Anda di halaman 1dari 33

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR


EKONOMI PESERTA DIDIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING DI SMA PGRI BANTIMURUNG TAHUN PELAJARAN
2021/2022

OLEH
NURWAHIDAH, S.Pd
NUPTK. 7657768669130072

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI SULAWESI SELATAN


SMA PGRI BANTIMURUNG KAB. MAROS
TAHUN 2021

1
i

2
Abstrak
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI
PESERTA DIDIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING DI SMA PGRI BANTIMURUNG TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Kegiatan pembelajaran di SMA PGRI BANTIMURUNG Kab. Maros, masih


menggunakan model teacher center dimana guru masih berperan dominan
sehingga menimbulkan rasa bosan dan kurang motivasi bagi peserta didik. Hal
ini tentunya berimbas kepada hasil belajar peserta didik itu sendiri. Di kelas
11 IPS masih banyak peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM 75,
hal ini tentunya harus di perbaiki salah satunya dengan menerapkan model
pembelajaran yang berbeda agar motivasi belajar peserta didik meningkat dan
hasil belajarnya pun meningkat.
Model Pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif dan aktif yang melibatkan para peserta didik untuk
belajar memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
peserta didik mendapatkan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah,
serta memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji model pembelajaran problem
based learning dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar ekonomi
pada kelas 11 IPS SMA PGRI Bantimurung Kab. Maros tahun ajaran
2021/2022
Hasil analisis didapatkan terjadi peningkatan motivasi belajar dari siklus I,
siklus II, pada siklus III, untuk hasil belajar nya terjadi peningkatan dari
siklus I (33%) pada siklus II (33,37%) pada siklus III (72,5%).

Kata Kunci : Ekonomi, Problem Based Learning, Motivasi, Hasil Belajar

3
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul: “Upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar
ekonomi peserta didik di SMA PGRI Bantimurung tahun pelajaran 2020/2021
Penulis menyadari bahwa penulisan ini selesai karena bantuan dari
banyak pihak. Karenanya, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Ibnu Muslim, S.Pd.,M.Pd selaku kepala SMA PGRI Bantimurung
yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Kepada bapak Samsuriadi yang telah memberikan bantuan tekhnis dalam
penelitian ini
3. Kepada Ibu ST. Jumaenar yang telah membantu proses dokumentasi
dalam penelitian berlangsung.
4. Kepada Bapak/Ibu guru SMA PGRI Bantimurung yang selalu memberi
motivasi selama proses penelitian.
5. Orangtua penulis ( Kulle Raba dan Nurbia ) yang senantiasa mendo’akan
penulis
6. Kepada anakku tercinta Muhammad Sultan Mahroby yang selalu menjadi
penyemangat
7. Siswa-siswi SMA PGRI Bantimurung yang telah membantu pelaksanaan
penelitian ini.
8. Semua pihak yang tidak saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini.
Karenanya, penulis memohon masukan yang membangun agar penelitian ini
dapat lebih disempurnakan. Akhirnya, dengan kerendahan hati penulis
berharap penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca.

Maros, 30 September 2021


Penulis,

NURWAHIDAH, S.Pd

4
DAFTAR ISI iii

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................i
ABSTRAK………………………………………………………………………………ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI.........................................................................................iv
BAB 1
PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................4
C. Tujuan Penelitian............................................................................4
D. Manfaat Penelitian..........................................................................4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA................................................................................6
A. Landasan Teori................................................................................6
B. Kerangka Berfikir..........................................................................13
C. Hipotesis Tindakan........................................................................13
BAB III
METODE PENELITIAN.......................................................................14
A. Desain Penelitian...........................................................................14
B. Subjek dan Objek Penelitian..........................................................14
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan…………………………………………..14
D. Tekhnik Pengumpulan Data………………………………………………..14
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………………….15
A. Hasil Penelitian…………………………………………………………………15
B. Pembahasan…………………………………………………………………….22
BAB VI
PENUTUP……………………………………………………………………………23
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..23
B. Saran……………………………………………………………………………..23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..24

5
BAB I iv
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah ilmu yang sistematis atau pengajaran yang
berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode mengajar, pengawasan
dan pembimbingan peserta didik. Kegiatan mendidik diartikan sebagai
upaya membantu seseorang untuk menguasai aneka pengetahuan.
Kegiatan mendidik diartikan sebagai upaya membantu sesorang untuk
menguasai aneka pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai yang diwarisi dari
keluarga dan masyarakat (Arif Rohman, 2011:5). Mendidik juga bisa
diartikan sebagai Tindakan merealisasikan potensi seseorang yang dibawa
sewaktu lahir. Berdasarkan sudut pandang pedagogic sebagaimana
dikemukakan oleh M.J Langeveld (1980) Pendidikan berlangsung dalam
pergaulan antara orang dewasa dengan anak atau orang yang belum
dewasa dalam satu lingkungan. Anak atau orang yang belum dewasa
adalah sebagai sesuatu “kemungkinan”yang pada dasarnya baik. Menurut
langeveld dalam perjalanannya manusia bisa menjadi baik atau tidak baik,
sehingga pendidikanlah yang memiliki andil untuk menjadikannya baik.
Guru merupakan tenaga kependidikan yang terlibat langsung
dengan proses pendidikan karena tugas utamanya sebagai pendidik atau
mengemban tugas dan berprofesi sebagai pendidik. Undang-Undang Guru
dan Dosen (UUGD) Nomor 14 tahun 2015 pasal 1 ayat (1) menyatakan
guru adalah pendidik professional dengan tugas utama guru mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pasal 6 UUGD nomor 14
tahun 2015 menyatakan kedudukan guru sebagai tenaga professional

1
bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Peserta didik merupakan salah satu dari komponen pendidikan yang
tidak bisa ditinggalkan, karena tanpa adanya peserta didik tidak akan
mungkin proses pembelajaran dapat berjalan. Peserta didik merupakan
komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-
mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak
yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin
mencapainya secara optimal. Menurut Sudarwan Danim (2010: 1) “Peserta
didik merupakan sumber utama dan terpenting dalam proses pendidikan
formal”. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa
mengajar tanpa adanya peserta didik. Oleh karena itu kehadiran peserta
didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau
pendidikan yang dilembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik
dan peserta didik.
Motivasi belajar artinya dorongan dari diri peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar, misalnya pemahaman materi atau
pengembangan belajar. Dengan adanya motivasi, peserta didik akan
senantiasa semangat untuk terus belajar tanpa ada paksaan dari pihak
manapun. Cara menumbuhkannya tentu bukan perkara mudah karena
setiap peserta didik memiliki karakter dan keinginan berbeda-beda.
Motivasi belajar peserta didik terdiri dari motivasi belajar intrinsik yaitu
motivasi yang berasal dari diri peserta didik sendiri untuk belajar. Motivasi
ini bisa dipengaruhi oleh keinginan peserta didik untuk mencapai suatu
tujuan tertentu, misalnya berprestasi, masuk sekolah favorit, masuk
perguruan tinggi favorit, membanggakan orang tua, dan sebagainya.
Kemudian, motivasi belajar ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari
luar, misalnya lingkungan. Contoh motivasi ekstrinsik adalah iming-iming
hadiah dari orang tua jika berprestasi, mengikuti saran atau nasihat dari
guru, dan sebagainya.

7
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Mahapeserta didik di
SMA PGRI Bantimurung Kab. Maros Provinsi Sulawesi Selatan pada
tanggal 3 agustus 2021 untuk mata pelajaran ekonomi, ditemukan bahwa
motivasi belajar peserta didik sangat rendah ini dapat dilihat pada kegiatan
pembelajaran (1) kurangnya peserta didik yang mengikuti kegiatan2
pembelajaran disekolah, (2)kurangnya peserta didik yang merespon pada
saat diberi pertanyaan selama proses pembelajaran, (3) peserta didik
cenderung diam jika diberi kesempatan untuk bertanya, (4) tidak semua
peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan, (5) rendahnya hasil
belajar peserta didik, masih ada yang memperoleh nilai dibawah KBM. Dari
hasil pengamatan tersebut, dapat dikatakan bahwa apa yang diharapkan
dari kurikulum 2013 dan tujuan dari pembeljaran abad 21 belum tercapai,
dimana salah satu yang diharapkan adalah peserta didik lebih aktif selama
proses pembelajaran dan memiliki kemampuan berfikir HOTS serta
mampu menggunakan tekhnologi, oleh karena itu diperlukan model
pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar
peserta didik.
Konstruktivisme memahami belajar sebagai proses pembentukan
(kontruksi) pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri. Pengetahuan ada di
dalam diri seseorang yang sedang mengetahui (Schunk, 1986). Dengan
kata lain, karena pembentukan pengetahuan adalah peserta didik itu
sendiri, peserta didik harus aktif selama kegiatan pembelajaran, aktif
berpikir, menyusun kosep, dan memberi makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan terwujudnya gejala
belajar adalah niat belajar peserta didik itu sendiri. Sementara peranan
guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Guru
tidak mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan
membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan

8
dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang peserta
didik dalam belajar.
Salah satu model pembelajaran yang menggunakan teori
konstruksivisme adalah model pembelajaran problem based learning.
Pembelajaran berbasis masalah dan penyelidikan; belajar berdasarkan
masalah dengan solusi “open ended”, melalui penelusuran dan
penyelidikan sehingga dapat ditemukan banyak solusi masalah. Peserta
didik bisa mengeksplorasi lingkungan memanfaatkan sumber-sumber fisik
diperkaya sumber-sumber digital, menggali pengalaman orang lain atau
3
contoh nyata penyelesaian masalah dari beragam sudut pandang. Peserta
didik terlatih untuk menghasilkan gagasan baru, kreatif, berpikir tingkat
tinggi, kritis, berlatih komunikasi, berbagi, lebih terbuka bersosialisasi
dalam konteks pemecahan masalah.
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Upaya meningkatkan motivasi dan
hasil belajar ekonomi peserta didik dengan model pembelajaran
problem based learnig di SMA PGRI Bantimurung Kab. Maros”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah
1. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan
menggunakan problem based learning di SMA PGRI Bantimurung Kab.
Maros?
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar ekonomi peserta didik dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning di SMA PGRI
Bantimurung Kab. Maros?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik di SMA PGRI Bantimurung Kab. Maros dan untuk

9
meningkatkan hasil belajar ekonomi peserta didik di SMA PGRI
Bantimurung Kab. Maros

D. Manfaat Penelitian
Mnfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi peserta didik
Dengan adanya penelitian ini motivasi belajar peserta didik dapat
meningkat sehingga hasil belajarnya pun ikut meningkat.

2. Bagi guru 4
Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengoptimalkan peran guru
sebagai fasilitator dan pembimbing dalam proses pembelajaran yang
berorientasi masalah dan berbasis HOTS sesuai kebutuhan
pembelajaran abad 21
3. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk meningkatkan
kualitas peserta didik dan tenaga kependidikan dilingkungan sekolah,
dan perbaikan sarana dan prasarana pendukung untuk terciptanya
pembelajaran abad 21 dengan menggunakan TPACK, yang kreatif dan
inovatif.

10
BAB II
5
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Motivasi Belajar
1. Pengertian motivasi belajar
Kata motivasi diambil dari bahasa latin, movere yang artinya
dorongan dari diri sendiri untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki.
Motivasi belajar artinya dorongan dari diri peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar, misalnya pemahaman materi atau
pengembangan belajar. Dengan adanya motivasi, peserta didik akan
senantiasa semangat untuk terus belajar tanpa ada paksaan dari pihak
manapun. Cara menumbuhkannya tentu bukan perkara mudah karena
setiap peserta didik memiliki karakter dan keinginan berbeda-beda.
Adapun pengertian motivasi belajar menurut Sardiman (2018:75)
adalah “keseluruhan daya penggerak didalam diri peserta didik yang
menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.
Menurut Hamzah B. Uno “motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk

11
mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator
atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut,
antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan,
penghargaan dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif.”
Menurut H. Mulyadi (Mulyadi, Psikologi Pendidikan,Biro Ilmiah,
FT. IAIN Sunan Ampel, Malang, 1991:87) menyatakan
bahwa definisi atau pengertian motivasi belajar adalahmembangkitkan d
an memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan
perbuatan belajar.
Sedangkan Crow yang dikutip oleh A. Tabrani R (1994:121),
6
memperjelaspentingnya motivasi belajar pesertadidik atau motivasi dala
mbelajar, yaitu bahwa belajar harus diberi motivasi dengan berbagai
cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dari
minat yang telah ada pada diri anak.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam diri
individu peserta didik yang dapat memberikan dorongan untuk belajar
demi mencapai tujuan dari belajar tersebut.

2. Peran dan fungsi motivasi belajar


Menurut Hamzah B. Uno (2011: 27-29), peran penting motivasi
belajar dan pembelajaran, antara lain:
1) Peran motivasi belajar dalam menentukan penguatan belajar.
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila
seorang anak yang sedang belajar dihadapkan pada suatu
masalah yang menentukan pemecahan dan hanya dapat
dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilalui.
2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar. Peran motivasi
dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan

12
kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu,
jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau
dinikmati manfaatnya oleh anak.
3) Motivasi menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang
telah termotivasi untuk belajar sesuatu berusaha mempelajari
dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang
lebih baik.
Selain itu, Oemar Hamalik (2011: 108), menyebutkan fungsi
motivasi itu meliputi:
1) Mendorong timbulnya kelakuan/ suatu perbuatan.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarah pada
perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya sebagai motor
7
penggerak dalam kegiatan belajar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi
motivasi belajar adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi sehingga untuk mencapai prestasi tersebut peserta didik
dituntut untuk menentukan sendiri perbuatan-perbuatan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
3. Jenis-jenis motivasi belajar
Menurut Sardiman A. M (2007: 89-91) terdapat dua macam
motivasi belajar, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan
berfungsinya tanpa harus diransang dari luar karena didalam
seseorang individu sudah ada dorongan untuk melaksanakan
sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik maka
secara sadar akan melakukan kegiatan dalam belajar dan selalu
ingin maju sehingga tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
Hal ini dilatarbelakangi keinginan positif, bahwa yang akan
dipelajari akan berguna di masa yang akan datang.

13
2) Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena ada perangsang dari luar. Motivasi dikatakan ekstrinsik bila
peserta didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor
situasi belajar.
Berbagai macam cara bisa dilakukan agar peserta didik termotivasi
untuk belajar. Sesuai dengan pendapat di atas, motivasi belajar yang
ada pada diri seseorang dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik
(dalam individu) dan motivasi ekstrinsik (luar individu).
4. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Syamsu Yusuf (2009: 23), menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

1) Faktor Internal meliputi: 8


a. Faktor Fisik Faktor fisik meliputi nutrisi (gisi), kesehatan, dan
fungsi-fungsi fisik (terutama panca indera).
b. Faktor Psikologis Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-
aspek yang mendorong atau menghambat aktivitas belajar pada
peserta didik.
2) Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan)
a. Faktor Non-Sosial Faktor non-sosial meliputi keadaan udara
(cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat
(sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan
prasarana atau fasilitas belajar.
b. Faktor Sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang
tua), baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung
(foto atau suara). Proses belajar akan berlangsung dengan baik,
apabila guru mengajar dengan cara menyenangkan, seperti
bersikap ramah, memberi perhatian pada semua peserta didik,

14
serta selalu membantu peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar.

b. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia,


dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif
individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan
prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar, karena
seseorang hidup dan bekerja menurut apa yang telah dipelajari. Belajar itu
bukan hanya sekedar pengalaman, belajar adalah suatu proses, bukan
suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung aktif dan integratif
dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai hasil.
W.S Winkel (1996:53) mengatakan, bahwa belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan, pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, serta perubahan itu bersifat
9
secara relatif konstan dan tetap.
Menurut Hamalik hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari
sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.1 Hasil belajar dapat
diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh seseorang
peserta didik setelah mengalami proses belajar mengajar dalam
mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa
nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan, penalaran, kedisiplinan,
keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif.
Hasil belajar menunjukkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya
yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang

15
yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi
dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh
peserta didik dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran
tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar
mengajar yang lebih baik.
Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk ranah kognitif. Menurut Bloom, ranah kognitif itu terdapat
enak jenjang proses berfikir yaitu: knowledge (pengetahuan/
hafalan/ingatan), comprehension (Pemahaman, application
(penerapan), analysis(analisis), syntetis (sintetis), evaluation
(penilaian)
b. Ranah afektif
Taksonomi untuk daerah afektif dikeluarkan mula-mula oleh
David R.Krathwohl dan kawan-kawan dalam buku yang diberi judul
taxsonomy of educational objective: affective domain. Ranah afektif
10
adalah ranah yang berkenaan dengan sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif akan Nampak pada
murid dalam berbagai tingkahlaku seperti: perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman
sekelas, kebiasan belajar dan hubungan sosial.5 3) Ranah
psikomotorik.
c. Hasil belajar psikomotor
Hasil belajar psikomotor dikemukakan oleh simpson. Hasil belajar
ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan
bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar),

16
keterampilan pada gerakgerak sadar, kemampuan perceptual,
termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif,
motorik dan lain-laian, kemampuan di bidang fisik, misalnya
kekuatan, keharmonisan dan ketetapan, gerakan-gerakan skill,
mulai keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang
komplek, kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
nondecursive, seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

c. Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning


Bicara mengenai masalah, di dunia pendidikan ada metode
pembelajaran problem based learning (PBL). Umumnya, metode ini akan
mengenalkan peserta didik pada suatu kasus yang memiliki
keterkaitan dengan materi yang dibahas. Kemudian, peserta didik akan
diminta agar mencari solusi untuk menyelesaikan kasus/masalah
tersebut. Selain itu, metode ini akan meningkatkan kecakapan
berpartisipasi dalam tim.
Menurut Kamdi (2007: 77), “Problem Based Learning (PBL)
merupakan model kurikulum yang berhubugan dengan masalah dunia
11
nyata peserta didik. Masalah yang diseleksi mempunyai dua karakteristik
penting, pertama masalah harus autentik yang berhubungan dengan
kontek sosial peserta didik, kedua masalah harus berakar pada materi
subjek dari kurikulum”. Terdapat tiga ciri utama dari model Problem Based
Learning (PBL).

Pertama, problem based learning merupakan rangkaian aktivitas


pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan
yang harus dilakukan peserta didik, peserta didik tidak hanya mendengar,
mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi melalui model
problem based learning (PBL) peserta didik menjadi aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya membuat
kesimpulan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk

17
menyelesaikan masalah. Problem based learning ini menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa
masalah pembelajaran tidak akan mungkin bisa berlangsung. Ketiga,
pemecahan masalah menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Menurut Nurhadi (2004: 65) “Problem based learning adalah


kegiatan interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan
antara dua arah belajar dan lingkungan”. Lingkungan memberi masukan
kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem
saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang
dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya
dengan baik. PBL merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah konstektual sehingga merangsang peserta didik
untuk belajar. PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menantang
peserta didik untuk belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk
mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dimaksud.

Berdasarkan uraian mengenai PBL di atas, dapat disimpulkan


12
bahwa PBL merupakan pembelajaran yang menghadapkan peserta didik
pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajran.
Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik
mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang
harus dipecahkan. Dengan demikian untuk memeahkan masalah tersebut
peserta didik akan mengetahui bahwa mereka membutuhkan pengetahuan
baru yang harus dipelajari untuk memecahkan masalah yang diberikan.

B. Kerangka Berfikir
Motivasi belajar peserta didik merupakan salah satu unsur yang
menentukan hasil belajar peserta didik. Di SMA PGRI bantimurung Kab.
Maros, Hasil belajar peserta didik masih ada yang dibawah KBM, salah

18
satu factor yang mempengaruhi adalah rendahnya motivasi belajar peserta
didik.
Guru merupakan unsur penting dalam proses pembelajaran. Maka,
guru sudah seharusnya memaksimalkan perannya sebagai fasilitator dan
motivator bagi peserta didik.. Salah satu model pembelajaran yang
menekankan pada keaktifan peserta didik dan memaksimalkan peranan
guru sebagai fasilitator adalah model pembelajaran Problem Based
Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada Peserta didik, Peserta didik dituntut
untuk lebih aktif dan berani mengungkapkan pendapat dan guru yang
berperan sebagai fasilitator.

C. Hipotesis Tindakan
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
ekonomi peserta didik

BAB IV
13
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar melalui model pembelajaran problem
based learning pada mata pelajaran sejarah kelas 12 IPS 1 Semester 1 SMA
PGRI BANTIMURUNGKab. Maros Tahun ajaran 2021/2022. PTK adalah
bagaimana guru dapat mengorganisasi kondisi praktek pembelajaran dan
belajar dari pengalamannya sendiri, dapat mencobakan gagasan perbaikan
dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari
upaya itu.

19
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik SMA PGRI Bantimurung
Kab. Maros kelas XII Ips dan XI Ips, sedangkan objek dari penelitian ini
adalah hasil pelaksanaan pemmbelajaran dengan menggunakan model
problem based learning pada mata pelajaran ekonomi tahun 2021
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Bantimurung pada bulan Agustus
sampai September 2021
D. Teknik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
1. Obsevasi yaitu, penelitian yang dilakukan dengan cara kunjungan
secara langsung kepada subjeck dan objek penelitian yang telah
ditentukan
2. Dokumentasi, metode dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data hasil belajar peserta didik
3. Tes evaluasi, digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik

BAB V 14
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN`

A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti,
ditemukan permasalahan yang dihadapi oleh guru yaitu rendahnya
motivasi dan hasil belajar peserta didik. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya partisipasi belajar peserta didik dalam proses pembelajaran
dikelas. Penggunaan metode ceramah dalam menyajikan materi dikelas
membuat peserta didik kurang bersemangat untuk mengikuti proses

20
pembelajaran sehingga partisipasi belajar peserta didik rendah. Selain
itu, peserta didik terlihat kesulitan dalam menjawab pertanyaan guru
atau mengemukakan pendapat karena penyajian materinya hanya
sebatas menggunakan ceramah saja. Ditambah suasana pembelajaran
kurang kondusif karena banyak peserta didik yang kurang
memperhatikan materi yang diberikan oleh guru.
Setelah pemberian materi pembelajaran selanjutnya guru
mengadakan ulangan di kelas XI IPS 1. Berdasarkan hasil ulangan di
kelas XI IPS , guru memilih kelas XI IPS 1 sebagai objek penelitian
kerena nilai rata-rata kelas XI IPS1 yang paling rendah di antara kelas
lainnya. Oleh sebab itu peneliti memutuskan untuk melakukan
penelitian di kelas XI IPS 1 agar motivasi dan hasil belajar peserta didik
dikelas tersebut meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
permasalahan yang terjadi khususnya pada standar kompetensi
menganalisis masalah ketenagakerjaan dapat diatasi dengan penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas XI IPS 1.

2. Siklus II 15

Hasil Pengamatan

Jumlah
Pencapaian
No Aspek yang Diamati
Peserta
(%)
didik
1 Siap mengikuti pelajaran 7 78
2 Mendengarkan pelajaran guru 5 56
3 Mencatat 5 56
4 Bertanya 3 33
5 Menjawab pertanyaan guru 1 11
6 Mengembangkan pendapat 1 11

21
7 Mengerjakan tugas dengan baik 1 11
Mengumpulkan tugas tepat
8 1 11
waktu
Rata-rata 3 33,37

Berdasarkan tabel di atas partisipasi belajar peserta didik yang


siap mengikuti pelajaran sebesar 78% artinya peserta didik sudah
hampir seluruhnya siap mengikuti pelajaran dengan baik. Hal tersebut
disebabkan pembelajaran dilaksanakan secara daring menggunakan
Media Zoom.
Peserta didik yang fokus mendengarkan materi yang dijelaskan
oleh guru hanya sebesar 56 % artinya peserta didik sudah mulai
terangsang untuk memperhatikan materi yang disajikan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning. Berarti
model pembelajaran ini sudah mampu membangkitkan perhatian
peserta didik terhadap materi pembelajaran. Masih ada 20 % peserta
didik yang belum memperhatikan penjelasan materi oleh guru. Hal ini
disebabkan oleh tingkat kesulitan terhadap materi yang diberikan
sehingga mengakibatkan beberapa peserta didik masih cenderung tidak
focus. Hal tersebut terjadi apabila guru sedang tidak menjelaskan materi
atau sedang memberikan pertanyaan kepada peserta didik lain.
Masih sedikitnya peserta didik yang mencatat dikarenakan
pembelajaran dilakukan secara daring jadi banyak yg tidak mencatat.
16
Oleh karena itu peserta didik yang mencatat hanya sebesar 56%
sedangkan peserta didik yang tidak mencatat sebesar 12%.
Partisipasi belajar peserta didik berupa bertanya sebesar 33%
artinya bahwa masih banyak peserta didik yang belum aktif untuk
bertanya terhadap materi pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh
banyaknya peserta didik yang malu untuk bertanya dan mereka belum
terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran ini. Beberapa
peserta didik yang mengaku bahwa materi ketenagakerjaan merupakan
materi yang sulit. Hal tersebut sebenarnya dapat memacu peserta didik

22
untuk bertanya namun kenyataannya tidak demikian sehingga masih
ada 47% peserta didik yang belum aktif untuk bertanya.
Peserta didik belum berani untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Mereka masih bingung dan belum mengerti tentang Ketenagakerjaan.
Peserta didik hanya mampu menjawab soal yang diberikan oleh guru
berkaitan dengan jenis-jenis tenagakerja karena paling mudah diingat.
Walaupun materi tersebut sudah disajikan lengkap beserta masing-
masing contoh. Partisipasi belajar peserta didik berupa menjawab
pertanyaan guru sudah ada yaitu sebesar 11%. Masih ada 61% peserta
didik yang masih belum berani atau takut untuk menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru. Partisipasi belajar peserta didik untuk
mengemukakan pendapat hanya sebesar 11% artinya masih sangat
sedikit sekali peserta didik yang mampu dan berani untuk
mengemukakan pendapatnya tentang materi pembelajaran. Masih ada
67% peserta didik yang pasif. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesulitan
terhadap materi pembelajaran yang disajikan.

Hasil Tes Individu


17
NO ASPEK Hasil Belajar Siklus I
1 Nilai rata-rata 35
2 Nilai tertinggi 80
3 Nilai terndah 15
4 Jumlah tuntas individu 3
5 Persentase ketuntasan belajar 33
6 Jumlah peserta didik remidi 6
7 Persentase peserta didik remidi 55

Berdasarkan tabel hasil belajar di atas rata-rata yang dicapai


peserta didik hanya sebesar 35 belum melewati dari batas KKM yaitu 75.
Nilai terendah yang dicapai peserta didik sebesar 15 dan nilai teringgi

23
sebesar 80. Jumlah ketuntasan individu hanya diperoleh 3 orang
peserta didik atau 33%, sedangkan jumlah peserta didik yang harus
mengikuti remidi 6 orang atau 67%.
Setelah ulangan remidi diselenggarakan ternyata hasilnya lebih
dari 55% peserta didik tidak mampu mencapai kriteria kelulusan
minimal yaitu 75. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning belum
berhasil meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik.
Sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan agar dapat mencapai tujuan
tersebut.
Rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik secara keseluruhan
menjadi keterangan terhadap hasil belajar peserta didik pada materi
ketenagakerjaan pada siklus I. Prestasi belajar peserta didik ini
diperoleh setelah peserta didik mengerjakan tes pada siklus I.
Refleksi

Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem


based learning berlangsung, guru maupun peserta didik telah
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning ini, sudah
mampu meningkatkan motivasi dan prestasi peserta didik. Hal ini
dibuktikan dengan respon positif yang dilakukan peserta didik dalam
18
pembalajaran.

3. Siklus III

Hasil Pengamatan

Jumlah
Pencapaian
No Aspek yang Diamati
Peserta
(%)
didik
1 Siap mengikuti pelajaran 10 100.00

24
2 Mendengarkan pelajaran guru 8 80
3 Mencatat 8 80
4 Bertanya 5 50
5 Menjawab pertanyaan guru 6 60
6 Mengembangkan pendapat 4 40
7 Mengerjakan tugas dengan baik 8 80
8 Mengumpulkan tugas tepat
9 90
waktu
Rata-rata 72,5

Tabel diatas dapat dilihat seluruh peserta didik yang siap


mengikuti pelajaran dengan baik sudah mencapai jumlah maksimal
yaitu 100%. Kenaikan ini disebabkan oleh pemberi motivasi yang
diberikan oleh guru sudah mampu merangsang peserta didik untuk
lebih giat belajar dan model pembelajaran problem based learning
membuat peserta didik lebih merasa ingin tahu dengan isi media
tersebut.
Partisipasi belajar peserta didik berupa mendengarkan materi
pembelajaran meningkatkan yaitu menjadi 80%. Peningkatan presentase
tersebut disebabkan oleh pemberian efek tersebut mampu merangsang
minat peserta didik untuk fokus memperhatikan materi pembelajaran.
Selain itu cara mengajar yang baru yaitu dengan cara berdiskusi dengan
materi kontekstual membuat peserta didik semakin aktif dalam
19
kegiatan pembelajaran.
Partisipasi belajar peserta didik berupa bertanya maningkat menjadi
sebesar 80% artinya peserta didik mulai berani untuk bertanya tentang
materi. Hal ini disebabkan oleh tampilan media pembelajaran yang
sangat jelas menggambarkan bagaimana masalah ketenagakerjaan.
Namun masih ada 50% peserta didik yang masih belum bertanya.
Alasan mereka masih tetap sama yaitu takut untuk bertanya kepada
guru.

25
Peserta didik sudah mulai berani untuk menjawab pertanyaan
dari guru karena materi yang disajikan sangat jelas dan lengkap dan
memuat semua isi materi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
jumlah peserta didik yang mampu menjawab pertanyaan guru yaitu
sebesar 60%. Peningkatan ini disebabkan oleh model pembelajaran
problem based learning yang detail dan lengkap sehingga peserta didik
mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar. Walaupun masih ada
peserta didik yang masih belum mampu menjawab pertanyaan yang
diajukan karena kurang fokus terhadap materi yang dijelaskan. Namun
presentasenya tidak besar hanya 40% saja.
Partisipasi belajar peserta didik berupa mengemukakan pendapat
meningkat menjadi 40% artinya bahwa peserta didik sudah berani
mengemukakan pendapat mereka. Hal ini disebabkan oleh model
pembelajaran problem based learning yang diberikan media video yang
memuat keseluruhan materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat
mengembangkan pikirannya untuk mengemukakan pendapatnya
mengenai masalah ketenagakerjaan. model pembelajaran problem based
learning mampu merangsang peserta didik untuk mengemukakan
pendapat walaupun masih ada 60% peserta didik yang masih pasif
terhadap aktivitas ini.

20

Hasil Tes Individu

NO ASPEK Hasil Belajar Siklus III


1 Nilai rata-rata 88
2 Nilai tertinggi 90
3 Nilai terendah 70
4 Jumlah tuntas individu 10

26
Persentase ketuntasan
5 100
belajar
6 Jumlah peserta didik remidi 0
Persentase peserta didik
7 0
remidi

Tabel diatas menunjukan bahwa rata-rata nilai yang dicapai peserta


didik pada siklus II sebesar 88. Nilai tertinggi yang diperoleh peserta
didik adalah 90, sedangkan nilai terendah yang diperoleh peserta didik
adalah 70. Jumlah ketuntasan individu adalah 10 orang peserta didik
atau 100%.
Prestasi peserta didik mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Hal ini dikarenakan persiapan yang lebih matang yaitu belajar yang
diberikan kepada peserta didik lebih lama dibandingkan pada siklus I.
Hasil perhitungan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik secara
keseluruhan menjadi keterangan terhadap peningkatan prestasi belajar
peserta didik pada standar kompetensi Ketenaga kerjaan dalam siklus
III.

Refleksi
Setelah selesai melakukan tindakan, hal yang kemudian
dilakukan peneliti bersama guru yaitu melakukan evaluasi dari hasil tes
dan observasi. Hasil observasi pada siklus III, dapat dikatakan bahwa
penerapan model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning dapat terlaksana secara optimal. Partisipasi belajar peserta
21
didik yang diharapkan peneliti dapat terwujud. Partisipasi belajar
15

peserta didik yang meningkatkan merupakan indikator yang


menunjukan bahwa peserta didik lebih termotivasi dalam belajar.
Sedangkan hasil tes peserta didik menunjukan bahwa dalam siklus III

27
ini terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan melebihi kriteria
ketuntasan minimal. Peserta didik yang mencapai kriteria kelulusan
minimal meningkatkan menjadi 10 orang atau 100%.
Hasil pengamatan dan refleksi pada siklus III, maka dapat dikatakan
bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Keunggulan yang
ada perlu dipertahankan untuk mendukung peningkatan strategi
pembelajaran selanjutnya. Hasil tes dan hasil observasi dari siklus I ke
siklus III telah mengalami peningkatan. Peneliti dan guru akhirnya
mengadakan kesepakatan siklus pembelajaran dapat dihentikan.

B. Pembahasan
Pada Penelitian Tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model
pembelajaran problem based learning dalam proses pembelajaran.
Pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini didasarkan atas hasil
penelitian yang dilanjutkan dengan hasil refleksi pada akhir siklus.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama tiga siklus, di mana
masing- masing siklus dilakukan dengan prosedur Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yaitu perencanaan, pengamatan, tindakan dan refleksi.
Secara umum proses pembelajaran dengan lancar sesuai dengan apa
yang diharapkan.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem
based learning ini sangat membantu peserta didik untuk meningkatkan
motivasi peserta didik dan menjadikan mereka saling mendukung dan
membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang diajarkan oleh
guru.
22
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

28
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas 11 IPS SMA PGRI BANTIMURUNG
Kab. Maros Tahun ajaran 2021/2022 dilaksanakan dalam tiga siklus.
Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Berdasarkan
pembahasan dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pembelajaran materi Masalah ketenagakerjaan dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas 11 IPS SMA
PGRI BANTIMURUNG Kab. Maros dapat meningkatkan motivasi belajar
dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran ekonomi. Dimana
dapat dilihat dari peningkatan rata-rata perolehan nilai pengetahuan dari
sebelum tindakan pada siklus I sebesar 33,7 meningkat menjadi 72,5
sampai siklus III.

B. Saran
Sebagai masukan untuk kegiatan pembelajaran kedepan dapat disarankan
sebagai berikut:
1. Bagi guru, agar dapat terus berusaha meningkatkan kualitas
pembelajaran, mengemas materi semenarik mungkin, selalu memotivasi
peserta didik, dan mengajak peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan kemempuan berfikir tingkat tinggi.
2. Bagi siswa, agar mampu memotivasi diri sendiri untuk lebih giat belajar
dan rajin kesekolah, berusaha meningkatkan rasa percaya diri dan
membangun kesadaran pribadi.
3. Bagi sekolah, agar dapat menyediakan sarana dan prasarana
pendukung dalam pembelajaran, khususnya penggunaan tekhnologi
dalam kegiatan pembelajaran abad 21.

DAFTAR PUSTAKA 23
15

29
Abuddin, Nata. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana

A.M, Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Gradler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :


Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Siregar, Eveline. 2007. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Universitas Negeri Jakarta.

Suadnyana, I Nengah. 2001. Penerapan Model Siklus Belajar Untuk


Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD Kelas V. Aneka
Widaya Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singaraja No. 2 Tahun
XXXIV.

Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi


Aksara.

Wena, Made. 2009 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.

Diakses dari http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-


spiral-dari kemmis.html , diakses pada tanggal 12 Oktober 2020 pukul 10.10

Guru Ekonomi SMA PGRI BANTIMURUNGKab. Maros

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2008),


hal: 1

24
30
Paul Suparno. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, (Yogyakarta :
Kanisius, 1997), hal: 18.

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hal. 170.

Ratumanan. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Bumi Aksara, 2002).


hal. 123

Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya. (Jakarta : Bumi Aksara.


2011), hal. 23.

Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar. (Jakarta : Raja
Grafindo Persada. 2007), hal. 75

Margaret E. Bell Gradler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada, 1994), hal.1

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka


Cipta, 2003), hal.2

Muhibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),
hal. 65.

Nata Abudin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. (Jakarta:


Kencana, 2009), hal : 243

Diakses : Http://fatkhan.web.id

31
25
Lampiran
Dokumentasi Kegiatan

SIKLUS 1

SIKLUS II

32
Siklus III

33

Anda mungkin juga menyukai