ID Analisis Pelaksanaan Identifikasi Pasien

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DALAM RANGKA


KESELAMATAN PASIEN DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA BEKASI

Guesthi Lunes Mutiara Cintha, Antono Suryoputro, Sutopo Patria Jati


BagianAdministrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Semarang
Email:guesthilunes20@gmail.com

Abstract: The accuracy of patient identification is the beginning of the security


services at the Hospital.Hospitals must have a system that can manage security
for patients. Errors due to misidentification often become the cause of problems
in almost all aspects or stages of diagnosis and treatmentso that the required
accuracy of identification. This research aims to investigate theimplementation of
the identification unit Inpatient Hospital Bekasi City using systems theory.This
research uses qualitative descriptive method and using the interview guidelines
and observation sheet as an instrument.Interviews were conducted with nurses,
the head of the room and the staff Bekasi City Hospital patient safety.The results
showed that the implementation of the identification of patients at City Hospital
inpatient units Bekasi already running but is not yet fully correspond as stipulated
in the PMK 1691/Menkes/Per/VII/2011.This is because the human resources are
inadequate, the information in identity bracelet isn’t fullyinformatif, lack of training
given to nurses, adherence nurses on SOP are still lacking, no progressed in
reporting system, supervision is not optimal yet still a constraint in the
implementation makingthe implementation becomes not optimal.

Keyword : Patient Safety, Patient Identification Accuracy, Patient Safety


Incidents

PENDAHULUAN dengan risiko pasien, pelaporan dan


analisis insiden, kemampuan belajar
Latar Belakang dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk
Pembangunan kesehatan suatu meminimalkan timbulnya risiko dan
negara tidak dapat terlepas dari mencegah terjadinya cedera yang
suatu sistem yang disebut dengan disebabkan oleh kesalahan akibat
Sistem Kesehatan.1keselamatan melaksanakan suatu tindakan atau
pasien merupakan isu global yang tidak mengambil tindakan yang
sering dibicarakan saat ini dimana seharusnya di ambil. pasien
hal ini dianggap penting karena meninggal di rumah sakit dalam satu
banyaknya laporan tuntutan pasien tahun terakhir akibat kesalahan
atas medical error yang terjadi pada medis (medical errors) yang
pasien. Keselamatan pasien rumah sebetulnya bisa dicegah. Keadaan
sakit adalah suatu sistem dimana ini menyebabkan tuntutan hukum
rumah sakit membuat asuhan pasien yang dialami rumah sakit semakin
lebih aman yang meliputi meningkat.
assessment risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan

43
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Menurut laporan dari Institute keselamatan pasien Rumah Sakit


of Medicine (IOM)2 di Amerika tahun Umum Daerah Kota Bekasi dari
1999 secara terbuka menyatakan bulan September 2015 sampai
bahwa paling sedikit 44.000 bahkan dengan Maret 2016 dan ditemukan
98.000 pasien meninggal di rumah sebanyak 12,1% Kejadian Tidak
sakit dalam satu tahun terakhir Diharapkan (KTD), 42,3% Kejadian
akibat kesalahan medis (medical Nyaris Cidera (KNC), 41,4%
errors) yang sebetulnya bisa Kejadian Potensial Cidera (KPC).
dicegah. Keadaan ini menyebabkan Dari data tersebut KNC merupakan
tuntutan hukum yang dialami rumah kejadian yang sering terjadi, dari
sakit semakin meningkat. Menurut 42,3% Kejadian nyaris cidera yang
UU no 44 Tahun 2009 Rumah sakit terjadi disebabkan oleh adanya
sebagai penyelenggara pelayanan kesalahan identifikasi pasien
kesehatan harus mampu sebanyak 63,5%.
memberikan perlindungan terhadap
keselamatan pasien, sumber daya Sejak diterapkannya program
manusia yang ada, masyarakat, Jaminan Kesehatan Nasional pada
serta lingkungan di Rumah Sakit itu tanggal 1 Januari 2014, jumlah
sendiri. pasien di RSUD Kota Bekasi
meningkat pesat. Menurut Kepala
Identifikasi Pasien merupakan Komite Mutu dan Keselamatan
sasaran keselamatan pasien yang Pasien RSUD Kota Bekasi jumlah
pertama.Kesalahan karena pasien meningkat sebanyak
kekeliruan identifikasi pasien terjadi 40%.Hal ini sering kali
di hampir semua aspek atau mengakibatkan terjadinya
tahapan diagnosis dan pengobatan penumpukan pasien di RSUD.Salah
sehingga diperlukan adanya satunya di Unit Rawat Inap RSUD.
ketepatan identifikasi Dari data insiden keselamatan
pasien.Identifikasi pasien dilakukan pasien dari September 2015 sampai
pada saat sebelum melakukan dengan maret 2016 didapatkan dari
tindakan keperawatan atau prosedur total kejadian kesalahan identifikasi
lain, pemberian obat, transfuse atau pasien di ruang rawat inap sebesar
produk darah, pengambilan darah 43,4%, sedangkan IGD sebanyak
dan pengambilan specimen lain 6% dan sisanya di lingkungan.
untuk uji klinis. Cara identifikasi
pasien yaitu dengan tanggal lahir, Sesuai dengan teori sistem
nama pasien, nomor rekam medis dalam Azrul Azwar (1996) untuk
dan gelang berkode batang. Nomor mengetahui proses pelaksanaan dari
kamar atau tempat tidur tidak dapat suatu kegiatan dilihat dari
digunakan untuk identifikasi3. ketersediaan input, dan pelaksanaan
proses. Adapun input yang
Pada tahun 2007 komite dimaksud dalam penelitian ini adalah
keselamatan pasien rumah sakit kebijakan tertulis dan prosedur/SOP,
(KKPRS) melaporkan Insiden sumber daya, dan sarana prasarana.
Keselamatan Pasien di Indonesia Sedangkan proses yang dimaksud
berdasarkan provinsi menemukan dalam penelitian ini meliputi
bahwa dari 145 insiden yang perencanaan, pengorganisasian,
dilaporkan 55 kasus (37,9%) terjadi pelaksanaan, dan peniliaian.
di wilayah DKI Jakarta2. Informan utama dari penelitian ini
Berdasarkan data insiden adalah empat perawat pelaksana di

44
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

unit rawat inap RSUD Kota 4. Perawat Pelaksana Ruang


Bekasi.Dan informan Triangulasi Teratai
empat kepala ruang dan staf KMKP
subbidang Keselamatan Pasien. Informan triangulasi berjumlah 5
(lima) orang dengan pendidikan
terakhir rata-rata S1 dengan masa
METODE PENELITIAN kerja lebih dari 10 tahun:

Penelitian ini menggunakan 1. Kepala Ruang Tulip


metode penelitian kualitatif yang 2. Kepala Ruang Bougenville
disajikan secara deskriptif. Pedoman 3. Kepala Ruang Nusa Indah
wawancara mendalam dan lembar 4. Kepala Ruang Teratai
observasi digunakan sebagai 5. Staf KMKP Subbidang
instrumen penelitian. Penelitian Keselamatan Pasien
dilaksanakan pada bulan April
sampai dengan bulan Agustus 2016. B. Analisis Hasil Wawancara
Variabel dalam penelitian ini adalah Mendalam
Aspek Inup dan Aspek Proses. 1. Aspek Input
a. Ketersediaan Kebijakan/
Teknik pengambilan sampel SOP
dalam penelitian ini yaitu dengan Kebijakan dan SOP dari
metode purposive sampling dan Identifikasi Pasien di Rumah
menggunakan informan sebagai Sakit Umum Daerah Kota
subjek penelitian. Informan utama Bekasi sudah tersedia.
dalam penelitian ini terdiri dari empat Pelaksanaan Keselamatan
orang yang merupakan perawat Pasien telah ada sejak tahun
pelaksana di unit Rawat Inap RSUD 2014 berdasarkan peraturan
Kota Bekasi. Sedangkan informan direktur nomor
triangulasi merupakan empat kepala 65/RSUD/PDMN.28.2/1/2014
ruang unit rawat inap RSUD Kota tentang pedoman pelayanan
Bekasi dan staf KMKP subbidang komite Keselamatan Pasien
keselamatan pasien. Rumah Sakit di lingkungan
RSUD Kota Bekasi, lalu di
fokuskan kepada identifikasi
pasien berdasarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN peraturan direktur nomor
69/RSUD/PDN.98/1/2014
A. Karakteristik Informan tentang Panduan Identifikasi
Pasien di Lingkungan RSUD
Kota Bekasi.
Informan utama berjumlah 4
b. Sumber Daya Manusia
(empat) orang dengan pendidikan
Sumber Daya Manusia yang
terakhir rata-rata D3dengan masa
dimiliki oleh Rumah Sakit
kerja lebih dari 1 tahun:
Umum Daerah Kota Bekasi
khususnya perawat
1. Perawat Pelaksana Ruang pelaksana dalam ruang
Tulip perawatan masih belum
2. Perawat Pelaksana Ruang mencukupi hal ini
Bougenville dikarenakan masih adanya
3. Perawat Pelaksana Ruang perawat pelaksana yang
Nusa Indah

45
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

memiliki tugas ganda atau tugas pokok yang harus


double job selain itu pasien dilaksanakan oleh perawat
yang banyak dan tidakan pelaksana. Uraian tugas
yang banyak membuat yang diberikan juga jelas
perawat pelaksana memiliki karena selain diberikan
beban kerja yang cukup dalam bentuk lembaran
berat hal ini membuat yang berisikan tugas pokok
perawat pelaksana menjadi dari perawat pelaksana,
sibuk. Untuk pemahaman setiap pergantian shift
dari perawat pelaksana kepala ruangan akan
mengenai Standar Prosedur melakukan briefing untuk
Operasional yang mengatur mengingatkan tugas yang
tentang identifikasi pasien harus dilakukan perawat
sudah mencukupi hal ini pelaksana yang akan
dibuktikan dengan perawat melaksanakan tugas. Untuk
pelaksana mengerti pelatihan dan pembinaan
seberapa pentingnya yang dilakukan di Rumah
identifikasi pasien dilakukan, Sakit Umum Daerah Kota
selain itu mereka mengetahui Bekasi memang sudah ada
langkah-langkah dan akan tetapi pelatihan yang
tindakan apa saja yang dilakukan masih belum
memerlukan identifikasi. merata yang menyebabkan
c. Sarana dan Prasarana. persebaran informasi yang
Sarana dan Prasarana yang tidak merata meskipun
diperlukan untuk proses seluruh informan
identifikasi di Rumah Sakit mengatakan pelatihan
Umum Daerah Kota Bekasi penting untuk menunjak
sudah tersedia dan sudah pelaksanaan keselamatan
lengkai, akan tetapi masih pasien.
belum memadai b. Pelaksanaan
dikarenakan informasi yang
tercantum pada gelang Proses pelaksanaan
identitas belum sesuai identifikasi pasien di Rumah
dengan standar yang diatur Sakit Umum Daerah Kota
dalam pedoman bekasi masih belum berjalan
keselamatan pasien sebagai mana mestinya
menurut Departemen dimana proses pelaksanaan
Kesehatan tahun 2008 dan identifikasi harus sesuai
kualitas bahan yang dengan prosedur yang
digunakan untuk gelang mengatur akan tetapi dalam
tersebut masih rendah pelaksanaan masih banyak
dikarenakan informasi yang perawat pelaksana yang
tercantum dalam gelang belum mematuhi prosedur.
tersebut mudah terhapus. Perawat pelaksana masih
2. Aspek Proses menggunakan nomor kamar
a. Pengorganisasian dan nomor ruangan dalam
Kegiatan pengorganiasian mengidentifikasi pasien hal
sudah berjalan dimana ini tidak dibenarkan dalam
terdapat struktur organisasi PMK
dan uraian tugas mengenai 1691/MENKES/PER/VII/2011

46
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

selain itu masih banyak supervise secara rutin akan


pasien yang tidak tetapi apabila terjadi kejadian
teridentifikasi dengan benar atau insiden pihak komite
.hal ini dikarenakan akan langsung keruangan.
identifikasi pasien masih
belum menjadi budaya untuk KESIMPULAN DAN SARAN
di laksanakan di Unit Rawat A. Kesimpulan
Inap untuk mencapai 1. Aspek Input
keselamatan pasien. Pada dasarnya Rumah Sakit
Umum Daerah kota Bekasi sudh
Untuk pelaporan, memiliki sistem identifikasi sejak
pelaksanaan masih belum tahun 2014 dan sudah memiliki
berjalan sebagaimana SOP akan tetapi sumber daya
mestinya hal ini dikarenakan manusia dan sarana prasarana
dari pihak KMKP memiliki masih belum memadai
sistem grading yang dibuat dikarenakan walaupun pemahan
untuk mempermudah dari perawat pelaksana
pelaporan yang mengenai identifikasi pasien
sudahdisosialisasikan dan dan SOPnya sudah baik akan
form polaporan yang harus di tetapi masih banyaknya perwat
serahkan minimal 1 bula pelaksana yang mengeluh
sekali. Akan tetapi hal ini tentang beban kerja yang berat
tidak dilakukan dikarenakan dan masih adanya individu yang
perawat pelaksana hanya memiliki tugas ganda, gelang
mengetahui proses identitas masih sulit untuk
pelaporan sampai ke kepala diidentifikasi karena informasi
ruangan. Masih adanya yang tertera di gelang identitas
anggapan bahwa apabila kurang informative dan bahan
melaporkan kejadian atau yang digunakan kualitasnya
insiden maka ruangan yang masih rendah karena mudah
memberikan laporan akan terhapusnya informasi dari
memiliki citra yang buruk. gelang apabila terkena air.
2. Aspek Proses.
c. Penilaian Pada aspek proses uraian tugas
sudah jelas akan tetapi dalam
Penilaian dalam hal ini pelaksaannya masih banyak
adalah supervise atau perawat pelaksana yang belum
pengawasan yang telah mematuhi SOP, lokasi tempat
dilakukan di setiap ruangan. pasien masih dijadikan sebagai
Akan tetapi supervise yang acuan dalam mengidentifikasi.
dilakukan oleh kepala Pelaporan insiden dalam
ruangan masih belum rutin pelaksanaan identifikasi masih
hal ini di karenakan kepala belum berjalan optimal hal ini
ruangan juga merangkap dikarenakan masih banyaknya
menjadi perawat pelaksana anggapan bahwa apabila suatu
dan tidak setiap hari berada individu ataus suatu ruangan
di ruangan karena kegiatan memiliki kejadian atau
tertentu. Untuk Komite Mutu kesalahan maka akan dianggap
dan Keselamatan Pasien buruk. Supervisi yang dilakukan
masih belum melaksanakan oleh kepala ruang masih belum

47
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

rutin dikarenakan kepala ruang perawat pelaksana


juga merupakan perawat menerima informasi
pelaksana juga, supervise yang yang seragam tanpa
dilakukan oleh TIM KMKP mengganggu jam
menggunakan 1 metode yaitu kerja mereka
mengumpulkan kepala ruang 2. Bagi Komite Mutu dan
dalam akhir bulan dengan Keselatan Pasien
menggunakan hasil laporan a. Perlu diadakannya
akan tetapi pelaporan tidak sosialisasi mengenai
dilaksanakan secara optimal, sistem pelaporan
hal ini menjadikan supervise grading terhadap
yang dilakukan jadi tidak valid semua perawat
dan tidak optimal. pelaksana dan
pengawasan
B. SARAN terhadap pelaporan.
b. Perlu melakukan
1. Bagi Rumah Sakit Umum supervise secara rutin
Daerah Kota Bekasi baik apabila terjadi
a. Menyediakan kejadian maupun
penanggung jawab tidak.
untuk keselamatan
pasien di setiap DAFTAR PUSTAKA
ruangan agar tidak
terjadi tugas ganda 1. Bappenas. Microsoft Word -
atau double job dan BAb1-Lampiran.DOC -
lebih fokus terhadap 20_makalah.pdf. :1-54.
pelaksanaan http://kgm.bappenas.go.id/doc
keselamatan pasien ument/makalah/20_makalah.p
b. Penyesuaian df.
informasi pada gelang
identitas dengan 2. Dede. SM (2013). Analisis
panduan keselamatan Penyebab Insiden
pasien dimana Keselamatan Pasien oleh
seharusnya berisikan Perawat di Unit Rawat Inap
nama, tanggal lahir Rumah Sakit “X” Jakarta.
dan nomor medrec. Tesis FKM UI: tidak
c. Penyediaan gelang diterbitkan
identitas dengan
menggunakan system 3. Depkes (2008) Panduan
barcode atau dengan Nasional Keselamatan Pasien
computer Rumah Sakit (Patient Safety)
d. Perlu diadakannya Jakarta.
pelatihan rutin dan
diupayakan seluruh

48

Anda mungkin juga menyukai