Anda di halaman 1dari 3

Di slide pertama, dosen mengingatkan bahwa di kuliah minggu lalu kami belajar tentang teori hukum

alam yang merupakan mazhab hukum pertama. Juga disampaikan bahwa di kuliah hari ini akan dipel
ajari mazhab lain seperti postivisme dan sosiologis.

Di slide kedua saya belajar tentang mazhab positivisme yang merupakan mazhab yang paling akrab a
tau familiar dengan para sarjana hukum saat ini di dunia sejak abad ke-19. Penganut paham positivis
me ini cenderung mengagung-agungkan hukum positif dalam menyikapi suatu masalah. Negara men
ggunakan mazhab positivisme ini untuk menciptakan hukum yang bersifat subordinative di mana run
dang undang dan peraturan adalah perintah bagi masyarakat di negara tersebut. Bukan koordinatif d
i mana antara negara dan rakyat setara.

Penilaian terhadap suatu masalah dilakukan dengan mekanisme hirarki perundang-undangan.


DI dalamnya muncul azas hukum yang lebih khusus menghapus hukum yang lebih umum, kemudian
hukum yang lebih baru menghapus hukum yang terdahulu, kemudian hukum yang lebih tinggi meng
hapus hukum yang lebih rendah. Mohon maaf saya lupa cara menulis ketiga azas tersebut dalam Bah
asa Latinnya, Dr. Budi.

Penegakan hukum mengandalkan sanksi bagi siapa yang tidak taat namun bagi yang taat, tidak ada r
eward karena kepatuhan dianggap sebagai suatu kewajiban. Aliran ini mendekonstruksi konsep-kons
ep hukum aliran Hukum Alam dari konsep semula berbentuk metafisik ke konsepnya yang positif ol
eh sebab itu harus dirumuskan secara jelas dan pasti.

DI slide ketiga, saya belajar bahwa Positivisme menuntut agar setiap metodologi yang dipikirkan unt
uk menemukan kebenaran hendaklah memperlakukan realitas sebagai pengalaman yang dilepaskan
dari sembarang macam prakonsepsi metafisis yang subyektif sifatnya.

Prinsip Utama Aliran Filsafat Positivisme adalah:


Hanya menganggap benar yang benar-benar tampil dalam pengalaman.
Hanya yang pasti secara nyata yang diakui sebagai kebenaran.
Hanya melalui ilmulah pengalaman nyata itu dapat dibuktikan.
Semua kebenaran hanya didapat melalui ilmu.

Di slide keempat, saya belajar bahwa Prinsip Dasar Positivisme Hukum adalah suatu tatanan hukum
negara yang berlaku bukan karena mempunyai dasar dalam kehidupan sosial, jiwa bangsa, dan huku
m alam, melainkan karena mendapat bentuk positifnya suatu instansi yang berwenang.

Dalam mempelajari hukum hanya bentuk yuridisnya yang dipandang. Hukum sebagai hukum hanya a
da dengan bentuk formalnya. Isi material hukum memang ada, tetapi tidak dipandang sebagai bahan
ilmu pengetahuan hukum, karena isi merupakan variabel yang bersifat sewenang-wenang. Isi hukum
tergantung dari situasi etis dan politik suatu negara.

Tiga Aliran Positivisme Hukum:


Positivisme hukum analitis (John Austin).
Teori murni hukum (Hans Kelsen).
Positivisme pragmatis.

Di slide kelima, saya belajar tentang Utiltarisme. Dipelopori oleh Jeremy Bentham yang merupakan B
apak Reformasi Hukum. Beliau menyatakan bahwa baik buruknya hukum harus diukur dari baik buru
knya akibat yang dihasilkan oleh penerapan hukum itu. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai b
aik, jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan sebesar-bes
arnya, dan mengurangi penderitaan.

Di slide keenam, saya belajar tentang mazhab sejarah yang merupakan reaksi terhadap:
Rasionalisme abad ke-18 – Universalisme.
Revolusi Perancis – misi kosmopolitan.
Larangan hakim menafsirkan hukum karena UU dianggap sempurna.

Mazhab historis timbul sejalan dengan gerakan Nasionalisme di Eropa. Jika ahli hukum sebelumnya
memfokuskan pada individu, Mazhab sejarah pada jiwa bangsa (volksgeist).

Di slide ketujuh, saya belajar tentang mazhab hukum sosiologis yang lahir dari dialektika antara posi
tivisme hukum dan mazhab sejarah.
Mazhab ini berpendapat bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hid
up dalam masyarakat. Mazhab ini memisahkan “the positive law” dan “the living law”. Mazhab ini fo
kus pada problem kesenjangan antara “law in book” dan “law in action”.

Di slide kedelapan, saya belajar tentang Sociological Jurisprudence yang dipelopori oleh Eugen Ehrlic
h sebagai pelopor aliran sociological jurisprudence khususnya di Eropa.
Mazhab ini melihat ada perbedaan antara “the positive law dan “the living law”. “The positive law” a
kan efektif jika selaras dengan “the living law. Sumber dan bentuk hukum yang sempurna adalah keb
iasaan. Ketertiban dalam masyarakat didasarkan pada pengakuan terhadap hukum, bukan oleh nega
ra.

Di slide kesembilan, saya belajar mazhab Functionalism yang dipelopori oleh Roscoe Pound yang ber
pendapat bahwa proses yuridis tidak dapat memberi jawaban tepat terhadap masalah konkrit di mas
yarakat; hukum bukan kumpulan norma abstrak, melainkan juga proses mengadakan keseimbangan
kepentingan; hukum sebagai alat menjamin pemuasan kebutuhan semaksimal mungkin dengan men
ekan friksi seminimal mungkin; hukum harus dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan ya
ng berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sosial;Hukum sebagai suatu konsep yang dapat dikemban
gkan sedemikian rupa untuk dijadikan alat rekayasa sosial (social engineering).

Di slide kesepuluh, saya mempelajari Sociological Jurisprudencedan Sosiologiy hukum. Perbedaanny


a adalah bahwa:
Sosiological Jurisprudence adalah:
Nama aliran dalam filsafat hukum
Pendekatan hukum ke masyarakat
Menitikberatkan pada hukum, dan memandang masyarakat dalam hubungannya dengan hukum.
Sedangkan soliologi hukum adalah:
Cabang dari ilmu hukum dan sosiologi
Pendekatan dari masyarakat ke hukum
Titik berat penyelidikannya pada masyarakat dan hukum sebagai manifestasi semata.

Di slide kesebelas, saya belajar tentang Realisme hukum dimana akar realisme hukum adalah empiris
me, khususnya pengalaman-pengalaman yang dapat ditimba dari pengadilan. Hukum adalah hasil da
ri kekuatan-kekuatan sosial dan alat kontrol sosial dan terbentuk dalam kehidupan dari berbagai asp
ek.

Realisme berpendapat bahwa tidak ada hukum yang mengatur suatu perkara sampai pada putusan.
Apa yang dianggap law in book baru taksiran tentang bagaimana hakim memutuskan. Aparatur huku
m dan masyarakat, tempat hukum itu diterapkan, bukanlah komponen-komponen mekanis yang sert
a merta mentaati perintah UU, melainkan juga punya potensi menyimpangi UU.

Di slide keduabelas saya belajar bahwa menurut Karl N. Llewellyn:


Realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat untuk tujuan-tujuan sosial.
Pemisahan sementara antara hukum yang ada dan yang seharusnya ada untuk tujuan-tujuan studi.
Realisme menerima definisi peraturan-peraturan sebagai ramalan-ramalan umum tentang apa yang
akan dilakukan oleh pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai