Anda di halaman 1dari 11

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No.

2, Juli 2007 : 165-174 165

Penanganan Ketaknormalan Data Pada Model AMMI dengan


Transformasi Box-Cox
(Data Non-normality on AMMI Models: Box-Cox Transformations)
Alfian Futuhul Hadi 1), Halimatus Sa’diyah 2) dan I Made Sumertajaya 3)
1)
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Jember
2)
Staf Pengajar Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember
3)
Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT
AMMI (Additive Main Effect Multiplicative Interaction) model for interactions in two-way table provide the
major mean for studying stability and adaptability through genotype × environment interaction (GEI), which
modeled by full interaction model. Eligibility of AMMI models depends on that assumption of normally
independent distributed error with a constant variance. In the case of non-normal data distribution, the
appropriateness of AMMI model is being doubtful. Transform the observation by power family of Box-Cox
transformation is an effort to handle the non-normality. AMMI model then can be applied to the transformed
data appropriately following by the use of ordinary least square for estimating parameters. This approach is
investigated by applying them to (i) a count data of pest population of Poisson distribution, which came from a
study of leave pest in soybean genotype, and to (ii) a study of rice genotype stability of filled grain per panicle
(Binomial data). One must be carefully considered what the meaning of the transformation in the AMMI
models and Biplot AMMI.

Keywords : AMMI Models, Box-Cox transformations

PENDAHULUAN pengamatan mungkin menjadi salah satu teknik


Analisis AMMI adalah suatu teknik analisis untuk mengatasi masalah ketidaknormalan ini.
data percobaan dua faktor perlakuan dengan Artikel ini hendak mendiskusikan penggunaan
pengaruh utama perlakuan bersifat aditif transformasi kenormalan untuk mendapatkan
sedangkan pengaruh interaksi dimodelkan data yang mendekati Normal (setidaknya
dengan model bilinier. Model AMMI simetrik) dan kemudian memodelkannya
merepresentasikan observasi ke dalam dengan AMMI.
komponen sistematik yang terdiri dari
pengaruh utama (main effect) dan pengaruh Model AMMI dan Asumsi Kenormalan
interaksi melalui suku-suku multiplikatif Galat
(multiplicative interactions), disamping Model AMMI dikenal luas pada bidang
komponen acak sisaan atau galat. Komponen terapan, terutama pada bidang pemuliaan yaitu
acak pada model ini diasumsikan menyebar kajian interaksi genotipe × lingkungan (IGL).
Normal dengan ragam konstan (Sumertajaya, Sebutan lain seperti model bilinear, atau model
1998). Pada dasarnya analisis AMMI biaditif lebih menunjuk pada struktur model
menggabungkan analisis ragam aditif bagi tersebut. Secara umum model AMMI untuk
pengaruh utama perlakuan dengan analisis peubah acak yij dari baris ke-i dan kolom ke-j
komponen utama ganda dengan pemodelan adalah:
K
bilinier bagi pengaruh interaksi yang
memanfaatkan penguraian nilai singular (SVD) E( yij )     i   j   k  ki  kj
k 1
pada matriks interaksi (Mattjik, 1998, 2005). dengan µ adalah rataan umum, αi pengaruh
SVD merupakan pendekatan kuadrat terkecil aditif (utama) baris ke-i (i=1,2,…,I), dan βj
dengan reduksi dimensi (pangkat matriks) data pengaruh aditif kolom ke-j (j=1,…,J ). Pada
yang terbaik dan menyediakan penyajian secara pendugaannya kedua pengaruh utama ini
grafis yang dikenal secara luas dengan nama diidentifikasi dengan kendala berupa jumlah
Biplot. Groenen & Koning, (2004) yang sama dengan nol (Van Eeuwijk, 1995;
menunjukkan penggunaan biplot pada model Mattjik, 1998 ).
bilinear sebagai cara baru memvisualisasi Pengaruh interaksi dimodelkan sebagai
interaksi. Kelayakan model AMMI dengan jumlah dari suku multiplikatif, yang banyaknya
galat yang Normal dan ragam konstan ada sama atau kurang dari pangkat matriks sisa dari
kalanya tidak terpenuhi. Transformasi data pengaruh aditif (utama). Parameter suku
166 Ketaknormalan Data……………(Alfian Futuhul dkk)

multiplikatif pengaruh interaksi untuk baris dasarnya metode ini merupakan upaya untuk
dinotasikan dengan γki adalah juga skor baris memberikan peragaan grafik dari suatu matriks
sumbu ke-k dan kolom ke-i. Skor kolom ke-j dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan
pada sumbu ke-k dinotasi dengan δki. Nilai vektor-vektor dalam ruang berdimensi dua.
singular yang berpadanan dengan sumbu ke-k Vektor-vektor yang dimaksud yaitu vektor
yang direpresentasi oleh  k adalah ukuran yang mewakili nilai skor komponen
asosiasi antara skor baris dan kolom. Nilai lingkungan.
yang diperoleh dari penguraian nilai singular Biplot adalah plot antara satu kolom G
(SVD) ini mengindikasikan tingkat dengan kolom G yang lain yang ditampilkan
kepentingan sumbu. Kuadrat dari nilai secara bersama-sama dengan plot kolom H
singular, yaitu nilai akarciri sama dengan dengan kolom H yang lain yang bersesuaian
jumlah kuadrat sumbu yang bersangkutan. dengan kolom G yang diplot (Jolliffe, 1986).
Kendala untuk parameter suku multiplikatif Sebagian statistikawan membuat plot antar
meliputi jumlah yang sama dengan nol kolom U dan antar kolom H secara bersamaan.
(terpusatkan) dan perkalian silangnya sama Sebagian peneliti pertanian (pemuliaan
dengan nol (ortonormal). tanaman) bahkan membuat plot antara kolom-
Dalam kasus data tidak menyebar Normal, kolom tersebut dengan nilai rataan data asli per
kelayakan model AMMI menjadi tidak peubah amatan yang sesuai.
terpenuhi. Jika matriks data bebas, Biplot pada analisis AMMI biasanya berupa
berdistribusi Normal dengan ragam konstan, biplot antara nilai komponen utama pertama
penduga kemungkinan maksimum tereduksi dengan rataan respon (biplot AMMI1). Biplot
menjadi SVD. Manakala sebarannya bukan antara komponen utama kedua dan nilai
Normal –Binomal, Poisson, invers Gaussian, komponen pertama (biplot AMMI2) bisa
misalnya– kesamaan ini tidak lagi berlaku ditambahkan jika komponen utama kedua ini
(Falguerolles, 1996). nyata.
Data yang berdistribusi selain Normal Interpretasi biplot AMMI1 adalah bagi titik-
cenderung tidak homogen, dan bila titik yang sejenis. Jarak titik-titik amatan
dimodelkan dengan AMMI ketakhomogenan berdasarkan sumbu datar (rataan respon)
ragam dapat berakibat buruk, sedangkan skala menunjukkan perbedaan pengaruh utama
dugaannya mungkin juga tidak memuaskan. amatan-amatan tersebut. Sedangkan jarak titik-
Kedua fenomena ini bisa jadi membutuhkan titik amatan berdasarkan sumbu tegak (KUI1)
dimasukkannya suku interaksi tambahan (Van menunjukkan perbedaan pengaruh interaksinya
Eeuwijk, 1995). Kadangkala ada alasan kuat atau perbedaan kesensitifannya terhadap lokasi.
untuk tetap memodelkan data pada skala Biplot AMMI1 menunjukkan bahwa genotipe
pengamatan. Kehomogenan ragam dapat dikatakan mempunyai daya adaptasi baik pada
diatasi dengan menambahkan satu atau lebih suatu lingkungan jika genotipe dan lingkungan
suku multiplikatif interaksi. Ketika tidak ada bertanda sama (berinteraksi positif).
alasan untuk memaksa pemodelan tetap pada Biplot AMMI2 menggambarkan pengaruh
skala pengamatan, maka transformasi terhadap interaksi antara genotipe dan lingkungan. Titik-
peubah respon dapat dilakukan untuk titik amatan yang mempunyai arah yang sama
mengurangi masalah ini. Model linier atau berarti titik-titik amatan tersebut berinteraksi
bilinier dikenakan pada data yang telah positif (saling menunjang), sedangkan titik-titik
ditransformasi, dan sifat sebaran sisaan yang berbeda arah menunjukkan bahwa titik-
diasumsikan memenuhi sebaran Normal. titik tersebut berinteraksi negatif.

METODE Transfomasi Data


Langkah Pemodelan AMMI Akibat ketaknormalan dan ketakhomogenan
Langkah pemodelan AMMI dapat dilihat pada ragam pada model linier atau biliner telah
berbagai sumber terdahulu seperti, disinggung pada bagian sebelumnya.
Sumertajaya, 1998; Mattjik, 1998; Hadi & Transformasi pada peubah respon ditengarai
Sa’diyah, 2004. merupakan upaya perbaikan atas kedua hal
tersebut. Model linier atau bilinier dapat
Interpretasi Biplot AMMI dikenakan pada data yang telah ditransformasi,
Alat yang digunakan untuk menginterpretasi dan sifat sebaran sisaan diasumsikan memenuhi
hasil dari metode AMMI adalah biplot. Pada sebaran Normal.
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 2, Juli 2007 : 165-174 167

Transformasi data pada hakekatnya adalah (stretch) ekor distribusi untuk memberikan
suatu usaha untuk mengubah data dari suatu bentuk distribusi yang mendekati bentuk genta.
skala ke skala yang lain. Model linier yang Demikian halnya dengan transformsi
klasik (analisis ragam atau regresi) telah keluarga pangkat juga berguna untuk membuat
dikembangkan berdasarkan pada beberapa distribusi menjadi semakin simetrik
asumsi pokok yaitu keaditifan (model pengaruh (mengurangi kemenjuluran). Harapannya
utama), ragam perlakuan yang homogen adalah diperoleh distribusi data yang semakin
(keragaman data bersifat bebas dari rataan dan mendekati Normal. Kriteria yang berbeda
banyaknya ulangan), dan kenormalan data. untuk menentukan tranformasi apa yang akan
Asumsi pertama berkaitan dengan struktur digunakan tidak harus munuju pada pilihan
data yang pada akhirnya menyangkut yang sama, tetapi sering terjadi transformasi
penafsiran data, asumsi kedua berperan dalam yang optimum untuk suatu masalah juga
menyederhanakan metode pendugaan memperbaiki masalah yang lain. Pada keluarga
parameter. Sedangkan yang terakhir sangat transformasi ini telah dikenal luas suatu metode
erat kaitannya dengan pengujian hipotesis. perhitungan untuk menentukan transformasi
Metode pengujian hipotesis yang telah optimum, yaitu transformasi Box-Cox.
berkembang sangat lanjut adalah yang
didasarkan pada kenormalan data, oleh karena Transformasi Box-Cox
itu patokan-patokannya dapat dengan mudah Transformasi ini bertujuan memenuhi ketiga
diperoleh dalam tabel-tabel sebaran statistik, asumsi model linier, yaitu keheterogenan
seperti tabel t, F atau Khi-kuadrat (Aunuddin, ragam, ketaknormalan galat, dan
2005). keaditifan/ketaklinieran pengaruh sistematik.
Dalam hal ini, transformasi bertujuan untuk Box-Cox menggunakan kriteria yang
mengatasi tiga masalah utama yaitu menggabungkan tujuan memperoleh model
keheterogenan ragam, ketaknormalan galat, yang sederhana dan ragam yang homogen pada
dan ketakaditifan atau ketaklinieran pengaruh satu sisi serta tujuan kenormalan data pada sisi
sistematik. Diakui bahwa bagaimanapun, tidak lain.
mudah mengatasi ketiga hal tersebut dengan satu Metode transformasi Box-Cox menggunakan
langkah tunggal transformasi. Transformasi keluarga transformasi parametrik yang
tunggal biasanya manjur untuk mengatasi satu didefinisikan dalam bentuk terbakukan sebagai
masalah tertentu tetapi tidak ketiganya. berikut:
Keberhasilan transformasi untuk memperoleh  Yi   1
kesederhanaan model (aditifitas/linieritas)  , untuk   0
mungkin mengakibatkan ketaknormalan dan Yi ( )    Y  1
ketakhomogenan ragam bila sebelumnya dua Y ln Y  , untuk   0
 i
asumsi ini terpenuhi. Ada kalanya transformasi
yang dilakukan untuk memperoleh ragam yang dengan Y adalah rataan geometrik dari peubah
stabil membawa kita pada ketaknormalan asal yaitu Y  exp  ln Yi  n (Rawling et
i
(Rawling et al., 1998) . al.,1998; Box, Hunter, & Hunter, 1978).
Beruntunglah, bahwa transformasi untuk Parameter  diperoleh secara empirik
mem-peroleh kehomogenan ragam dan melalui penduga kemungkinan maksimum
ketaknormalan mempunyai kecenderugan untuk beberapa nilai  yang dipilih. Tahapan
diperoleh secara bersamaan (hand-in-hand), perhitungan sebagai berikut:
sehingga tidak jarang kedua asumsi dapat
Nilai  dipilih dari selang tertentu, umumnya
terpenuhi oleh suatu transformasi yang tepat
[-2,2], katakanlah  =[ -2, -1.5, -1, -0.5,
(Bartlet, 1947 diacu dalam Rawling et al.,
-0.25, 0, 0.25, 0.5, 1, 1.5, dan 2]
1998)
Transformasi untuk kehomogenan ragam Jumlah kuadrat sisaan dari model Yi() ditulis
seringkali juga memenuhi kenormalan. sebagai JKS ( ) , dan ragam bagi 
Transformasi logit, arcsinus, dan probit yang didefinisikan sebagai     JKS   n .
2

digunakan untuk menstabilkan ragam dan Untuk masing-masing  dihitung fungsi


menyederhanakan model juga membuat kemungkinan L   0.5 lnˆ 2  
distribusi mendekati kenormalan.
Memaksimumkan fungsi kemungkinan
Transformasi tersebut umumnya menarik
sama artinya dengan meminimumkan jumlah
kuadrat sisaan. Dengan membuat plot antara 
168 Ketaknormalan Data……………(Alfian Futuhul dkk)

dan L() dan memperhatikan titik kritis  pada melibatkan 12 varietas padi pada 5 lokasi.
L() maksimum, maka maks ini adalah penduga Penelitian akan memodelkan data persentase
titik bagi . gabah isi, yang diamati saat panen.
Perlu dicatat bahwa  dapat pula diperoleh Ilustrasi kedua adalah percobaan
dari plot atau antara  dan JKS()/n dengan pengendalian terhadap hama daun pada galur
memperhatikan  pada JKS()/n minimum. kedelai tahan hasil persilangan oleh Balai
Dengan transformasi ini kita akan Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
memperoleh sebaran yang simetrik mendekati (Balitkabi) Departemen Pertanian RI di
Normal. Ketakhomogenan ragam pun dapat Malang, Jawa Timur. Percobaan ini
dikurangi dengan transformasi ini. melibatkan empat galur/varietas kedelai tahan
hasil persilangan (Wilis, IAC-100, IAC-80-
Tahapan Analisis 596-2 dan W/80-2-4-20). Penelitian ini
Tahapan penggunaan transformasi kenormalan memanfaatkan data populasi hama daun pada
pada model AMII sebagaimana dalam umur 14 hari setelah tanam.
Gambar 1.
Kestabilan Gabah Isi Varietas Padi: Data
Data Percobaan
Persentase/Proporsi
Data dalam bentuk proporsi biasanya tidak
Pengujian Normal
berdistribusi Normal. Hal ini ditunjukkan oleh
Kenormalan uji kenormalan pada Gambar 3. Metode
Tidak transformasi Box-Cox pada data proporsi
Trasformasi Box-Cox gabah isi menghasilkan nilai dugaan lambda
sebesar 7.80 pada nilai maksimum log-
likelihood sebesar 160.79. Plot log-likelihood
Pengujian
Tidak Kenormalan disajikan pada Gambar 2 sedangkan nilai
Normal
lambda untuk beberapa nilai log-likehood
Model AMMI
disajikan pada Lampiran 3.
Dengan demikian diperoleh transformasi
Biplot AMMI 2 pangkat 7.8. Katakanlah yp adalah peubah
populasi hama daun maka peubah
Gambar 1. Langkah penggunaan transformasi transformasinya adalah
kenormalan pada AMMI yz =yp7.8. Uji kenormalan menunjukkan
Langkah-langkah pekerjaan penelitian adalah peubah yz ini menyebar mengikuti distribusi
sebagai berikut: Normal (Gambar 3b). Pow er : Box-Cox

1. Pengujian kenormalan dilakukan dengan


metode Anderson Darling atau 80

Kolmogorov-Smirnov
60

2. Transformasi Box-Cox akan memperoleh


Log likelihood

nilai lambda bagi peubah baru hasil 40

transformasi. Transformasi Box-Cox


dilakukan dengan bantuan GENSTAT 7 20

(Lampiran 6)
3. Pengepasan model AMMI dilakukan 0

dengan GENSTAT 7 dan fungsi hubung 0 2 4 6 8 10

Identitas (Lawes Agricultural Trust, 2003). Lambda

Prosedur pada GENSTAT 7 dan cara


penggunaan-nya tersedia dengan menghubungi Gambar 2. Plot log-likelihood transformasi
penulis. Box-Cox
data proporsi gabah isi
Ilustrasi dan Teladan Penerapan
Dua ilustrasi penerapan akan disajikan, Analisis AMMI pada peubah yz
pertama pada data dari Balai Penelitian Padi menghasilkan nilai singular sebagai berikut
(Balitpa) Departemen Pertanian RI di 0.4041, 0.3483, 0.2100, dan 0.1199. Kontribusi
Sukamandi, Jawa Barat, merupakan data uji keragaman yang mampu diterangkan oleh
daya hasil percobaan multilokasi yang masing-masing komponen adalah 37.34%,
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 2, Juli 2007 : 165-174 169

32.18%, 19.40%, 11.08% menunjukkan bahwa (Bio-Xa-7) dan F (S3383-1D-PN-41-3-1).


tiga komponen pertama memiliki peran Interaksi genotipe dan lingkungan lebih jelas
dominan dalam menerangkan keragaman dan detail digambarkan oleh biplot AMMI2.
pengaruh interaksi. Biplot AMMI2 hasil transformasi Box-Cox
Berdasarkan metode postdictive success (Gambar 5) memperlihatkan varietas A
diperoleh dua komponen pertama yang nyata (B10278-B-MR-2-4-2) relatif stabil pada
dengan nilai F sebesar 3.59 dan 3.11 pada seluruh lokasi, varietas lain beradaptasi secara
nilai-p< 0.015 dan nilai-p<0.015 (Tabel 1). spesifik pada lokasi tertentu.
Hal ini berarti proporsi gabah isi melalui Varietas E (Bio-Xa-5) dan H (OBS. 1656)
transformasi pangkat 7.80 dapat diterangkan beradaptasi dengan baik di lokasi Talang
menggunakan model AMMI2 dengan sedangkan varietas G (Bio-Xa-7) di
kemampuan menerangkan keragaman pengaruh Maroangin. Varietas F (S3383-1D-PN-41-3-1)
interaksi sebesar 69.51%. Diagnosis sisaan sangat baik di Jatibaru dan Maranu namun
menunjukkan kelayakan model ini, tidak ada masih mungkin tumbuh dengan baik di Talang.
penyimpangan yang serius pada plot sisaan Varietas J (OBS. 1657) dan D (S3382-2d-3-3)
(Gambar 4). Biplot AMMI1 menunjukkan mampu beradaptasi di Jatibaru dan Maranu.
varietas C (B19154F-PN-1-1-4) mempunyai Varietas L (IR 64) dan C (B19154F-PN-1-1-4)
nilai rataan gabah isi ternormalkan yang paling mampu beradaptasi di Paritdalam dan
rendah diantara varietas yang lain, sedangkan Maroangin, varietas K (OBS 1658) beradaptasi
varietas L (IR 64) mempunyai nilai rataan yang baik di Talang namun masih mungkin
tertinggi (Lampiran 4). berkembang di Paritdalam. Varietas M
Vaietas K (OBS 1658) dan E (Bio-Xa-5) (Memberamo) tidak secara spesifik beradaptasi
mempunyai nilai rataan gabah isi yang sama dengan salah satu lokasi namun diperkirakan
namun interaksi dengan lingkungan yang tidak mampu beradaptasi di Talang dan
berbeda, demikian pula dengan varietas G Paritdalam.
Normal Probability Plot Normal Probability Plot

.999 .999
.99 .99
.95 .95
Probability
Probability

.80 .80

.50 .50

.20 .20

.05 .05
.01 .01
.001 .001

0.75 0.85 0.95 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
p Yz
Average: 0.904975 W-test for Normality Average: 0.487487 W-test for Normality
StDev: 0.0463283 R: 0.9572 StDev: 0.164410 R: 0.9940
N: 60 P-Value (approx): < 0.0100 N: 60 P-Value (approx): > 0.1000

Gambar 3. Uji kenormalan data proporsi gabah isi sebelum transformasi (a)
dan sesudah transformasi Box-Cox (b)

Tabel 1. Analisis ragam untuk data gabah isi yang ditransformasi

Pengujian 1 Suku Pengujian 2 Suku


Derjat Jumlah Kuadrat
Sumber Multiplikatif Multiplikatif
Bebas Kuadrat Tengah
Nilai F Nilai-p Nilai F Nilai-p
Lingkungan 4 1.0277 0.2569 79.12 <0.000 143.06 0.0000
Genotipe 11 0.2240 0.0204 6.27 <0.001 11.34 0.0010
AMMI 1 14 0.1633 0.0117 3.59 <0.007 6.49 0.0061
AMMI 2 12 0.1213 0.0101 3.11 <0.015 5.63 0.0103
AMMI 3 10 0.0441 0.0044 2.45 0.1086
Residual 8 0.0144 0.0018
Total 59 1.5948 0.0270
170 Ketaknormalan Data……………(Alfian Futuhul dkk)

Normal Probability Plot

3
.999
.99 2

.95
1
Probability

.80

stdres
.50 0

.20
-1
.05
.01 -2

.001
-3

- 0.04 - 0.02 0.00 0.02 0.04


0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
residual AMMI
fit
Aver ag e: 0. 000 0002 Gambar 4. Plot sisaan model AMMI data gabah isi yang ditransformasi:
And erson-Darlin g Normalit y Test
StD ev : 0. 015 6053
N: 60
(a) (b)
A -Squared: 0.555
a) Plot kenormalan sisaan; (b) Plot sisaan vs fitted value
P -Value: 0.146

0.6

Kode Galur Padi


0.5 Paritdalam
A B10278B-MR-2-4-2
B S3254-2G-21-2
0.4

0.3 C B9154F-PN-1-1-4
K D S3382-2D-3-3
0.2
E
B C E Bio Xa-5
H Talang
0.1
L F S3383-1D-PN-41-3-1
0 A G Bio Xa-7
-0.4 Jatibaru
-0.3
-0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
F -0.1 H OBS. 1656
J
Maranu G J OBS. 1657
-0.2

M K OBS. 1658
D -0.3
Maroagin L IR. 64
-0.4 M MEMBERAMO

Gambar 5. Biplot AMMI 2 data gabah isi hasil transformasi Box-Cox

Ketahanan Kedelai terhadap Hama Daun: Analisis AMMI pada peubah az


Data Frekuensi/Populasi Hama menghasilkan nilai singular sebagai berikut
Metode transformasi Box-Cox pada data 1.451, 0.7614, 0.1505. Kontribusi keragaman
populasi hama daun menghasilkan nilai dugaan yang mampu diterangkan oleh masing-masing
lambda sebesar 0.66 pada nilai maksimum log- komponen adalah 61.41%, 32.22%, dan 6.37%,
likelihood sebesar -11.76. Plot log-likelihood menunjukkan bahwa dua komponen pertama
disajikan pada Gambar 6 sedangkan nilai memiliki peran dominan dalam menerangkan
lambda untuk beberapa nilai log-likehood keragaman pengaruh interaksi.
disajikan pada Lampiran 1. Berdasakan metode postdictive success
Dengan demikian transformasi yang diperoleh komponen pertama yang nyata
diperoleh adalah transformasi pangkat 0.66. dengan nilai F sebesar 31.00 pada nilai-p<0.04,
Katakanlah a adalah peubah populasi hama sedangkan komponen kedua nyata nilai-
daun maka peubah transformasinya adalah p=0.074 (Tabel 2). Sekalipun nilai-p komponen
az=a0.66. Uji kenormalan menunjukkan kedua cukup besar namun dua komponen
peubah az ini menyebar mengikuti distribusi pertama sangat dominan, dengan kemampuan
Normal (Gambar 7). menerangkan keragaman pengaruh interaksi
sebesar 93.63%.
Pow er : Box-Cox
Hal ini berarti populasi hama daun melalui
-20
transformasi pangkat 0.66 dapat diterangkan
menggunakan model AMMI2. Diagnosis
-40

sisaan juga memperkuat hal ini, tidak ada


Log likelihood

-60
penyimpangan yang serius pada plot sisaan
(Lampiran 2).
-80
Biplot AMMI1 menunjukkan genotipe IAC-
100 merupakan genotipe dengan nilai rataan
-100

0 2 4 6 8 10
populasi hama (ternormalkan) paling rendah,
Lambda
sedangkan Wilis yang paling tinggi (Lampiran
5).
Gambar 6. Plot log-likelihood transformasi
Box Cox data populasi hama daun Selengkapnya, interaksi ini digambarkan
oleh Biplot AMMI2 dengan lebih baik.
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 2, Juli 2007 : 165-174 171

Normal Probability Plot Gambar 8 menunjukkan biplot AMMI 2


data populasi hama daun tanaman kedelai yang
.999
.99
ternormalkan. Pada fase ini, populasi
.95 Lamprosema hampir sama pada semua
Probability

.80
.50
genotipe. Genotipe IAC 80 paling tahan
.20 terhadap keseluruhan hama daun pada fase ini
.05
.01
(14 HST) dibanding yang lain. Sementara
.001 genotipe lain secara spesifik rentan terhadap
1.0 1.5 2.0 2.5 hama tertentu. W/80 relatif rentan terhadap
az
Average: 1.65575 W-test for Normality Lalat Kacang (Agromyza), IAC 100 relatif
StDev: 0.589420 R: 0.9958
N: 20 P-Value (approx): > 0.1000
rentan terhadap Emproasca.
Gambar 7. Plot uji kenormalan hasil
transformasi Box-Cox data populasi hama daun

Tabel 2. Analisis ragam untuk populasi hama daun yang ditransformasi

Pengujian 1 Suku Pengujian 2 Suku


Sumber Derjat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Multiplikatif Multiplikatif
Nilai F Nilai-p Nilai F Nilai-p
Hama Daun 4 2.2659 0.5665 5.64 0.032 50.02 0.0197
Genotipe 3 1.6252 0.5417 5.40 0.039 47.83 0.0205
AMMI 1 6 2.1065 0.3511 3.50 0.077 31.00 0.0316
AMMI 2 4 0.5797 0.1449 12.80 0.0738
Residual 2 0.0227 0.0113
Total 19 6.5999 0.3474

-0.9 -0.4 0.1 0.6 1.1


1

Longitarsus

0.5 Wilis

IAC -80

IAC -100
Bemisia
0
Lamprosema
Emproasca

Agromyza

-0.5

W/80

-1

Gambar 8. Biplot AMMI 2 data populasi hama daun yang ditransformasi


172 Ketaknormalan Data……………(Alfian Futuhul dkk)

Diskusi Lawes Agricultural Trust, 2003. The Guide to


Transformasi pangkat Box-Cox mampu GenStat® Release 7.1 Part 2:
mengatasi ketaknormalan data. Dengan Statistics. VSN International,
transformasi Box-Cox dapat dilakukan Wilkinson House, Jordan Hill Road,
pemodelan interaksi menggunakan model Oxford, UK.
AMMI secara sahih pada data ternormalkan. Mattjik A.A. 1998. Aplikasi Analisis Pengaruh
Namun transformasi kenormalan dilakukan Utama Aditif dan Interaksi Ganda
untuk tetap bertahan pada model dengan (UAIG) pada Data Simulasi. Forum
metode pendugaannya yang telah mapan secara Statistika Komputasi 3:20-26.
teori sehingga pengujian hipotesis dan Mattjik A.A. 2005. Interaksi Genotipe dan
interpretasinya pun tidak banyak perdebatan. Lingkungan dalam Penyediaan
Model AMMI dibangun dengan landasan teori Sumberdaya Unggul. Naskah Orasi
pemodelan yang mapan, teknik komputasi yang Ilmiah Guru Besar Biometrika.
sederhana, dan telah secara luas digunakan. FMIPA IPB, Bogor.
Transformasi data dilakukan untuk semata- Rawling J.O; S.G. Pantula; & D.A. Dicky. 1998.
mata memperoleh asumsi kenormalan. Analisis Applied Regression Analysis: A
AMMI kemudian dilakukan pada data hasil Research Tools. 2nd Ed. Sringer-
transformasi ini. Verlag, New York.
Kita seolah menutup mata terhadap makna apa Romagosa I & P.N. Fox. 1993. Genotype ×
yang diberikan oleh transformasi pada Environment Interaction and
interpretasi model AMMI. Adaptation dalam: Hayward M. D, N.
DAFTAR PUSTAKA O. Bosemark, and Romagosa I (eds).
Aunuddin, 2005. Statistika: Rancangan dan 1993. Plant Breeding. Principles and
Analisis. IPB Press, Bogor. Prospects. Chapman & Hall, London.
Box G.E.P.; W.G. Hunter; & J.S. Hunter. 1978. Sumertajaya I M. 1998. Perbandingan Model
Statistics for Experimenters: An AMMI dan Regresi Linier untuk
Introduction to Design, Data Analysis, Menerangkan Pengaruh Interaksi
and Model Building. John Wiley & Percobaan Lokasi Ganda. Tesis.
Sons, Inc. Canada. Tidak diterbitkan. Program Studi
Falguerolles de A. 1996. Generalized Linear- Statistika Sekolah Pascasarjana IPB,
Bilinear Models. Society of Bogor
Computational Economics. 2nd Tengkano W. & M. Soehardjan, 1993. Jenis
International Conference on Hama Utama pada Berbagai Fase
Computing and Finance. Genewa, Pertumbuhan Tanaman Kedelai dalam
Switzerland, 26-28 June 1996. S. Somaatmadja et al., (eds.). 1993.
http://www.unige.ch/ce/ce96/defalgue/ Kedelai. Pusat Penelitian dan
defalgue.htm. Pengembangan Tanaman Pangan,
Groenen P.J.F. & A.J. Koning. 2004. A New Bogor
Model for Visualizing Interactions in Van Eeuwijk F.A. 1995. Multiplicative
Analysis of Variance. Econometric Interaction in Generalized Linear
Institute Report EI 2004-06. Models. Biometrics 51:1017–1032.
Hadi A.F. & H. Sa’diyah. 2004. AMMI Model Yan W. & Hunt, L.A. 2002. Biplot Analysis of
untuk Analisis Interaksi Genotipe × Multi-Environment Trial Data: Kang,
Lokasi. Jurnal Ilmu Dasar 1:33-41. M.S.(eds) Quantitative Genetics,
Jolliffe I T. 1986. Principal Component Genomics and Plant Breeding. CRC
Analysis. Springer-Verlag, New York. Press, Boca Raton, Florida, p.289-303.
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 2, Juli 2007 : 164-174 173

Lampiran 1. Nilai lambda dugaan dan log-likelihood transformasi Box-Cox data populasi hama
daun

Box-Cox Box-Cox
lambda Box-Cox Likelihood lambda lambda
Likelihood Likelihood
1 -0.99 -22.22 8 2.86 -22.53 15 6.70 -62.23
2 -0.44 -16.28 9 3.41 -27.25 16 7.25 -68.72
3 0.11 -12.77 10 3.96 -32.41 17 7.80 -75.32
4 0.66 -11.67 11 4.50 -37.90 18 8.35 -82.03
5 1.21 -12.57 12 5.05 -43.68 19 8.90 -88.83
6 1.76 -14.95 13 5.60 -49.68 20 9.45 -95.70
7 2.31 -18.37 14 6.15 -55.87 21 10.00 -102.64

Lampiran 2. Plot sisaan model AMMI 2 data populasi hama daun ternormalkan.
az az
2.0
7
Standardiz ed residuals

1.5
6
1.0
5
0.5
4
0.0
3
-0.5
2 -1.0

1 -1.5

0 -2.0
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00 2.25 2.50
Standardiz ed res iduals Fitted v alues

az az
2.0
1.75
Standardiz ed residuals

1.5
1.50
1.0

0.5 1.25

0.0 1.00

-0.5 0.75

-1.0 0.50

-1.5 0.25

Lampiran 3. Nilai lambda dugaan dan log-likelihood transformasi Box-Cox data proporsi gabah isi
-2.0
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
0.00
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Nor mal plot Half - Nor mal plot

Box-Cox Box-Cox
lambda Box-Cox Likelihood lambda lambda
Likelihood Likelihood
1 -0.99 150.29 8 2.86 157.75 15 6.70 160.61
2 -0.44 151.70 9 3.41 158.41 16 7.25 160.73
3 0.11 152.99 10 3.96 158.97 17 7.80 160.79
4 0.66 154.16 11 4.50 159.45 18 8.35 160.78
5 1.21 155.21 12 5.05 159.85 15 6.70 160.61
6 1.76 156.16 13 5.60 160.18 16 7.25 160.73
7 2.31 157.01 14 6.15 160.43 17 7.80 160.79

Lampiran 4. Biplot AMMI1: KUI1 vs rataan proporsi gabah isi ternormalkan

0.5 Maroangin
0.4 C
G
0.3

0.2 Paritdalam
L

0.1 A
KUI1

M B K
0.0 Talang J
D
-0.1 F
H
-0.2 Jatibaru
E
-0.3 Maranu

-0.4

0.3 0.4 0.5 0.6 0.7


Gabah Isi Padi

Lampiran 5. Biplot AMMI1: KUI1 vs rataan populasi hama daun ternormalkan


174 Ketaknormalan Data……………(Alfian Futuhul dkk)

1 IAC-100
Agromyza
KUI1

0 Emproasca
Longitarsus
Lamprosema IAC-80
W/80
Wilis

Bemissia
-1

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0
Populasi Hama Daun

Lampiran 6. Contoh perintah GENSTAT untuk transformasi Box-Cox

YTRANSFORM [transform=powe;method=boxc;lower=-0.99;upper=10]y=gbhisi;nbin=nY;\
save=bxc
print bxc[1, 2, 3, 4];
variate Z
calc Z=gbhisi**1.21
normtest [print=marg, critical]data=Z
print Y, Z
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 2, Juli 2007 : 164-174 175

Anda mungkin juga menyukai