Anda di halaman 1dari 4

5.

Tidak Ada Perubahan Harga Jual


Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah
selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang
sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-
ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan
langsung dengan produk maupun tidak.

Rumus yang Digunakan


Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus.
Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan
pemakai. Hanya saja masing-masing rumus memiliki keuntungan atau
kelebihan masing-masing. Misalnya rumus matematika dengan grafik tentu
memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti lengkap tidaknya
informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai
contoh, dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah
mencari dan mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan
model grafik memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan dapat
dibuatkan grafik dengan mudah pula.

Untuk menentukan BEP suatu usaha bisnis dapat menggunakan


beberapa cara yaitu: (1) pendekatan trial and error, (2) pendekatan grafik,
dan (3) pendekatan matematis. Perhitungan break even point dengan
pendekatan trial and error (coba-coba), yaitu dengan menghitung keuntungan
operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu dan terus diulang
hingga menghasilkan volume produksi/penjualan yang menghasilkan
keuntungan = 0 (Total Revenu = Total Cost).

24
Apabila perhitungan menghasilkan keuntungan maka hitung kembali
dengan mengambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah.
Sebaliknya, jika hasil perhitungan mengalami kerugian maka hitung kembali
dengan mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikian
dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana
penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total. Sebagai
contoh : Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesan Rp 300.000.
Biaya variabel per unit Rp 40. Harga jual per unit Rp l00. Kapasitas produksi
maksimal 10.000 unit. BEP usaha ini dihitung dengan cara coba-coba dengan
menghitung keuntungan saat volume produksi 6.000 unit. Dengan volume
produksi 6.000 unit maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:

Π = Q x P – (FC + (Q x VC))

= (6.000 x Rp 100) – (Rp 300.000,00 + (6.000 x Rp 40))

= Rp 600.000 - (Rp 300.000 + Rp 240.000)

= Rp 60.000

Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan


keuntungan. Ini berarti bahwa break-even pointnya terletak di bawah 6.000
unit. Hitung kembali dengan memisalkan volume penjualannya sebesar 4.000
unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

= (4.000 x Rp 100) — (Rp 300.000 + (4.000 x Rp 40))

= Rp 400.000 — (Rp 300.000 + Rp160.000)

= – Rp 60.000,00

Pada volume 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000


sehingga break-even pointnya lebih besar dari 4.000 unit. Misalkan volume
penjualannya 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

25
= (5.000 x Rp 100) — (Rp 300.000 + (5.000 x Rp 40))

= Rp 500.000 — (Rp 300.000 + Rp 200.000)

= Rp 0.

Ternyata pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai break-even


point dimana keuntungan nettonya sama dengan nol.

Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur


biaya dan penghasilan kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut
akan terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah
biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya
volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal
(sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada
sumbu vertikal (sumbu Y).

Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik break even


point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis
biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau dengan
menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada
cara yang kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada gambar
break even point tersebut.

Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi
persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan
Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X
akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan Kalau titik itu ditarik
garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak besarnya
break even point dalam rupiah.
Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut ini: Suatu perusahaanberoperasi dengan
biaya tetap sebesar Rp 300.000, biaya variabel per unit Rp 40. Harga jual produk per
unit Rp l00. Kapasitas produksi maksimal 10.000unit. Dengan dua cara dalam
menggambarkan garis biaya tetap, atas dasar data tersebut, kita dapat membuat dua
gambar break even point
40

Gambar 1. Grafik BEP dengan Biaya Tetap Sejajar Sumbu X

Gambar 2. Grafik BEP dengan Biaya Tetap yang Sejajar Garis Biaya Variabel

Dari Gambar 1 dan Gambar 2 tersebut terlihat bahwa break even point
tecapai pada volume penjualan sebesar Rp 500.000 atau dinyatakan
dalam unit sebanyak 5.000 unit. Pada Gambar 2. adalah lebih baik
karena pada gambar tersebut tampak konsep contribution margin.
Dalam gambar tersebut break-even point tercapai pada volume kegiatan
di mana contribution margin (yaitu penghasilan penjualan minus biaya
variabel) tepat sama besarnya dengan biaya tetap, yaitu pada volume
penjualan Rp 500.000 atau dalam unit sebanyak 5.000 unit.

27

Anda mungkin juga menyukai