Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MATEMATIKA DISKRIT

Dosen pengampuh
Sastrowijoyo, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh
Sekarlana ( TIF221025 )

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS CORDOVA INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.

Pada kesempatan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen
pengajar Pak Sastrowijoyo, S.Pd., M.Pd. ,kedua orang tua, sahabat saya, dan teman-teman
seperjuangan. Makalah berjudul “MATEMATIKA DISKRIT” ini disusun untuk memenuhi
tugas UAS semester 3 mata kuliah Matematika Diskrit.

Saya memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Saya juga menerima kritik
serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan
berikutnya.

Saya berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat
menjadi inspirasi bagi pembaca.

Taliwang, 20 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................2
1.3 TUJUAN ......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3
2.1 LOGIKA MATEMATIKA ...........................................................................................3
2.2 HIMPUNAN ................................................................................................................5
2.3 KOMBINATORIAL/PELUANG ...............................................................................10
2.4 RELASI FUNGSI ......................................................................................................14
2.5 TEORI GRAF ............................................................................................................18
BAB III PENUTUP .............................................................................................................21
3.1 KESIMPULAN ..........................................................................................................21
3.2 SARAN ......................................................................................................................21
DAFTAR PUSAKA .............................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Matematika diskrit merupakan ilmu yang telah kita pelajari dalam kehidupan
sehari-hari serta dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang keilmuan lainnya.
Terdapat beberapa objek yang dibahas dalam matematika diskrit yaitu bilangan bulat,
kalimat logika, teori graf dan lain sebagainya. Teori graf merupakan pokok bahasan
yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian hingga saat ini. Secara umum graf
dapat diartikan sebagai himpunan tidak kosong yang elemennya terdiri dari simpul
dan himpunan boleh kosong yang elemennya sisi.

Dalam kehidupan sehari-hari, graf digunakan untuk menggambarkan berbagai


macam struktur yang ada. Teori graf dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang,
seperti bidang pertanian, perhutanan, keamanan dan lain-lain. Tujuannya adalah
sebagai visualisasi objek-objek agar lebih mudah dimengerti. Salah satu topik yang
terdapat dalam teori graf adalah bilangan dominasi. Bilangan dominasi dapat
dikatakan sebagai banyaknya simpul pendominasi dalam suatu graf yang dapat
mendominasi simpul-simpul terhubung di sekitarnya dengan simpul pendominasi
berjumlah minimal (Umilasari & Darmaji, 2016).

Contoh penerapan bilangan dominasi yang telah diteliti sebelumnya oleh


(Vikade, 2013) yaitu penempatan pos pantau polisi pada ruas jalan tertentu,
penempatan mobil listrik pada lahan perkebunan, dan penempatan CCTV pada sudut-
sudut tertentu agar dapat menjangkau area di sekitarnya pada jarak tertentu, dan
penempatan ATM di suatu daerah agar wilayah tersebut dapat menjangkau
keberadaan ATM tersebut juga telah diteliti oleh (Saifudin & Umilasari, 2017).
Dengan menerapkan teori himpunan dominasi maka penempatan pos polisi, mobil
listrik, CCTV, dan ATM akan lebih efisien dan dapat meminimalisir jumlahnya.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Logika Matematika?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Himpunan?
3. Bagaimana Kombinatorial/Peluang Dalam Matematika?
4. Apa Itu Relasi Fungsi?
5. Apa Yang Dimaksdu Dengan Teori Graf?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui Yang Dimaksud Dengan Logika Matematika
2. Mengetahui Yang Dimaksud Dengan Himpunan
3. Mengetahui Kombinatorial/Peluang Dalam Matematika
4. Mengetahui Relasi Fungsi
5. Mengetahui Yang Dimaksdu Dengan Teori Graf

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LOGIKA MATEMATIKA


Penarikan kesimpulan adalah menarik kesimpulan dari premis-premis yang
ada sehingga didapatkan kesimpulan yang bernilai benar secara logika. Dalam
ilmu logika informatika / logika matematika / matematika diskrit dikenal beberapa
cara penarikan kesimpulan, di antaranya:

1. MODUS PONENS
Modus ponens adalah metode penarikan kesimpulan apabila ada pernyataan "p → q"
dan diketahui "p" maka bisa ditarik kesimpulan "q".
Contoh dalam kalimat:
p : Hari ini hari Senin.
q : Saya belajar Matematika Diskrit.
p→q : Jika hari ini hari Senin maka saya belajar Matematika Diskrit.
p : Hari ini hari Senin.
kesimpulan(q) : Saya belajar Matematika Diskrit.

2. MODUS TOLLENS
Modus tollens adalah metode penarikan kesimpulan apabila ada pernyataan "p → q"
dan diketahui "-q" maka bisa ditarik kesimpulan "-p".
Contoh dalam kalimat:
p : Hari ini hari Senin.
q : Saya belajar Matematika Diskrit.
p→q : Jika hari ini hari Senin maka saya belajar Matematika Diskrit.
-q : Saya tidak belajar Matematika Diskrit.
kesimpulan(-p) : Hari ini bukan hari Senin

3. PENAMBAHAN DISJUNGSI
Penarikan kesimpulan dengan menambahkan disjungsi didasarkan pada fakta
yakni jika suatu kalimat dihubungkan dengan "v" maka kalimat itu akan bernilai
benar jika sekurang-kurangnya salah satu komponennya bernilai benar. (Waluyo,
2022)

3
Contoh dalam kalimat:
p : Saya mengambil mata kuliah Logika Matematika.
q : Saya mengambil mata kuliah Kalkulus.
kesimpulan (p v q) : Saya mengambil mata kuliah Logika Matematika atau
Kalkulus.

4. PENYEDERHANAAN KONJUNGSI
Jika suatu kalimat dihubungkan dengan "ʌ" maka dapat diambil salah satu
komponennya secara khusus.
Contoh dalam kalimat:
pʌq : Saya mengambil mata kuliah Logika Matematika dan
Kalkulus.
kesimpulan1(p) : Saya mengambil mata kuliah Logika Matematika.
kesimpulan2(q) : Saya mengambil mata kuliah Kalkulus.

5. SILOGISME DISJUNGSI
Silogisme disjungsi adalah penarikan kesimpulan dimana jika diberikan dua
pilihan "p" atau "q" sedangkan "q" tidak dipilih maka kesimpulannya yang
dipilih adalah "p".

Contoh kalimat:
pvq : Bulan ini saya akan mudik ke Yogyakarta atau pergi ke Bali.

-q : Bulan ini saya tidak pergi ke Bali.


kesimpulan(p) : Bulan ini saya mudik ke Yogyakarta.

6. SILOGISME HIPOTESIS
Silogisme Hipotesis adalah jika diketahui "p → q" dan "q → r" maka
kesimpulannya "p → r".
Contoh kalimat:
p : Saya belajar.
q : Saya bisa mengerjakan soal.
r : Saya lulus ujian.

p→q : Jika saya belajar maka saya akan bisa mengerjakan soal.

4
q→r : Jika saya bisa mengerjakan soal maka saya lulus ujian.
kesimpulan (p → r) : Jika saya belajar maka saya lulus ujian.

7. DILEMA
Dilema adalah penarikan kesimpulan jika diketahui "p v q" dan "p → r" dan "q →
r" maka kesimpulannya adalah "r"
Contoh kalimat:
p : Hari ini Rizki ulang tahun.
q : Kemarin Bambang juara LKS nasional.
r : Saya akan ditraktir makan bakso.
pvq : Hari ini Rizki ulang tahun atau Kemarin Bambang juara LKS
nasional.

p→r : Jika hari ini Rizki ulang tahun maka saya akan ditraktir makan bakso.

q→r : Jika kemarin Bambang juara LKS nasional saya akan ditraktir makan
bakso.

kesimpulan(r) : Saya akan ditraktir makan bakso.

2.2 HIMPUNAN
Dalam matematika, himpunan (disebut juga kumpulan, kelompok, gugus,
atau set) dapat dibayangkan sebagai kumpulan benda berbeda yang terdefinisi
dengan jelas dan dipandang sebagai satu kesatuan utuh[1]. Dengan terdefinisi yang
jelas itu maka dapat ditentukan dengan tegas apakah suatu objek termasuk anggota
suatu himpunan atau bukan. (Rizki Muliono, 2019)

Coba perhatikan contoh kumpulan himpunan berikut ini:

1. Himpunan hewan berkaki dua


2. Himpunan bilangan asli
3. Himpunan lukisan yang bagus
4. Himpunan orang yang pintar

Jenis-jenis Himpunan

Jenis-jenis himpunan terdiri dari tiga macam, yakni himpunan semesta, himpunan
kosong, dan hi1mpunan bagian.
5
1. Himpunan Semesta

Himpunan Semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota


ataupun objek himpunan yang dibicarakan. Himpunan semesta disimbolkan
dengan S.

Contoh himpunan semesta adalah misalkan A = { 3, 5, 7, 9} maka kita bisa


menuliskan himpunan semesta yang mungkin adalah S = {bilangan ganjil} atau S
= {bilangan asli} atau S = {Bilangan Cacah} atau S = {bilangan real}.

Tetapi kita tidak menuliskannya sebagai S = {bilangan prima} karena ada


angka 9 yang bukan termasuk bilangan prima.

1. Himpunan Kosong

Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota.


Himpunan kosong disimbolkan dengan Ø atau { }.

Sebagai contoh himpunan kosong, misalkan B adalah himpunan bilangan ganjil


yang habis dibagi dua. Karena tidak ada bilangan ganjil yang habis dibagi dua,
maka A tidak memiliki anggota sehingga merupakan himpunan kosong. Ditulis
menjadi B = { } atau B = Ø.

Dari himpunan berikut yang termasuk himpunan kosong adalah:

a. Himpunan A adalah himpunan huruf vokal.


b. Himpunan B adalah himpunan nama-nama hari berawalan ‘C’.

Jawabannya yang B, karena tidak ada nama hari yang dimulai dengan huruf C.
sehingga himpunan B adalah himpunan kosong.

2. Himpunan Bagian

Himpunan A merupakan himpunan bagian B, jika setiap anggota A juga


anggota B dan dinotasikan A ⊂ B atau B ⊃ A.
Contoh:
P={1,2,3}
Q={1, 2, 3, 4, 5}
Maka P ⊂ Q atau Q ⊃ P
6
Operasi Himpunan

Sama seperti bilangan, himpunan juga bisa dioperasikan. Adapun bentuk


operasi himpunan adalah sebagai berikut.

1. Irisan

Jika Quipperian punya dua himpunan, misal C dan D. Ada anggota C yang
juga anggota D. Anggota yang sama-sama dimiliki kedua himpunan itulah yang
dinamakan irisan atau biasa dilambangkan ∩. Jika ditulis dalam bentuk notasi
menjadi C ∩ D = {x|x ∈ C dan x ∈ D}.

2. Gabungan (union)

Gabungan adalah total seluruh anggota dari dua himpunan atau lebih.
Gabungan biasa dilambangkan dengan ∪

3. Komplemen

Komplemen himpunan B adalah semua anggota himpunan semesta (S)


yang bukan anggota himpunan B. Komplemen ini biasa dinyatakan sebagai BC

4. Selisih

Misalkan ada dua himpunan, yaitu A dan B. Selisih menunjukkan


komplemen relatif B terhadap A atau sebaliknya.

Semua anggota himpunan A yang tidak termasuk anggota himpunan B disebut


komplemen relatif B terhadap A. Secara matematis, dituliskan A – B.

Cartesian product

Sebelum mengenal istilah ini, mari kita pahami apa yang dimaksud dengan
Cartesian. Ingat istilah-istilah yang digunakan saat membuat plot pada kertas
grafik seperti sumbu (sumbu x, sumbu y), titik asal, dll. Misalnya, (2, 3)
menggambarkan bahwa nilai pada bidang x (sumbu) adalah 2 dan untuk y adalah
3 yang tidak sama dengan (3, 2).

Hukum-hukum himpunan

a. Sifat Komutatif
7
Sifat komutatif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan
dan gabungan, yaitu A ∩ B = B ∩ A dan A ∪ B = B ∪ A.

b. Sifat Asosiatif

Sifat asosiatif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan
dan gabungan, yaitu(A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C) dan (A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C).

c. Sifat Distributif

Sifat distributif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan
dan gabungan, yaituA ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) dan A ∪ (B ∩ C) = (A ∪
B) ∩ (A ∪ C).

d. Sifat Identitas

Sifat identitas yang berlaku pada operasi irisan dan gabungan antara lain:

1. A ∩ ∅ = ∅
2. A ∩ S = A
3. A ∪ ∅ = A
4. A ∪ S = S

e. Idempoten

Sifat idempoten yang berlaku pada operasi irisan dan gabungan antara
lain:

1. A ∩ A
2. A ∪ A

f. Sifat Komplemen

Sifat komplemen pada operasi himpunan hanya berlaku untuk irisan dan
gabungan.

1. A ∩ Ac = ∅
2. A ∪ Ac = S
3. (Ac )c = A

8
4. ∅c = S
5. Sc = ∅

g. Sifat Pengurangan

Operasi pengurangan pada himpunan tidak bersifat komutatif. Oleh karena


operasi pengurangan tidak bersifat komutatif, maka tidak bersifat asosiatif
maupun identitas yaitu:

1. A - B ≠ B - A

2. A - (B - C ) ≠ (A - B) - C

3. A - ∅ ≠ ∅ - A

h. Subset

Subset atau himpunan bagian adalah suatu himpunan yang merupakan


bagian dari himpunan utama.

i. Absorption

Absorption adalah himpunan-himpunan yang bila dioperasikan akan


terserap menjadi suatu himpunan tertentu. Absorption dirumuskan sebagai
berikut:

A ∪ (A ∩ B) = A ∩ (A ∪ B) = A

j. Penghilangan

Jika A = B, maka A ∩ C = A ∩ B untuk C suatu himpunan.

Prinsip Dualitas

Prinsip dualitas mengemukakan bahwa dua konsep yang berbeda dapat


dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang benar.

Contoh prinsip dualitas:

AS => kemudi mobil di kiri depan

9
Indonesia => kemudi mobil di kanan depan

Himpunan Ganda

Himpunan yang elemennya boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut


himpunan ganda (multiset).

Contohnya, {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {}.

Multiplisitas dari suatu elemen pada himpunan ganda adalah jumlah kemunculan
elemen tersebut pada himpunan ganda. Contoh: M = { 0, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1 },
multiplisitas 0 adalah 4.

Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam
hal ini multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0 atau 1.

2.3 KOMBINATORIAL/PELUANG
Kombinatorial adalah cabang matematika untuk menghitung jumlah
penyusunan objek-objek tanpa harus mengenumerasi semua kemungkinan
susunannya. Kombinatorial dapat digunakan untuk menjawab soal semacam ini tanpa
kita perlu mengenumerai semua kemungkinan jawabannya. Hal ini dapat dilakukan
karena didalam kombinatorial terdapat kaidah dasar menghitung. Dan kombinator
digunakan pada teori peluang diskrit untuk menghitung peluang suatu kejadian
terjadi.

a. Percobaan

Kombinatorial didasarkan pada hasil yang diperoleh dari suatu percobaan.


Percobaan adala proses fisik yang hasilnya dapat diamati

Contoh :

1. Melempar dadu

Enam hasil percobaan yang mungkin untuk pelemparan dadu adalah muka dadu
1,2,3,4,5 atau 6

2. Melempar koin uang Rp 100

10
Hasil percobaan melempar koin 100 ada dua kemungkinan maka koin bergambar
rumah gadang atau muka koin yang bergambar wayang.

b. Kaidah Dasar Menghitung

Dua kaidah dasar yang digunakan sebagai teknik menghitung dalam


kombinatrorial adalah kaidah perkalian (rule of product) dan kaidah penjumlahan
(rule of sum).

 Kaidah Perkalian (rule of product)

Percobaan 1: p hasil

Percobaan 2: q hasil maka,

Percobaan 1 dan percobaan 2: p ´ q hasil

 Kaidah Penjumlahan (rule of sum)

Percobaan 1: p hasil

Percobaan 2: q hasil maka,

Percobaan 1 atau percobaan 2: p + q hasil

c. Perluasan Kaidah Menghitung

Kaidah perkalian dan penjumlahan diatas dapat diperluas sehingga


mengandung lebih dari dua buah percobaan. Jika n buah percobaan masing-masing
mempunyai p1, p2, …,pn, hasil percobaan yang mungkin terjadi dalam hal ini setiap
p1 tidak bergantung pada pilihan sebelumnya, maka jumlah hasil percobaan yang
mungkin terjadi adalah :

1. P1 x p2 x … x pn untuk kaidah perkalian.

2. P1 + p2 + … + pn untuk kaidah penjumlahan.

d. Prinsip Inklusi-Eksklusi

Informasi terkecil yang dapat disimpan di dalam memori computer adalah


byte. Setiap byte disusun oleh 8 bit.

11
Example :

1. Setiap byte disusun oleh 8-bit. Berapa banyak jumlah byte yang dimulai dengan
‘11’ atau berakhir dengan ‘11’?

Answer :

Misalkan

A = himpunan byte yang dimulai dengan ‘11’,

B = himpunan byte yang diakhiri dengan ‘11’

A Ç B = himpunan byte yang berawal dan berakhir dengan ‘11’

maka

A È B = himpunan byte yang berawal dengan ‘11’ atau berakhir dengan ‘11’

½A½ = 26 = 64,

½B½ = 26 = 64,

½A Ç B½ = 24 = 16.

e. Permutasi

Permutasi adalah jumlah urutan yang berbeda dari pengaturan objek-objek.


Juga merupakan bentuk khusus aplikasi dari n objek, urutan kedua dipilih dari n-1
objek, urutan ketiga dipilih dari n-2 objek, begitu seterusnya, dan urutan terakhir
dipilih dari 1 objek yang tersisa. Menurut kaidah perkalian permutasi dari n objek
adalah

N(n-1) (n-2) … (2)(1) = n!

Example :

— Berapa banyak “kata” yang terbentuk dari kata “HAPUS”?

Answer :

Cara 1: (5)(4)(3)(2)(1) = 120 buah kata

Cara 2: P(5, 5) = 5! = 120 buah kata


12
f. Kombinasi

Bentuk khusus permutasi adalah kombinasi. Jika pada permutasi urutan


kemunculan diperhitungkan, maka pada kombinasi, urutan kemunculan diabaikan
urutan acb, bca, acb dianggap sama dan dihitung sekali.

g. Permutasi dan Kombinasi Bentuk Umum

Misalkan: ada n buah bola yang tidak seluruhnya berbeda warna (jadi, ada
beberapa bola yang warnanya sama — indistinguishable). n1 bola diantaranya
berwarna 1, n2 bola diantaranya berwarna 2, nk bola diantaranya berwarna k, dan n1
+ n2 + … + nk = n.

h. Kombinasi dengan Pengulangan.

Tinjau kembali persoalan memasukkan bola ke dalam kotak. Misalkan


terdapat r buah bola yang semua warnanya sama dan n buah kotak. (Ruangguru.com,
2022)

k. Peluang Diskrit

Peluang diskrit mempunyai sifat sebagai berikut:

a. 0≤p(xi)≤1, yaitu peluang adalah bilangan tidak negatif dan selalu lebih kecil
atau sama dengan 1.

b. i=1|S|p(xi)=1 , yaitu jumlah peluang semua titik contoh di dalam ruang contoh
S adalah 1.

Contoh:

Pada pelemparan dadu, S={1,2,3,4,5,6}. Peluang munculnya setiap angka


adalah sama yaitu 1/6.

Kejadian (event)→ disimbolkan dengan E- adalah himpunan bagian dari


ruang. Peluang kejadian E di dalam ruang contoh S adalah P(E)=|E|/|S|. Peluang
kejadian E juga diartikan sebagai jumlah peluang semua titik contoh di dalam E.
Jadi, kita dapat menuliskan bahwa:

PE=|E||S|=xi∈Ep(xi)
13
Konsep-konsep pada teori himpunan:

· P A∩B=xi∈A∩Bp(xi)
· P A∪B=xi∈A∪Bp(xi)
· P A-B=xi∈A-Bp(xi)
· P A⨁B=xi∈A⨁Bp(xi)
· P(A)=1-P(A)

2.4 RELASI FUNGSI


Menyatakan hubungan antara suatu anggota himpunan dengan anggota
himpunan lainnya. Himpunan A dan himpunan B dikatakan memiliki relasi jika
ada anggota himpunan yang saling berpasangan.

Cara Menyatakan Relasi

Relasi antara dua himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu dengan
diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram Cartesius. (Suparyanto
dan Rosad (2015, 2020)

1. Diagram Panah

Diagram panah merupakan cara yang paling mudah untuk menyatakan suatu
relasi. Diagram ini membentuk pola dari suatu relasi ke dalam bentuk gambar
arah panah yang menyatakan hubungan antara anggota himpunan A dengan
anggota himpunan B.

Misalnya, ada 4 orang anak yaitu Ali, Siti, Amir dan Rizki. Mereka diminta
untuk menyebutkan warna favorit mereka. Ali menyukai warna merah, Siti menyukai
warna ungu, Amir menyukai warna hitam, dan Rizki menyukai warna merah. Dari
hasil uraian tersebut, terdapat dua buah himpunan.

Himpunan pertama adalah himpunan anak, kita sebut himpunan A dan


himpunan yang kedua adalah himpunan warna, kita sebut himpunan B. Hubungan
antara himpunan A dan himpunan B dapat di ilustrasikan dengan diagram panah
seperti berikut:

14
2. Himpunan Pasangan Berurutan

Selain dengan diagram panah, suatu relasi juga dapat dinyatakan dengan
menggunakan himpunan pasangan berurutan. Caranya dengan memasangkan
himpunan A dengan himpunan B secara berurutan. Kita dapat mengambil contoh
dari contoh diagram panah tadi.

 Ali menyukai warna merah


 Siti menyukai warna ungu
 Amir menyukai warna hitam
 Rizki menyukai warna merah

Dari uraian di atas kita dapat menyatakan relasinya dengan himpunan


pasangan berurutan seperti berikut:

(Ali, merah), (Siti, ungu), (Amir, hitam), (Rizki, merah).

Jadi, relasi antara himpunan A dengan himpunan B dinyatakan sebagai


himpunan pasangan berurutan (x,y) dengan x ∈ A dan y ∈ B.

3. Diagram Cartesius

Menyatakan relasi antara dua himpunan dari pasangan berurutan


yang kemudian dituliskan dalam bentuk dot (titik-titik). Contoh dari
relasi antara anak dengan warna kesukaannya yaitu himpunan A = {Ali,
Siti, Amir, Rizki} dan himpunan B = {merah, ungu, hitam}, dapat
digambarkan dalam bentuk diagram Cartesius seperti di bawah ini:

15
Definisi Fungsi

Fungsi (pemetaan) merupakan relasi dari himpunan A ke himpunan B,


jika setiap anggota himpunan A berpasangan tepat satu dengan anggota
himpunan B. Semua anggota himpunan A atau daerah asal disebut domain,
sedangkan semua anggota himpunan B atau daerah kawan disebut kodomain.
Hasil dari pemetaan antara domain dan kodomain disebut range fungsi atau daerah
hasil.

Cara Menyatakan Fungsi

Sama halnya dengan relasi, fungsi juga dapat dinyatakan dalam bentuk
diagram panah, himpunan pasangan berurutan dan dengan diagram Cartesius.

Contoh:

16
Jadi, dari diagram panah di atas dapat disimpukan:

Domain adalah A = {1,2,3}

Kodomain adalah B = {1,2,3,4}

Range fungsi = {2,3,4}

Notasi Fungsi

Sebuah fungsi dapat dinotasikan dengan huruf kecil sepeti f, g, h. Misal,


fungsi f memetakan himpunan A ke himpunan B dinotasikan f(x) dengan aturan f
: x → 3x+3. Artinya fungsi f memetakan x ke 3x+3. Jadi daerah bayangan x oleh
fungsi f adalah 3x+3 sehingga dapat dinotasikan dengan f(x) = 3x+3. Dari uraian
ini dapat dirumuskan:

Jika fungsi f : x → ax +b dengan x anggota domain f , maka rumus fungsif


adalah f(x) = ax+b

Dengan menghitung nilai fungsi, kita dapat mengetahui nilai fungsi yang
dapat menghasilkan himpunan kawan (kodomain) dari himpunan asal (domain).
Supaya lebih jelas, coba kerjakan contoh soal di bawah ini ya.

Diketahui fungsi f : x → 3x + 3 pada himpunan bilangan bulat. Tentukan:

f(3)

bayangan (-2) oleh f

nilai f untuk x = -4

nilai x untuk f(x) = 6

nilai a jika f(a) = 12

Jawab:

Fungsi f : x → 3x + 3

Rumus fungsi: f(x) = 3x+3

f(3) = 3(3)+3 = 12

17
bayangan (-2) oleh f sama dengan f (-2), jadi f(-2) = 3(-2)+3 = -3

nilai f untuk x = -4 adalah f (-4) = 3(-4)+3 = -9

nilai x untuk f(x) = 6 adalah

3x + 3 = 6

3x = 6-3

3x = 3

x=1

5. nilai a jika f(a) = 12

3a + 3 = 12

3a = 12 – 3

3a = 9

a=3

2.5 TEORI GRAF


Graf didefinisikan sebagai pasangan himpunana verteks atau titik (V) dan
edges atau titik (E). Verteks merupakan himpunan berhingga dan tidak kosongdari
simpul-simpul (vertices atau node) dan dapat pula ditulis dengan huruf, bilangan asili
atau gabungan keduanya {v1, v2,…,vn}. Sedangkan edges merupakan himpunan sisi
(edges atau arcs} yang menghubungkan sepasang simpul dan dpat ditulis {e1,
e2,..en}.

Notasi graf dapat ditulis G = (V,E).

Derajad suatu simpul v di dalam suatu graf adalah banyaknya simpul yang
bertetangga atau terhubung

Notasi : V(G) = himpunan titik graf G. V = banyaknya titik pada G E(G) =
himpunan sisi graf G. E = banyaknya sisi pada G

Contoh : V(G) = {A, B, C, D}

18
E(G) = {(A,B), (B,A), (A,D), (B,D), (B,C), (C,B)}

V = 4

E = 6

Deg (A) = 3 Deg (B) = 5 Deg (C) =

Jenis-Jenis Graf

Completee Graph (Graf Lengkap), suatu graf dikatakan graf lengkap jika
semua verteks yang ada dihubungkan ke verteks yang lain

Contoh : B C

A F

D E

Directed Graph (Graf Berarah), suatu graf dikatakan graf berarah jika garf tersebut
mempunyai arah (flow).

Contoh : B C

A F

D E

Dengan memperhatikan banyaknya jumlah anak panah yang masuk pada


satu titik terdapat dua istilah yang lain yaitu :

indegree, merupakan banyaknya anak panah yang masuk ke suatu titik.

Contoh : indegree dari contoh graf berarah diats adalah indeg (A) = 0, indeg (B) =
2, indeg (C) = 1, indeg (D) = 1, indeg (E) = 2, indeg (F) = 1.

outdegree, merupakan banyaknya anak panah yang meninggalkan ke suatu titik.

Contoh : outdegree dari contoh graf berarah diats adalah outdeg (A) = 2, outdeg
(B) = 1, outdeg

(C) = 1, outdeg (D) = 2, outdeg (E) = 1, outdeg (F) = 0.

19
Terminologi dan Representasi Graf

DEFINISI 1

Dua simpul 𝑢 dan 𝑣 pada suatu graf tak berarah 𝐺 disebut bersebelahan (
bertetangga ) jika 𝑢 dan 𝑣 adalah titik ujung dari suatu sisi 𝑒 dari 𝐺 . Sisi 𝑒 yang
demikian disebut bersisian dengan simpul 𝑢 dan 𝑣, dan dikatakan e
menghubungkan 𝑢 dan 𝑣

DEFINISI 2

Himpunan dari semua simpul dari graf 𝐺 = 𝑉, 𝐸 yang bersebelahan dengan


𝑣, disebut lingkungan dari 𝑣. Jika 𝐴 ⊂ 𝑉 , notasi 𝑁 𝐴 , berarti himpunan dari semua
simpul di 𝐺 yang bersebelahan dengan paling tidak satu simpul di A, jadi 𝑁 𝐴 =
‫)𝑣(𝑁 𝐴𝗀𝑣ڂ‬

DEFINISI 3

Derajat dari suatu simpul pada graf tak berarah adalah banyaknya sisi yang
bersisian dengannya, kecuali untuk loop pada simpul tersebut menyumbang 2 kali
untuk derajat simpul tersebut. Derajat dari sisi 𝑣 dinotasikan dengan 𝑑𝑒𝑔(𝑣)
(Sekarlana, 2023)

20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Matematika diskrit atau diskret adalah cabang matematika yang membahas


segala sesuatu yang bersifat diskrit. Diskrit disini artinya tidak saling berhubungan
(lawan dari kontinyu). Objek yang dibahas dalam Matematika Diskrit – seperti
bilangan bulat, graf, atau kalimat logika – tidak berubah secara kontinyu, namun
memiliki nilai yang tertentu dan terpisah. Beberapa hal yang dibahas dalam
matematika ini adalah teori himpunan, teori kombinatorial, teori bilangan, permutasi,
fungsi, rekursif, teori graf, dan lain-lain. Matematika diskrit merupakan mata kuliah
utama dan dasar untuk bidang ilmu komputer atau informatika.

Topik-topik yang dibahas atau dipelajari dalam matematika diskrit:

1. Logika Matematika
2. Himpunan
3. Kombinatorial/Peluang Dalam Matematika
4. Relasi Fungsi
5. Teori Graf
3.2 SARAN
Tanpa kita sadari ternyata begitu banyak manfaat dari matematika untu kehidupan
sehari-hari. Salah satunya adalah Manfaat mempelajari himpunan untuk membantu
setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,
tetap, tertib, meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif,
menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir. Jadi alangkah lebih
baiknya untuk kita memahami matematika secara mendalam, bukan hanya sekedar
tahu penjumlahan dan pengurangan .

21
DAFTAR PUSAKA

Rizki Muliono, M. K. (2019). Matematika diskrid. Topik-Topik Yang Dibahas Atau


Dipelajari Dalam Matematika Diskrit:, 3.
Ruangguru.com. (2022). No Titlematematika diskrit. Pendidikan.
Sekarlana. (2023). teori graf.
Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). Matematika Diskrit. Suparyanto Dan Rosad
(2015, 5(3), 248–253.

22
23

Anda mungkin juga menyukai