Aini Nahdlia Puspita - Uts Fonologi
Aini Nahdlia Puspita - Uts Fonologi
Oleh:
Aini Nahdlia Puspita B312308016
Berdasarkan hasil rekaman mono sound pada Praat, diketahui bahwa durasi rekaman kalimat
‘Aku Cinta Budaya Indonesia’ adalah 3.261201814058957 detik.
1
3. Manipulate suara (Frekuensi dalam Hz)
xmin = 0
xmax = 3.261201814058957
2
SOAL 2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gender dan asal daerah terhadap
penggunaan ragam resmi bahasa Indonesia pada mahasiswa S-2 angkatan 2015 di Universitas
XYZ. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian
ini berjumlah 160 orang. Sampel yang diambil adalah mahasiswa S-2 angkatan 2015 di
Universitas XYZ. Variabel dalam penelitian ini berupa gender, asal daerah, dan ragam bahasa
Indonesia. Dari data yang telah dikumpulkan, data dianalisis dengan menggunakan uji
independent sampel t-test dan oneway Analysis of Variance (Anova). Berdasarkan analisis yang
telah dilakukan, diketahui bahwa (1) terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam
penggunaan ragam bahasa Indonesia pada mahasiswa S-2 angkatan 2015, tetapi tidak secara
signifikan; dan (2) terdapat perbedaan yang signifikan pada asal daerah terhadap penggunaan
ragam bahasa Indonesia pada mahasiswa S-2 angkatan 2015.
Kata Kunci: gender, asal daerah, ragam bahasa Indonesia, mahasiswa S-2
Abstract
This research aimed to determine the influence of gender and regional origin on the use of
formal various Indonesian languages among Master's students class of 2015 at XYZ University.
The type of research used is quantitative research. The population in this study was 160 people.
The samples taken were Masters students class of 2015 at XYZ University. The variables in
this research are gender, regional origin, and use of various Indonesian languages. From the
data that has been collected, the data is analyzed using the independent sample t-test and one-
way Analysis of Variance (Anova). Based on the analysis that has been carried out, it is known
that (1) there are differences between women and men in the use of varieties of Indonesian
among Master's students class of 2015, but not significantly; and (2) there are significant
differences in regional origin in the use of Indonesian language varieties among Master's
students class of 2015.
Keywords: gender, regional origin, variation of Indonesia language, master's students
1
Pendahuluan
Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bersifat arbitrer digunakan oleh manusia untuk
berkomunikasi (Pateda, 2011). Sejalan dengan hal tersebut, bahasa juga diuraikan sebagai
suatu sistem yang berbentuk simbol, memiliki wujud bunyi, bersifat sewenang-wenang,
memiliki makna, bersifat konvensional, unik, mendunia, produktif, bervariasi, dinamis,
manusiawi, berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan menunjukkan identitas penuturnya
(Chaer, 2012). Lebih lanjut, bahasa digunakan sebagai alat interaksi sosial yang menggantikan
peran individu dalam menyampaikan informasi atau ekspresi kepada lawan bicara dalam suatu
kelompok sosial. Bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dan mencerminkan
identitas penuturnya (Noermanzah, 2019). Dengan demikian, bahasa adalah aset yang berharga
dalam suatu kelompok, seperti bangsa Indonesia yang memiliki bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia di antaranya
berfungsi mempererat hubungan antarsuku di Indonesia. Sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai bahasa dalam penyelenggaraan administrasi negara, seperti bahasa
dalam penyelenggaraan pendidikan dan sebagainya. Lebih lanjut, bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan
kebangsaan; (2) lambang identitas nasional; (3) alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan
antarbudaya; dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi (Umar,
2017). Berkaitan dengan fungsi sebagai alat penghubung pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, bahasa Indonesia dipakai bukan saja
sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas maupun sebagai
alat perhubungan antardaerah dan antarsuku. Namun, bahasa Indonesia juga sebagai alat
penghubung di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
Sebagi gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor
kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor nonkebahasaan, antara lain faktor lokasi geografis,
waktu, sosiokultural, dan faktor situasi. Faktor-faktor di atas mendorong timbulnya perbedaan-
perbedaan dalam pemakaian bahasa. Perbedaan tersebut akan tampak dalam segi pelafalan,
pemilihan kata, dan penerapan kaidah tata bahasa. Perbedaan atau varian dalam bahasa, yang
masing-masing menyerupai pola umum bahasa induk, disebut ragam bahasa (Umar, 2017).
Ragam bahasa atau variasi bahasa dibedakan menjadi empat, yaitu dari segi penutur, segi
pemakaian, segi keformalan, dan segi sarana (Chaer dan Agustina, 2014). Dari segi
2
keformalan, ragam bahasa meliputi ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha
(consultative), ragam santai (casual), dan ragam bahasa akrab (intimate).
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam
situasisituasi khidmat, dan upacara-upacara resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan,
khotbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, akte notaris, dan surat-surat keputusan.
Ragam resmi pada dasarnya sama dengan ragam beku atau ragam standar yang digunakan
salam situasi resmi. Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku
pelajaran, dan sebagainya. Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam
pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil
atau produksi. Jadi, dapat dikatakan ragam usaha ini adalah ragam bahasa yang paling
operasional yang berada di antara ragam formal dan informal. Sementara itu, ragam santai
adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang
dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat, berolahraga, berekreasi, dan
sebagainya. Lebih lanjut, ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para
penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga, atau antarteman yang
sudah karib (Chaer dan Agustina, 2014).
Penggunaan ragam bahasa di Indonesia bisa dikatakan tidak sedikit jumlahnya, hal ini
bisa dibuktikan dengan adanya berbagai macam suku, ras, dan budaya yang ada di Indonesia.
Selain itu, kaum muda yang dengan kreativitasnya selalu saja berhasil menemukan bentuk-
bentuk kebahasaan yang sebelumnya tidak pernah digunakan dan kemudian memunculkan
bahasa baru. Penggunaan ragam bahasa yang sering dijumpai selain dalam lingkungan
masyarakat, yaitu di lingkungan sekolah maupun universitas (Handika, dkk., 2019). Dalam
lingkungan universitas, suatu interaksi dalam kegiatan pembelajaran maupun nonpembelajaran
tidak dapat dihindari. Interaksi yang dilakukan dosen dengan mahasiswa maupun mahasiswa
dengan mahasiswa lainnya menimbulkan komunikasi secara verbal maupun nonverbal.
Dengan demikian, di lingkungan kampus atau universitas, ragam bahasa juga dapat terjadi. Hal
ini disebabkan karena mahasiswa dan dosen berada dalam lingkungan formal (sekolah)
sehingga bahasa yang digunakan harus bahasa formal. Namun kenyataannya, ragam bahasa
santai maupun ragam bahasa akrab kerap kali digunakan dalam berkomunikasi.
3
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian mengenai penggunaan ragam bahasa
Indonesia di lingkungan kampus atau universitas menarik untuk dilakukan. Bahasa memiliki
peran yang sangat penting dalam interaksi sosial dan merupakan cerminan dari keberagaman
budaya dan sosial masyarakat. Dalam konteks pendidikan tinggi, seperti di Universitas XYZ,
mahasiswa S-2 memiliki peran khusus dalam menjaga dan menggunakan bahasa, terutama
Bahasa Indonesia, sebagai alat komunikasi yang efektif. Bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi utama di lingkungan akademik mencerminkan ragam yang digunakan oleh
mahasiswa S-2. Penggunaan bahasa ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
gender dan asal daerah. Pemahaman terhadap pengaruh gender dan asal daerah terhadap
penggunaan ragam Bahasa Indonesia pada mahasiswa S-2 di Universitas XYZ penting untuk
dikaji. Penelitian ini akan merujuk pada teori-teori linguistik dan sosiolinguistik yang
mendukung pemahaman tentang penggunaan ragam bahasa. Tujuan penelitian ini adalah
menemukan perbedaan antara variabel-variabel yang diteliti, yaitu gender, asal daerah, dan
ragam bahasa.
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, permasalahan yang akan dipecahkan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Metode Penelitian
4
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat (dependent) dan
variabel bebas (independent). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Sementara itu, variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependent atau terikat (Sugiyono, 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ragam
bahasa yang dilambangkan dengan (Y), sedangkan variabel bebas adalah gender dan asal
daerah yang dilambangkan dengan (X).
Sementara itu, untuk menjawab rumusan masalah kedua terkait dengan pengaruh asal
daerah dengan ragam bahasa Indonesia, digunakan uji One Way Analysis of Variance
(ANOVA). Uji One Way Anova adalah salah satu uji komparatif yang digunakan untuk
menguji perbedaan mean (rata-rata) data lebih dari dua kelompok. Teknik ini digunakan karena
penelitian ini menguji perbedaan asal daerah yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Data mahasiswa S-2 di Universitas XYZ yang berasal
dari tiga asal daerah tersebut diolah menggunakan aplikasi SPSS for Window Seri 22. Sebelum
dilakukan uji ANOVA terlebih dahulu akan dilakukan uji homogeneity of variance. Uji ini
dilakukan untuk melihat kesamaan varian dari data. Setelah dilakukan uji homogeneity of
variance, maka dapat dilakukan uji ANOVA yang berfungsi untuk melihat ada tidaknya
perbedaan rata-rata (mean difference). Jika terdapat perbedaan maka selanjutnya dilakukan uji
post hoc test yang terdiri dari dua jenis, yaitu uji Bonferroni dan uji Gomes-Howell. Apabila
varian data homogen, maka uji Bonferroni yang digunakan. Namun, apabila varian data tidak
homogen, maka digunakan uji Gomes-Howell (Hidayat, 2017).
5
Hasil dan Pembahasan
Hasil Analisis Uji Statistik
1. Uji Independent Sample T-Test
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS for
Window Seri 22, diperoleh hasil Independent Sample T-Test sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Group Statics dari Uji Independent Sample T-Test antara
gender dengan ragam resmi bahasa Indonesia
Group Statistics
Tabel 2. Hasil Independent Sample T-Test antara gender dengan ragam resmi
bahasa Indonesia
Resmi
Pengujian statistik berupa uji Independent Sample T-Test digunakan untuk menguji
sebuah hipotesis. Dalam penelitian ini, objek yang dianalisis adalah penggunaan ragam
bahasa Indonesia antara dua jenis gender, yaitu perempuan dan laki-laki.
6
Sebelum dilakukan uji T-Test, terlebih dahulu uji kesamaan varian (homogenitas)
dengan melihat Levene’s Test, artinya jika varian sama maka uji t menggunakan Equal
Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan
Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Uji homogenitas digunakan
untuk mengetahui apakah sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu dengan
membandingankan kedua variannya. Data adalah homogen jika nilai signifikansi > 0,05.
Dari tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,684. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa dua varian data tersebut adalah sama karena nilai
signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05 (0,684 > 0,05) sehingga data memenuhi syarat
untuk dilakukan uji Independent Sample T-Test.
Setelah melakukan uji homogenitas, langkah berikutnya adalah uji hipotesis. Uji
hipotesis Independent Sample t-Test digunakan untuk membandingkan rata-rata dari dua
kelompok yang tidak berhubungan satu dengan yang lain dengan tujuan untuk mengetahui
kedua kelomopok tersebut mempunyai rata-rata yang sama ataukah tidak.
H0: “Tidak terdapat perbedaan gender terhadap penggunaan ragam resmi bahasa
Indonesia pada mahasiswa S-2 angkatan 2015 di Universitas XYZ”
H1: “Terdapat perbedaan gender terhadap penggunaan ragam resmi bahasa
Indonesia pada mahasiswa S-2 angkatan 2015 di Universitas XYZ”
7
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai t hitung (equal variance assumed) adalah 0,173.
Dengan pengujian dua sisi, diperoleh hasil t tabel yang ditemukan dengan menggunakan
Ms.Excell melalui formula =tinv (probability,df) atau =tinv (0,05;158) diperoleh hasil
1,975. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa t hitung < t tabel (0,173 < 1,975) dan
p value (0,863 > 0,05), maka H0 diterima.
Sementara itu, hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji t
(Independent Sample t-Test) menunjukkan bahwa t hitung < t tabel (0,173 < 1,975) dan p
value (0,863 > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan gender terhadap penggunaan ragam bahasa Indonesia pada mahasiswa S-2
angkatan 2015 di Universitas XYZ yang signifikan.
Descriptives
Resmi
8
Berkaitan dengan asal daerah, penelitian ini mengambil 160 responden yang terdiri
dari 46 responden berasal dari Jawa Tengah, 48 responden berasal dari Jawa Timur, dan
66 responden berasal dari Jawa Barat. Dari hasil descriptives pada tabel 3, diketahui bahwa
responden yang berasal dari Jawa Tengah memiliki nilai rata-rata penggunaan ragam resmi
bahasa Indonesia sebesar 6,51, responden dari Jawa Timur memiliki nilai rata-rata sebesar
6,93, dan responden dari Jawa Barat memiliki nilai rata-rata sebesar 7,22.
Tabel 4. Hasil Test of Homogenity of Variances dari Uji One Way Analysis of Variance
(ANOVA) antara asal daerah dengan penggunaan ragam resmi bahasa Indonesia
Resmi
9
Tabel 5. Hasil ANOVA dari Uji One Way Analysis of Variance (ANOVA) antara asal daerah
dengan penggunaan ragam resmi bahasa Indonesia
ANOVA
Resmi
Between Groups
13.580 2 6.790 27.443 .000
Within Groups
38.845 157 .247
Total
52.426 159
Berdasarkan hasil uji Anova pada tabel 5, diketahui bahwa nilai p atau p value
dalam kolom Sig. adalah 0,000 sehingga pada taraf nyata = 0,05 H0 ditolak. Dengan
demikian, dapat simpulan yang didapatkan adalah terdapat perbedaan yang bermakna rata-
rata penggunaan ragam resmi bahasa Indonesia berdasarkan ketiga kelompok asal daerah.
Jika hasil uji menunjukan H0 gagal ditolak (tidak ada perbedaan), maka uji lanjut
dengan menggunakan Post HocTest tidak dilakukan. Sebaliknya, jika hasil uji menunjukan
H0 ditolak (ada perbedaan), maka uji lanjut Post Hoc Test harus dilakukan. Dari hasil uji
Anova pada tabel 5, diperoleh hasil yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna,
maka uji selanjutnya adalah melihat kelompok mana saja yang berbeda.
Untuk menentukan uji lanjut mana yang digunakan, maka dilihat kembali tabel 4
tentang Test of Homogeneity of Variances. Apabila hasil tes menunjukan varian sama,
maka uji lanjut yang digunakan adalah uji Bonferroni. Namun, apabila hasil tes
menunjukan varian tidak sama, maka uji lanjut yang digunakan adalah uji Games-Howell.
Dari Test of Homogeneity pada tabel 4, diketahui bahwa varian ketiga kelompok
tersebut adalah sama (p value = 0,203), maka uji lanjut Post Hoc Test yang digunakan
adalah Uji Bonferroni. Berikut ini hasil Multiple Comparisons dari Uji Post Hoc Test.
10
Tabel 6. Hasil Multiple Comparisons dari Uji Post Hoc Test antara asal daerah dengan
penggunaan ragam resmi bahasa Indonesia
Multiple Comparisons
Berdasarkan hasil Multiple Comparisons dari uji Post Hoc Test pada tabel 6 di atas,
diketahui bahwa hasil uji Bonferroni menunjukkan adanya perbedaan rata-rata
penggunaan ragam resmi bahasa Indonesia yang ditandai dengan tanda bintang (*) pada
ketiga asal daerah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
pengaruh asal daerah terhadap penggunaan ragam resmi bahasa Indonesia pada mahasiswa
S-2 angkatan 2015 di Universitas XYZ.
11
Pembahasan
12
Perbedaan yang tidak signifikan dapat terjadi karena dalam konteks atau situasi
tertentu, baik perempuan maupun laki-laki cenderung menggunakan ragam bahasa resmi
secara serupa. Konteks ini mungkin dapat ditemukan dalam situasi formal atau akademik.
Penggunaan bahasa resmi dapat sangat dipengaruhi oleh konteks sosial yang berubah.
Faktor-faktor eksternal seperti perkembangan budaya, norma-norma baru, atau perubahan
dalam kebijakan pendidikan mungkin dapat meratakan perbedaan yang mungkin muncul
di antara kelompok gender.
2. Pengaruh Asal Daerah terhadap Penggunaan Ragam Resmi Bahasa Indonesia pada
Mahasiswa S-2 Angkatan 2015 di Universitas XYZ
Berdasarkan hasil uji One Way Analysis of Variance (ANOVA), diketahui bahwa
bahwa terdapat perbedaan pengaruh asal daerah terhadap penggunaan ragam resmi bahasa
Indonesia pada mahasiswa S-2 angkatan 2015 di Universitas XYZ. Dalam konteks
penggunaan ragam bahasa resmi Indonesia, perbedaan penggunaan bahasa di antara
provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat bisa mencerminkan variasi dalam
budaya, konteks sosial, dan sejarah di masing-masing wilayah. Perbedaan sejarah dan
kebudayaan, pendidikan, kebijakan pemerintah daerah, serta media dan teknologi di Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap
preferensi penggunaan bahasa resmi. Selain itu, tingkat urbanisasi dan perkembangan
ekonomi di setiap provinsi dapat memengaruhi preferensi penggunaan bahasa resmi.
Pusat-pusat perkotaan yang lebih maju secara ekonomi mungkin lebih cenderung
menggunakan bahasa resmi dalam interaksi sehari-hari. Lebih lanjut, interaksi
antarprovinsi dan hubungan sosial eksternal dapat membawa pengaruh budaya dan
linguistik yang berbeda. Provinsi yang memiliki interaksi yang lebih intens dengan daerah
lain mungkin lebih terbuka terhadap penggunaan bahasa resmi.
Penutup
Penggunaan ragam Bahasa Indonesia juga dapat bervariasi tergantung pada konteks
sosial tertentu. Mahasiswa S-2 mungkin menggunakan ragam formal ketika berbicara di depan
umum atau dalam situasi akademik yang resmi, sementara ragam informal mungkin lebih
umum digunakan dalam percakapan sehari-hari atau interaksi sosial informal.
13
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh gender terhadap penggunaan ragam resmi bahasa Indonesia yang signifikan pada
mahasiswa S-2 angkatan 2015 di Universitas XYZ. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai
uji t (Independent Sample T-Test) yang menunjukkan bahwa t hitung < t tabel (0,173 < 1,975)
dan p value (0,863 > 0,05). Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh asal daerah terhadap penggunaan ragam resmi bahasa Indonesia pada mahasiswa S-
2 angkatan 2015 di Universitas XYZ secara signifikan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan
hasil uji Bonferroni dari uji Post Hoc Test menggunakan One Way Anova yang menunjukkan
adanya perbedaan rata-rata penggunaan ragam resmi bahasa Indonesia yang ditandai dengan
tanda bintang (*) pada ketiga asal daerah.
Referensi
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2014. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Handika, dkk. 2019. ‘Analisis Penggunaan Ragam Bahasa Indonesia Siswa dalam Komunikasi
Verbal’ dalam JP2, Vol 2 No 3.
Hidayat, A. 2017. Uji ANOVA – One Way Anova dalam SPSS. Retrieved from Statistikian:
https://www.statistikian.com/2012/11/one-way-anova-dalamspss.html/amp
Noermanzah. 2019. “Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian” dalam
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa (Semiba) 2019. Hlm. 306-319.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba
Pateda, M. 2011. Lingustik Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Umar, Azhar. 2017. ‘Bab III. Kedudukan, Fungsi, dan Ragam Bahasa Indonesia’ dalam
Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
14