Metode Pengembangan Bahasa Anak
Metode Pengembangan Bahasa Anak
PENDAHULUAN
Kecakapan berbahasa merupakan salah satu aspek yang dikembangkan dalam pendidikan pra-sekolah.
Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang perlu untuk membekali para (calon) praktisi pendidikan
prasekolah atau (calon) Guru TK dengan: (1) pengetahuan akan konsep-teoretis dan aplikasi-praktis
berbahasa;dan (2) pengenalan beragam metode pengembangan kecakapan berbahasa pada anak pra-
sekolah.
Diktat sederhana ini merupakan handout (pegangan) bagi para mahasiswa PGTK dalam matakuliah
Metode Pengembangan Bahasa. Diktat ini dibagi ke menjadi 3 bagian, yaitu:
Bagian Pertama diktat ini membahas pengertian bahasa dengan landasan beragam konsep. Beberapa
teori yang ditawarkan dalam uraian ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan wawasan yang
memadai mengenai konsep bahasa.
Bagian Kedua memfokuskan uraian pada bahasa sebagai “kemampuan yang dimiliki individu manusia”.
Bahasa dipandang sebagai suatu kecakapan yang akan diperoleh secara bertahap. Bahasa juga
dipandang sebagai kecakapan yang memiliki kesejajaran dengan bentuk kecakapan lainnya.
Perkembangan bahasa pada anak menjadi salah satu bahasan penting dalam hal ini.
Dan Bagian Ketiga, dibahas beberapa metode pengembangan bahasa yang dapat diterapkan pada
anak-anak pra-sekolah. Dalam hal ini, tidak akan disebutkan metode mana yang paling baik. Karena,
tidak ada metode yang paling selalu baik. Satu metode yang tepat untuk satu anak atau suatu materi
belum tentu tepat pula untuk anak atau materi yang lain.
Disadari atau tidak, diktat ini memiliki kekurangsempurnaan, baik berupa kesalahan maupun
ketidaktepatan. Oleh karena itu, tegur sapa, saran, dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan.
Selamat membaca. Semoga bermanfaat.
--Penulis
A. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan sesuatu yang menakjubkan. Bahasa adalah salah satu prestasi tertinggi yang dicapai
manusia. Meskipun beberapa hewan memiliki semacam sistem komunikasi, namun hanya manusia yang
mengembangkannya dalam bentuk verbal/lisan, atau ucapan lisan.
Ada beragam pendapat para ahli mengenai pengertian bahasa. Perbedaan pandangan dan pendapat ini
tergantung pada latar belakang keilmuan para ahli tersebut. Berikut dikemukakan beberapa definisi
bahasa:
1. John W. Santrock (2002)
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi, baik berupa ujaran, tulisan atau tanda-tanda yang didasarkan
pa asuatu sistem simbol.
2. Robert Lado (1993)
Bahasa adalah sistem komunikasi yang terikat dengan perasaan dan aktivitas manusia —sesuai lingkup
lingkungannya.
3. Chaedar Al-Wasilah (1993)
Bahasa adalah suatu sistem komunikasi “manasuka” yang menggunakan simbol vokal yang
memungkinkan semua orang dalam lingkup budaya tertentu dapat berinteraksi.
Manasuka di sini maksudnya sesuatu yang “disepakati secara diam-diam” [silent agreement]
Dengan demikian, secara umum bentuk aktivitas bahasa yang kita gunakan sehari-hari ada 4 macam,
yaitu (1) menyimak [listenning], (2) berbicara [speaking], (3) membaca [reading], dan (4)
menulis [writing]. Dalam kurikulum, keempat aktivitas bahasa ini pula yang menjadi materi kegiatan
utamanya.
C. Fungsi Bahasa
Bahasa merupakan alat yang berfungsi untuk berkomunikasi antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain. Komunikasi sendiri dapat kita maknai sebagai proses menyampaikan pesan atau informasi.
Dengan demikian, proses ini membutuhkan 3 komponen, yaitu:
· Komunikan : yaitu orang yang menyampaikan pesan
· Komunikator : yaitu orang yang menerima pesan
· Pesan : yaitu obyek yang disampaikan komunikan kepada komunikator
Dengan catatan, komunikasi akan terjadi apabila antara komunikan dan komunikator memiliki satu
sistem bahasa yang sama.
D. Sistematika Bahasa
Linguistik merupakan ilmu pengetahuan yang khusus mengkaji bahasa. Linguistik memilah bahasa
menjadi beberapa bidang, yaitu :
1. Fonologi : ilmu bahasa yang memfokuskan pada ragam bunyi lisan yang membentuk bahasa. (Fonem
= bunyi).
2. Morfologi : ilmu bahasa yang memfokuskan pada proses pembentukan kata. (Morfem = kata dan
imbuhan).
3. Sintaksis : ilmu bahasa yang memfokuskan pada proses pembentukan kalimat. (Syntaxt = kalimat).
4. Semantik : ilmu bahasa yang memfokuskan pada dinamika arti/makna bahasa.
1. Aspek Sensori-motorik
Menurut Piaget, kemampuan sensori merupakan kemampuan kognitif paling awal pada manusia.
Sensori artinya kemampuan menginderai. Panca indera berperan sekali dalam hal ini. Dengan
penginderaan manusia mengenali lingkungannya. Adapun motorik artinya gerak. Jadi, perkembangan
kognitif awal manusia adalah dengan “menangkap” dengan indera, dan “merespon” dengan gerak.
Misalnya bayi akan merasa nyaman bila melihat wajah ibunya atau akan menangis ketika merasakan
tak nyaman saat celananya basah. Bayi tersebut belum mengerti bahasa, tetapi sudah belajar
berkomunikasi terbatas, setelah melakukan penginderaan.
2. Aspek Perseptual
Perseptual adalah kemampuan memahami/menafsirkan informasi yang diperolehnya melalui proses
sensori (penginderaan). Dalam contoh bayi yang menangis karena tak nyaman, ia tahu karena
celananya basah, ia juga tahu celananya basah karena ia ngompol. Jadi, dalam hal ini mulai ada
peningkatan pemahaman: dari hanya merasakan sampai mengerti apa yang dirasakannya itu. Persepsi
sendiri, terbagi sesuai proses penginderaan. Karena persepsi memang tahap lajut dari sensori
(penginderaan). Jadi ada persepsi visual (memahami apa yang dilihat), persepsi auditoris (memahami
apa yang didengar), persepsi takstil-kinestetik (memahami apa yang diraba dan pola gerak).
3. Aspek Bahasa
Bahasa merupakan aspek perkembangan yang kompleks dari proses kognitif manusia. Dalam bahasa,
sudah dilakukan simbolisasi dari apa yang dirasakan dan dipahaminya.
Objek yang didengar dan dilihat [melalui proses sensori] kemudian dipahami [melalui proses persepsi]
dan disimbolkan [dalam bentuk bahasa]. Dengan demikian, tampaklah begitu kompleksnya proses
berbahasa yang terjadi pada manusia.
Dalam proses berpikir, juga dalam berbahasa, orang melakukan beberapa tahapan proses , di
antaranya:
mengklasifikasikan (mengelompok-lompokkan)
membandingkan (dua buah objek)
mengurutkan (beberapa objek)
menyimbolkan (membuat lambang tertentu)
menangkap pola (menemukan pola/rumus)
Setelah proses itu terkuasai, orang akan dengan mahirnya melakukan proses bahasa. Anak pra-sekolah,
akan melewati seluruh proses di atas secara bertahap. Sesuai dengan kemampuan berikirnya, maka
mereka melakukannya yang paling sederhana.
Bahkan dalam terminologi Gardner ini, kecerdasan lingusitik/bahasa merupakan kecerdasan yang
paling mendasar. Selanjutnya Gardner menyatakan bahwa kecerdasan bahasa terdiri dari beberapa
unjuk kemampuan di antaranya: membaca, menulis, berbicara, berdebat, mengarang, berpuisi,
menyusun puzzle-kata, dan bertutur.
Dari uraian tersebut tampak bahwa bahasa merupakan salah satu aspek penting dari kecerdasan
seseorang. Di samping itu, tampak bahwa bahasa merupakan aktivitas yang kompleks.
Pada bab-bab sebelumnya telah kita bahas mengenai perkembangan anak yang meliputi pula
perkembangan kemampuan bahasanya. Uraian bab ini akan difokuskan pada bentuk perlakuan yang
dapat kita terapkan untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak tersebut.
A. Kemampuan Pra-Bahasa
Dari pembahasan sebelumnya kita pahami bahwa sebelum kita mengembangkan kemampuan bahasa
anak, kita harus memantapkan terlebih dahulu dasar-dasar anak dalam hal kemampuan pra-
bahasanya.
Kemampuan pra-bahasa sebenarnya merupakan kemampuan yang juga mendasari anak dalam
mengembangkan kemampuan kognitifnya secara umum. Kemampuan ini meliputi empat kemampuan
persepstual, yaitu:
Kemampuan Persepsi Auditoris (Persepsi Penglihatan)
Kemampuan Persepsi Visual (Persepsi Pendengaran)
Kemampuan Persepsi Kinstetik (Persepsi Pengesanan Gerak)
Kemampuan Persepsi Taktil (Persepsi Perabaan)
Dasar pemikiran konsep pra-bahasa ini adalah: Semakin mantap kemampuan pra-bahasa anak akan
semakin mantap pula pengembangan kemampuan bahasa selanjutnya. Karena cakupannya luas, maka
terdapat beragam latihan dan kegiatan untuk pengembangan kemampuan pra-bahasa ini. Dalam
pelaksanaannya, sebagai guru TK, Anda bisa memasukkannya dalam kegiatan yang mengawali proses
pembelajaran maupun kegiatan tambahan semacam remedial.
Jenis-jenis kegiatan dan latihan ini terdapat dalam lampiran yang terpisah dengan judul Prosedur
Remedial (Sorfentein, 1993). Sistematika lampiran terdiri atas (1) konsep sederhana mengenai masing-
masing persepsi dan (2) teknik dan langkah-langkah pengembangannya.
Kerincian metode ini tampak dalam langkah-langkahnya yang panjang. Sebab, metode ini menerapkan
beberapa proses persepsi sekaligus. Cob simak, selain aktivitas melihat (persepsi visual), anak juga
harus melakukan aktivitas menelusuri (persepsi taktil kinestetik) dan membunyikan (persepsi
auditoris).
Oleh karena itu, metode ini dianggap cocok untuk mengembangkan kemampuan mengenal huruf yang
kadang sulit pada beberapa anak. Namun demikian, metode ini berguna juga untuk anak-anak lain.
Langkah-langkah dalam metode ini dapat pula diterapkan sebagai kegiatan mengawali PBM setiap hari.
Diharapkan semakin sering anak melatih aktivitas ini, anak akan semakin menguasainya.
2) Metode Suku-Kata-Kombinasi
Mengandaikan suku kata sebagai satu rangkaian huruf. Dengan demikian sebelum diajarkan suku kata,
anak harus menguasai nama-nama huruf atau minimal sudah mengenal huruf-huruf yang akan
digunakan dalam suku kata tersebut.
Saat mempraktiikan metode ini, secara bertahap anak diajarkan atau diingatkan kembali mengenai
bunyi atau nama hurufnya.
Susunan pola huruf pada suku kata yang akan diajarkan mengikuti pola spiral, yaitu dimulai dari yang
sederhana sampai ke yang kompleks. Misalnya diawali dengan pola KV-KV (Konsonan Vokal – Konsonan
Vokal). Setelah anak menguasainya, baru dilanjutkan dengan pola-pola lain yang lebih rumit, misalnya
pola KV-VK, VK-VK, VK-KV, KKV-KV, dan seterusya.
Biasanya saat melakukan praktik metode ini, akan diketahui metode pengenalan huruf yang mana yang
paling mudah. Apakah metode alfabet atau metode bunyi. Pada prinsipnya, gunakanlah metode yang
paling memudahkan anak.
e. Metode SAS (Synthesis Analysis Structure)
Merujuk pada namanya, metode ini berisi dua jenis proses berpikir yaitu SINTESIS dan ANALISIS, yang
pada awalnya bisaditerapkan dalam kalimat. Sintesis adalah proses berpikir menggabungkan atau
menyatukan. Sebaliknya analisis adalah proses berpikir menguraikan atau merinci.
Dengan demikian, kemampuan membaca anak dilatih dengan memproses suatu utuh teks, misalnya
sebuah kata lalu diurai menjadi suku kata, menjadi huruf-huruf, lalu dikembalikan menjadi suku kata
dan terakhir menjadi kata kembali.
Jadi, ada tiga tahapan proses dalam hal ini, yaitu STRUKTUR'-M E N G U R A I -MENGGABUNG
Umum/Tinjauan Khusus/Rincian Umum/Simpulan.
Sebenarnya, proses berpikir seperti ini lazim kita gunakan dalam proses berpikir sehari-hari. Terutama
saat kita menguraikan sesuatu atau saat kita menyimak suatu pembicaraan. Biasanya pembicaraan
akan dimulai dengan tinjauan yang bersifat umum, lalu diuraikan rinciannya dalam sub-sub atau
aspek-aspek khusus, dan terakhir disimpulkan dalam yang menggabungkan aspek-aspek tadi secara
umum kembali.
Dengan metode ini anak dibiasakan menggunakan proses berpikir yang bertahap dan benar saat
menghadapi objek yang membutuhkan proses berpikir. Jadi, anak dilatih untuk tidak terburu-buru
menyimpulkan sebelum melakukan proses yang lengkap. Dengan proses seperti ini, anak diharapkan
lebih mantap lagi pemahamannya.
Namun demikian, agaknya metode ini harus dilakukan dengan hati-hati dan terencana agar tidak
membuat anak jenuh dengan proses yang panjang dan bolak-balik seperti ini.
Proses membuat garis bisa dilakukan dengan menyambungkan titik-titik, menyambungkan 2 buah titik
menelusuri lorong, dst.
Anak dilatih mewarnai gambar, baik dengan warna yang sudah ditentukan maupun atas pilihan sendiri.
Penting diingat anak bahwa dalam mewarnai ia tidak melewati garis batas.
Sebagai tahap awal, anak menggunakan crayon atau kapur. Pada tahap berikutnya anak perlu
dibiasakan menggunakan pensil.
Langkah berikutnya adalah menerapkan aktivitas tersebut dalam pola-bentuk huruf. Jadi, akan ada
aktivitas menjiplak huruf, menyalin huruf, menyambung titik-titik huruf, menelusuri huruf, dan
seterusya.
b. Metode Fernald
Metode ini agak mirip dengan metode selusur tetapi diterapkan pada kata (1943/1988). Tetapi
sebenarnya bisajuga diterapkan pada kata dengan sedikit modifikasi. Langkah-langkahnya a.l. :
Anak memilih kata yang akan dipelajari
Guru menuliskan kata dimaksud di kertas/papan tulis
Guru membacakan kata dengan lafal yang tepat, anak-anak mengikutinya
Anak menelusuri huruf-huruf, melafalkan kata itu bebrapa kali, lalu menuliskannya di kertas
dengan menyalin dari tulisan gurunya sambil tetap melafalkan bunyi katanya.
Kemudian anak disuruh menuliskan kata tersebut tanpa melihat kambali contoh tulisan guru.
Kalau pada tahap ini anak melakukannya dengan benar, maka ulangi kembali langkah-
langkahnya dari langkah ke-4.
Bila anak sudah benar-benar menguasainya, simpanlah kata tersebut di tempat
khusus,sehingga nanti bisa digunakan untuk bahan mengingat dan bahan bercerita.
Karena menggunakan beberapa sensori (penginderaan) sekaligus, maka metode Fernald sering
juga disebut metode menulis multisensori
c. Metode Dikte
Metode ini sudah umum digunakan sebagai cara mengajarkan menulis yang cukup efektif. Dikte juga
mendayagunakan beberapa kemampuan sensori secara bersamaan. Namun demikian, metode ini akan
efektif pada anak-anak yang sudah mulai mengenal simbol-huruf. Oleh karenanya, metode ini baik
digunakan setelah anak menggunakan metode selusur atau Fernald.
Metode ini cukup luwes, artinya bisa diterapkan pada pengajaran huruf, kata, maupun kalimat.
Adapun, langkah-langkah menerapkan dikte antara lain:
d. Metode Menulis-Huruf-Sambung
Metode ini sudah juga sudah umum digunakan sebagai cara membiasakan aktivitas menulis. Disebut
Menulis-Huruf-Sambung karena pada aktivitas ini melatih anak untuk menulis dengan huruf yang
terangkai dengan huruf berikutnya.
Selain melatih kemampuan menulis, sesungguhnya aktivitas ini juga mengembangkan daya tahan
perhatian atau konsentrasi anak. Sebagai langkah awal, metode ini merupakan aktivitas lanjutan dari
aktivitas persiapan menulis, yaitu: menjiplak, menyambung garis, menyalin.
Aplikasi metode ini biasanya menggunakan buku khusus yang memiliki lima buah garis (tiga lajur).
Untuk mengefektifkan, ketiga lajur itu harus benar-benar didayagunakan.
Lajur atas digunakan untuk menuliskan bagian “kepala” huruf pada beberapa huruf yang
memilikinya (seperti b, d, h, l, f, t).
Lajur tengah digunakan untuk menuliskan bagian “badan” huruf. Semua huruf menggunakan
bagian ini.
Lajur bawah digunakan untuk menuliskan bagian “kaki” huruf. Beberapa huruf yang memiliki
“kaki” antara lain: f, g, j, p.
Pola menyambungkan antar-huruf dan perbedaan huruf kapital dan huruf kecil harus juga diperhatikan
dalam hal ini. Karena acapkali bentuknya amat berbeda satu sama lain.