Anda di halaman 1dari 20

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat karunia, rahmat, dan
hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Aqidah, syariah dan akhlak”
dengan sebaik-baiknya.
Adapun kami dapat membuat makalah ini, sebagai tanda bukti bahwa kami telah
menyelesaikan tugas yang diberikan. Dan kami menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari
pihak lain, penulisan makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak lain yang telah membantu
menyelesaikan makalh ini.
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangannya, kekhilafan dan masih jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan kami
masih dalam tahap pembelajaran.
Oleh karena itu, kami dengan senang hati menerima saran dan kritikan yang bersifat
membangun semangat demi kesempurnaan dan penulisan makalah ini.

Penyusun

Kelompok HG-1

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................................... 2


Daftar Isi .................................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 5
1.4 Metode Penulisan ................................................................................... 5
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................. 5
Bab II Pembahasan
2.1 Sistem Akidah ........................................................................................ 6
2.2 Implementasi Akidah............................................................................... 8
2.3 Sistem Syariah ………………………… .............................................. 10
2.4 Implementasi Syariah ………………………………………………… 13
2.5 Sistem Akhlak ……………………………………………………….. 15
2.6 Implementasi Akhlak ………………………………………………… 18
Bab III Penutup
3. 1 Kesimpulan ............................................................................................ 19
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 20

2
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat karunia, rahmat, dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Aqidah, syariah dan akhlak” dengan
sebaik-baiknya.
Adapun kami dapat membuat makalah ini, sebagai tanda bukti bahwa kami telah
menyelesaikan tugas yang diberikan. Dan kami menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari
pihak lain, penulisan makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik & tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak lain yang
telah membantu menyelesaikan makalh ini.
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangannya, kekhilafan dan masih jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan kami
masih dalam tahap pembelajaran. Penulis berharap semoga Allah S.W.T. memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Oleh karena itu, kami dengan senang hati menerima saran dan kritikan yang bersifat
membangun semangat demi kesempurnaan dan penulisan makalah ini.

Depok, April 2015

Tim Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal yang terangkum
dalam 3 hal pokok yaitu Aqidah, Syariah dan Akhlak. Artinya seluruh ajaran Islam
bermuara pada tiga hal ini. Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu
kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa
dipisahkan, karena ketiga unsur tersebut merupakan pondasi atau kerangka dasar dari
Agama Islam.
Ajaran Agama Islam yang seharusnya bersumber pada Al-Qur’an telah banyak yang
melenceng. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya bermunculan aliran-aliran sesat. Selain
itu, kasus kriminalitas yang semakin merajalela pada sekarang ini merupakan suatu
cerminan keruntuhan akhlak pada umat Islam saat ini. Untuk itulah selaku umat Rasulullah
SAW, kita perlu mengetahui serta mempelajari tentang ilmu yang membahas ketiga unsur
yang menjadi kerangka dasar ajaran agama Islam tersebut agar tidak tersesat dan tetap
berada di jalan yang benar.
Oleh sebab itu, dalam makalah kali ini akan membahas tentang ketiga unsur tersebut
yaitu Aqidah, Syariah, dan Akhlak. Dengan mempelajari dan mengambil esensi dari ketiga
unsur ini, semoga Allah memberikan kita petunjuk agar selamat di dunia dan di akhirat.

I.2 Rumusan Masalah


Untuk mengkaji dan mengulas tentang aqidah, syariah dan akhlak dalam kehidupan,
maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian aqidah?
2. Bagaimana pengimplementasian aqidah dalam kehidupan?
3. Apa pengertian syariah?
4. Bagaimana pengimplementasian syariah dalam kehidupan?
5. Apa pengertian akhlak?
6. Bagaimana pengimplementasian akhlak dalam kehidupan?

4
7. Apa saja manfaat mempelajari aqidah, syariah, dan akhlak?

I.3 Tujuan

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan aqidah, syariah dan akhlak.


2. Menjelaskan bagaimana tindakan yang mengandung akhlak, aqidah dan
syariah.
3. Mengetahui manfaat mempelajari aqidah, syariah, dan akhlak.

I.4 Metode Penulisan


Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan
makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari
media media lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil
dari internet.

1.5 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan,
dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan
makalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab
pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan dengan aqidah, implementasi
aqidah, syariah, implementasi syariah, akhlak, dan implementasi akhlak. Terakhir, bab
penutup terdiri atas kesimpulan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

I. Sistem Akidah

1. Pengertian Akidah
Menurut bahasa (etimology), akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu kata dasar al-
aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawuts (menjadi
kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat (penetapan).
Sedangkan menurut istilah (terminologi), aqidah berarti perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan
jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang
tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan, atau dapat juga diartikan sebagai iman yang
teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya serta tidak mudah
terurai oleh pengaruh mana pun baik dari dalam atau dari luar diri seseorang. Jadi, aqidah artinya
ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.
Pengertian aqidah dalam agama islam berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan.
Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Dalam pengertian lengkapnya, aqidah
adalah suatu kepercayaan dan keyakinan yang menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan Yang
Maha Esa, Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyerupaiNya.
Keyakinan terhadap keesaan Allah SWT disebut juga ‘Tauhid’, dari kata ‘Wahhada-
Yuwahidu’, yang artinya mengesakan. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan
hati seorang secara pasti adalah aqidah, baik itu benar atau pun salah. Aqidah menurut hasan al-Banna
adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa
yang tidak bercampur sedikit dengan keraguan-raguan. Adapun aqidah menurut Abu Bakar
Jabir al-Jazairy adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati
serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu.

2. Hakikat akidah dan iman


Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau keimanan. Ini
disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah perkataan Arab yang
berarti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah, membenarkan dengan hati
dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan sebuah hadis yang artinya:

6
"Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal dengan anggota." (al-
Hadis) Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain selain dari
dirinya sendiri dan Allah SWT, namun dapat diketahui oleh orang melalui bukti-bukti amalan. Iman
tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan dan maksiat. Sebaliknya, iman yang
mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai dan secucuk dengan
kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.

3. Pemahaman Akidah
Pemahaman Akidah secara komprehensif atau menyeluruh adalah memahami suatu keyakinan
bersifat keseluruhan agar berjalan sesuai dengan kehendak sang pencipta melalui wahyu yang dibawa
oleh sang rasul. Ada yang menerima disebut rasul ada pula yang menolaknya disebut kafir, serta ada
juga yang masih ragu-ragu yang disebut munafik, sedangkan kemunafikan merupakan bagian
dari kekafiran. Akidah Islam telah menjawab seluruh pertanyaan manusia tentang alam semesta,
manusia, kehidupan, dan menetapkan bahwa semuanya itu adalah makhluk. Akidah Islam juga
menetapkan bahwa sebelum kehidupan dunia ada Allah swt, sedangakan setelah kehidupan dunia
adakan ada hari kiamat. Akidah Islam juga menetapkan bahwa hubungan antara kehidupan dunia
dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah keterikatan manusia dengan perintah-perintah
dan larangan-larangan Allah swt. Sedangkan hubungan antara kehidupan dunia ini dengan kehidupan
sesudahnya adalah perhitungan, surga dan neraka. Akidah mempunyai peranan yang sangat penting
bagi kehidupan manusia, diantaranya:
1. Akidah Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa manusia. Sebab,
Akidah Islam telah menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang memuaskan dan
shahih.
2. Akidah Islam telah menciptakan keteguhan dan keberanian pada diri seorang muslim.
3. Akidah Islam akan membentuk ketakwaan pada diri seorang muslim.
Setelah seorang muslim menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah swt akan
menghisab semua perbuatannya pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri dari perbuatan
yang diharamkan serta melakukan perbuatan baik dan yang dihalalkan. Sebab, ia telah meyakini
bahwa hari perhitungan pasti akan datang.
Memahami akidah, tentu perlu mengetahui klasifikasi dari akidah itu sendiri. Akidah
diklasifikasi menjadi 3 yaitu:
1. Akidah Agamis
Pembagian akidah ini dilihat dari segi nilai nilai dasar keagamaanya. Akidah agamis tidak
hanya mengkaji hal hal yang bersifat nyata saja. Tapi, akidah agamis juga mengkaji hal hal yang
bersifat tidak nyata atau ghaib. Secara garis besar akidah agamis terbagi lagi menjadi tiga, yaitu :
A. Diwahyukan dan dijaga

7
Contoh dari akidah ini adalah islam. Islam adalah agama yang diwahyukan Allah
SWT kepada Nabi Muhammad saw.
B. Diwahyukan dan berubah
Contohnya bisa kita lihat pada agama Kristen. Nama semulanya adalah nasrani
dengan kitab sucinya injil.
C. Tidak diwahyukan (berdasarkan pemikiran manusia)
Dalam hal ini, banyak sekali paham paham ketuhanan yang telah dibuat oleh
manusia, salah satu diantaranya yaitu, paham ateisme.
2. Akidah saintifik
Pada akidah saintifik segala sesuatunya baru dapat dipercayai jika telah melalui beberapa
serangkaian tes atau percobaan. Jika pada suatu saat teori tersebut terbukti salah atau tidak benar,
maka teori tersebut akan runtuh dengan sendirinya dan tidak dapat dipakai lagi.
3. Akidah Filosofis
Filosofis berasal dari kata filsafat yang artinya, pandangan hidup seseorang atau sekelompok
orang yang merupakan konsep dasar dari apa yang dicita-citakannya. Jadi akidah fiosofis berasal dari
para pemikir pemikir.

II. Implementasi aqidah dalam kehidupan


Aqidah memberikan peranan yang besar dalam kehidupan seseorang, karena:

 Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan dan berbagai
prasangka, yang lama kelamaan akan menutup pandangannya dan menjauhkan dirinya
dari jalan hidup kebahagiaan.
 Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu oleh
berbagai informasi yang menyesatkan keimanan.

Oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Beberapa implementasi aqidah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari beberapa sisi,
antara lain:

1. Aqidah dalam individu


Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam rukun iman dalam
kehidupan manusia. Contoh penerapannya adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
semua larangan-Nya. Contohnya, merenungkan kekuasaan Allah swt, berbuat kebaikan
karena tiap gerakan kita diawasi Allah dan malaikat, mengamalkan ayat- ayat Al Quran,
menjalani risalah nabi, dan bertindak penuh perhitungan agar tidak terjadi kesalahan, serta

8
berikhtiar sebelum bertawakal. Kemampuan beraqidah pada diri sendiri akan membuat
hubungan kita dengan Allah dan manusia lain menjadi lebih baik.
2. Aqidah dalam keluarga
Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling
menyayangi sesuai dengan ajaran islam. Contoh implementasi aqidah dalam keluarga adalah
shalat berjamaah yang dipimpin oleh ayah, dan berdoa sebelum melakukan sesuatu.
3. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat
Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga hubungan
dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara, antara lain dengan
saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang tentram dan
harmonis.
Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong menolong,
toleransi, musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat manusia itu sama di depan
Allah swt dan pembedanya adalah nilai ketakwaannya.
4. Aqidah dalam kehidupan bernegara
Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka akan muncul kehidupan bernegara yang
lebih baik dengan masyarakatnya yang baik pada negara itu sendiri. Tak perlu lagi menjual
tenaga rakyat ke negara lain karena rakyatnya sudah memiliki SDM yang tinggi berkat
penerapan aqidah yang benar. Apabila hal ini terlaksana dengan baik, maka negara tersebut
akan memperoleh kehidupan yang baik pula dan semua warganya akan hidup layak dan
sejahtera.
5. Aqidah dalam pemerintahan
Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi aqidah terhadap pemerintahan
yang dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan negaranya. Contohnya saat
menyelesaikan sebuah masalah pemerintahan. Dalam menyelesaikan masalah pemerintahan,
semuanya disandarkan pada ketetapan Al-qur'an dan hadist. Apabila permasalahan tersebut
tidak memiliki penyelesaian yang pasti dalam Al-qur'an dan hadist, maka akan dibuat
keputusan bersama yang berasaskan kedua sumber ajaran tersebut. Segala keputusan yang
didasarkan pada Al-Quran dan Hadist adalah benar dan diridhoi Allah. Dengan begitu,
nantinya akan dihasilkan suatu kehidupan berbangsa dan bernegara yang insyaallah juga akan
diridhoi Allah SWT.

9
Jika tiap orang mampu mengimplementasikan aqidah dalam semua aspek
kehidupan, maka akan terwujud kehidupan yang baik pula, baik untuk diri sendiri,
keluarganya, masyarakat disekitarnya maupun bagi bangsa dan negaranya.

III. Sistem Syariah


Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, Islam mempunyai standar aturan bagi
masyarakatnya. Keberadaan aturan atau sistem hukum Islam yang biasa disebut syariat Islam
merupakan hukum dan ketentuan Allah swt untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah
(hablumminallah), hubungan manusia dengan diri sendiri (hablumminannafsy), dan
hubungan manusia dengan sesamanya (hablumminannas).
Secara praktis, dalam hablumminallah, Islam mengatur masalah akidah dan ibadah.
Dalam hablumminannafsy, Islam mengatur masalah pakaian, minuman, akhlak, makanan, dan
sebagainya. Sementara itu, dalam hablumminannas, Islam mengatur masalah muamalah.
Misalnya: perdagangan, politik, ekonomi dan pendidikan, serta uqubat(persanksian).
Syariat Islam mempunyai sistem khas yang tidak dimiliki agama mana pun. Kekhasan
ini dapat dilihat dari pelaksanaannya. Penerapan syariat Islam dapat memberikan rahmat bagi
manusia dan menjaga kehormatan manusia. Di tengah meningkatnya tindak kriminal, syariat
Islam bisa menjadi solusi atas permasalahan yang ada masyarakat. Syariat Islam mampu
mencegah terjadinya tindak kriminal dengan landasan ketakwaan dan keimanan kepada Allah
swt.
Setiap manusia akan merasa terikat dengan hukum-hukum Allah, sehingga ia akan
senantiasa merasa takut ketika akan melanggar hukum-Nya. Selain itu, syariat Islam juga
akan menjadi penebus dosa bagi pelaku yang melakukan tindak kriminal, sehingga ia akan
terbebas dari siksa di akhirat. Maka, syariat Islam bersifat adil dan tidak diskriminatif. Ia
berlaku bagi siapapun dan di mana pun.

III.1 Sumber Syariah


Hukum Islam adalah suatu sistem hukum yang nilai-nilainya didasarkan kepada aturan
dan ketetapan Allah Swt. yang disampaikan-Nya melalui Rasulullah Saw. Dasar hukum Islam
yang utama adalah Al-Quran, selanjutnya adalah hadis Nabi yang sahih. Selanjutnya para
ulama ahli melakukan pendekatan-pendekatan dan membuat pemahaman terhadap Al-Quran
dan hadis sehingga lahirlah kitab fikih. Kitab fikih merupakan kitab pedoman yang berisi
hukum serta peraturan Islam. Usaha para ulama untuk melakukan pendekatan dan membuat
pemahaman disebut juga sebagai ijtihad.
10
Pada dasarnya hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan
manusia dengan manusia serta makhluk hidup lain, dan hubungan manusia dengan benda.
Karena Rasulullah Saw. diturunkan di Arab, sistem hukum ini lahir di Arab pula. Seiring
dengan berkembangnya Islam ke berbagai belahan dunia, sistem hukum ini semakin
berkembang dan diaplikasikan oleh umat muslim di seluruh dunia.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, sumber pedoman hukum Islam adalah kitab suci
Al-Quran yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah Saw. melalui Jibril. Sumber hukum
berikutnya adalah hadis yang berisi sunah Rasul, yakni cara hidup dan perilaku Nabi
Muhammad Saw. semasa hidup dan mengamalkan ajaran Islam. Selain kedua sumber
tersebut, ada juga ijmak. Ijmak adalah kesepakatan yang dibuat oleh para ulama terpercaya
terkait cara hidup dan permasalahan seputar kehidupan. Ada juga qiyas, serupa analogi untuk
mengira-ngira hukum suatu kasus yang belum ada di masa hidup Rasulullah dengan
menyamakannya dengan kasus mirip yang pernah terjadi di masa kehidupan Rasulullah Saw.

III.2 Bidang Syariah


Pada prinsipnya, hukum Islam memiliki dua bidang besar yang mencakup sub-
subbidang kecil di bawahnya. Kedua bidang tersebut adalah bidang hukum rohaniah dan
hukum duniawi. Hukum rohaniah berkaitan dengan tata cara pelaksanaan ibadah. Dengan
kata lain, sistem hukum Islam bidang rohaniah berfungsi membimbing dan memandu umat
Islam untuk beribadah (ritual) dengan baik dan benar, seperti tata cara pelaksanaan salat,
puasa, zakat, dan haji. Hukum rohaniah biasanya tidak menjadi objek perkuliahan di fakultas
hukum Islam.
Yang kedua adalah hukum duniawi. Hukum duniawi adalah peraturan Islam yang
mengatur tata cara dan prosedur hal-hal yang terkait hubungan manusia satu dengan manusia
lainnya (urusan dunia). Hukum duniawi terdiri dari sub-subbidang sebagai berikut:

1. Muamalat. Yang dimaksud dengan muamalat adalah hukum dan peraturan terkait
hubungan manusia dengan manusia lain di bidang sewa-menyewa, jual beli,
perburuhan, perikatan, hukum kepemilikan, hak kebendaan, hukum tanah, dan
berbagai bentuk hubungan ekonomi yang terjadi di masyarakat.
2. Nikah atau munakahah. Yang dimaksud dengan nikah atau munakahah adalah
peraturan dan hukum Islam terhadap proses pernikahan atau pembentukan keluarga.
Hukum nikah terdiri dari syarat nikah, rukun nikah, hak dan kewajiban suami serta
istri, dasar-dasar pernikahan, dan sebagainya.

11
3. Jinayat. Yang dimaksud dengan jinayat adalah hukum terkait masalah pidana
kejahatan (kriminal) dan pelanggaran hukum Allah.

Negara-negara yang mengaplikasikan sistem hukum dengan nilai-nilai Islam sebagai


sistem hukum nasional negaranya melaksanakan dan menyusun peraturan dengan
memanfaatkan ketiga subbidang hukum duniawi di atas.

III.4 Tujuan Syariah


Sumber hukum syariat Islam adalah Al quran dan As sunnah. Sebagai hukum dan
ketentuan yang diturunkan Allah swt, syariat Islam telah menetapkan tujuan-tujuan luhur
yang akan menjaga kehormatan manusia, yaitu sebagai berikut.
 Pemeliharaan atas keturunan. Misalnya, syariat Islam mengharamkan zina dan
mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya. Hal ini untuk menjaga
kelestarian dan terjaganya garis keturunan. Dengan demikian, seorang anak yang
lahir melalui jalan resmi pernikahan akan mendapatkan haknya sesuai garis
keturunan dari ayahnya.
 Pemeliharaan atas akal. Misalnya, syariat Islam mengharamkan segala sesuatu yang
dapat memabukkan dan melemahkan ingatan, seperti minuman keras atau beralkohol
dan narkoba. Islam menganjurkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya. Jika akalnya terganggu karena
mengonsumsi minuman beralkohol, akalnya akan lemah dan aktivitas berpikirnya
akan terganggu.
 Pemeliharaan atas kemuliaan. Misalnya, Islam mengatur masalah tentang fitnah atau
tuduhan dan melarang untuk membicarakan orang lain. Hal ini untuk menjaga
kemuliaan setiap manusia agar ia terhindar dari hal-hal yang dapat mencemari nama
baik dan kehormatannya.
 Pemeliharaan atas jiwa. Misalnya, syariat Islam telah menetapkan sanksi atas
pembunuhan, terhadap siapa saja yang membunuh seseorang tanpa alasan yang
benar. Dalam Islam, nyawa manusia sangat berharga dan patut dijaga
keselamatannya.
 Pemeliharaan atas harta. Misalnya, syariat Islam telah menetapkan sanksi atas kasus
pencurian dengan potong tangan bagi pelakunya. Hal ini merupakan sanksi yang

12
sangat keras untuk mencegah segala godaan untuk melakukan pelanggaran terhadap
harta orang lain.
 Pemeliharaan atas agama. Misalnya, syariat Islam memberikan kebebasan bagi setiap
manusia untuk menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya. Islam tidak pernah
memaksakan seseorang untuk memeluk Islam. Akan tetapi, Islam mempunyai sanksi
bagi setiap muslim yang murtad agar manusia lain tidak mempermainkan agamanya.

IV. Implementasi Syariah


Syariah wajib diterapkan sebagai konsekuensi dari iman kepada allah berupa
ketundukan paada aturan-nya dan juga sebagai pedoman dalam berkehidupan. Implementasi
syariah dapat membawa seseorang ke kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat. Dengan
adanya syariah, manusia akan lebih taat dan beriman, karena mengikuti aturan agama islam
dengan baik dan benar. Manusia juga lebih dapat mengontrol emosi dan nafsunya.
Impementasi syariah kedalam kehidupan secara menyeluruh dapat membawa kepada
kehidupan yang lebih baik. Implementasi syariah dapat dilakukan secara juziyyah dan
kaffah.
Juziyyah adalah penerapan syariah secara parsial sesuai dengan kemampuan dan
kondisi situasi, biasanya pada lingkunga heterogen. Maksud dari penerapan secara parsial
adalah penerapan yang tidak menyeluruh dalam aspek kehidupan, namun hanya pada
beberapa kepentingan tertentu saja. Penerapan secara juziyyah ini biasanya diterapkan pada
lingkungan kelompok dan negara. Penerapan syariah secara kaffah adalah penerapan syariah
secara menyeluruh pada semua aspek kehidupan. Maksud dari penerapan secara kaffah
adalah penerapan yang dilakukan disemua aspek kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi,
bermasyarakat maupun bernegara. Biasanya penerapan secara kaffah ini dilakukan oleh
individu, namun ada pula yang menerapkan secara kelompok, jika dalam kelompok itu
sendiri, masing-masing individu sudah berhasil menerapkan syariah secara menyeluruh.
Ada beberapa spesifikasi subjek yang mengamalkan syariah, yaitu: individu,
kelompok, dan negara. Implementasi syariah oleh individu adalah pelaksanaan syariah oleh
pribadi masing-masing atau diri sendiri. Pengimplementasian syariah oleh individu sebaiknya
dilakukan secara kaffah atau menyeluruh. Implementasi syariah oleh individu adalah pangkal
dari keberhasilan implementasi syariah oleh kelompok dan negara. Implementasi syariah oleh
individu akan merubah lingkungan bermasyarakat, contohnya adalah tidak meninggalkan
ibadah, tidak makan dan minum yang haram, berpakaian sopan menutup aurat, memiliki
pergaulan yang baik. Implementasi syariah oleh kelompok bisa dilakukan secara kaffah di

13
antara individu yang memiliki komitmen kuat, namun juga bisa dilakukan secara juziyyah di
tengah kelompok yang heterogen atau beragam. Penerapan syariah oleh kelompok
membentuk individu yang teguh imannya, contohnya seperti dakwah. Implementasi syariah
oleh negara bisa dilakukan secara juziyyah dan kaffah. Kekuatan berasal dari individu dan
kelompok yang bersedia menerapkan syariah. Namun penerapan secara kaffah dalam suatu
system kenegaraan dengan lingkungan yang heterogen, masih tidak dapat dilakukan.
Implementasi syariah dapat dilakukan dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang
politik, sosial, kesehatan, dan hokum. Penerapadan dalam bidang politik contohnya adalah
pemegang kekuasaan dalam pemerintahan harus memperhatikan kepentingan warga
negaranya dan tidak menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang, para pemimpin
tunduk hukum, dan pemegang kekuasaan bersikap amanah terhadap kewajiban. Jika
penerapan syariah dapat dilakukan secara menyeluruh, maka keadilan akan dapat ditegakkan
dan tidak aka nada lagi korupsi, kolusi dan nepotisme dalam sistem pemerintahan. Para
pemegang kekuasaan akan bersikap jujur dan adil dalam melaksanakan kewajibannya.
Pelaksanaan syariah dalam bidang sosial adalah dengan mengharmoniskan kehidupan
bermasyarakat, menjunjung tinggi tatanan syariat dalam pola hubungan sosial antara warga
muslim maupun nonmuslim, menjauhkan diri dari perpecahan masalah SARA (suku, agama
dan ras). Dengan dilakukannya penerapan syariah dalam kehidupan sosial akan membawa
perdamaian ke dunia. Karena hidup akan saling menghargai dan menghormati. Dengan sikap
seperti itu, kehidupan akan terasa lebih tenang tanpa adanya perdebatan akan perbedaan.
Dalam bidang kesehatan, penerapan syariah dengan mewujudkan cara hidup sehat, dari segi
makanan, minuman, lingkungan dan gaya hidup juga merawat yang sakit dengan sebaik-
baiknya. Penerapan syariah dapat dilakukan dengan melakukan cara hidup sehat baik
individu, keluarga maupun kelompok. Dalam bidang hukum, penerapan syariah dapat
dilakukan dengan menegakkan hukum dan peradilan yang Islami, penegak hukum dalam hal
ini adalah polisi, hakim dan jaksa, harus amanah dan jujur dalam menjalankan kewajibannya.
Hukuman Islam berpihak pada semua termasuk korban, terdakwa, masyarakat dan negara.
Penerapan syariah dalam bidang hukum dapar dilakukan karena, hukum Islam bersikap adil
dan tidak memihak. Allah SWT berfirman, “ Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka, jika
kamu tidak mengerjakan, ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan
jika kamu bertobat, bagimu pokok hartamu. Kamu tidak dianiaya dan tidak pula menganiaya
“ (QS. Al-Baqarah, 2:278-279).

14
V. Sistem Akhlaq

V.1 Pengertian Ilmu Akhlak


Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas seputar akhlak baik dan buruk serta sifat
terpuji dan tercela, berikut sifat-sifat yang harus diperkuat atau dihilangkan. Ilmu akhlak
berbicara tentang sifat-sifat, semisal kedermawanan atau kekikiran, keberanian atau
kepengecutan, yang muncul dan hilang berdasarkan ikhtiar kita atau yang dapat dikendalikan
manusia. Secara lebih singkat lagi ilmu akhlak didefinisikan sebagai pengenalan terhadap
kemuliaan akhlak dan ketercelaannya.
Ilmu Akhlak menuntun manusia untuk berbuat baik dan bagaimana melakukannya,
selain itu juga agar manusia dapat menghindari sifat-sifat buruk. Dapat diketahui di sini
bahwa sasaran atau objek pembahasan ilmu akhlak adalah menilai baik dan buruk, benar dan
salah, pantas dan tidak pantas, serta mana yang harus dan mana yang tidak boleh dari segala
sifat atau tindakan manusia yang dilakukan dalam keadaan sadar.
Dengan demikian, Ilmu Akhlak memuat dua pesan penting bagi manusia guna
mencapai kebahagian lahir dan batin.Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara
baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan
manusia lahir dan batin.
Ilmu Akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk,
ilmu yang mengajarkan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh
usaha dan pekerjaan mereka.

V.2 Dasar-dasar Ilmu Akhlak


Perbuatan-perbuatan yang mempunyai nilai baik dan buruk, mempunyai dasar-dasar
yang jelas. Pada pembahasan sebelumnya sudah disebutkan bahwa ada ilmu yang membahas
dan meberikan klarifikasi pada persoalan baik dan buruk, itulah Ilmu Akhlak. Tentunya ilmu
tersebut mempunyai dasar. Adapun dasar-dasar Ilmu Akhlak adalah sebagai berikut:

1. Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini dinilai karena
keontetikannya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar yang lain. Mengingat al-
Qur’an merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada keraguan baginya untuk dijadikan
sebagai dasar atau asas. Walau nantinya ada beberapa perangkat yang diperlukan untuk
mendukungnya.

15
Nilai-nilai yang ditawarkan oleh al-Qur’an sendiri sifatnya komprehensif. Perbuatan baik
dan buruk sudah dijelaskan di dalamnya. Hanya saja, ada yang perlu diperhatikan. Mengingat
ada banyak ayat-ayat al-Qur’an yang membutuhkan penafsiran. Sehingga untuk
mememudahkan, orang-orang akan merujuk kepada al-Hadits ( sebagai Asbabun Nuzul suatu
ayat) dan al-Aqlu (penalaran akal). Sejauh manakah campur tangan kedua dasar tersebut pada
persoalan Ilmu Akhlak. Pastinya al-Hadits dan al-Aqlu tidak akan merubah pesan yang ingin
disimpaikan oleh al-Qur’an.

2. Al-Hadits
Asbabul Wurud suatu hadits berbeda-beda. Ada hadits yang dikeluarkan oleh Nabi
karena seorang sahabat bertanya kepadanya, karena Nabi menegur seorang sahabat, karena
peringatan dan penjelasan Nabi terhadap al-Qur’an.
Dalam riwayat Aisyah pernah ditanya oleh seseorang tentang akhlak Nabi. Aisyah
menjawab akhlak Nabi adalah al-Qur’an. Dengan demikian, Nabi merupakan interpretasi
yang hidup terhadap al-Qur’an. Karena segala ucapan (Qauliyah), perbuatan (Fi’liyah), dan
penetapan (Taqririyah) merupakan sebuah wahyu dari Allah, dan apa-apa yang datang dari
Nabi senantiasa terjaga. Dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an dan al-Hadits berasal dari
sumber yang sama, yaitu Allah SWT.
Di dalam al-Qur’an terlah dijelaskan bahwa Nabi itu peribadi yang agung. Karena
memang pada dirinya terdapat sebuah suri tauladan yang baik. Keistimewaan tersebut, tidak
hanya diakui oleh umat Islam saja, akan tetapi non-muslimpun mengakui hal tersebut. Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Machael H. Hart tentang 100 tokoh yang paling
berpengaruh dalam sejarah, dia menyatakan bahwa Nabi Muhammad menduduki posisi
pertama. Jelaslah bahwa tidak ada kecacatan dalam peribadi Nabi, karena memang tugas
diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak.

3. Al-Aqlu (Akal)
Salah satu angerah Tuhan kepada manusia yang menjadi esensi dari dirinya adalah akal.
Dengannya manusia dapat berfikir secara rasional, membedakan antara yang hak dengan yang
bathil.

Jika manusia dimuliakan oleh Allah karena mempergunakan akalnya dengan baik, maka
Allah akan memberikan ganjaran atas perebuatan baik yang telah dilakukan. Kedudukan
manusia di mata Allah akan melebihi Malaikat apabilah mereka dapat menggunakan potensi

16
yang telah diberikan dengan baik. Dan begitu pun sebaliknya, orang yang tidak menggunakan
potensinya dengan baik, maka derajatnya lebih rendah dibandingkan dengan binatang.
Mereka yang dapat selamat dari kesesatan adalah orang-orang yang senantiasa
mempergunakan akalnya dengan baik. Kita lihat orang-orang yang tercerahkan sebelum
datangnya al-Qur’an, apa yang mereka jadikan dasar, tidak lain adalah akal mereka. Apakah
Phytagoras, Anaximenes, Aristoteles, Plato, Socrates, Plotinus, dan beberapa filsuf lainnya
berpegang teguh dan senantiasa mengamalkan al-Qur’an, tentu tidak, Islam saja belum ada di
zaman mereka. Tapi mereka terkenal sebagai orang-orang yang bijak.

V.3 Tujuan Ilmu Akhlak


Dalam hal ini, ada dua tujuan utama Ilmu Akhlak, yaitu:

1. Tujuan IIlmu Akhlak adalah untuk menyempurnakan prilaku manusia dengan


menyodorkan kebaikan.
Dalam pembahasan Ilmu Akhlak dipaparkan tentang hal-hal yang baik dan buruk, guna
memahamkan kita dalam bertingkah laku agar tidak salah mengambil langkah yang akan
merugikan diri sendiri, maupun orang lain dalam lingkungan bermasyarakat.
Pada dasarnya ada dua persoalan yang dibicarakan, yaitu pemaparan tentang kebaikan
dan keburukan. Namun terdapat perbedaan, mepelajari kebaikan untuk mengerjakannya namun
mempelajari keburukan untuk meninggalkannya, serta memberikan kecenderungan untuk
berperilaku baik.

2. Tujuan Ilmu Akhlak adalah untuk mencapai tujuan hidup yang ideal.

Setelah kita memahami tentang apa saja yang baik dan yang buruk, maka secara naluri
kita akan berusaha untuk meninggalkan keburukan dan berusaha menuju kepada kebaikan.
Karena apa yang ditawarkan oleh Ilmu Akhlak adalah sebuah peta perjalanan dalam menjalani
kehidupan sehari-hari kita.
Mungkin ada sebuah jalan yang bisa ditempuh dan mengantarkan kita kepada tujuan
akhir kita, yaitu untuk mencapai kebahagian. Namun tidak ideal untuk dijadikan sebagai
petunjuk dan pedoman. Dengan adanya Ilmu Akhlak maka jalan yang seharusnya ditempuh
dengan begitu rumit dan menjelemet, akan terasa nyaman dan penuh dengan kedamaian,
karena konsep ideal dari Ilmu Akhlak.

17
VI. Implementasi Akhlak
Sesuai sifat dari akhlak, akhlak bisa kita bagi menjadi dua yaitu:
1. Akhlak Terpuji (Akhlak Karimah)
Yaitu sikap atau perilaku baik dari segi ucapan ataupun perbuatan yang sesuai
dangan tuntunan ajaran islam dan norma-norma aturan yang berlaku.Contoh dari
akhlak terpuji adalah amanah, shidiq, adil, pemaaf, tolong menolong, kerja keras,
islah, silaturahim
2. Akhlak Tercela (Akhlak Mazmumah)
3. Yaitu akhlak yang dilarang agama, karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain,
serta mengakibatkan kerusakan moral dan iman. Contoh dari akhlak tercela adalah
Ghibah, riya, ujub, takabur, namimah,tamak, su’udzon, mubadzir, bakhil

Implementasi akhlak yang akan dibahaskan disini adalah akhlak terpuji saja, bukan
akhlak tercela. Karena akhlak tercela justru adalah akhlak yang harus dihindari.
Sedangkan akhlak terpuji memang harus diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari
manusia.
Sesuai tujuannya implementasi akhlak bisa kita bagi menjadi:
1. Akhlak kepada Allah
Tentu saja pembahasan akhlak tidak hanya horizontal tetapi juga vertical. Karena
manusia erlu tahu bagaimana berhadapan dengan penciptanya. Macamnya yaitu Tawhid,
Ubudiyah, Taqwa, Ikhlas, Khauf, Raja, Tawakal
2. Akhlak kepada Sesama
Pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu
 Kepada Sesama Muslim
Saling menghargai, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda,
menyantuni yang fakir, menjaga lisan, saling mengingatkan, dan sebagainya.
 Kepada Non-muslim
Pada pertama-tama akhlak yang perlu ditanamkan pada diri kita adalah toleransi
beragama seperti pada QS Al-Kafirun: 6 yang berbunyikan pesan toleransi agar beragama
sesuai kepercayaannya masing masing tanpa perlu saling bergesekan. Disamping itu tentu
kita perlu berlaku sopan, saling tolong-menolong, dan lain lain
3. Akhlak kepada Diri
Menjaga kehormatan dan harga diri, membersihkan diri lahir dan batin, Memiliki dan
memupuk sifat-sifat terpuji, Taat menjalankan ajaran agama, Menjaga lisan, mata, telinga,
dan tangan dari perbuatan tercela, Mencari rezeki yang halal, Selalu berusaha
mendekatkan diri kepada Allah, beramal shaleh, meningkatkan iman dan takwa,
4. Akhlak kepada Lingkungan
Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta serta bersyukur kepada
Allah. Memanfaatkan alam semesta dengan sebesar-besarnya bagi kemakmuran hidup
manusia. Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan flora dan fauna serta alam
semesta ini untuk kepentingan manusia. Tidak berlaku dzalim, aniaya, atau
mengeksploitasi secara semena-mena, seperti penebangan hutan secara liar, penggalian
tambang tanpa mempedulikan lingkungan, membuat polusi, dan sebagainya.

18
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulakan bahwa
setiap umat manusia sangat diharuskan untuk mempercayai nilai-nilai ajaran agama
Islam itu sendiri yang berdasarkan aqidah, akhlaq, dan ilmu kalam. Manusia dituntut
untuk menjalankan nilai-nilai tersebut agar diharapkannya menjadi umat manusia
yang beragama Islam sesuai ajarannya. Syariah Islam berperan sebagaimana
kepercayaan manusia terhadap tuhan dan sesamanya. Nilai ini mengajarkan manusia
agar berserah diri kepada penciptanya dan juga membuat hubungan baik di duniawi
yaitu sesama makhluk. Segala implementasi nikai dari kerangka dasar ajaran Islam
tersebut merupakan refleksi dari pengertian yang ada pada teorinya, sehingga manusia
bisa lebih memahami apa makna dari kerangka dasar ajaran Islam tersebut.

19
Daftar Pustaka

Afrizal, Nur. 2012. Aqidah Syariah akhlak. 7 hlm. http://www.slideshare.net/nur-arifaizal-


basri/aqidahsyariahakhlak. 9 April 2015 pk. 09.37
Kaelany. (2009). Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press.
Akhlak dalam Islam. http://www.academia.edu/ (Diakses tanggal 9/4/2015 pukul 19:32)
http://wanmakatita.student.unidar.ac.id/2013/06/pengertian-aqidahsyariah-dan-akhlak.html
http://www.slideshare.net/TriPrasetyo/ekonomi-syariah-suatu-implementasi-dari-sebuah-
ketakwaan-32893926
http://www.scribd.com/doc/134561745/Implementasi-Syariah-Islam#scribd
http://www.acehinstitute.org/pojok-publik/agama/item/134-implementasi-syariat-islam
https://www.academia.edu/4273835/
Permasalahan_Implementasi_Perda_Syariah_dalam_Otonomi_Daerah
https://www.academia.edu/8448470/
Implementasi_Iman_dan_Taqwa_dalam_Kehidupan_Modern
http://uin-malang.ac.id/r/140801/implementasi-nilai-islam-dalam-kehidupan-sehari-hari.html
http://www.seowaps.com/2012/03/pluralisme-agama-dan-implementasinya.html
Pemahaman Akidah Secara Komprehensif http://www.scribd.com/doc/87949198/Akidah-
Komprehensif-Ilmu-Kalam, diakses pada hari Jumat, 13 Maret 2015, pk. 00.05 WIB.
Sistem akidah Islam, http://dighaalraizha.blogspot.com/2010/12/sistem-akidah-islam.html,
diakses pada hari Jumat, 13 Maret 2015, pk. 00.05 WIB.
Rinjani, Didit. “Klasifikasi Akidah dan Komponen Manusia”
http://www.diditrinjano.com/2010/11/klasifikasi-Akidah-dan-komponen-manusia.html,
diakses pada hari Jumat, 13 Maret 2015, pk. 00.05 WIB.
http://wanmakatita.student.unidar.ac.id/2013/06/pengertian-aqidahsyariah-dan-akhlak.html

20

Anda mungkin juga menyukai