Anda di halaman 1dari 24

Memaksimumkan Laba

Dalam teori ekonomi mikro


tujuan perusahaan adalah
mencari laba(profit). Secara
teoritis laba adalah kompensasi
atas risiko yang ditanggung
perusahaan. Makin besar risiko,
laba yang diperoleh harus
semakin besar. Laba atau
keuntungan adalah nilai
penerimaan total perusahaan
dikurangi biaya total yang
dikeluarkan perusahaan.
Jika laba dinotasikan π,
pendapatan total sebagai TR,
dan biaya total adalah TC,
maka π = TR – TC

Perusahaan dikatakan memperoleh laba


kalau nilai π positif (π > 0) di mana TR > TC.
Laba maksimum (maximum profit) tercapai
bila nilai π mencapai maksimum. Yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara
perusahaan menghitung laba maksimum?
Ada tiga pendekatan perhitungan
laba maksimum, yaitu :
- Pendekatan totalitas
( totality approach )
- Pendekatan rata-rata
( average approach)
- Pendekatan Marjinal
( marginal approach )
Pendekatan Totalitas (Totality Approach)
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan
total (TR) dan biaya total (TC). Pendapatan total
adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual
(Q) dikalikan harga output perunit. Jika harga jual per
unit output adalah P, maka TR = P.Q.
Pada saat membahas teori biaya, kita telah
mengetahui bahwa biaya total (TC) adalah sama
dengan biaya tetap (FC) ditambah biaya variabel (VC),
atau TC = FC + VC.
Dalam pendekatan totalitas, biaya variabel per unit
output dianggap konstan sehingga biaya variabel
adalah jumlah unit output (Q) dikalikan biaya variabel
per unit.
Jika biaya variabel per unit adalah v, maka VC = v.Q.
Dengan demikian π =P.Q – ( FC+vQ)
Persamaan diatas dapat dipresentasikan dalam
bentuk Diagram 9.1. Dalam diagram tersebut kita
melihat bahwa pada awalnya perusahaan
mengalami kerugian, terlihat dari kurva TR yang
masih di bawah kurva TC Tetapi jika output
ditambah, kerugian makin kecil, terlihat dari
makin mengecilnya jarak kurva TR dengan kurva
TC. Pada saat jumlah output mencapai Q*, kurva
TR berpotongan dengan kurva TC yang artinya
pendapatan total sama dengan biaya total. Titik
perpotongan ini disebut titik impas (break event
point, disingkat BEP). Setelah titik BEP,
perusahaan terus mengalami laba yang makin
membesar, dilihat dari posisi kurva TR yang di
atas kurva TC.
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah
perusahaan menempuh strategi penjualan
maksimum (maximum selling). Sebab makin
besar penjualan makin besar laba yang
diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil
keputusan, perusahaan harus menghitung
berapa unit output harus diproduksi (Q*) untuk
mencapai titik impas. Kemudian besarnya Q*
dibandingkan dengan potensi permintaan efektif.
Jika persentasenya 80%, maka untuk mencapai
BEP perusahaan harus menjangkau 80% potensi
permintaan efektif.
Makin kecil Q* dan atau makin kecil persentase
Q* terhadap potensi permintaan efektif dianggap
makin baik, sebab risiko yang ditanggung
perusahaan makin kecil.
Diagram 9.1
Kurva TR dan TC ( Pendekatan Totalitas )
Rp

TR = PQ

TC = FC + VC
TR=TC
Titik Impas (BEP)

FC
VC= VQ

0 Q* Kuantitas
Cara menghitung Q* dapat
diturunkan dari Persamaan
π = P.Q* - ( FC + v.Q*)
Titik Impas tercapai pada saat
π sama dengan nol.
0 = P.Q* - FC – V.Q*
0 = P.Q* - v.Q* - FC
0 = (P-v).Q* - FC
Q* = FC/ (P-V)
Contoh Kasus :
Iwan adalah seorang karyawan pabrik ,
untuk menambah penghasilannya ia
membuat olahan makanan ringan
(Cookies). Jumlah permintaan potensial
adalah 1.000 orang/hari. Untuk
mewujudkan rencana tersebut, Iwan harus
membeli alat-alat produksi dan mesin
pembuat cookies sederhana seharga Rp. 5
Juta. Biaya produksi per buah Rp. 250,-.
Harga jual perbuah Rp.500,-
Untuk mengetahui kelayakan rencana
tersebut, kita dapat menggunakan rumus
Persamaan :

Q* = FC/ (P-V)

Biaya pembelian alat produksi dan mesin


cetak sederhana adalah biaya tetap (FC),
karena besarnya tidak tergantung jumlah
produksi. Biaya variabel per unit (v) adalah
Rp250,00 sedangkan harga jual per unit (P)
adalah Rp500,00, -
Tugas : Untuk mencapai titik impas, Berapa
jumlah output ( cookies) yang harus terjual (Q*)
Untuk mencapai titik impas, cookies yang harus
terjual 20.000 buah. Apakah target ini terlalu berat?
Sangat tergantung dari optimisme Iwan. Jika dia
bersikap pesimis,misalnya dengan mengatakan
hanya sekitar 10% dari permintaan potensial yg
terjangkau, berarti setiap hari hanya dapat menjual
100 cookies. Sehingga 20.000 buah cookies akan
terjual dalam waktu 200 hari. Tetapi bila dia yakin
minimal 50% potensi pasar terjangkau atau 500
buah cookies per hari, 20.000 buah cookies akan
terjual hanya dalam waktu 40 hari. Setelah 20.000
buah cookies, penjualan selanjutnya memberi
keuntungan Rp250,00 per buah, karena itu makin
banyak cookies yg dapat dijual, makin besar laba yg
diperoleh.
Pendekatan totalitas sering dipakai dalam
kehidupan sehari-hari, karena memang mudah
dan sederhana. Namun cara ini memiliki
beberapa kelemahan:
a. Dalam praktik sulit membedakan antara biaya
tetap dengan biaya variabel. Misalnya listrik
yang digunakan perusahaan ada yang untuk
pabrik (dapat menjadi biaya variabel); ada
yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap)
Atau seorang pegawai dalam perusahaan,
terutama perusahaan keluarga, sering bekerja
rangkap untuk kegiatan administratif (biaya
tetap) dan produksi (biaya variabel).
b. Pendekatan ini mengabaikan
gejala penurunan pertambahan
hasil (LDR), yang menyebabkan
baik kurva biaya maupun kurva
pendapatan tidak berbentuk garis
lurus (Karena itu pendekatan
totalitas hanya dapat dipakai bila
usaha yang dianalisis relatif
sederhana, dengan skala produksi
tidak besar (massal).
2. Pendekatan Rata-rata (Average Approach)
Dalam pendekatan ini, perhitungan laba per unit
dilakukan dgn membandingkan antara biaya
produksi rata-rata (AC) dgn harga jual output (P).
Laba total adalah laba per unit dikalikan dengan
jumlah output yang terjual.
π= (P - AC).Q
Dari persamaan ini perusahaan akan mencapai laba
bila harga jual per unit output (P) lebih tinggi dari
biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai
angka impas bila P sama dengan AC.
Keputusan utk memproduksi atau tidak didasarkan
perbandingan besarnya P dgn AC. Bila P lebih kecil
atau sama dengan AC, perusahaan tidak mau
memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata
adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual
sebanyak-banyaknya (maximum selling) agar laba (π)
makin besar.
Contoh Kasus:
PT Tebu Sukses ingin menanam tebu di subang.
Produk tebu akan dibeli di lahan oleh produsen gula
seharga Rp150,00 per kilogram. Setiap hektar
diperkirakan menghasilkan tebu minimal 25 ton.
Berdasarkan studi pendahuluan, biaya produksi
seperti di bawah ini:
a. Biaya persiapan lahan: Rp500.000,00 per hektar.
b. Biaya penanaman dan perawatan (termasuk
pupuk dan obat-obatan) serta tenaga kerja:
Rp1.000.000,00 per hektar.
c. Biaya panen ( pemotongan): Rp.10,00 per kg.

Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar


Rp 1.000.000.000,00 pada musim tanam mendatang
berapa hektar tebu yang harus ditanam?
Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar Rp
1.000.000.000,00 pada musim tanam mendatang, berapa
hektar tebu yang harus ditanam?
Langkah pertama yg harus dilakukan adalah menghitung
biaya rata-rata per kilogram tebu, sampai siap dijual di
lahan. Karena yang sudah ketahui hanya biaya panen per
kg, kita harus menghitung biaya rata-rata per kilogram
persiapan lahan dan penanaman. Dari data-data di atas
diketahui bahwa biaya persiapan lahan, penanaman dan
perawatan adalah Rp. 1.500.000,00 per hektar. Jika per
hektar lahan menghasilkan 25 ton tebu, maka biaya rata-
rata persiapan, penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00
per kilogram. Sehingga biaya rata-rata per kilogram (AC)
adalah :
Rp.60,00 + Rp.10,00 sama dengan Rp70,00.
Karena harga jual tebu(P) adalah Rp150,00 per kilogram,
maka, Hitunglah dengan menggunakan Formula :
π = (P - AC ).Q
Sama halnya dengan pendekatan totalitas,
pendekatan rata-rata juga banyak dipakai karena
sederhana. Namun pendekatan ini pun
mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil
(LDR). Contoh di atas, menunjukkan bahwa
perhitungan AC berdasarkan skala produksi satu
hektar. Padahal banyak perbedaan mendasar antara
memproduksi satu hektar dengan 500 hektar. Pada
skala produksi satu hektar atau barangkali sampai
sepuluh hektar, perusahaan tidak mengalami
masalah-masalah berarti dikaitkan dengan
kebutuhan SDM, teknologi produksi maupun
manajemen. Dalam arti kualitas SDM yang
dibutuhkan tidak perlu tinggi, lahan bisa dikelola
dengan teknologi sederhana dan pengelolaan usaha
cukup dengan manajemen keluarga.
Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500
hektar, pengolahan tanah harus menggunakan
peralatan modern, perusahaan membutuhkan
insinyur dan tenaga keuangan yang mampu
mengelola usaha bernilai ratusan juta atau miliaran
rupiah. Jika perusahaan harus menggunakan kredit
sebagai sumber pendanaan, maka organisasi
perusahaan harus bersifat formal. Dengan kata lain
jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan
makin banyak dan meningkat, jika skala produksi
ditambah. Karena itu perhitungan AC yang akurat
seharusnya dalam skala produksi 500 hektar. Angka
biaya rata-rata (AC) pada skala produksi 500 hektar
bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada skala
produksi satu hektar. Jika perusahaan menikmati
skala produksi ekonomis (economies of scale), maka
biaya rata-rata ( AC ) akan lebih kecil dari Rp70,00
per kg (AC pada skala produksi satu hektar). Begitu
3. Pendekatan Marginal (Marginal
Approach)

Dalam pendekatan marjinal, perhitungan


laba dilakukan dengan membandingkan
biaya marjinal (MC) dan pendapatan
marjinal (MR). Laba maksimum akan
tercapai pada saat MR = MC.
Kondisi tersebut bisa dijelaskan secara
matematis dan grafis.
a. Penjelasan Secara Matematis
π = TR – TC
Laba maksium tercapai bila turunan
pertama fungsi π sama dengan nol dan
nilainya sama dengan nilai turunan
pertama TR dikurangi nilai turunan
pertama TC.
MR – MC = 0
[ MR = MC ] yaitu memaksimumkan atau
kerugian minimum.
Dengan demikian, perusahaan akan
memperoleh laba maksimum atau kerugian
minimum bila ia berproduksi pada tingkat
output di mana MR = MC.
b. Penjelasan Secara Grafis
Di pembahasan teori biaya produksi, kita telah
mengonstruksi kurva biaya total (TC) yang bentuk
kurvanya seperti huruf S terbalik. Kurva
pendapatan total (TR) diperoleh dengan cara
mengalikan kurva produksi total (TP) dengan
harga jual output per unit (P). Pada pembahasan
teori produksi, telah diketahui bahwa kurva TP
berbentuk huruf S. Karena kurva TR diperoleh
dengan cara mengalikan kurva TP dengan sebuah
bilangan sebesar nilai P, maka kurva TR juga
berbentuk huruf S. Kurva TR dikurangi kurva TC
menghasilkan kurva laba (π) .
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai