Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Syok merujuk pada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga
terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok paling sering timbul setelah terjadi
perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat
akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan.

Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan
rongga abdomen. Penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada
aneurysme aortic abdomen. Syok bisa merupakan akibat dari kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah
dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan lain ini adalah
gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat. Objektif dari keseluruhan jurnal ini adalah terfokus kepada
syok hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan dan berbagai kontroversi yang timbul seputar cara
penanganannya.

Kebanyakan trauma berbahaya ketika terjadinya perang sekitar tahun 1900an telah memberi kesan
yang sangat signifikan pada perkembangan prinsip penanganan resusitasi syok hemoragik. Ketika Perang
Dunia I, W.B. Cannon merekomendasikan untuk memperlambat pemberian resusitasi cairan sehingga
penyebab utama terjadinya syok diatasi secara pembedahan. Pemberian kristalloid dan darah digunakan
secara ekstensif ketika Perang Dunia II untuk menangani pasien dengan keadaan yang tidak stabil.
Pengalaman yang di dapat semasa perang melawan Korea dan Vietnam memperlihatkan bahawa resusitasi
cairan dan intervensi pembedahan awal merupakan langkah terpenting untuk menyelamatkan pasien dengan
trauma yang menimbulkan syok hemoragik. Ini dan beberapa prisip lain membantu dalam perkembangan
garis panduan untuk penanganan syok hemoragik kaibat trauma. Akan tetapi, peneliti-peneliti terbaru telah
mempersoalkan garis panduan ini, dan hari ini telah timbul pelbagai kontroversi tentang cara penanganan
syok hemoragik yang paling optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Syok didefinisikan sebagai Suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang
menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan. (Rupii, 2005). Syok
adalah suatu Keadaan kritis akibat kegagalan sistem sirkulasi dalam mencukupi nutrien dan
oksigen baik dari segi pasokan & pemakaian untuk metabolisme selular jaringan tubuh sehingga
terjadi defisiensi akut oksigen akut di tingkat sekuler. (Tash Ervien S, 2005)

1. Syok Hipovolemik

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan
dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang
tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik
merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). Kehilangan darah dari luar yang
akut akibat trauma tembus dan perdarahan gastrointestinal yang berat merupakan dua penyebab
yang paling sering pada syok hemoragik.Syok hemoragik juga dapat merupakan akibat dari
kehilangan darah yang akut secara signifikan dalam rongga dada dan rongga abdomen. Dua
penyebab utama kehilangan darah dari dalam yang cepat adalah cedera pada organ padat dan
rupturnya aneurisma aorta abdominalis. Syok hipovolemik dapat merupakan akibat dari kehilangan
cairan yang signifikan (selain darah).
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume
intravascular.Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai
25%.Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah (1)
kehilangan cairan eksternal seperti: trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare, diuresis, (2)
perpindahan cairan internal seperti: hemoragi, internal, luka bakar.
2. Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik merupakan akibat dari kegagalan jantung untuk memompa darah secara
efektif ke seluruh tubuh.Ini bisa terjadi karena disfungsi ventrikel kanan atau kiri, atau kedua-
duanya.Kurangnya keadekuatan dari fungsi pemompaan menyebabkan penurunan perfusi jaringan
dan kegagalan sirkulasi.Ini terjadi kira-kira sekitar 6-10% pada pasien dengan infark miokard akut,
dan ini merupakan penyebab utama kematian dengan MI ini.Rata-rata kematian pada syok
kardiogenik ini telah dikurangi dengan terapi revaskularisasi awal sekitar 50-60%.

Syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang mengakibat-kan perfusi jaringan
tidak cukup untuk mendistribusi bahan-bahan makanan dan pengambilan sisa- sisa
metabolisme.Syok kardiogenik adalah syok disebabkan oleh tidak adekuatnya perfusi jaringn akibat
dari kerusakan fungsi ventrikel ini.Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung mengalirkan
cukup darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, berasal akibat gangguan fungsi
pompa jantung.

Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner.Koroner,


disebabkan oleh infark miokardium, Sedangkan Non-koroner disebabkan oleh kardiomiopati,
kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia.

3. Syok Distributif

Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah
tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.

Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan
mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok
distributif yaitu (1) syok neurogenik seperti cedera medulla spinalis, anastesi spinal, (2) syok
anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah (3) syok
septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun, malnutrisi.termasuk
kegagalan pernapasan, dan dapat menyebabkan kematian cepat. Sindrom syok toksik adalah salah
satu jenis syok septik.
B. Fisiologi

Dalam memahami jantung atau sebuah system kardiovaskular terdapat tiga komponen yang
beperan yakni jantung itu sendiri sebaga alat memompa darah, pembuluh darah sebagai tempat untuk
mengalirkan darah dan darah sebagai bagian yang mengatur system berjalan sesuai dengan kondisi
yang ada. Jantung bekerja sebagai alat untuk mensirkulasika darah ke paru, guna pertukaran gas.

Jantung adalah suatu organ yang merupakan suatu system dalam tubuh yang ikut berperan
dalam mempertahankan mekanisme homeostatis. Fungsi utama jantung adalah mendorong darah agar
dapat mengalir dengan lancar di dalam pembuluh darah pada sistem sirkulasi keseluruh tubuh.

Darahlah yang membawa bahan kebutuhan pokok jaringan berupa oksigen dan nutrisi. Darah
jugalah yang membawa bahan buangan yang berasal dari sisa-sisa metabolisme sel dari jaringan. Selain
itu, kebanyakan hormone yang diedarkan didalam tubuh juga melalui darah. Oleh sebaab itu, sangat
penting darah dapat mencapai seluruh jaringan tubuh untuk memenuhi semua kebutuhan dan
membuang sisa-sia metabolisme.
C. Etiologi

Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh
darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai. Syok biasanya
berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan.

Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk
kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah
(akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi
alergi atau infeksi).

Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat ditangani oleh
tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel (tidak dapat pulih).

1. Tahap kompensasi

Tahap kompensasi adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga fungsi normalnya.
Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal seperti kulit pucat, peningkatan denyut nadi
ringan, tekanan darah normal, gelisah, dan pengisian pembuluh darah yang lama. Gejala- gejala pada
tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya individu yang mengalami syok terlihat normal.

2. Tahap dekompensasi

Dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsi-fungsinya. Yang terjadi adalah tubuh
akan berupaya menjaga organ-organ vital yaitu dengan mengurangi aliran darah ke lengan, tungkai, dan
perut dan mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan
diantaranya adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, kulit
dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai terganggu.
3. Tahap ireversibel

Tahap dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki. Tahap ini
terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin, maka aliran darah akan mengalir sangat
lambat sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung.

Mekanisme pertahanan tubuh akan mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung sehingga
aliran ke organ- organ seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang menjadi penyebab rusaknya hati
maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan organ yang terjadi telah
menetap dan tidak dapat diperbaiki.

D. Manifestasi Klinis
1. Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik <100mmHg atau lebih
dari 10% di bawah tekanan darah yang telah diketahui.

2. Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam.


3. Asidosis metabolik.
4. Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis.

5. Status mental terganggu; kebingungan, agitasi, koma.


E. Pathway

Tekanan arterial
Darah Sistem Penurunan nutrisi Nutrisi otak
jantung

Depresi Jantung Pengumpalan Dilatasi Vaskuler Aktivitas fasomotor


darah vena

Curah Jantung

Depresi jantung Nekrosis miokrad

Tekanan arteri
Gangguan kemampuan
pompa jantung

Aliran darah sistemik

Kardiak Output
Nutrisi jaringan

Iskemik jaringan TD, dan perfusi jaringan

Permeabilitas kapiler

Ketidak efektifan perfusi


jaringan
Volume darah

Aliran darah balik vena

Hb tidak mampu ikat O2 Berkurangnya suplai darah ke otakMetabolisme tubuh menjadi anaerob
Hipoxia otak

]=- Perubahan mental


Menghasilkan 2ATP+ asam laktat

Plasma Intravaskuler

Ansietas
Kematian Seluler

Tekanan osmotik Kegagalan Organ

Kekurangan volume
cairan

Resiko Syok
hipovolemik

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk menentukan kadar hemoglobin dan
nilai hematokrit begitu juga dengan leukosit dan gula darah. Akan tetapi, resusitasi cairan
tidak boleh ditunda menunggu hasil pemeriksaan. Hematokrit pasien dengan syok
hipovolemik mungkin rendah, normal, atau tinggi, tergantung pada penyebab syok.
Pemeriksaan hematokrit menggambarkan perbandingan persentase antara sel darah merah,
sel darah putih dan trombosit terhadap volume seluruh darah atau konsentrasi (%) eritrosit
dalam 100mL/dL keselurahan darah.Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan hemoglobin (Hb)dan eritrosit. Kenaikan nilai hematokrit berarti konsentrasi
darah semakin kental,dan diperkirakan banyak plasma darah yang keluar dari pembuluh
darah hingga berlanjut pada kondisi syok hipovolemik sperti pada kasus DBD dan
gangguandehidrasi.
b. Pemeriksaan kadar elektrolit diperlukan untuk mengetahui kesetimbangan elektrolit.
Elektolit membantu menjaga osmotik tubuh, menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat
dalam setiap reaksi oksidasi.
c. Pemeriksaan Ureum diperlukan untuk melihat fungsi ginjal dimana apabila ginjal rusak
atau kurang baik fungsinya maka kadar ureum dalam darah meningkat dan meracuni
tubuh.
d. Pemeriksaan kreatinin diperlukan untuk menggambarkan fungsi ginjal dimana bila terjadi
kerusakan atau penurunan fungsi ginjal maka kadarnya meningkat dalam darah. Nilai
normal dalam darah < 1,3 mg/dl.
e. Analisa Gas Darah diperlukan untuk melihat pH, PaO2, PaCO2 dan HCO3. Jika terdapat
penurunan dan berlangsung terus maka proses kompensasi tidak mampu lagi dan akan
mulai tampak tanda-tanda kegagalan dengan makin menurunnya pH dan PaO2 dan
meningkatnya PaCO2.
f. EKG dilakukan untuk melihat kondisi ritme jantung normal atau tidak.

G. Penatalaksanaan medis

Target utama, pengelolaan syok adalah mencukupi penyediaan oksigen oleh darah, untuk jantung.

1. Oksigenasi adekuat
a. Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan mempertahankan saturasi oksigen
(SaO2) 98 — 100 % dengan cara :

b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg.

c. Kurangi rasa sakit & auxietas

2. suport cadiovaskuler sistem.


a. Therapi cairan untuk meningkatkan preload

- pasang akses vaskuler secepatnya.


- resusitasi awal volume di berikan 10 — 30 ml/Kg BB cairan kristaloid atau koloid
secepatnya (< 20 menit). dapat diulang 2 — 3 kali sampai tekanan darah dan perfusi perifer
baik. Cairan kaloid lebih dianjurkan sebagai therapi inti yang dianjurkan koloid atau
kristoloid.
3. Obat-obatan inetropik untuk mengobati disritmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa
menambah konsumsi oksigen miocard.

a. Dopamin berperan dalam organ ginjal, pankreas, paru-paru dan pembuluh darah. Di ginjal, dopamine
dikenal sebagai pengatur pengeluaran garam dan kesimbangan elektrolit. Sementara pada paru-paru,
dopamine menyebabkan penyerapan garam dan cairan. Pada pembuluh darah dan jantung, dopamine
menyebabkan pembuluh darah berkontraksi sehingga meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Dopamine menyebabkan penghambatan dalampengeluaran asam lambung, dan peningkatan insulin dan
glucagon dalam darah. Insulin dan glucagon adalah hormon yang berfungsi dalam mengatur kadar gula
darah .
b. Epinefrin
c. Norepinefrin: berperan sebagai neurotransmitter yang dilepaskan dari neuron simpatik untuk
mempengaruhi jantung.
d. Dobutamine merupakan amina simpatomimetik yang mempunyai efek stimulasi yang kuat
pada reseptor-β1 dan efek yang lemah pada reseptor-β2 dan reseptor α1 di jantung.
Dobutamine secara langsung menstimulasi reseptor β1 di jantung untuk meningkatkan
kontraktilitas miokard dan isi sekuncup, yang akan menyebabkan peningkatan curah jantung.
Aliran darah koroner dan konsumsi oksigen miokard biasanya meningkat karena terjadi
peningkatan kontraktilitas miokard. Tidak seperti dopamine, dobutamine tidak menyebabkan
pelepasan norepinefrin endogen. Dobutamine mengurangi peningkatan tekanan pengisian
ventrikel (pengurangan preload) dan memfasilitasi konduksi nodus atrioventrikel (AV).
e. Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas jantung, menurunkan tekanan
pembuluh darah sitemik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas Pasien

1. Nama klien : Ny.K

2. Usia : 32 Tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Alamat : Kartini No 11a

5. Suku : Jawa

6. Agama : Islam

7. Pendidikan : Tamat SMA

8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

9. Tanggal masuk RS: 23-05-2015


10. Tanggal Pengkajian: 23-05-2015
11. Sumber Informasi : Keluarga (Suami)

12. Diagnosa medis : Perforasi uteri post curettage

B. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada riwayat aborsi sebelumnya. Juga tidak ada riwayat hipertensi, penyakit jantung
maupun gagal ginjal yang dapat memperburuk prognosis. Riwayat DM tidak
diketahui diantara keluarga.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Suami klien mengatakan 2 minggu yang lalu klien menjalani curetage karena hamil anggur,
setelah curetage klien mengalami perdarahan yang tidak berhenti dan semakin banyak, selain
itu juga suami mengatakan bahwa klien kulitnya terasa dingin dan tampak pucat sehingga
suami membawah klien ke rumah sakit,
C. Pengkajian Primer

1. Airway : Jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan maupun bunyi abnormal.
2. Breathing : Frekuensi nafas 24 kali per menit, cepat dan dangkal. Ada sedikit retraksi otot
aksesori pernapasan pada saat klien bernapas.
3. Circulation: Terjadi pendarahan prevagina yang hebat, sehingga pasien kehilangan darah yang
cukup banyak.
4. Disability :GCS 9 : E 2,V 3, dan M 4. Pupil isokor, dan reflex terhadap cahaya (+), belum
terjadi midriasid pupil. [E:2 respon terhadap nyeri (cubit), V:3 kata” tidak teratur(kata” jelas
dengan substansi tidak jels), M:4 fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang).

D. Pengkajian Sekunder

• Exposure: keadaan pasien memburuk saat pasien melakukan pekerjaan yang

berlebihan seperti mengangkat barang yag berat dan berjalan yang terlalu
menhentak.

• Fluid : - urin : anuria

- Darah : 300-400 ml / jam

• Vital sign

Tekanan darah: 90/60 mmHg


Respirasi : 24x/menit
Suhu : 35,8 0c

Nadi : 70x/menit
BB : Tinggi badan tidak terkaji karena pasien tidak sadar.

• Head to toe

1. Kepala: Mesosefal, distribusi rambut merata, kebersihan cukup.


2. Mata: Konjungtiva anemis, sclera agak ikterik.
3. Hidung: Kebersihan cukup, tidak ada epistaksis.
4. Telinga: Tidak ada kelainan bentuk.
5. Mulut: Mukosa agak kering dan agak pucat kebiruan (sianosis).
6. Thorax: Pengembangan dada simetris, tipe pernapasan dada.
7. Abdomen: Akral dingin dan berkeringat.
8. Kuku jari: Terlihat pucat dan capilery refill lebih dari 3-5 detik turgor kulit menurun
(sedang).
 Data Psiko- Sosial — Spiritual

1. Data Psikologis
Tingkat kecemasan:Suami pasien mengtakan sebelumnya pasien merasa cemas
terhadap kandungannya .

2. Data Sosial
Pola komunikasi (Hambatan dalam komunikasi): Suami pasien mengatakan pasien
memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan masyarakat dan dalam keluarganya.

3. Data Spiritual
Suami pasien mengatakan bahwa pasien sangat tekun dalam beribadah,selain itu juga
keluarga mendukung pasien dalam doa. Pasien sangat percaya kepada yang Maha
Kuasa bahwa yang maha kuasa akan memberikan penyembuhan.

E. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Curah jantung
-Suami mengatakan pasien Ketidakefektifan
perdarahan tidak berhenti karena perfusi jaringan
curatage. Gangguan kemampuan perifer.
-Suami mengatakan kulit pasien pompa jantung.

terasa dingin dan tampak pucat.


Kardiak output

DO:
TD, dan perfusi jaringan
-TTV :
-Tekanan darah: 90/60 mmHg
Ketidakefektifan perfusi
-Respirasi : 24x/menit
jaringan perifer.
0
-Suhu : 35,8 c
-Nadi : 70x/menit
2 DS: Kekurangan volume cairan Resiko syok
-Suami mengatakan pasien hipovolemik
perdarahan tidak berhenti karena
curatage.

DO:
-TTV :
-Tekanan darah: 90/60 mmHg
-Respirasi : 24x/menit
-Suhu : 35,8 0c
-Nadi : 70x/menit
-Pasien tampak lemah
-Kulit kering

F. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya curah jantung.


2. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan.
G. Prioritas masalah

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya curah jant

H. Intervensi

N Hari/ Diagnosa Rencana

OTanggal Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Sabtu 1. KetidakefektifaT.U : 1.Kaji TTV 1.Deteksi keadaan umum

23-05-2015 n perfusi - Setelah dilakukan pasien.


jaringan perifertindakan keperawatan
berhubungan selama 1x24 jam 2.Berikan transfusi 2.Cairan tubuh kembali
dengan diharapkan masalah darah seimbang
8penurunan Ketidakefektifan perfusi
curah jantung. jaringan perifer 3. Kolaborasi obat. 3. Mengurangi pendarahan
berkurang. Dopamin,epinefrin,nor secara farmakologis.
epinefrin, dobutamine,
T.K: amiodarone,
- Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 4. Monitor TTV 4. Indikasi untuk tindakan
selama 3x24 jam selanjutnya.
diharapkan masalah
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer teratasi.

Kriteria Hasil : 5. Lakukan komunikasi 5. Membangun hubungan


TTV :
terapeutik saling percaya
- TD : 110/80mmHg-
120/90mmHg
-Nadi: 80-100
x/menit
-RR: 16-20 x/menit
-Suhu: 36.5-37.5 0c
-Pasien tidak lagi
mengalami
perdarahan
-Pasien tampak tidak
pucat

2 2. Resiko syok T.U : 1. Kaji TTV


1. Deteksi keadaan umum
hipovolemik - Setelah dilakukan 2. Berikan cairan
pasien
berhubungan tindakan keperawatan
melalui IV.
dengan selama 1x24 jam 2. Diperlukan untuk
kurangnya diharapkan masalah
memberikan cairan
volume Resiko syok pengganti dan juga makanan
cairan. hipovolemik jika pasien tidak mampu untuk
berkurang memasukan segala sesuatu dari
mulut.

T.K:
- Setelah dilakukan 3. Monitor TTV 3. Indikasi untuk tindakan
tindakan keperawatan selanjutnya.
selama 3x24 jam
diharapkan masalah 4. Monitor input & 4. Menjaga keseimbangan
Resiko syok output cairan tubuh.
hipovolemik teratasi.

5. Lakukan komunikasi 5. Membangun hubungan


Kriteria Hasil : TTV
terapeutik saling percaya
:
- TD : 110/80mmHg-
6. Lakukan pendekatan 6. pendekatan dan motifasi
120/90mmHg
dan berikan motivasi membantu keluarga pasien
-Nadi: 80-100
pada keluarga pasien untuk mengesternalisasikan
x/menit
untuk mengungkapkan kecemasan yang dirasakan.
-RR: 16-20 x/menit
pikiran dan perasaan.
-Suhu: 36.5-37.5 0c
-pasien tampak tidak 7. Dengan melibatkan
7. Jelaskan pada
lemah keluarga dari pasien maka
keluarga tanda-tanda
-Kulit pasien tidak tanda-tanda perdarahan dapat
perdarahan
kering segera diketahui dan
-Pasien merasa nyaman tindakan yangg tepat dan
cepat dapat segera diberikan.

Anda mungkin juga menyukai