Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI

TERHADAP KEPERCAYAAN MASYARAKAT DALAM


PENGELOLAAN DANA DESA

Yoan Yolita Loilaly1), Mochamad Rizki Fitrianto2)

1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Terbuka

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan tranparansi pengelolaan dana
desa terhadap kepercayaan Masyarakat. Terselenggaranya pemerintahan yang jujur dan
transparan untuk memenuhi harapan masyarakat dan membangun kepercayaan masyarakat.
Membangun pemerintahan dan birokrasi yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat
memerlukan akuntabilitas dan keterbukaan pemerintah. Keberhasilan dalam akuntabilitas
dapat dicapai jika pemerintah akuntabel, bertanggung jawab, dan tanggap terhadap rakyat
dan bawahannya. Selain itu, standar penilaian kinerja perlu dinyatakan dengan cara yang
tulus dan mudah dipahami untuk mempertimbangkan permasalahan ini. Tujuannya untuk
mengetahui pengaruh tanggung jawab dan transparansi terhadap masyarakat, sehingga
perkembangan perekonomian dari penyelenggaraan Dana Desa memberikan dampak yang
lebih baik bagi desa. Konsep dan ide digunakan untuk mencapai tujuan ini. Pertama, proses
pengelolaan dana desa meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban. Pengelolaan dana desa oleh Pemerintah Desa Wonreli Kecamatan
Kisar Selatan Kabupaten Maluku Barat Daya mengikuti petunjuk teknis yang diatur undang-
undang. Namun prosesnya masih belum maksimal dan belum mencapai harapan undang-
undang atau bahkan tujuan, yaitu bahwa Tujuan pendanaan desa adalah untuk memenuhi
kewajiban negara dalam menjaga dan membangun desa agar desa menjadi kuat, maju,
mandiri, dan demokratis. Hal ini tercermin dari proses pelaporan, dimana terdapat
keterlambatan dan proses perencanaan yang kurang baik, sehingga peningkatan
perekonomian dan pendapatan desa untuk mencapai desa yang kuat, maju dan mandiri
masih jauh dari harapan. Kedua, Pengelolaan dana desa dipengaruhi oleh faktor pendorong
dan penghambat. Sarana, prasarana, dan keterlibatan masyarakat merupakan contoh faktor
pendukung; sumber daya manusia adalah contoh elemen yang mengecewakan. Kata Kunci:
Akuntabilitas Transparansi, Pengelolaan Dana Desa

Kata Kunci : Akuntabilitas Transparansi, Pengelolaan Dana Desa

PENDAHULUAN
Dalam pemerintahan Indonesia, desa merupakan unit terendah yang dipercayakan
pemerintah untuk mengelola perekonomian sendiri. Penyelenggaraan perekonomian desa
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018, dimana desa
merupakan badan hukum yang berwenang membentuk dan memelihara masyarakat daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 menguraikan kriteria tertentu dalam
penanganan dana desa, antara lain akuntabilitas, keterbukaan, dan keterlibatan. dalam
mengelola keuangan desa. Pemerintahan desa juga memerlukan kepercayaan Masyarakat
agar penyelenggaraan pemerintahannya lebih progresif. Kepercayaan merupakan kesediaan
seseorang untuk memercayai orang lain yang dianggap mampu melakukan tindakan.
Masyarakat masih belum mengetahui permasalahan yang sering muncul dalam
pengalokasian dan pengawasan uang desa pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan. Transparansi dan partisipasi masyarakat belum sepenuhnya terlaksana
(Permatasari, Hasan, & Sopanah, 2018). Dalam pengawasan keuangan desa, peran
masyarakat sangatlah penting. Berdasarkan berbagai penelitian di atas, permasalahan
pengelolaan dana desa terjadi karena adanya partisipasi aktif masyarakat. Merencanakan,
melaksanakan, dan melaporkan alokasi dana desa merupakan tanggung jawab masyarakat.
Sirajuddin dan Atrianingsi (2020) menyatakan bahwa kepercayaan merupakan evaluasi
kolektif suatu kelompok terhadap kemampuan kelompok lain untuk bertindak secara
terhormat, menepati janji, dan menahan diri untuk tidak merugikan kelompok lain. Tanggung
jawab untuk melaporkan kepada publik secara berkala mengenai kemajuan organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasarannya serta memikul tanggung jawab atas hal tersebut dikenal
dengan prinsip akuntabilitas. Untuk memperoleh kepercayaan masyarakat, penanggung jawab
turut serta memberikan laporan kepada masyarakat tentang bagaimana pemerintah desa telah
menggunakan dana yang diterima dari pemerintah pusat untuk menunjang kesejahteraan
warga desa. Akuntabilitas juga berperan penting dalam mendukung berfungsinya otonomi
daerah dengan baik. Selain pelaporan, juga ada transparansi untuk mendukung pengelolaan
dana desa yang baik.
Akuntabilitas dapat diartikan menjadi dapat dipertanggungjawabkan (Ardiyanti, 2019).
Gagasan ini memperjelas bahwa akuntabilitas adalah kewajiban untuk melakukan atau
menyelesaikan pekerjaan sedemikian rupa sehingga diketahui oleh pihak lain atau kelompok
kepentingan. Akuntabilitas dicirikan sebagai sejauh mana penyelenggara mematuhi tugas dan
nilai-nilainya (Hasniati, 2016). Gagasan ini menyiratkan bahwa segala sesuatu yang
dilakukan perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan, terutama jika menyangkut kebijakan
atau program yang hasilnya perlu dipertanggungjawabkan.
Kebebasan atau keterbukaan masyarakat untuk melihat atau mendengar urusan
keuangan atau pribadi beberapa pihak, khususnya pemerintah, dikenal dengan istilah
transparansi. Menurut Mardiasmo (2018), transparansi mengacu pada kesediaan pemerintah
untuk berbagi informasi tentang bagaimana sumber daya publik dikelola dengan pihak yang
memerlukannya. Transparansi dapat menghentikan penipuan atau manipulasi yang
merugikan masyarakat dan menguntungkan seseorang atau organisasi. Transparansi
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melihat struktur dan serta tujuan
kebijakan dan laporan akuntabilitas pemerintah pada periode sebelumnya (Agustiana, 2020).
Dalam pelaksanaan program transparansi pemerintah, masyarakat dapat belajar dan mendapat
informasi sebanyak-banyaknya mengenai pengelolaan dan penyaluran dana desa karena
perangkat desa terbuka dan jujur dalam menyampaikan informasi, sehingga mengantisipasi
tindakan-tindakan irasional aparat dalam mengelola dana desa dan dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat.
Salsabila Ramadhani dan Yuliati (2021) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
transparansi berpengaruh kepada pengelolaan dana desa karena semakin pemerintah
menunjukkan transparansi yang lebih besar, dengan demikian, hal ini dapat menjamin
kelancaran dan taat hukum dalam pengelolaan dana desa. Tata kelola yang baik memerlukan
akuntabilitas dan transparansi. Pengelolaan dana desa yang efektif sangat diperlukan
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dana Desa dialokasikan melalui
APBD kabupaten/kota dan diperuntukkan sebagai dana APBN khusus desa. Tujuannya
adalah untuk menjamin kesejahteraan dan kebutuhan masyarakat desa. Sumber pendanaan
desa digunakan untuk melaksanakan proyek kemasyarakatan. Pada tahun 2015, negara
menyalurkan dana desa pertama sekali, bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara. Sementara itu, tujuan pengalokasian dana desa ialah:
1. Mengakhiri kemiskinan dan menurunkan kesenjangan.
2. Mendorong masyarakat desa dan meningkatkan standar penganggaran dan
perencanaan pembangunan desa.
3. Mempromosikan pembangunan infrastruktur pedesaan yang didasarkan pada
keadilan dan pengetahuan lokal.
4. Untuk mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat, mempertegas penerapan
nilai-nilai internal agama, sosial, dan budaya.
5. Meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada penduduk desa
6. Mendorong kemandirian masyarakat desa dan meningkatkan kerjasama antar
masyarakat.
7. Memanfaatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk meningkatkan
pendapatan desa dan masyarakat desa.

Namun, banyak pemerintah desa yang menyalahgunakan dana untuk kepentingan


mereka sendiri atau orang lain sejak dana tersebut pertama kali disalurkan., sehingga
berujung pada hal tersebut. Oleh karena itu, banyak yang tidak percaya kepada pemerintah,
karena pemerintah desa kurang terbuka terhadap tanggung jawab pengelolaan keuangan.
Otonomi ekonomi yang lebih besar pada bangsa ini dimungkinkan oleh kebijakan otonomi
dalam pengelolaan perekonomian daerah. Pemerintah daerah mempunyai hak untuk
menambah sumber daya yang mereka gunakan untuk menjalankan pemerintahannya.
Desentralisasi perpajakan memberi daerah kemampuan untuk mengelola perbatasan mereka
dengan lebih baik dan memperoleh pemasukan yang lebih besar di dalam wilayah mereka.
Desentralisasi perpajakan mempengaruhi desa sebagai sasaran penyalurannya, sehingga
mempengaruhi kebijakan transfer dana kabupaten dan dana desa. Penyaluran dana desa
merupakan salah satu cara desa menghasilkan uang. Perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah, serta pengalokasian dana pemerintah daerah dan daerah ke sumber-sumber daerah,
merupakan hal yang lumrah terjadi. Alokasi dana desa diperoleh melalui APBD Kabupaten
Maluku Barat Daya. Jumlah dana desa yang dialokasikan meningkat setiap tahunnya, dan
tentunya dana tersebut perlu dibelanjakan secara bertanggung jawab dan terbuka, namun
fakta di lapangan menunjukkan hal berbeda. data Pemerintah Kabupaten Maluku Barat Daya
masih terdapat beberapa desa yang menyalagunakan dana desa. Antara tahun 2015 hingga
2023, terdapat beberapa kasus penyalahgunaan alokasi dana desa yang dilakukan oleh mantan
pemimpin bahkan aparat desa. Dana desa Kabupaten Maluku berkisar 1 miliar rupiah per
desa. Sangat diharap dana ini dapat digunakabisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan warga
sipil. Terdapat desa di wilayah Kabupaten MBD yang pengelolaan alokasi dana desanya
masih buruk adalah Desa Wonreli, dimana pengelolaan dana desa tidak diberikan kepada
masyarakat desa Wonreli pada pengelolaan dana desa. Masyarakat di Desa Wonreli,
Kabupaten Maluku Barat Daya, masih meragukan cara pemerintah desa mengelola dana desa,
berdasarkan observasi yang dilakukan di sana. Hal ini sesuai dengan pemberitaan beberapa
media seperti dikutip dari,
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0C
DcQw7AJahcKEwiAw7-
2mseBAxUAAAAAHQAAAAAQAw&url=https%3A%2F%2Freferensimaluku.id%2F2021%2F06%
2F18%2Fdiduga-gelapkan-ratusan-juta-dana-blt-pegiat-antikorupsi-tantang-kajari-penjarakan-oknum-
perangkat-desa-
wonreli%2F&psig=AOvVaw3Q6FMFF6uDjobeUdeXOfLB&ust=1695780580300237&opi=8997844
9
Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya keterbukaan pemerintah desa dan masyarakat
kurang berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan desa jika terlibat dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya desa, yang berarti masyarakat tidak percaya kepada pemerintah
desa. Selain itu, tidak transparannya pengelolaan keuangan desa yang dikelola oleh
pemerintah desa Wonreli menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat, karena berulang kali
pemerintah desa melakukan penyalahgunaan penggunaan dana desa.
Mengingat sejarah yang disampaikan di atas mengenai dampak transparansi dan
akuntabilitas terhadap kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan keuangan desa, maka
digunakanlah konsep pemikiran, gagasan dari penulis dengan Judul : “Dampak Akuntabilitas
dan Transparansi Terhadap Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pengelolaan Dana Desa”.
Desa Wonreli Kec. Kisar Selatan Wilayah Administratif Maluku Barat Daya Menuju desa
yang bertanggung jawab dan transparan dalam pengelolaan keuangan desa.

METODE PENELITIAN
Berdasarkan pokok pikiran atau gagasan penulis, tujuannya adalah untuk mengetahui
bagaimana akuntabilitas dan transparansi mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif mengacu pada penelitian
yang berfokus pada fenomena tujuan yang dikejar dengan data yang berkualitas dan tersedia
(Siyoto & Sodik, 2015). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan konseptual
terhadap penelitian sebelumnya, teori, dan kondisi lapangan. Dalam pengertian ini, penelitian
yang disajikan dalam artikel ini dapat digambarkan bersifat konseptual.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Wonreli merupakan salah satu dari 117 desa Kabupaten Maluku Barat Daya.
Berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk, Desa Wonreli merupakan desa terluas di
Kecamatan Pualu-Pula Terselatan dengan luas wilayah 29,79 km2 dan terdiri dari 7 desa.
Jumlah penduduk kota Menurut sensus 2020, Wonreli berpenduduk 6.835 jiwa. Secara
administratif, batas-batas desa di Kecamatan Kisar Selatan Pulau Kisar, sangat unik atau
berbeda dengan batas wilayah desa di Indonesia pada umumnya. Batas desa di Kecamatan
Kisar Selatan Pulau Kisar ditentukan oleh kepemilikan tanah marga atau keluarga. Hal ini
melahirkan fenomena unik yaitu adanya satu wilaya desa di dalam desa lainnya. termasuk
desa wobreli yang termasuk salah satu desa yang juga menerima dana desa pada tahun 2015 -
2023. Pengelolaan keuangan desa Wonreli masih kurang baik, dimana masih banyak terjadi
penyelewengan dalam pengelolaan dana desa dan Alokasi dana desa, sebagaimana dikutip
dari,
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0C
DcQw7AJahcKEwiAw7-
2mseBAxUAAAAAHQAAAAAQAw&url=https%3A%2F%2Freferensimaluku.id%2F2021%2F06%
2F18%2Fdiduga-gelapkan-ratusan-juta-dana-blt-pegiat-antikorupsi-tantang-kajari-penjarakan-oknum-
perangkat-desa-
wonreli%2F&psig=AOvVaw3Q6FMFF6uDjobeUdeXOfLB&ust=1695780580300237&opi=8997844
9

Dalam pengelolaan dana desa, Wonreli seharusnya mengikuti prinsip peraturan yang
berlaku. Karena prinsip adalah nilai-nilai yang menggerakkan kebermanfaatan dana, maka
tujuan dari hal ini adalah menciptakan prinsip-prinsip yang menjadi landasan dan
mengamanatkan inklusi dalam seluruh upaya pengelolaan keuangan desa. Jika prinsip tidak
dipraktikkan, maka prinsip tersebut tidak ada artinya. Berikut pedoman yang terdapat dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 yang berlaku dalam pengelolaan
keuangan desa:

1. Transparan
Transparan berarti pengelolaan keuangan desa harus diketahui oleh pihak lain yang
berwenang dan menguasai segala kegiatan dan informasi yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan desa. Tidak ada yang disembunyikan. Hal ini memerlukan
kejelasan tentang bagaimana pengelolaan keuangan desa tersebut. Informasi keuangan
harus diungkapkan secara bebas dan jujur kepada publik agar pengelolaan keuangan
dianggap transparan. Tujuannya adalah untuk memenuhi hak masyarakat atas
pengungkapan tanggung jawab pengelolaan sumber daya negara secara penuh dan
terbuka. Manajemen dipercayakan kepadanya dan kepatuhannya terhadap peraturan
hukum. Kurangnya transparansi pada pengelolaan dana terlihat dari kurang terorganisir
dan baiknya pengelolaan keuangan. Adanya aliran keuangan tertentu (dana ekstra-
anggaran/taktis/ekstra-anggaran) hanya diketahui oleh sebagian orang, kerahasiaan dan
ketidaktahuan masyarakat terhadap dana tersebut. Memberikan kebebasan terhadap
penyimpangan atau kesalahan yang dilakukan oleh oknum pejabat yang berakibat fatal
bagi masyarakat dan pejabat terkait. Prinsip transparansi menjamin setiap orang
mempunyai akses terhadap informasi mengenai pengelolaan keuangan desa dan setiap
orang berhak mengetahui keseluruhan proses pada setiap tahapannya. Oleh karena itu,
Pemerintah Desa bersifat proaktif dan memberikan kemudahan bagi setiap orang setiap
saat untuk memperoleh, menerima, atau mengetahui mengenai informasi penggunaan
keuangan desa.

2. Akuntabel
Memahami bahwa pihak-pihak yang mempunyai hak atau wewenang untuk
meminta informasi akuntabilitas dapat mempertimbangkan tindakan atau tindakan
pemerintah/lembaga mana pun. Oleh karena itu, mulai dari perencanaan hingga
pelaporan, setiap aspek penggunaan anggaran dan pelaksanaan kegiatan harus dipikirkan
secara matang. Menurut prinsip ini, kepala desa harus bertanggung jawab dan
melaporkan secara wajar kepada masyarakat dan pemerintah yang lebih tinggi mengenai
pelaksanaan APBD desa, sebagaimana diwajibkan oleh undang-undang.

3. Partisipatif
Menyadari bahwa setiap kegiatan berlangsung atas peran serta masyarakat, baik
secara langsung ataupun tidak langsung oleh lembaga-lembaga yang berperan sebagai
perwakilan dan dapat memfokuskan upaya pengelolaan keuangan desa. Perencanaan,
pelaksanaan, pengelolaan, dan pelaporan merupakan tahapan yang memerlukan
partisipasi pemangku kepentingan masyarakat desa serta masyarakat luas. Terutama
Kelompok marginal harus memperoleh manfaat dari program/ kegiatan pembangunan
desa.

4. Tertib dan disiplin anggaran


Memahami bahwa anggaran harus dipenuhi secara berkesinambungan,
mencerminkan penggunaannya sesuai prinsip akuntansi desa. Artinya pengelolaan
keuangan desa harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014, sebagai sarana partisipasi negara,
pengalokasian dana desa dimaksudkan untuk menunjang dan mendorong pembangunan
desa yang tangguh, canggih, mandiri, dan demokratis. Dengan bantuan dana desa, desa
dapat melaksanakan pembangunan dan pemberdayaan desa untuk mewujudkan
masyarakat adil, makmur, dan sejahtera.

Masyarakat kurang mendapat informasi mengenai pengelolaan dana desa. Berdasarkan


observasi yang dilakukan di sana, masyarakat di Desa Wonreli, wilayah administratif Maluku
Barat Daya, masih belum yakin dengan cara pemerintah desa mengelola dana desa. Jika dana
desa digunakan untuk membangun proyek-proyek yang berkaitan dengan infrastruktur desa,
seperti waduk air, jalan pertanian, irigasi, drainase, dan jalan desa. Potensi desa kemudian
diwujudkan sepenuhnya melalui pembangunan. Penggunaan dana desa sebaiknya diedarkan
di dalam desa untuk mencegah keluarnya pemuda desa untuk mencari pendapatan di luar
desa. Tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan semuanya diperoleh dari masyarakat desa
setempat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemikiran, gagasan dan saran yang dilaksanakan, penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut: (1)Akuntabilitas mempengaruhi kepercayaan masyarakat
terhadap Desa Wonreli karena pemerintah kurang transparan dalam pengelolaan anggaran
dan banyak masyarakat yang kurang memahami akuntabilitas, (2)Kepercayaan masyarakat
terhadap Desa Wonreli dipengaruhi oleh transparansi. Masyarakat yakin bahwa pemerintah
desa tidak melakukan penipuan karena transparansinya. Tidak ada fasilitas untuk
mempublikasikan kegiatan di Desa Wonreli, dan satu-satunya sumber informasi yang tersedia
bagi masyarakat mengenai pengelolaan dana desa adalah kantor desa, (3)Transparansi dan
akuntabilitas mempunyai dampak yang sama terhadap kepercayaan masyarakat. Kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dapat meningkat dengan adanya akuntabilitas dan
keterbukaan yang efektif. Karena akuntabilitas memungkinkan masyarakat umum untuk
mengevaluasi seberapa baik pemerintah berfungsi. Ketika pemerintah mampu melaporkan
kepada publik atau transparan, maka akuntabilitas akan berfungsi secara efektif.

SARAN
Pemerintah Desa Wonreli diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih banyak
kepada masyarakat desa tentang pengelolaan dana desa, serta meningkatkan partisipasi
masyarakat sehingga masyarakat lebih percaya terhadap pemerintah desa. Proses
penatausahaan dana desa yang dilakukan oleh perangkat desa Wonreli harus mengikuti tata
cara dan jadwal yang diberikan dalam petunjuk teknis penatausahaan dana desa. Fungsi
pengawasan BPD yang bertujuan untuk meningkatkan pengendalian terhadap seluruh
kegiatan di semua sektor harus diperkuat agar pembangunan sesuai dengan tujuannya. Selain
itu, instruksi yang diberikan oleh pemerintah Kecamatan bahkan Pemerintah Kabupaten
kepada aparat Desa dalam rangka peningkatkan kapasitas perlu di tingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiana, V. (2020). Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Pengelolaan


Keuangan Alokasi Dana Desa pada Desa-Desa Gunung Batu (Studi pada Desa
Gunung Batu Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi). Jurnal Mahasiswa
Akuntansi, 1 (2), 88-108.
Ardiyanti, R. (2019). Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Dana Desa Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Pada Desa Woro
Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Buku Pintar Dana Desa. (2017). Kementrian Keuangan Republik Indonesia
Hasniati. (2016). Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. Jurnal Analisis Kebijakan
dan Pelayanan Publik, 2(1), 15–30.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.


Mardiasmo. 2018. Perpajakan Edisi Terbaru 2018. CV. Andi Offset. Yogyakarta
Setyawan, A. (2018). Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Mewujudkan Good
Governance. Jurnal among Makarti Vol.11.
Sirajuddin, S. M., & Atrianingsih, A. (2020). Kepercayaan Publik (Public Trust) Terhadap E-
Government : Studi Kasus Penggunaan E-Mobile BPJS Kesehatan Di Kota
Makassar. Jurnal Ilmu Administrasi, 9(1).

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6


Tahun 2014 Tentang Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun
2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2023.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.07/2021 tentang Pengelolaan Dana Desa.

Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Barat Daya Nomor 2 Tahun 2020 tentang Sumber
Pendapatan Desa.

Peraturan Bupati Maluku Barat Daya Nomor 4 Tentang Tata Cara Pengalokasian Penyaluran
Pembagian dan Pengelolaan Alokasi Dana Desa Kepala Setiap Desa di Kabupaten
Maluku Barat.
Permatasari, E., Hasan, K., & Sopanah. (2018). Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam
Meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. E-Journal
UNDIP, 186–194.
Ramadhani, N. S., & Yuliati, A. (2021). PENGARUH AKUNTABILITAS,
TRANSPARANSI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP
PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA. Jurnal Proaksi, 8(2), 561–571.
https://doi.org/10.32534/jpk.v8i2.2331
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media.

Anda mungkin juga menyukai