Anda di halaman 1dari 31

STRATEGI DAN INDIKATOR KETERCAPAIAN DAN

MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH DESAIN PEMBELAJARAN PAI

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. H. Abd Aziz, M.Pd.I
Dr. Agus Purwowidodo, M.Pd

OLEH

ILHAM SOLEH

1880506230036

PROGRAM MAGISTER
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID
ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
DESEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat


serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan salah
satu tugas mata kuliah Desain Pembelajaran PAI. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
yang telah menunjukkan kita jalan yang terang benderang yaitu agama
Islam. Sehubungan dengan terselesaikannya makalah ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
3. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I dan Prof. Dr. Agus Purwo
Widodo, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Desain Pembelajaran PAI.
4. Seluruh pihak yang telah membantu atas terselesaikannya
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 15 Desember 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Makalah ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Strategi Pembelajaran .................................................................................... 3
B. Indikator Pembelajaran ............................................................................... 18
C. Materi Pembelajaran .................................................................................... 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 25
A. Kesimpulan....................................................................................................25

REFERENSI

iii
STRATEGI DAN INDIKATOR KETERCAPAIAN DAN MATERI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Desain Pembelajaran PAI)
Ilham Soleh
NIM:
1880506230036
(Email : ilhamsoleh1@gmail.com )
Program Magister Pendidikan
Agama Islam
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang
sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian
anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara
terus-menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses
pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan. Demikian
pula dengan pendidikan di negeri tercinta ini. Dalam menghadapi
zaman yang terus berkembang ini, bangsa Indonesia tidak ingin
menjadi bangsa yang bodoh dan terbelakang. Maka, perbaikan sumber
daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia
terus diupayakan melalui proses pendidikan. Inti dari pendidikan
terutama pendidikan agama Islam adalah terbentuknya manusia yang
beriman, cinta damai, cerdas, kreatif, memiliki keluhuran budi, berpikir
kritis dan peduli terhadap kondisi sosial masyarakat. Tugas utama
pendidikan adalah upaya secara sadar untuk mengantarkan manusia
pada cita-cita tersebut.1

1
Sukarno, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: eLKAF, 2012), 13.

1
Pendidikan lebih menitikberatkan kepada proses transformasi
nilai dan pembentukan kepribadian seseorang, dimana pendidikan
lebih mengacu kepada pembentukan kesadaran dan kepribadian anak
didik disamping juga transfer ilmu dan keahlian.2 Pendidikan juga
merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian utama. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan
adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak.3
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian, guru
diharapkan mampu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran, siswa sebaiknya didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Maka dari itu, guru dituntut
agar menggunakan strategi pembelajaran yang dapat memudahkan
siswa memahami materi dan dapat mengembangkan serta
mengamalkan suatu pelajaran yang di peroleh ketika pembelajaran
berlangsung.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
b. Apa saja macam-macam strategi pembelajaran?
c. Apa yang yang dimaksud dengan indikator pembelajaran?
d. Apa yang yang dimaksud dengan Materi pembelajaran?

2
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), 2.
3
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter (Kontruksi Teoritik dan Praktek), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), 125.

2
B. PEMBAHASAN
1. Strategi Pembelajaran
Terdapat berbagai pendapat tentang devinisi strategi
pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pembelajaran
(instructional technology), Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran terdiri dari seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang
digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajran.4
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Jika dihubungkan dengan pembelajaran, maka strategi
diartikan pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah gariskan.5
Dari berbagai defenisi atau pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran adalah langkah-langkah yang ditempuh
guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada, guna mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.6
Untuk meningkatkan pemahaman peserta didik tentunya
interaksi atau hubungan antara guru dan peserta didik dalam proses
mengajar sangat penting sehingga mereka dapat saling membantu.
Menurut Suyatno (dalam supriyatun, 2013:14) untuk mencapai tujuan
pembelajaran adalah menggunakan strategi atau pengaplikasian

4
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 14
5
Ibid hlm. 37
6
Ibid, hlm. 14

3
pembelajaran yang seirama dan sesuai dengan kompetensi, tujuan, dan
kondisi pembelajaran yang akan dilangsungkan peserta didik.
Menurut Husamah ada empat dasar strategi belajar mengajar
yang meliputi sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
yang diharapkan.
b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi
dan pandangan hidup.
c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajar.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan
ataukriteria standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedomanoleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
yangselanjutnya akan dijadikan ucapan balik buat penyempurnaan.7
Ada beberapa jenis-jenis strategi pembelajaran yang dapat
digunakan, namun Menurut Wina Sanja terdapat beberapa jenis-jenis
strategi pembelajaran sebagai berikut:8 1). Strategi Pembelajaran
Ekspositori. 2). Strategi pembelajaran Inquiry. 3). Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah. 4). Strategi pembelajaran Kooperatif. 5). Strategi
Peembelajaran Afektif.
1) Strategi Pembelajaran Ekspositori
Menurut Herman Hudoyo dalam Zaini Hisyam metode
ekspositori dapat meliputi gabungan metode ceramah, metode drill,

7
Husamah, Pembelajaran Baruan (Blended Learning) (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014)
8
Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

4
metode tanya jawab, metode penemuan dan metode peragaan.9
Pentatito Gunawibowo dalam Zaini Hisyam dalam pembelajaran
menggunakan metode ekspositori, pusat kegiatan masih terletak
pada guru. Dibanding metode ceramah, dalam metode ini dominasi
guru sudah banyak berkurang.10
Kegiatan guru berbicara pada metode ekspositori hanya
dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal
pembelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal.
Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan, membuat catatan, atau
memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mungkin
dalam kegiatan ini siswa saling bertanya. Mengerjakan soal latihan
bersama dengan temannya, dan seorang siswa diminta
mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan
latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual
dan menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang
masih banyak pekerjaan siswa belum sempurna, kegiatan tersebut
diikuti penjelasan secara klasikal.
2) Strategi pembelajaran Inquiry
Inkury berasal dari bahasa Inggris, berarti pertanyaan atau
pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri secara luas sebagai suatu proses
umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami
informasi. Menurut Wina, pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir
secara logis, kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.11

9
Zaini Hisyam, Strategi Pembelajaran Aktiv. Yogyakarta : Pustaka Insan Mandani, 2008), hlm. 133
10
Ibid, hlm. 133
11
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media, 2014)

5
Pembelajaran inkuri menekankan pada pemecahan masalah,
Pada model ini peserta didik mengasah seluruh kemampuan untuk
belajar dalam situasi proses berfikir agar peserta didik dapat
meyelesaikan masalah yang denganya dituntut secara mandiri dan
percaya diri untuk mengungkapkan segala apa yang didapatkan
dan diketahui sebagai pemecahan masalah.
Inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan
lebih mendalam. Inkuiry, berarti pertanyaan atau pemeriksaan,
penyelidikan. Gulo menyatakan strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistemastis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu (1) keterlibatan
siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2)
keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri
siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.12
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri:
1) Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi pembelajaran inkuiri adalah
pengembangan kemapuan berfikir. Dengan demikian, strategi
pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar, juga
berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria
keberhasilan dari proses pembelajaran bukan ditentukan oleh
sejauhmana peserta didik mampu menguasai materi pelajaran,

12
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual (Jakarta: Prenamedia Group, 2014), 78.

6
tetapi sejauhmana peserta didik beraktifitas mencari dan
menemukan sesuatu.
2) Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi,
baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta
didik dengan guru, bahkan interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan sekitarnya. Pembelajaran sebagai proses
interaksi berarti menempatkan guru atau pendidik bukan
sebagai sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator atau
pengatur lingkungan maupun pengatur interaksi itu sendiri.
3) Prinsip Bertanya
Tugas utama guru dalam menerapkan strategi ini adalah
menjadi penanya yang baik bagi peserta didik. Artinya,
bagaimana upaya yang harus dilakukan guru agar peserta
didik menjadi kritis, kemudian melontarkan pertanyaan-
pertanyaan tajam. Di sisi lain guru juga harus menjadikan
peserta didik penjawab yang baik. Dengan demikian,
pertanyaan dari peserta didik yang satu dijawab oleh peserta
didik yang lain, kemudian dilengkapi oleh guru.
4) Prinsip Belajar Untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi belajar
adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun
otak kanan, baik otak reptile, otak limbic, maupun otak
neokorteks. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri
merupakan pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
5) Prinsip Keterbukaan

7
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, anak perlu
diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika maupun nalarnya. Tugas
guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis,
dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya.13
3) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata.
Masalah tersebut digunakan sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk mempelajari cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran.14
Ciri-ciri model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai
berikut15 : (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran
berbasis masalah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar
pertanyaan atau masalah dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
(2) Berfokus pada keterkaitan disiplin ilmu. Pembelajaran berbasis
masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah
yang diajukan hendaknya benar-benar autentik. Hal tersebut
dimaksudkan agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah
tersebut dari banyak segi atau mengkaitkannya dengan disiplin

13
Suyadi, Strategi Pembalajaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 119-
121.
14
L. A. Kharida, A. Rusilowati, dan K. Pratiknyo, “Penerapan model pembelajaran berbasis masalah
untuk peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan elastisitas bahan”, Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia, Juli 2009, 83.
15
Ibid,.Hlm 83-84

8
ilmu yang lain. (3) Penyelidikan autentik. Dalam memecahkan
masalah, siswa dapat melakukan penyelidikan melalui suatu
percobaan. Siswa harus: merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, mengumpulkan informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), menganalisis data dan merumuskan kesimpulan. (4)
Menghasilkan produk/karya. Pada pembelajaran berdasar
masalah, siswa dituntut menyusun hasil pemecahan masalah
berupa laporan dan mempersentasikannya di depan kelas.
Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terdiri atas: Orientasi siswa kepada masalah, Mengorganisasi siswa
untuk belajar, Membimbing penyelidikan kelompok,
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya,dan Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.16
4) Strategi pembelajaran Kooperatif
Penggunaan pendekatan konstruktivistik dalam
pembelajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara luas.
Berdasarkan teori ini bahwa siswa diharapkan menemukan
kemudahan dalam memahami konsep-konsep yang sulit
dengan cara saling mendiskusikan masalah tersebut dengan
teman belajarnya. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
mengacu pada model pembelajaran yang menempatkan siswa
bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu
dalam belajar.17 Pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh
Slavin ini berdasar pada teori Vygotsky, yaitu bahwa anak berusia
setingkat melakukan kolaborasi dengan tingkat kesulitan

16
Ibid,.Hlm 83-84
17
Slavin, R.E.Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. (Boston: Allyn and Bacon,
1995), h. 17.

9
berkisar dalam Zona of Proximal development (ZPD), hasilnya lebih
baik dari pada bekerja sendiri-sendiri karena dengan kolaborasi
menghasilkan perkembangan kognitif.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Guru memilih pembelajaran kooperatif dalam kegiatan
pembelajaran perlu memperhatikan langkah-langkah, agar dapat
memperoleh hasil yang optimal. Arends mengemukakan langkah-
langkah pembelajaran kooperatif seperti tersaji dalam tabel berikut
ini.18
Tabel: Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku Guru


Fase-1 Guru menyampaikan semua
Menyampaikan tujuan dan tujuan pelajaran yang ingin dicapai
memotivasi siswa
pada pelajaran tersebut dan
memotivasi
siswa belajar
Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada
Menyajikan informasi siswa dengan jalan demonstrasi
lewat bahan bacaan.
Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan siswa bagaimana caranya membentuk
ke dalam kelompok- kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
kelompok belajar. transisi secara efisien
Fase-4 Guru membimbing kelompok-
Membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka
bekerja dan belajar.
mengerjakan tugas mereka

18
Arends,R.I. Classroom Instruction and Management. (New York: Mc. Graw-Hill. 1997), h.

176

10
Fase-5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil
kerjannya.
Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk
Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan
kelompok

Model-Model Pembelajaran Kooperatif


Berbagai macam pembelajaran kooperatif telah
dikembangkan dan diteliti yang sangat berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Strategi pembelajaran kooperatif dalam tulisan ini,
hanya dua yang dipaparkan: pertama, Student Teams- Achievement
Divisions (STAD) atau Tim Siswa-Kelompok Prestasi. Dalam STAD
siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang
yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin,
dan suku. Guru menyajikan pembelajaran, dan kemudian siswa
bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh
siswa dikenai kuis tentang materi tesebut, pada waktu kuis ini
mereka tidak dapat saling membantu. Skor siswa dibandingkan
dengan rata-rata skor yang lalu mereka sendiri, dan poin diberikan
berdasarkan pada seberapa jauh siswa dapat menyamai atau
melampaui prestasi yang pernah dicapai sebelumnya. Poin tiap
anggota tim ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim, dan tim

11
yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau ganjaran
yang lain.19
Kedua, Jigsaw adalah siswa bekerja sama dalam satu tim
beranggotakan empat atau lima orang seperti pada STAD. Sebagai
gantinya setiap siswa ditugasi mempelajari satu sub bab dari
sebuah buku, cerita singkat, atau sebuah riwayat hidup. Sementara
itu, setiap siswa ditugasi mempelajari suatu topik agar menjadi
pakar dalam topik itu. Siswa dengan topik yang sama bertemu
dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan topik
tersebut. Setelah itu mereka kembali ke tim mereka masing-masing
untuk secara bergantian mengajarkan apa yang mereka pelajari
kepada teman dalam satu tim mereka. Siswa itu diberi kuis secara
individual,yang menghasilkan skor tim seperti pada STAD.20
5) Strategi Peembelajaran Afektif.
Strategi pembelajaran afektif adalah tindakan pembelajaran
yang bertujuan untuk membentuk perilaku atau sikap terpuji dari
peserta didik. Kemampuan kognitif dapat diukur melalui suatu
disiplin mata pelajaran tertentu yang berdiri sendiri misalnya, ilmu
berhitung, tetapi afektif tidaklah demikian. Oleh sebab itu untuk
menghasilkan peserta didik berkarakter positif melalui
pembelajaran afektif, tidak dapat dibebankan pada hanya satu
disiplin mata pelajaran tertentu saja melainkan kepada semua
disiplin mata pelajaran.21
Afektif merupakan suatu karateristik manusia yang
mempunyai banyak dimensi, termasuk perilaku (attitude), nilai dan

19
Adapatasi Slavin, R.E. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice
20
Nurhadi. Pembelajaran Kontekstual. (Malang: UM Press, 2004) h. 45
21
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, 198–190.

12
minat.22 Dengan demikian, merupakan tanggung jawab bersama
termasuk tenaga pendidik agar peserta didik memiliki afektif atau
karakter yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, diterapkan pada
saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung.
Strategi pembelajaran afektif berhubungan dengan nilai
(value) yang sulit untuk diukur karena menyangkut kesadaran
seseorang yang tumbuh dalam diri anak.23 Nilai berhubungan
dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan
tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil dan
sebagainya. Pandangan seseorang tentang semua itu tidak bisa
iraba, kita hanya mungkin dapat mengetahuinya dari perilaku yang
bersangkutan.24
Terkait dengan strategi pembelajaran afektif, Wina Sanjaya
menegaskan proses pembentukan sikap ini bisa dilaksanakan
melalui pola pembiasaan dan modeling.25 Dalam pembiasaan dan
modeling ini terdapat pendekatan, strategi, model dan metode
pembelajaran yang akan dipaparkan secara singkat dalam tabel,
sebagai berikut:
Tabel : Pembiasaan dan Modeling
Pembiasaan Modeling
Pendekatan: behavioristik, Pendekatan: kognitif Teori
teori Operant Conditioning Sosial kognitif menurut Albert
menurut B.F.Skinner. Bandura
Strategi pembelajaran afektif Strategi pembelajaran afektif

22
Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja (Yogyakarta: Diva Press, 2013).
23
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, 274
24
0Husniyatus Salamah Zainiyati, Model dan Strategi Pembelajaran Aktif,(Surabaya: Putra Media
Nusantara & IAIN Press Sunan Ampel PMN Anggota IKAPI Jatim, 2010), 163.
25
Ibid, 277.

13
Model Bermain Peran (Role
Model Practice-rehearsal Pairs
Playing)
Metode Latihan (drill) Metode Demonstrasi

1) Pembiasaan
Dalam pandangan ilmu psikologi pembiasaan itu disebut
conditioning. Proses ini akan menjelmakan kebiasaan (habit) dan
kemampuan (ability) yang akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi
(personal traits) yang terperangai dalam perilaku sehari-hari.26
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pendidikan dari
pembinaan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan seorang
pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didiknya.
Kebiasaan itu adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya
otomatis, tanpa direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa
dipikir lagi. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu sangat
penting, karena banyak orang yang berbuat atau bertingkah laku
hanya karena kebiasaan semata- mata. Tanpa itu hidup seseorang
akan berjalan lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu ia
harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan.
Kegiatan pembiasaan adalah bagian dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik di dalam kelas
maupun di luar kelas, guru yang mempunyai fungsi ganda dalam
tugas pokoknya tidak hanya melaksanakan kegiatan pembelajaran
tetapi lebih dari itu yakni sebagai fasilitator, instruktur, konselor,
media dan sumber belajar.27 Pembiasaan juga diartikan melakukan

26
Husniyatus Salamah Zainiyati, Model dan Strategi Pembelajaran, Hlm.16
27
Muhammad Fathurrohman, Mengenal Lebih Dekat Pendekatan dan Model Pembelajaran,
(Yogyakarta: Kalimedia, 2018), 142.

14
sesuatu perbuatan atau keterampilan tertentu secara terus menerus
dan konsisten untuk waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan
atau keterampilan itu benar-benar dan akhirnya menjadi suatu
kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Anak-anak dapat menurut dan
taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan membiasakannya
dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga
atau keluarga, di sekolah, dan juga di tempat lain.28
Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan
dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan
segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit
untuk dirubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Untuk itu,
dari dini peserta didik harus segera dibiasakan dengan sesuatu
yang diharapkan akan menjadi kebiasaan yang baik sebelum
terlanjur mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengannya.
Pendekatan yang digunakan dalam pembiasaan ini yaitu
behavioristik, teori Operant Conditioning menurut B.F.Skinner, yaitu
respon itu sebagai tingkah laku operan. Pengondisian operan
disebut juga pengondisian instrumental adalah bentuk
pembelajaran dimana akibat dari perilaku menghasilkan
perubahan dan kemungkinan besar perubahan perilaku akan
terjadi. Ketika perilaku- perilaku diikuti dengan konsekuensi-
konsekuensi yang diinginkan, perilaku-perilaku tersebut
cenderung meningkat frekuensinya. Ketika perilaku-perilaku tidak
memberikan hasil, perilaku-perilaku tersebut akan menurun dan
menghilang seluruhnya.29

28
4Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
177.
29
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2008), 431.

15
Strategi dalam pembiasaan ini yaitu strategi pembelajaran
afektif yang sudah di jelaskan pada sub bagian di atas. Model dalam
pembiasaan ini menggunakanmodel pasangan dalam praktik-
pengulangan (practice-rehearsal pairs) merupakan model
pembelajaran untuk mempraktikkan dan mengulang keterampilan
atau prosedur dengan pasangan belajar serta latihan praktik
berulang-ulang menggunakan informasi untuk mempelajarinya.30
Metode dalam pembiasaan ini yaitu metode latihan (drill), metode
ini digunakan untuk memperoleh suatu keterampilan dari apa yang
telah dipelajari.
Prinsip dan petunjuk menggunakan metode drill, antara lain:
1) peserta didik harus diberi pengertian yang mendalam sebelum
diadakan latihan tertentu, 2) latihan untuk pertama kalinya hendak
bersifat diagnosis, mula- mula kurang berhasil, lalu diadakan
perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna, 3) latihan tidak
perlu lama asal sering dilaksanakan, 4) harus disesuaikan dengan
taraf kemampuan peserta didik, 5) proses latihan hendaknya
mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.31
Proses penanaman sikap anak terhadap sesuatu objek melalui
proses modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh,
namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan.
Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita harus telaten
terhadap tanaman, atau mengapa kita harus berpakaian bersih. Hal
ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar

30
Mulyono, Strategi Pembelajaran, 110-111.
31
Ibid 110-111.

16
didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem
nilai.32
Siapakah model terdekat bagi peserta didik. Tentu saja selain
orang tua yang selama ini semakin berjarak dengan anaknya dan
masyarakat yang semakin acuh tak acuh dengan lingkungannya
serta media yang semakin merusak, gurulah yang akhirnya
diharapkan mampu menjadi model bagi peserta didik. Guru
seharusnya benar-benar menjadi uswah atau teladan bukan hanya
sebatas penyampai informasi ilmu pengetahuan, melainkan lebih
dari itu, meliputi kegiatan mentransfer kepribadian guna
membentuk siswa yang berakhlak baik. Dengan demikian sekolah
dapat menjadikan peserta didiknya sebagai manusia sesuai
fitrahnya yang tangguh dan hanif yang mengajarkan kebajikan dan
ilmu yang bermanfaat.33
Strategi dalam modeling ini yaitu strategi pembelajaran afektif
yang sudah di jelaskan pada sub bagian di atas. Model dalam
modeling ini menggunakan bermain peran (role playing), yaitu
merupakan salah satu proses belajar mengajar yang tergolong
dalam model simulasi. Simulasi adalah suatu cara pengajaran
dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Dengan
demikian, pembelajaran bermain peran merupakan salah satu
model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan
masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia,
terutama yang menyangkut kehidupan sekolah, keluarga maupun
perilaku masyarakat sekitar peserta didik.34

32
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Hlm.279.
33
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Hlm.4-5.
34
Mulyono, Strategi Pembelajaran, Hlm.87.

17
Melalui metode demonstrasi peserta didik akan mengamati
secara langsung bahan pelajaran yang dijelaskan dan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dengan demikian peserta didik akan lebih meyakini kebenaran
materi pembelajaran.
2. Indikator pembelajaran
Taksonomi merupakan sebuah kerangka pikir khusus yang
berkaitan dengan pengklasifikasian tujuan-tujuan pendidikan.
Perumusan tujuan pendidikan yang jelas dan mudah diukur akan
membantu guru dalam merencanakan kegiatan/aktivitas
pembelajaran. Tujuan pembelajaran berkaitan erat dengan asesmen
yang dibuat. Hal inilah yang menjadi perhatian dalam revisi taksonomi
Bloom. Kerangka taksonomi asli dari Bloom dan kawan-kawan adalah
berisikan enam kategori pokok dengan urutan : Pengetahuan
(knowledge), Komprehensi (comphrehension), Aplikasi (Application),
sintesis (synthesis), dan Evaluasi (Evaluation). Sedangkan dalam
Taksonomi yang baru melakukan pemisahan yang tegas antara dimensi
pengetahuan dengan dimensi proses kognitif. Kalau pada taksonomi
yang lama dimensi pengetahuan dimasukkan pada jenjang paling
bawah (Pengetahuan), pada taksonomi yang baru pengetahuan benar-
benar dipisah dari dimensi proses kognitif. Pemisahan ini dilakukan
sebab dimensi pengetahuan berbeda dari dimensi proses kognitif.
Pengetahuan merupakan kata benda sedangkan proses kognitif
merupakan kata kerja.
Revisi Taksonomi Bloom menekankan pada penggunaan taksonomi
pendidikan dalam merencanakan kurikulum, pembelajaran, asesmen
dan kesesuaian diantara ketiganya. Oleh karena itu merupakan suatu
hal yang penting mengaplikasikan ini dalam pembelajaran fisika

18
terutama dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan menilai hasil
belajar siswa dalam belajar jika ditinjau dari aspek kognitif siswa.
Rumusan tujuan pembelajaran terkait dengan aktivitas belajar dan
penilaian hasil belajar. Revisi taksonomi Bloom menjelaskan bahwa
pengetahuan dibedakan dalam empat jenis/dimensi pengetahuan yaitu
Faktual, Konseptual, Prosedural dan Metakognif, sedangkan dimensi
proses kognitif terdiri dari 6 (enam dimensi) yaitu Mengingat (C1),
Memahami (C2), Mengaplikasikan (C3), Menganalisis (C4),
Mengevaluasi (C5) dan Mencipta (C6). Dimensi proses kognitif ini
masing-masing diklasifikasikan dalam kategori-kategori.
Walaupun secara definisi pengetahuan dan dimensi proses
kognitif secara jelas dituliskan dalam buku Revisi Taksonomi Bloom,
akan tetapi dalam hal aplikasi konkritnya dalam evaluasi pembelajaran
fisika masih perlu diperinci dalam contoh-contoh nyata. Sehingga
diharapkan akan mudah digunakan oleh para pendidik/guru fisika dan
calon guru fisika. Taksonomi yang asli telah diakui secara luas dan
umum digunakan dalam negara. Taksonomi revisi menuntut untuk
dipahami pada tingkat yang lebih tinggi dan secara mendalam oleh
pendidik, dan berbagai disiplin ilmu perlu dibangun dalam literatur
untuk memungkinkan guru sekolah dapat memanfaatkan versi revisi.
Dari aspek ini, kurikulum harus direvisi dan pelaksana -guru harus
dilatih.35
Revisi tersebut telah dirasakan positif oleh akademik staf
Departemen Kurikulum dan Pengajaran, dan penerapannya dalam
bidang memperoleh pengakuan. Pengetahuan metakognitif
memungkinkan siswa untuk melakukan lebih baik dan belajar lebih

35
Omer Faruk Tutkun dkk. 2012. Bloom’s Revized Taxonomy and Critics on It. TOJCE: The Online
Journal of Counselling and Education - July 2012, Volume 1, Issue 3

19
banyak. Siswa mengetahui strategi yang berbeda untuk belajar,
berpikir, dan pemecahan masalah dapat menggunakan pengetahuan
mereka dan siswa mengetahui kekuatan mereka sendiri dan kelemahan
dapat menyesuaikan kognisi mereka sendiri dan berpikir untuk tugas-
tugas yang beragam agar lebih adaptif.36

3. Materi Pembelajaran
Ada banyak term tentang bahan Bahan ajar yang dikemukan oleh
praktisi maupun ahli pendidikan, namun pada prinsipnya sama bahwa
bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun
secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut
sehingga memudahkan siswa belajar. Di samping itu, bahan ajar juga
bersifat unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya
digunakan untuk sasaran tertentu dan dalam proses pembelajaran
tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar dirancang sedemikian rupa
hanya untuk mencapai kompetensi tertentu dari sasaran tertentu.37
Bahan ajar dapat berupa segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun tidak tertulis.38 Sementara menurut Widodo bahan ajar adalah
seperangkat sarana yang berisikan materi pembelajaran, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis

36
Kuram ve Uygulamada Eğitim Bilimleri, 2011, Educational Sciences: Theory & Practice - 11(2),
Spring , 767-772 Eğitim Danışmanlığı ve Araştırmaları İletişim Hizmetleri Tic. Ltd. Şti.
37
Tian Belawati, et.al, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Pusat Penerbitan UT, 2003), hlm. 1.3 4
38
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode Pembelajaran
yang Menarik dan Menyenangkan, (Yogyakarta: Diva Press, 2012), cet. IV, hlm. 16

20
dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu
mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala
kompleksitasnya.39
Majid mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan ajar tertulis maupun bahan ajar tidak tertulis. Dengan
bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi
atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara
akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan
terpadu.40
Menurut Joni, bahan ajar mempunyai fungsi yang sangat penting
dalamkegiatan pembelajaran, seperti:memberikan petunjuk yang jelas
bagipembelajar dalam mengelola kegiatan belajar mengajar,
menyediakanbahan/alat yang lengkap yang diperlukan untuk setiap
kegiatan, merupakanmedia penghubung antara pembelajar dan
pebelajar, dapat dipakai olehpebelajar sendiri dalam mencapai tujuan
yang diharapkan, serta dapat digunakanuntuk program perbaikan.41
Lebih dari itu, Belawati menjelaskan bahwa peran bahan ajar
sangat penting, peran guru dan siswa, baik dalam pembelajaran
klasikal, individual, maupun kelompok.42 Agar diperoleh pemahaman
yang lebih jelas akan dijelaskan masing-masing peran sebagai berikut:
1. Bagi guru, bahan ajar bagi guru memiliki peran, yaitu:

39
Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Gramedia, 2008), hlm. 40
40
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 5, hlm. 173.
41
R.T. Joni, Pengembangan Paket Belajar,(Jakarta: Depdikbud. P2LPTK, 1984), hlm. 4
42
Tian Belawati, Pengembangan, hlm. 14-19

21
a. Menghemat waktu guru dalam mengajar Adanya bahan ajar, siswa
dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang
akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara
rinci lagi.
b. Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang
fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka
guru lebih bersifat memfasilitasi siswa dari pada penyampai
materi pelajaran.
c. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan
interaktif. Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih
efektif karena guru memiliki banyak waktu untuk membimbing
siswanya dalam memahami suatu topik pembelajaran, dan juga
metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena
guru tidak cenderung berceramah.
2. Bagi siswa, bahan ajar bagi siswa memiliki peran, yakni:
a. Siswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada guru
b. Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki
c. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.
d. Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
e. Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri.
3. Dalam Pembelajaran Klasikal, bahan ajar memiliki peran, yakni:
a. Dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku
utama.
b. Dapat dijadikan pelengkap/suplemen buku utama.
c. Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan
tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta
keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya.

22
4. Dalam Pembelajaran Individual, bahan ajar memiliki peran, yakni:
a. Sebagai media utama dalam proses pembelajaran
b. Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses
siswa memperoleh informasi.
c. Penunjang media pembelajaran individual lainnya.
5. Dalam Pembelajaran Kelompok, bahan ajar memiliki peran, yakni:
a. Sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar kelompok.
b. Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama.43
Strategi Pemilihan dan Penyusunan Dalam Pengembangan Bahan
Ajar
Agar mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien serta sampai
pada tujuan, pengembangan atau revisi secara berkala tentu menjadi
hal yangsangat penting. Dick dan Carey mengemukakan ada dua
pengembanganatau revisi yang perlu dipertimbangkan untuk
mencapai hal di atas, yaitu: (1) revisi terhadap isi atau subtansi bahan
pembelajaran agar lebih cermat, (2) revisi terhadap cara-cara yang
dipakai dalam menggunakan bahanpembelajaran.44
Dalam mengembangkan bahan ajar, ada beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Isi bahan ajar
Isi bahan ajar berhubungan dengan validitas atau kebenaran
isi secara keilmuan dan berkaitan dengan keselarasan isi atau
kebenaran isi berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat
atau bangsa. Terkait dengan validitas isi, maka isi bahan ajar bahasa
Arab yang dikembangkan seyogyanya berdasarkan konsep dan

43
Khairi Abu Syairi, “Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab”, Jurnal Dinamika Ilmu IAIN
Samarinda, Vol. 13, No. 55
44
Abdul Hamid, dkk. Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media,
(Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 102-110

23
teori pembelajaran bahasa Arab, perkembangan mutakhir, dan hasil
penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu bahasa Arab.
Adapun dalam keselarasan isi, maka isi bahan ajar bahasa Arab
disesuaikan dengan sistem nilai dan falsafah hidup yang berlaku
dalam negara dan masyarakat di lingkungan tempat sekolah
berada.
b. Ketepatan cakupan isi
Hal ini berkaitan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan
kedalaman isi atau materi, serta keutuhan konsep berdasarkan
bidang ilmu bahasa Arab. Kedalaman dan keluasan isi bahan ajar
sangat menentukan kadar bahan ajar yang akan dikembangkan
bagi siswa sesuai dengan kemampuan dan tingkat pendidikan yang
sedang ditempuh. Adapun acuanacuan utama dalam penentuan
kedalaman dan keluasan isi bahan ajar adalah kurikulum (termasuk
silabus).
c. Ketercernaan materi
Hal ini berkaitan dengan kemudahan bahan ajar tersebut
dipahami dan dimengerti oleh siswa sebagai pengguna, meliputi:
pemaparan yang logis, penyajian materi yang runtut, ada contoh
dan ilustrasi, alat bantu yang memudahkan, format yang tertib dan
konsisten, dan penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar.
d. Penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa dalam pengembangan bahan ajar
berkaitan dengan pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata,
penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang
bermakna.
e. Perwajahan atau pengemasan

24
Berhubungan dengan penataan letak informasi dalam satu
halaman cetak dan pengemasan dalam paket bahan ajar
multimedia.
f. Ilustrasi
Ilustrasi dimanfaatkan untuk menarik, memotivasi,
komukatif,membantu retensi dan pemahaman siswa terhadap isi
pesan, bisa berupatabel, diagram, kartu, skema, foto, dan
sebagainya.
g. Kelengkapan komponen
Berkaitan dengan paket bahan ajar yang dapat berfungsi
sebagai komponen utama, komponen pelengkap, dan komponen
evaluasi hasil belajar.

C. PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran tidak lepas dari 3 hal yaitu strategi yang digunakan,
indikator yang ingin dicapai dan materi ajar yang baik. Dengan strategi
yang tepat dan materi yang baik serta indikator yang sesuai dengan
kondisi peserta didik akan tercapai tujuan pembelajaran yang sudah
ditentukan.
Untuk itu guru sudah seharusnya selalu meningkatkan potensi
dirinya dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, sehingga
menjadi guru yang profesional dan patut dicontoh oleh siswanya.

25
DAFTAR PUSTAKA
Sukarno, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: eLKAF,
2012)
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009)
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter (Kontruksi Teoritik dan Praktek),
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013)
Husamah, Pembelajaran Baruan (Blended Learning) (Jakarta: Prestasi
Pustakarya, 2014)
Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Zaini Hisyam, Strategi Pembelajaran Aktiv. Yogyakarta : Pustaka Insan
Mandani, 2008)
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013
(Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2014)
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual (Jakarta: Prenamedia Group, 2014)
Suyadi, Strategi Pembalajaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013)
L. A. Kharida, A. Rusilowati, dan K. Pratiknyo, “Penerapan model
pembelajaran berbasis masalah untuk peningkatan hasil belajar siswa
pada pokok bahasan elastisitas bahan”, Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, Juli 2009
Slavin, R.E.Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. (Boston:
Allyn and Bacon, 1995)
Arends,R.I. Classroom Instruction and Management. (New York: Mc. Graw-Hill.
1997)

26
Adapatasi Slavin, R.E. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice
Nurhadi. Pembelajaran Kontekstual. (Malang: UM Press, 2004)
Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja (Yogyakarta:
Diva Press, 2013).
Husniyatus Salamah Zainiyati, Model dan Strategi Pembelajaran
Aktif,(Surabaya: Putra Media Nusantara & IAIN Press Sunan Ampel
PMN Anggota IKAPI Jatim, 2010)
Husniyatus Salamah Zainiyati, Model dan Strategi Pembelajaran,
Muhammad Fathurrohman, Mengenal Lebih Dekat Pendekatan dan Model
Pembelajaran, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018)
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009)
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2008)
Omer Faruk Tutkun dkk. 2012. Bloom’s Revized Taxonomy and Critics on It.
TOJCE: The Online Journal of Counselling and Education - July 2012,
Volume 1, Issue 3
Kuram ve Uygulamada Eğitim Bilimleri, 2011, Educational Sciences: Theory
& Practice - 11(2), Spring , 767-772 Eğitim Danışmanlığı ve
Araştırmaları İletişim Hizmetleri Tic. Ltd. Şti.
Tian Belawati, et.al, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Pusat Penerbitan UT,
2003)
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan
Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan, (Yogyakarta:
Diva Press, 2012), cet. IV,
Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Gramedia, 2008)
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 5

27
R.T. Joni, Pengembangan Paket Belajar,(Jakarta: Depdikbud. P2LPTK, 1984)
Khairi Abu Syairi, “Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab”, Jurnal Dinamika
Ilmu IAIN Samarinda, Vol. 13, No. 55
Abdul Hamid, dkk. Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi,
Materi, dan Media, (Malang: UIN-Malang Press, 2008)

28

Anda mungkin juga menyukai