakukan tindakan untuk mempersempit ruang gerak, mengurangi dan
3. Upaya Represif
dan penangkapan para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya
kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan mereka merupakan perbuatan yang tidak
dibenarkan oleh hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak lagi mengulanginya9.
9
Mantra, I. G. P. (2022). Upaya Kepolisian Daerah Bali Dalam Penanggulangan Kejahatan Penyalahgunaan
Narkotika Di Kalangan Remaja. Pariksa: Jurnal Hukum Agama Hindu, 6(1), 59-66.