Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol.

1, No 3, Desember halaman 140-148


2016 ISSN 2503-4146
Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2503-4154 (online)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/jkpk

BIOSORPSI ION SENG(II) OLEH SERBUK AKAR ECENG


GONDOK (Eichhornia crassipes) TERIMMOBILISASI PADA
KALSIUM ALGINAT

Puspita Ratri Wulandari1*

1
Laboratorium Kimia Analitik, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

*Keperluan korespondensi, email: puspitarw@gmail.com

Received: 17 June 2016 Accepted: December 1, 2016 Online Published: December 30, 2016

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai biosorpsi ion Seng(II) dengan menggunakan


biosorben kalsium alginat terimmobilisasi serbuk eceng gondok. Penelitian ini diawali dengan
preparasi dan karakterisasi biosorben dengan menggunakan FTIR. Parameter biosorpsi yang
dipelajari meliputi massa biosorben, pH, waktu kontak dan konsentrasi awal ion Seng(II). Kadar
ion Seng(II) dalam larutan diukur dengan menggunakan Spektroskopi Serapan Atom.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa biosorpsi ion Seng(II) optimum pada massa biosorben 2,01 g,
pH larutan 5,5, konsentrasi awal ion Seng (II) 200 ppm dan waktu kontak 120 menit. Konstanta
laju biosorpsi adalah sebesar 1,469 x 10-5 menit-1 dan mengikuti persamaan kinetika biosorpsi
pseudo orde satu. Kapasitas biosorpsi sebesar 34,88 mg/g. Biosorpsi ion Seng(II) mengikuti
isoterm Langmuir dan melibatkan adsorpsi kimia (kemisorpsi) dengan energi adsorpsi sebesar
27,14 kJ.

Kata kunci: serbuk eceng gondok; kalsium alginat; Immobilisasi; Biosorpsi; Seng(II)

ABSTRACT

The research on biosorption Zinc (II) ion was done by using biosorbent calcium alginate
powder immobilized hyacinth. The study started with the preparation and characterization of the
biosorbent using FTIR. The parameters of biosorption were studied; mass of biosorbent, pH,
contact time and initial concentration of zinc (II) ions. Concentration of zinc ion (II) in solution
was measured using Atomic Absorption Spectroscopy. Results showed the ion biosorption Zinc
(II) used biosorbent in the optimum mass of 2.01 g, pH 5.5, the initial concentration of zinc ions
(II) of 200 ppm and a contact time of 120 minutes. Biosorption rate constant was 1.469 x 10-5
min-1 and followed the pseudo first order rate kinetics. The capacity of biosorption was found to
be 34.88 mg/g. Biosorption of Zinc (II) ion also followed the Langmuir isotherm and it involved
chemical adsorption (chemisorption) with the adsorption energy of 27.14 kJ

Keywords: powder hyacinth; calcium alginate; immobilization; biosorption; Zinc (II)

PENDAHULUAN sisi lain ternyata juga membawa pengaruh


negatif bagi kesehatan masyarakat. Dari
Pertumbuhan industri di Indonesia
proses industri yang berlangsung dihasilkan
yang melaju dengan cepat memberikan
limbah – limbah industri yang mengandung
dampak positif di bidang perekonomian. Di
140
141 Puspita Ratri Wulandari, Biosorpsi Ion Seng(II)

logam berat. Limbah logam berat antara Peralatan


lain nikel, merkuri, krom, timbal, perak, Alat yang digunakan di dalam
besi, seng, cadmium, dan sebagainya. penelitian ini adalah alat-alat gelas yang
Sebagian besar logam berat mem- umum digunakan, Spektrofotometer Infra
bentuk garam yang terlarut dalam air dan Merah Shimadzu FTIR 8201 PC, Spekt-
membentuk campuran yang sulit dipisah- rofotometer Serapan Atom Perkin Elmer
kan dengan metode pemisahan secara 3000, oven, pH meter, kertas saring What-
fisik. Dikarenakan sulitnya membersihkan man 42, neraca digital ACIS AD 300H,
lingkungan yang tercemar logam berat shaker, ayakan 150 mesh, dan magnetic
tersebut, diperlukan kontrol pencemaran stirer.
ling-kungan dengan membatasi kandungan Prosedur Penelitian
maksimum logam berat sebelum dibuang Persiapan pembuatan biomassa serbuk
ke badan air. eceng gondok
Teknik adsorpsi sudah banyak di Tanaman eceng gondok dipisahkan
lakukan dalam berbagai penelitian. Tren dari tanah dan dicuci. Bagian akar dan
pengembangan adsorben pada tahun- daun dipisahkan dari batangnya dan
tahun terakhir adalah pencarian adsorben dikeringkan pada oven dengan suhu 90°C
baru yang memanfaatkan bahan yang hingga diperoleh berat konstan. Sampel
bersifat limbah atau hasil samping suatu yang telah dikeringkan kemudian ditumbuk
produk[1]. Salah satu bahan yang berpo- sampai halus dan disaring dengan meng-
tensi sebagai adsorben adalah jaringan gunakan ayakan 150 mesh. Sampel dicuci
tanaman. Metode adsorpsi dengan meman- dengan menggunakan HCl 0,01 M dan
faatkan tanaman yang telah mati (bio- akuabides hingga netral. Sampel dikeri-
massa) merupakan metode alternatif yang ngkan dengan oven pada suhu 50 - 60°C
tidak membutuhkan biaya besar dan efektif sampai diperoleh berat konstan.
untuk mengadsorp logam[2]. Dalam pene-
Immobilisasi serbuk eceng gondok pada
litian ini dilakukan eksperimen biosorpsi
kalsium alginat
pada logam Seng (II) dengan meman-
Natrium alginat sebanyak 2 g dila-
faatkan biomassa eceng gondok yag
rutkan dalam 0,1 L akuabides dan ditam-
terimmobilisasi pada Kalsium Alginat.
bahkan 3 g serbuk akar eceng gondok ke

METODE PENELITIAN dalamnya. Akar tersebut kemudian dialirkan


ke dalam 500 mL larutan CaCl2·2H2O 0,1
Bahan
M. Campuran tersebut kemudian diaduk
Bahan-bahan yang digunakan di
dengan menggunakan magnetic stirrer se-
dalam penelitian ini adalah Natrium alginat,
hingga gel kalsium alginat akan terbentuk
CaCl2·2H2O, akar eceng gondok yang dike-
ketika larutan sudah stabil. Gel tersebut ke-
ringkan, larutan ion logam Seng(II), NaOH
mudian dikeringkan dalam suhu kamar dan
(Merck), HCl pekat 37 % (Merck),
disimpan dalam pendingin bersuhu 4°C.
CH3COOH (Merck), H3PO4 (Merck), asam
borat, dan akuabides.
JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 3, Bulan Desember 2016., hal. 140-148 142

Penyiapan larutan stok ion Seng(II) 1000 ngan menggunakan Spektrofotometer Se-
ppm dan buffer britton robinson untuk rapan Atom.
ion Seng(II) Pengaruh waktu kontak terhadap
Larutan stok ion Seng(II) 1000 ppm biosorpsi ion Seng(II)
dibuat dengan cara melarutkan 3,8665 g Larutan ion Seng(II) disiapkan
Zn(NO3)2·3H2O ke dalam labu ukur 1000 dengan konsentrasi 100 ppm sebanyak 20
mL, kemudian diencerkan dengan akuab- mL pada pH optimum. Serbuk akar eceng
ides sampai tanda batas. gondok terimmobilisasi pada kalsium algi-
Larutan CH3COOH sebanyak 2,3 nat dengan massa optimum dimasukkan ke
mL, larutan H3PO4 2,7 mL dan 2,472 g dalam larutan tersebut. Campuran kemu-
asam borat dilarutkan ke dalam akuabides dian dishaker selama 30, 60, 90, 120, 150,
1 L. Selanjutnya ditambahkan sejumlah la- dan 180 menit dan selanjutnya disaring
rutan NaOH 2 M hingga diperoleh pH dengan menggunakan kertas saring What-
dengan rentang 3 – 5,5. man 42. Filtrat yang diperoleh diukur absor-
Pengaruh massa biosorben terhadap bansinya dengan menggunakan Spektro-
biosorpsi ion Seng(II) fotometer Serapan Atom.
Larutan ion Seng(II) disiapkan Pengaruh konsentrasi larutan terhadap
sebanyak 20 mL dengan konsentrasi 100 biosorpsi ion Seng(II)
ppm. Ke dalam larutan tersebut dima- Larutan ion Seng(II) disiapkan se-
sukkan biosorben dengan variasi jumlah banyak 20 mL dengan variasi kon-sentrasi
beads 10, 20, 20, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 50, 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm pada
dan 100 beads. Campuran kemudian di pH optimum. Serbuk akar eceng gondok
shaker selama 120 menit dan disaring terimmobilisasi pada kalsium alginat de-
dengan menggunakan kertas saring What- ngan massa optimum dimasukkan ke da-
man 42. Filtrat yang diperoleh diukur absor- lam larutan tersebut. Campuran kemudian
bansinya dengan menggunakan Spektro- dishaker sesuai dengan waktu optimum
fotometer Serapan Atom. yang diperoleh sebelumnya. Campuran
Pengaruh pH larutan terhadap biosorpsi tersebut disaring dengan meng-gunakan
ion Seng(II) kertas saring Whatman 42 untuk selan-
Larutan ion Seng(II) disiapkan de- jutnya filtrat yang diperoleh diukur absor-
ngan konsentrasi 100 ppm sebanyak 20 bansinya dengan menggunakan Spektro-
mL. Variasi pH yang digunakan untuk ma- fotometer Serapan Atom.
sing-masing larutan adalah 3; 3,5; 4; 4,5; 5;
5,5. Biosorben dengan massa opti-mum di- HASIL PEMBAHASAN
masukkan ke dalam larutan terse-but. Cam-
Karakterisasi Gugus Fungsional Biosor-
puran kemudian dishaker selama 120 menit
ben Serbuk akar eceng gondok
dan selanjutnya disaring dengan menggu-
Perbandingan spektra inframerah
nakan kertas saring Whatman 42. Filtrat
biosorben serbuk akar eceng gondok de-
yang diperoleh diukur absorbansinya de-
ngan serbuk akar eceng gondok terimmo-
143 Puspita Ratri Wulandari, Biosorpsi Ion Seng(II)

bilisasi pada kalsium alginat disajikan pada kukan melalui proses pembentukan gel
Gambar1 dengan kinetika reaksi yang cepat. Satu
tetes larutan natrium alginat akan mem-
bentuk satu bead dengan agen aktif yang
terimmobilisasi di dalamnya.
.Spektra inframerah biosorben ser-
buk akar eceng gondok terimmobilisasi
pada kalsium alginat yang disajikan dalam
Gambar 1. Gambar 1 tampak mirip dengan
spektra infra merah serbuk akar eceng gon-
dok. Serapan yang melebar pada bila-ngan
gelombang 3425 cm-1 menunjukkan vibrasi
ulur gugus –OH. Keberadaan gugus COO-
ditunjukkan pada bilangan gelom-bang
Gambar1. Spektra inframerah biosorben 1635 cm-1 dan vibrasi simetrisnya ditu-
serbuk akar eceng gondok
njukkan pada serapan 1427 cm -1. Bilangan
terimmobilisasi pada kalsium alginate
gelom-bang ini juga dapat diinterpretasikan
Spektra menunjukkan adanya sera- sebagai keberadaan vibrasi tekuk N-H dari
pan di daerah 3448 cm-1, yang merupakan serbuk eceng gondok.
vibrasi ulur gugus –OH. Serapan pada
Kajian Biosorpsi
bilangan gelombang 1635 cm-1 menun-
jukkan keberadaan gugus –C=O. Selain itu, Pengaruh massa biosorben

bilangan gelombang 1635 cm -1 juga dapat Lin dan Xing (2008) menyebutkan
diinterpretasikan sebagai keberadaan vib- bahwa permukaan akar tanaman dapat
rasi tekuk N-H. Bilangan gelombang 2931 mengadsorp ion Seng[3]. Selain berfungsi
cm-1 diidentifikasi sebagai vibrasi C-H. Pa- untuk memperkuat berdirinya tubuh tum-
da spektra kalsium alginat juga ditun-jukkan buhan, akar juga mampu menyerap air dan
serapan di daerah 3487 cm -1, 1620 cm-1 unsur hara pada tanaman, serta juga men-
dan 1419 cm-1 yang merupakan kebe- jadi tempat penyimpanan zat cadangan
radaan gugus –OH dan vibrasi ulur asi- makanan.
metris COO-, vibrasi simetris dari -COO Akar tersusun oleh sel parenkim
1.2 Immobilisasi Serbuk Akar Eceng hidup yang mengandung pati (Hartanto et
Gondok pada Kalsium alginat al., 2005) yang mempunyai gugus –COOH

Teknik immobilisasi dilakukan de- dan –OH sehingga memiliki kemampuan

ngan mengalirkan campuran Natrium Algi- yang baik untuk mengadsorp logam[4]. Hal

nat dan serbuk akar eceng gondok ke ini dapat dilihat dalam grafik pengujian

dalam larutan Kalsium Klorida. Proses terhadap akar dan daun dalam mengadsorp

yang terjadi disebut dengan metode difusi, ion logam Seng(II) yang ditunjukkan pada

dimana ion Ca2+ berdifusi dari reservoir luar Gambar 2.

ke dalam alginat. Pengaturan difusi dila-


JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 3, Bulan Desember 2016., hal. 140-148 144

Tabel 1. Variasi jumlah beads biosorben

Jumlah Massa
No.
Beads Biosorben(g)

1 10 0,49
2 20 0,81
3 30 1,28
4 40 1,65
5 50 2,01
6 60 2,4
7 70 2,83
8 80 3,23
9 90 3,62
Gambar 2. Grafik pengujian terhadap akar 10 100 4,01
dan daun dalam mengadsorp ion
logam Seng(II)

Gambar 3. nilai persen adsorpsi dengan


menggunakan serbuk akar eceng
gondok
Gambar 4. Pengaruh variasi massa
biosorben terhadap adsorpsi larutan
Hasil penelitian menunjukkan nilai ion Seng(II)
persen adsorpsi dengan menggunakan ser-
Gambar 4 menunjukkan pengaruh
buk akar eceng gondok lebih baik jika di-
variasi massa biosorben terhadap adsorpsi
bandingkan dengan menggunakan daun.
larutan ion Seng(II). Pada massa 0 – 1,65 g
Untuk komposisi kalsium alginat dengan
biosorben terus terjadi peningkatan adsor-
serbuk akar eceng gondok digunakan per-
psi ion logam Seng(II). Kenaikan massa
bandingan 2 : 3. kalsium alginat yang digu-
biosorben menyebabkan meningkatnya gu-
nakan sebanyak 2 g sedangkan akar eceng
gus-gugus aktif dalam biosorben. Akibat-
gondok yang diimmobilisasikan sebesar 3
nya, interaksi ion Seng(II) dengan gugus
g. Massa akar eceng gondok dibuat lebih
aktif semakin besar, sehingga nilai persen
besar dari kalsium alginat, agar cukup ba-
adsorpsi akan meningkat. Menurut Baroroh
nyak serbuk yang terperangkap ke dalam
(2008) eceng gondok mengandung selu-
beads kalsium alginat, sehingga jumlah si-
losa yang kaya akan gugus –OH dan COO-
tus aktif semakin banyak.
, sehingga dapat berinteraksi dengan kom-
Dalam penelitian ini dilakukan var-
ponen adsorbat. Selain itu ion logam
iasi jumlah beads biosorben terhadap ad-
Seng(II) dapat berinteraksi dengan gugus
sorbat. Variasi jumlah beads biosorben
COO- dan –OH yang terdapat dalam algi-
disajikan dalam Tabel 1. Dibawah
nat. Pada variasi massa diatas 2,01 g,
145 Puspita Ratri Wulandari, Biosorpsi Ion Seng(II)

kenaikan adsorpsi ion logam Seng(II) tidak logam Seng(II) dengan ion H+. Akibatnya
terlalu signifikan, bahkan cenderung tetap. terjadi kompetisi ion logam dalam Seng(II)
Hal ini disebabkan situs aktif biosorben dalam larutan.
telah jenuh terhadap ion Seng(II).[5] Adsorpsi ion logam Seng(II) terus
2.2 Pengaruh pH meningkat seiring dengan kenaikan pH.
Volesky (1990) mengemukakan Pada pH yang relatif tinggi sisi aktif bio-
bahwa proses adsorpsi logam berat dengan sorben akan bermuatan negatif, sehingga
menggunakan biosorben sangat bergan- memudahkan proses biosorpsi, namun
tung dengan pH [6]. Hal ini dikarenakan pH pada kondisi pH yang semakin tinggi akan
dapat mempengaruhi kelarutan ion logam terjadi proses hidrolisis membentuk kom-
dalam larutan, kemampuan ion logam pleks hidrokso logam yang kemudian diikuti
untuk terikat pada permukaan biomassa dengan pengendapan hidroksida logam.
dan mempengaruhi muatan pada permu- Akibatnya kenaikan adsorpsi logam pada
kaan biomassa selama reaksi berlangsung. pH 5,5 tidak terlalu signifikan
2.3 Pengaruh waktu kontak dan kinetika
biosorpsi
Pengaruh waktu kontak biosorpsi
ion logam Seng(II) dengan menggunakan
serbuk akar eceng gondok terimmobilisasi
pada kalsium alginat dilakukan pada
rentang waktu 30 – 180 menit. Hasil penga-
Gambar 5. Pengaruh pH pada biosorpsi ion matan disajikan pada Gambar 6
logam Seng(II)

Pada bagian ini dipelajari pengaruh


pH larutan terhadap jumlah ion Seng(II)
yang teradsorp oleh biosorben Kalsium
alginat terimmobilisasi serbuk akar eceng
gondok. Variasi pH diambil pada rentang
3,0 – 5,5. Hal ini dikarenakan larutan ion
Seng(II) dalam kondisi basa lemah akan
membentuk endapan hidroksida Zn(OH)2 Gambar 6. Pengaruh waktu kontak bio-
(Resa, 2004)7]. Grafik pengaruh pH sorpsi ion logam Seng(II) dengan
menggunakan serbuk akar eceng
disajikan dalam Gambar 5. gondok terimmobilisasi pada kalsium
Pada Gambar 5 terlihat bahwa bio- alginat
sorpsi ion logam Seng(II) mengalami kenai- Adsorpsi ion Seng(II) terus menga-
kan seiring dengan kenaikan pH. Pada pH lami peningkatan pada rentang waktu 0-120
3 adsorpsi ion logam Seng(II) masih ren- menit. Semakin lama waktu interaksi, se-
dah. Hal ini dikarenakan pada kondisi asam makin banyak situs aktif biosorben yang
terjadi peningkatan ion hidrogen (H+). Aki- mengikat ion logam. Sampai akhirnya ter-
batnya terjadi kompetisi antara ion logam
JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 3, Bulan Desember 2016., hal. 140-148 146

capai kesetimbangan adsorpsi, dimana ad- berdasarkan model isoterm adso-rpsi Lang-
sorben sudah jenuh terhadap ion logam muir dan Freundlich. Pengaruh konsentrasi
sehingga penambahan waktu kontak tidak awal ion Seng(II) dilakukan pada rentang
lagi menambah persen adsorpsi ion logam. konsentrasi 0 ppm sampai 500 ppm pada
Hasil penelitian menunjukkan waktu opti- pH 5,5 dengan waktu adsorpsi 120 menit.
mum penyerapan terjadi pada 120 menit. Gambar 6 menunjukkan bahwa
Dalam kondisi tersebut biosorben mampu pada konsentrasi awal 0 – 200 ppm terjadi
mengadsorp ion Seng(II) sebesar 39,22 kenaikan qe. Hal tersebut menunjukkan se-
mg/g (76,92 %) makin besar konsentrasi awal ion Seng(II),
Srivastava (2006) menyebutkan semakin besar pula ion yang teradsorp.
bahwa model kinetika adsorpsi yang biasa Pada kondisi tersebut, situs aktif biosorben
digunakan adalah model pseudo orde masih mampu mengadsorp ion logam
pertama atau pseudo orde kedua.[8] Untuk dalam larutan. Pada konsentrasi lebih dari
mengetahui model kinetika biosorpsi ion 200 ppm, qe mulai konstan. Besarnya ad-
Seng(II) dengan menggunakan biosorben sorpsi yang tidak signifikan ini disebabkan
serbuk akar eceng gondok terimmobilisasi oleh situs aktif biosorben telah jenuh beri-
pada kalsium alginat, ditentukan dengan katan dengan ion logam Seng(II).
membandingkan R2 dari orde satu, orde Suardana (2008) menyebutkan
dua, pseudo orde satu dan pseudo orde bahwa pengujian pola isoterm adsorpsi Fre-
dua yang ditunjukkan pada Tabel 2. undlich dilakukan dengan pembuatan kurva
log (x/m) terhadap log c.[9] Seda-ngkan
Tabel 2. model kinetika biosorpsi ion pengujian pola isoterm adsorpsi Langmuir
Seng(II) dengan menggunakan bio-
dilakukan dengan pembuatan kurva c/(x/m)
sorben
terhadap c. Pola adsorpsi ditentukan de-
Qmaks K E
(mg/g) (L/mol) (kJ/mol) R2 ngan cara membandingkan tingkat kelinier-
2
Langmuir 38, 46 53128,17 27,14 0,998
an kurva yang ditunjukkan oleh harga R .
Freundlich 8,17 23,227 7,84 0,342
Model isoterm Langmuir mengacu
kepada pembentukan monolayer pada per-
Dari data tersebut, R2 terbesar
mukaan biosorben, sedangkan Freun-dlich
diperoleh untuk pseudo orde satu, dengan
mengasumsikan pembentukan kom-pleks
nilai R2 sebesar 0,939. Hal tersebut me-
multilayer sehingga biosorpsi tidak hanya
nunjukkan adanya laju pengurangan reak-
terjadi pada satu permukaan
tan [H2O] dan [H+]. Namun dikarenakan
Biosorpsi ion Seng(II) dengan me-
jumlahnya yang berlebih, maka laju pengu-
nggunakan serbuk akar eceng gondok ter-
rangan kedua reaktan tersebut diabaikan.
immobilisasi pada kalsium alginat, ber-
2.4 Pengaruh konsentrasi awal ion
dasarkan data di Tabel 3 koefisien regresi
Seng(II) dan isoterm biosorpsi
linier (R2) untuk model isoterm Langmuir
Pada bagian ini akan dikaji besar-
besarnya mendekati satu. Dengan demi-
nya kapasitas biosorpsi, konstanta kesetim-
kian dapat disimpulkan adsorpsi yang
bangan dan energi biosorpsi yang diperoleh
147 Puspita Ratri Wulandari, Biosorpsi Ion Seng(II)

terjadi hanya pada satu lapisan di permu- Dari hasil penelitian diperoleh
kaan saja (monolayer). Hal tersebut sesuai energi biosorpsi ion Seng(II) dengan me-
dengan penelitian Wang (2010) yang nggunakan Kalsium alginat terimmobilisasi
menyebutkan bahwa biosorpsi logam berat serbuk eceng gondok sebesar 27,14
dengan menggunakan eceng gondok me- kJ/mol, sehingga energi biosorpsi dalam
ngikuti pola isoterm Langmuir[10]. penelitian ini digolongkan sebagai kemi-
Dari hasil perhitungan diperoleh sorpsi.
kapasitas biosorpsi ion Seng(II) dengan
menggunakan biosorben Kalsium alginat
KESIMPULAN
terimmobilisasi serbuk akar eceng gondok
sebesar 38,46 mg/g. Wuyep (2007) mela- Serbuk akar eceng gondok memiliki

kukan penelitian menggunakan Kalsium kemampuan mengadsorp ion logam Seng

alginat tanpa immobilisasi untuk mengad- (II) lebih besar jika dibandingkan dengan

sorp logam Cr, Mn, Cu, Ni, dan Pb. Kapa- serbuk daun eceng gondok. Biosorpsi ion

sitas biosorpsi rata-rata yang dipe-roleh logam Seng(II) dengan menggunakan bios-

sebesar 2,05 mg/g[11] Dibandingkan de- orben serbuk akar eceng gondok ter-immo-

ngan penelitian sebelumnya, Kalsium algi- bilisasi pada kalsium alginat berlangsung

nat yang terimmobilisasi serbuk eceng gon- optimum pada kondisi pH 5,5, waktu kontak

dok mengalami peningkatan kemam-puan 120 menit, konsentrasi awal ion lo-gam 200

mengadsorp logam berat. ppm, dan berat biosorben 2,01 g. Biosorpsi

Adamson (1990) mengemukakan ion logam Seng(II) dengan menggunakan

bahwa suatu adsorpsi dikatakan sebagai serbuk akar eceng gondok yang diimmo-

kemisorpsi (adsorpsi kimia) jika memiliki bilisasikan pada kalsium alginat mengikuti

energi adsorpsi minimal 20,92 kJ/mol. pola laju reaksi pseudo orde satu dengan

Energi adsorpsi dibawah 20,92kJ/mol dise- konstanta laju reaksi sebesar 1,469 x 10-5

but fisisorpsi (adsorpsi fisika)[12]. Nilai menit-1. Biosorpsi ion logam Seng(II) de-

energi adsorpsi ini menggambarkan sebe- ngan menggunakan serbuk akar eceng

rapa kuat ikatan ion logam dengan situs gondok yang diimmobilisasikan pada kal-

aktif adsorben atau dapat juga diartikan sium alginat mengikuti pola isoterm Lang-

sebagai nilai energi yang digunakan untuk muir dengan kapasitas adsorpsi sebesar

mengadsorp per mol adsorbat dengan 34,588 mg/g. Proses adsorpsi diduga meli-

menggunakan adsorben. batkan adsorpsi kimia (kemisorpsi) dengan

Kemisorpsi terjadi diawali dengan energi adsorpsi sebesar 27,14

adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel adso-


rbat mendekat ke permukaan adsorben DAFTAR RUJUKAN
melalui gaya van der Waals atau melalui
ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh ad- [1] Han, J.S., 1999, Stormwater
Filtration of Toxic Heavy Metal Ions
sorpsi kimia yang terjadi setelah adsorpsi Using Lignocellulosis Material
fisika. Selection Process, Fiberization,
Chemical Modification and Mat
Formation, Proceeding of 2nd Inter-
JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 3, Bulan Desember 2016., hal. 140-148 148

regional Conference on from aqueous solution onto RHA, J.


Environmental-Water. Hazard, 134, 257-267.

[2] Gamez, G., Doken, K., Tieman, J [8] Resa, I., Carmona, E., Gutierrez-
dan Herrera, I.,1999, Spectroscopy Puebla, E., and Monge,. A., 2004,
Studies of Gold (III) Binding to Alfafa Decamethyldizincocene, a stable
Biomass, Proceeding of The 1999 compound of Zn ( II) with a Zn-Zn
Conference of Hazardous Waste Bond, J.Science, 305, 1136-1138.
Research, pp 78 -79.
[9] Suardana, I.N., 2008, Optimalisasi
[3] Lin, D.H., dan Xing, B.S., 2008, Root Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion
Uptake and Phototoxicity of ZnO Kromium, J. Pen. & Peng Sains
Nanoparticles, J. Environ. Tech,, 42 Humaniora, 2, 1, 17-33.
(15), 5580-5585.
[10] Wang, G., Fuerstenau, M.C., dan
[4] Hartanto, N., Purnomo, dan Smith, R.W., 2010, Sorption of Heavy
Sumardi, I., 2006, Struktur dan Metals onto Nonliving Water Hyacinth
Perkembangan Tumbuhan, Penebar Roots, Mineral Processing and
Swadaya, Jakarta Extractive Metallurgy Review An
International Journal, 19, 1, 309-322.
[5] Baroroh, H., 2008, Adsorpsi Biomassa
Eceng Gondok, Skripsi, Universitas [11] Wuyep, P.A., Chuma, A.G., Awodi, S.,
Islam Negeri (UIN) Malang. dan Nok, A.J., 2007, Biosorption of Cr,
Mn, Fe, Ni, Cu, and Pb metals from
[6] Volesky, B., 1990, Biosorption of petroleum refinery effluent by calcium
Heavy Metals, CRC Boston. alginate immobilized mycelia of
Polyporus Squamosus, Scientific
[7] Shrivastava, V.C., Mall, I.D., dan Research and Essay, 2, 7, 217-221.
Mishra, I.M., 2006, Characterization of
mesoporus rice husk ash (RHA) [12] Adamson. A. W., 1990, Physical
andadsorption kinetics of metal ions Chemistry of Surface, 5th ed. John
Wiley and Sons Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai