Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MAKALAH
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA PASIEN DENGAN TRAUMA IN PREGNANCY

Makalah Ini Diajukan Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Alih Jenjang Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hamzar

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

1. ZULIA FARIDA (113122155)


2. SAHABUDIN (113122152)
3. LULU ULYANI ARDIANI (113122131)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES HAMZAR
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
NUSA TENGGARA BARAT
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan judul : “Trauma In
Pregnancy”
Makalah ini dibuat semaksimal mungkin dengan bantuan dari berbagai
pihak agar dapat membantu memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari
itu, saya menyadari bahwa masih banyak terdapat berbagai kekurangan baik dari
segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan sangat terbuka saya menerima kritik dan saran dari
para pembaca agar saya dapat memperbaiki laporan kasus ini. Semoga makalah
ini dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi masyarakat dan bagi siapapun
yang membacanya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Wasalamualaikum.wr.wb.

Selong, November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II : TINJAUAN TEORITIS........................................................................... 3
A. Definisi Trauma kehamilan (trauma in pregnancy)........................3
B. Klasifikasi Trauma kehamilan (trauma in pregnancy)...................3
C. Etiologi Trauma kehamilan (trauma in pregnancy)........................6
D. Patogenesis Trauma kehamilan (trauma in pregnancy)..................7
E. Komplikasi Trauma kehamilan (trauma in pregnancy)..................7
F. Tanda Gejala Trauma Fisik Dan Psikis Ibu Hamil.........................8
G. Pengaruh/Dampak Pada Kehamilan, Persalinan Dan Nifas...........9
H. Pencegahan Trauma Kehamilan (trauma in pregnancy).................11
I. Manajemen Kegawatan Trauma kehamilan ..................................12
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................15
A. Pengkajian Keperawatan..............................................................15
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................16
C. Intervensi Keperawatan.................................................................16
D. Implementasi Keperawatan...........................................................17
E. Evaluasi Keperawatan...................................................................17
BAB IV : PENUTUP................................................................................................18
A. Kesimpulan............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sacara umum trauma didefinisikan sebagai benturan dan tekanan yang
menimbulkan dampak berupa perlukaan baik luka terbuka, tertutup, maupun
luka memar. Trauma tidak hanya bersifat fisik melainkan bisa berupa tekanan
psikologis yang lebih banyak berefek pada kelainan psikologis seperti rasa
cemas, gelisah, takut, sulit tidur sampai depresi. Secara khusus trauma dalam
kehamilan adalah trauma yang berdampak tidak hanya pada ibu tetapi juga
pada janinnya. Trauma merupakan penyebab utama kematian maternal dalam
usia reproduksi dan mengambil bagian 20% dari kematian maternal
nonobstetrik. Penyebab kematian yang paling sering bagi janin dalam trauma
besar adalah kematian ibunya (Siswosudarmo, 2014)
Ibu hamil memang rentan terhadap trauma karena perubahan perubahan
anatomis dan fisiologis selama kehamilan. Pada kehamilan muda, dengan
kenaikkan kadar ßhCG, maka mual dan muntah adalah gejala yang hampir
selalu dijumpai. Demikian juga kenaikan volume plasma yang lebih besar
dibanding kenaikan korpuskuli darah menyebabkan terjadinya pengenceran
darah yang berakibat terjadi penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan
darah juga mengakibatkan keluhan pusing. Pada kehamilan yang lebih tua,
dengan makin membesarnya uterus maka perut lebih menonjol ke depan dan
terjadilah hiperlordosis lumbalis. Perubahan perubahan tersebut diatas lebih
memudahkan seorang ibu hamil mengalami trauma dalam bentuk jatuh
dibanding ibu yang tidak hamil (Siswosudarmo, 2014).
Committe on Trauma of the American College of Surgeons
menyatakan trauma pada ibu hamil terjadi pada 6% sampai 7% dari seluruh
kehamilan, dan merupakan sebab terbesar kematian ibu. Penyebab terbanyak
antara lain trauma pada ibu hamil adalah kecelakaan lalu lintas, disusul
dengan jatuh, serangan, dan luka bakar. Insidensinya meningkat seiring
dengan berjalannya waktu dan usia kehamilan. Lebih dari separuh trauma
terjadi pada trimester ketiga, dengan kecelakaan lalu lintas menduduki 50%,

1
sedang jatuh dan serangan masing-masing 22%, meskipun data ini dianggap
underestimates, karena banyak trauma pada ibu hamil yang tidak masuk dalam
trauma center tersebut. Jenis trauma lain adalah serangan dari partner dekat
atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) (3,3%), bunuh diri (3,3%),
pembunuhan dan luka tembak sebesar 4% (Siswosudarmo, 2014)
Oleh sebab itu, penanganan trauma dalam kehamilan membutuhkan
kerjasama interdisiplin menyangkut ahli bedah trauma, ahli obstetrik,
anesthesiologist, ahli penyakit dalam, radiologist, neonatologist, bidan dan
perawat mahir. Peranan ahli obstetrik memang paling menonjol karena dia
yang akan menghitung umur kehamilan, memeriksa dan memonitor
kesejahteraan janin, memilih jenis obat-obatan, menentukan jenis intervensi
obstetrik (terminasi kehamilan) sampai memutuskan untuk melakukan atau
tidaknya seksio sesarea perimortem (Siswosudarmo, 2014).
Berdasar akibat yang ditimbulkan, trauma bisa diklasifikasi sebagai
trauma mayor dan trauma minor. Trauma mayor adalah trauma yang
dampaknya mengancam kehidupan, memerlukan perawatan di rumah sakit,
menimbulkan cacat fisik yang permanen sampai disabilitas atau menyebabkan
kehidupan janin terganggu. Beberapa tanda klinis untuk sebuah trauma mayor
antara lain adalah adanya gejala shock maternal seperti penurunan kesadaran,
tekanan sistolik 30 kali per menit, SpO2 120 kali per menit (Siswosudarmo,
2012).
Trauma fisik terjadi pada 1 dalam 12 kehamilan dan akibatnya dapat
berakibat serius pada wanita, janin atau keduanya. Kecelakaan kendaraan
bermotor merupakan penyebab utama terjadinya trauma selama kehamilan,
yang diikuti dengan jatuh atau penyerangan langsung pada abdomen akibat
pemukulan pada situasi penganiayaan fisik. Rata-rata kunjungan ke unit gawat
darurat akibat trauma selama kehamilan berkisar antara 24 dari 1.000
persalinan, trauma abdominal mayor terjadi pada 0,62 dari 1.000 kehamilan
(Asra Al Fauzi, 2023).
Trauma selama kehamilan dihubungkan dengan peningkatan resiko
terjadinya abortus spontan, persalinan preterm, solusio plasenta, bayi lahir
mati dan transfusi fetomaternal. Ruptur uterus dan cedera janin secara

2
langsung merupakan keadaan yang jarang terjadi, tetapi merupakan
komplikasi trauma yang mengancam jiwa.
Dari berbagai macam trauma kehamilan yang terjadi, cidera oleh
karena kendaraan bermotor atau trauma tumpul abdomen merupakan
penyebab yang paling sering terjadi, diikuti oleh trauma tusuk, trauma kranial,
kekerasan pada ibu hamil, trauma termal, dan lainnya. Trauma tumpul
abdomen terjadi pada lebih dari 50% kasus trauma pada kehamilan. Tingginya
angka ini menunjukkan perhatian yang serius terhadap kasus trauma tumpul
abdomen pada kehamilan. Diduga salah satu penyebab utamanya adalah
kurangnya kesadaran pengemudi hamil dengan mengabaikan penggunaan
sabuk pengaman. Trauma tumpul abdomen banyak menyebabkan komplikasi
fatal pada maternal maupun janin yang dikandung. Abrupsio plasenta, ruptur
uterus, persalinan preterm, hambatan pertumbuhan janin, bahkan kematian
langsung janin merupakan beberapa komplikasi yang pernah dilaporkan.
Perubahan anatomis dan fisiologis pada ibu hamil akan menyebabkan
perubahan gaya berjalan yang membuatnya lebih berisiko untuk terjadi jatuh,
disertai lelah dan pusing yang akan mempertinggi risiko trauma. Dibutuhkan
pendekatan multidispliner yang komprehensif dalam menangani kasus trauma
tumpul abdomen.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis makalah
yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
dengan Trauma In Pregnancy”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini adalah bagaimanakah konsep asuhan keperawatan
gawat darurat pada pasien dengan trauma in pregnancy?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah : meningkatkan
pengetahuan dan wawasan tentang tinjauan konsep asuhan keperawatan
gawat darurat pada pasien dengan trauma in pregnancy.

3
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini yaitu:
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang tinjauan konsep pasien
dengan trauma pada kehamilan (trauma in pregnancy).
b. Dapat mengetahui dan memahami tentang tinjauan konsep asuhan
keperawatan gawat darurat pada pasien dengan trauma pada kehamilan
(trauma in pregnancy).
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi salah satu bahan
pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan ilmu Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat khususnya tentang asuhan keperawatan gawat darurat pada
pasien dengan trauma pada kehamilan (trauma in pregnancy).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat yang ingin dicapai adalah makalah ini bisa menjadi
salah satu referensi dalam pembelajaran ilmu Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat khususnya tentang asuhan keperawatan gawat darurat
pada pasien dengan trauma pada kehamilan (trauma in pregnancy).
b. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan informasi bagi penulis tentang
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat khususnya tentang asuhan
keperawatan gawat darurat pada pasien dengan trauma pada kehamilan
(trauma in pregnancy).

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Secara umum trauma didefinisikan sebagai benturan atau tekanan yang
menimbulkan dampak berupa luka baik terbuka atau tertutup. Trauma adalah
penyebab utama kematian maternal dalam usia reproduksi dan mengambil
bagian 20% dari kematian maternal nonobstetrik. Penyebab kematian yang
paling sering bagi janin dalam taruma besar adalah kematian ibunya
(Siswosudarmo, 2014)
Trauma adalah tekanan yang ditimbulkan baik oleh benda tajam
maupun benda tumpul yang dapat mencederai janin maupun ibu itu sendiri.
Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama dapat
mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal tanpa
adanya cedera terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh atau penyerangan, mungkin tidak berdampak besar bagi
wanita tapi memiliki signifikasi yang sangat besar terhadap kesejahteraan dan
kemampuan janin untuk bertahan hidup (Sjamsuhidayat, 2017).
Hasil dari trauma kehamilan adalah fungsi faktor yang sama seperti
seperti dengan pasien cedera, sistem organ yang terlibat langsung maupun
tidak langsung, keberhasilan dan kecepatan resusitasi, dan kemampuan reaksi
fisiologis pasien untuk merespon dan mencapai preinjury yang tepat.
Penilaian terhadap pasien trauma hamil mungkin lebih sulit karena banyak
anatomi suatu perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan. (ENA,
2017).
B. Patofisiologi
1. Trauma Fisik
Trauma ini terjadi karena adanya benturan, kecelakaan atau
kekerasan yang dapat mengakibatkan memar, laserasi dan kontusio yang
akhirnya dapat membuat perdarahan dan yang lebih parahnya bisa
membuat patang tulang panggul dan rusuk karena jatuh dan dari obat-
obatan juga bisa menyebabkan bayi meninggal dunia misalkan obat
cloramphenicol yang dapat menghambat pertumbuhan janin dan

5
diazepam yang dapat membuat relaksasi otot-otot rahim yang dapat
menyebabkan keguguran.
2. Trauma Psikis
Trauma ini bisa terjadi karena belum matangnya kesiapan mental
untuk hamil, faktor pola hidup, faktor sosial dan faktor ekonomi yang
dapat mengakibatan tekanan pada ibu dan cemas yang berlebihan yang
akhirnya dapat menyebabkan pertumbuhan janin yang terganggu atau
bahkan dapat menyebabkan post partum blues.
Selama kehamilan umumnya darah ibu dan bayi tidak bercampur.
Sirkulasi darah ibu dan bayinya terpisah oleh membran plasenta. Oksigen,
karbon dioksida, nutrisi, obat-obatan, tertentu dan beberapa virus dapat
melewati membran plasenta. Namun, beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan dua jenis darah bercampur seperti keguguran, trauma, dan
kelahiran, kadang-kadang mereka dapat bercampur untuk alasan yang tidak
diketahui. Seorang ibu yang bergolongan darah O akan membentuk antibodi
jika bayinya bergolongan darah A dan B. Antibodi ini kemudian bisa
melintasi membran plasenta ke dalam sirkulasi bayi dan dapat menyebabkan
kerusakan sel darah merah bayi. Penghancuran sel darah merah ini akan
menyebabkan peningkatan produksi bilirubin. Jika terlalu banyak bilirubin
yang diproduksi, bayi tersebut tidak mampu mengeliminasi bilirubin itu
sendiri dengan baik sehingga menyebabkan komplikasi jika terdapat trauma
pada saat kehamilan.
3. Tanda Gejala
Menurut Sjamsuhidayat (2017), tanda gejala trauma fisik dan psikis ibu hamil
terdiri dari :
1. Tanda gejala Trauma Fisik
a. Adanya memar, laserasi pada jaringan tubuh
b. Odeme/pembengkakan daerah tertentu yang mengalami
trauma/perlukaan.
c. Terjadi perdarahan, pecahnya ketuban atau terjadinya kontraksi
sebelum waktunya.

6
d. Bisa saja terjadi syok neurologic dan hipovolemic jika perdarahan
tersebut tidak segera ditangani.
e. Patah tulang/ fraktur, patah pada tulang rusuk, patah tulang panggul.
2. Tanda Gejala Trauma Psikis
a. Reaksi Cemas
1) Terjadinya takut, cemas dan panic berlebihan ibu hamil pada hal-
hal yang wajar. terjadi di trimester 1 dalam kurun waktu yang
singkat tanpa sebab yang jelas.
2) Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkanya
karena gejala klinik yang ada, sangat tidak spesifik (tremor,
berdebar-debar, kaku otot, gelisah, mudah lelah dan insomnia)
3) Timbulnya gejala-gejala somatic akibat hiperaktifitas otonom
(palpitasi, sesak nifas, rasa dingin di telapak tangan, berkeringat,
pusing, rasa terganjal pada leher)
b. Reaksi Panik
1) Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang sangat hebat, terjadi
dalam periode yang relatif singkat dan tanpa sebab sebab jelas.
2) Pasien mengeluhkan nafas sesak, telinga berdenging, jantung
berdebar dan mata kabur
3) Pemeriksaan fisik menunjukan gelisah dan ketakutan
c. Reaksi hipersensitif
1) Ibu hamil menjadi lebih peka perasaannya seperti mudah
tersinggung
2) Mudah terpancing emosi marah dan menangis
3) Kadangkala ibu lebih memilih menyendiri
4. Klasifikasi
Menurut Brunner & Suddarth (2017), trauma kehamilan (trauma in
pregnancy) di klasifikasikan menjadi beberapa bagian antara lain :
1. Berdasarkan derajat keparahan
a. Trauma minor
Sebagian besar trauma (rata-rata 75% sampai 85%) yang
dialami oleh wanita hamil merupakan trauma minor. Trauma minor

7
meliputi memar yang terbatas, laserasi dan kontusio, biasanya akibat
jatuh atau pukulan pada abdomen dan kadang akibat kecelakaan
kendaraan bermotor. Bahkan ketika cedera yang terjadi pada ibu
minor, cedera pada plasenta dan janin dapat menyebabkan kematian
janin.
Insidensi terjadinya trauma minor meningkat seiring dengan
usia kehamilan, dengan insidensi jatuh sekitar 80% yang terjadi
setelah usia kehamilan32 minggu. Wanita hamil sering jatuh selama
trimester kedua akibat pembesaran abdomen yang mempengaruhi
keseimbangan, keletihan, hipotensi, hiperventilasi, dan kekenduran
pada sendi pelvic. Trauma akibat penyerangan (pukulan pada
abdomen) sangat jarang terjadi pada usia kehamilan 36 minggu,
kemungkinan terjadi akibat stigma sosial yang berhubungan dengan
pemukulan pada wanita yang benar-benar terlihat hamil.
b. Trauma mayor
Trauma sedang sampai mayor bisa berupa patah tulang
panjang, patah tulang iga, dan memar, serta laserasi dan benturan
yang luas. Sekitar 9% sampai 10% cedera yang terjadi pada wanita
hamil merupakan trauma sedang, sedangkan 2% sampai 3%
merupakan trauma mayor dan kondisi kritis. Wanita yang mengalami
trauma mayor serring kali berada dalam kondisi sakit yang kritis saat
mereka dibawa ke unit gawat darurat di rumah sakit. Kematian
maternal biasanya diakibatkan oleh cedera didaerah kepala dan dada
ketimbang trauma abdominal. Penyebab utama terjadinya kematian
janin akibat trauma adalah kematian maternal. Sebagian besar
kematian janin pada wanita yang dapat bertahan hidup adalah akibat
solusio plasenta yang disebabkan oleh syok maternal atau adanya
kerusakan plasenta atau uterus.
Persalinan preterm merupakan masalah umum, yang terjadi
pada sekitar 20% wanita hamil yang mengalami trauma sedang
sampai mayor. Kontraksi setelah adanya trauma pada abdomen lazim
terjadi, yang disebabkan oleh kontusio uterus dengan ekstravasasi

8
darah dari kapiler miometrium dan kemudian iritabilitas. Ketika
eksrtavasasi darah diserap kembali maka iritabilitas uterus akan
berkurang.
Pada sekitar 90% wanita, kontraksi akan berhenti tanpa
pemberian tokolisis, obat-obatan yang digunakan untuk mencegah
terjadinya persalinan preterm. Walaupun demikian, tokolisis dapat
menutupi aktifitas uterus pada keadaan solusio plasenta, yang
menimbulkan peningkatan ancaman terhadap kemampuan janin untuk
bertahan hidup.
Transfusi fetomaternal terjadi pada sekitar 30% cedera
abdomen mayor selama kehamilan, terutama ketika plasenta terletak
dibagian depan. Pecah ketuban dan abnormalitas denyut jantung janin
juga dapat terjadi, sering kali bersamaan dengan persalinan preterm
atau solusio plasenta.
2. Berdasarkan penyebab
a. Luka akibat benda tumpul
b. Trauma toraks
Trauma dada dilaporkan menghasilkan 25% dari seluruh
kematian trauma. Hasil memar paru dari hampir 75% dari trauma
toraks tumpul dan merupakan kondisi yang berpotensi mengancam
nyawa. memar paru bisa sulit untuk mengenali, terutama jika flail
chest juga hadir atau jika tidak ada bukti cedera dada. itu harus
dicurigai pada kasus cedera dada, terutama setelah percepatan tumpul
atau trauma deselerasi seperti itu occuring ketika kendaraan bergerak
cepat menabrak sebuah obyek bergerak.
luka menembus ke dada dapat menyebabkan pneumotoraks
atau hemotoraks. jenis cedera biasanya disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan yang mengakibatkan penyulaan oleh kolom kemudi atau
artikel lepas di kendaraan yang menjadi projactile dengan kekuatan
dampak. luka tusukan di dada juga dapat terjadi sebagai akibat
kekerasan.

9
c. Luka tembak
Wanita hamil sering masuk di unit gawat darurat setelah
mereka mengalami luka tembak pada abdomen. Ketika terjadi
pembesaran uterus selama kehamilan maka saat itu pula terjadi
peningkatan kerentanan terhadap cedera akibat luka tembak. Sistem
otot pada uterus yang semakin membesar relatif lebih padat sehingga
sebagian besar kekuatan dari peluru akan terserap oleh otot. Cedera
pada organ tubuh yang lain relatif jarang terjadi. Kesakitan dan
kematian maternal akibat luka tembak rendah.
Selain cedera langsung pada janin, peluru juga dapat melukai
tali pusat, membrane, maupun plasenta. Kematian perinatal yang
disebabkan oleh luka tembak selama kehamilan berkisar antara 47%
sampai 70%. Kematian perinatal kemudian sangat bervariasi dari
41% sampai 71%, jika dibandingkan dengan kematian maternal, yang
berjumlah kurang dari 5% dari semua kasus trauma tembus.
Setelah cedera luka tembak pada uterus yang membesar, nyeri
tekan pada abdomen sering kali terjadi kemudian dibandingkan
dengan yang mungkin dialami pada keadaan tidak hamil. Spasme
otot dan kekuatan otot sering kali berkurang atau bahkan tidak ada.
Perubahan tanda-tanda vital mungkin tidak akan terlihat sampai
pengurangan volume darah maternal sebanyak 35% yang berkaitan
dengan adanya hipervolemia normal pada kehamilan. Resiko trauma
pada janin dapat sangat berat karena tubuh ibu akan mempertahankan
homeostatis yang merugikan janin dengan cara mengurangi aliran
darah uteroplasenta.
5. Etiologi
Menurut Hudak & Gallo (2012), ada banyak faktor yang
menyebabkan trauma pada wanita hamil, terlebih karena faktor eksternal.
Antara lain :
1. KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
Saat terjadi pertengkaran atau perselisihan dalam rumah tangga,
sering kali ibu hamil menjadi korban pukulan atau kekerasan yang

10
mempunyai dampak pada kandungannya. Contoh yang sering terjadi
adalah pukulan langsung ke perut maupun tidak sengaja terjatuh.
2. Kecelakaan kendaraan bermotor
Kecelakaan ini sering member dampak trauma pada kandungan ibu
hamil secara idak sengaja dan hal ini dapat mengakibatkan dampak yang
ringan maupun berat. Dampak ringan dapat berupa memar, laserasi, dan
kontusio. Sedangkan dampak yang lebih berat berupa patah tulang
panggul dan patah tulang rusuk.
3. Jatuh
4. Luka tembak
Kehamilan itu sendiri, usia yang lebih muda, penggunaan narkoba, dan
sejarah penyimpangan perilaku kekerasan oleh pasangan intim.
1. Usia kehamilan
2. Budaya
3. Lingkungan yang membahayakan
4. Fasilitas yang kurang memadai
6. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2017), komplikasi trauma kehamilan (trauma in
pregnancy) terdiri dari :
1. Abruptio plasenta : Lepasnya plasenta sebelum waktunya
2. Luka abdomen (blunt abdominal pain / trauma)
3. Kelahiran prematur (preterm labor)
4. Trauma atau luka langsung janin (direct fetal injury)
5. Ruptur rahim (uterine rupture) yang lebih diperbanyak, tanda dan gejala
6. Perdarahan janin dan ibu (fetal maternal hemorrage – FMH)
7. Memar dan kontusio pada ibu hamil
8. Ketuban pecah dini

11
7. Pengaruh/Dampak Pada Kehamilan, Persalinan Dan Nifas
Menurut Hudak & Gallo (2012), pengaruh/dampak trauma kehamilan
(trauma in pregnancy) pada kehamilan, persalinan dan nifas antara lain :
1. Pengaruh pada kehamilan
a. Trauma fisik
1) Mengganggu perkembaangan janin serta kesehatan ibu hamil
2) Memicu timbulnya abortus pada kehamilan
3) Memicu timbulnya perdarahan pada kehamilan
4) Menyebabkan timbulnya syock neurologic dan syok hipovolemic
pada ibu hamil, sehingga sirkulasi makanan dan oksigen ke janin
terhambat yang selanjutnya akan mempengaruhi tumbuh kembang
janin.
5) Menyebabkan cacat permanen pada ibu ataupun cacat congenital
pada janin
b. Trauma Psikis
Adapun pengaruh perasaan sedih dan frustasi yang
berkepanjangan dan mengakibatkan depresi yang seringkali tidak
hanya berdampak pada sakit secara mental namun dapat
mengakibatkan sakit scara fisik karena terganggunya organ-organ
tubuh tertentu.yaitu : mempengaruhi detak jantung, tekanan darah,
produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung
yang tentunya memicu kerancauan system metabolisme yang akan
berpengaruh pada perkembangan janin.
Depresi yang berkepanjangan ini dapat memicu terjadinya
komplikasi pada kehamilan muda antara lain:
1) Resiko abortus
2) Resiko hiperemesis gravidarum
3) Resiko kelahiran premature
2. Pengaruh Pada Persalinan
a. Trauma Fisik
1) Menyebabkan resiko janin tidak bisa lahir per-vaginam (partus
dengan bantuan/secsio caesaria)

12
2) Memicu timbulnya abortus
3) Menyebabkan terjadinya persalinan premature
4) Menyebabkan ketuban pecah dini
5) Meningkatkan resiko rupture uteri akibat trauma
6) Meningkatkan terjadinya perdarahan akibat trauma
7) Memicu terjadinya inversio uteri/prolapsus uteri
b. Trauma Psikis
1) Stres dan cemas berlebihan akan menyebabkan kerja jantung lebih
cepat dalam mempompa darah, sehingga menyebabkan
penyempitan pembuluh darah dan hal ini menghambat pertukaran
darah dan oksigen serta makanan dari ibu ke janin, sehingga
terjadilah fetal distress.
2) Menyebabkan terjadinya distosia power pada proses persalinan
akibat minimnya motivasi ibu akibat trauma psikis tersebut
3) Akibat distosia power tersebut memicu timbulnya prolonged phase
pada persalinan.
3. Pengaruh Pada Masa Nifas
a. Trauma Fisik
1) Trauma secara fisik pada masa nifas akan menyebabkan HPP/
hemoraggic post partum akibat trauma yang terjadi
2) Karena timbul perdarahan maka resiko terjadinya syok hipovolemik
dan syok neurologic pada post-partum meningkat
3) Akan memicu terjadinya rupture uteri
4) Memicu terjadinya inversio plasenta/prolapsus uteri akibat trauma
5) Memicu terjadinya infeksi/sepsis puerpurium
b. Trauma Psikis
1) Akibat stress dan kecemasan akan menekan hipofisis sehingga
kadar FSH dan LH meningkat sedangkan kadar prolaktin
terhambat, sehingga berdampak pada produksi ASI yang
menurun./tidak keluar

13
2) Stres dan cemas dan berlebihan juga akan berdampak pada sikap
ibu terhadap bayi yang acuh tak acuh sehingga bayi akan kurang
terawatt dan bounding attachment tidak tercapai dengan baik
3) Bayi akan kekurangan kasih sayang dan perhatian sehingga jika
terus-terusan tumbuh dalam kondisi demikian akan menhgambat
perkembangan mental bayi.
4) Karena menurun nya produksi ASI pada ibu,sehingga terpaksa
8. Pencegahan
Menurut Smeltzer (2017), pencegahan trauma kehamilan (trauma in
pregnancy) dapat dilakukan dilakukan dengan cara :
1. Pencegahan Trauma kehamilan (trauma in pregnancy)
a. Intervensi di mulai dengan upaya pencegahan
Wanita hamil di beri konseling untuk menghentikan aktivitas
yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi, untuk menggunakan
restrein tempat duduk di mobil dengan benar, untuk, untuk mengenali
gejala dini yang yang merugikan, dan ubtuk mencari terapi segera.
Apabila wanita di hospitaliisasi hanya untuk diobservasi, ia akan
dilibatkan dalam pengkajian tanda dan gejala komplikasi.
Pada kasus trauma minor, wanita di rawat dirumah sakit dan
dievaluasi untuk melihat hal – hal berikut: Perdarahan pervaginam,
iritabilitas uterus, nyeri tekan abdomen, nyeri atau kram abdomen,
bukti hipovalemia, perubahan frekuensi denyut jantung janin, aktivitas
janin, kebocoran cairan amnion, dan keberadaan sel – sel janin dalam
sirkulasi matenal.
b. Perawatan trauma segera dilakukan dengan memberi perhatian utama
pada ABC.
Sementara hipoksia dan hipovalemia dikoreksi, waniat harus
ditransfer ke pusat trauma disertai tindakan antisipasi untuk neonatus
dan obstetri jika memungkinkan. Selama transfer, instruktur persalinan
harus mewaspadai terjadinya sindron autokaval (hipotensi supine).
Wanita harus ditempatkan pada possisi miring atau uterus harus digeser
kesamping dengan alat penggeser uterus atau dengan menggunakan

14
sebuah bantal yang ditempatkan dibawah pinggul kanan wanita.
Hipotensi harus dihindari untuk mencegah gangguan curah jantung,
yang kemudian diikuti penurunan aliran darah ke uterus.
2. Manajemen penanganan trauma kehamilan (trauma in pregnancy)
a. Survei ABC:
1) Airway (jalan napas)
Sebagaimana pasien trauma pada umumnya, prinsip ABC
perlu diterapkan. Pasien dengan kesadaran yang menurun atau ada
masalah dengan jalan nafas harus selalu dilakukan intubasi.
Intubasi pada wanita hamil lebih sulit dilakukan karena adanya
perubahan-perubahan fisik maupun fisiologis, seperti kenaikan
berat badan, edema mukosa saluran pernapasan, penurunan
kapasitas residu fungsional, kenaikan tahanan saluran nafas dan
kebutuhan oksigen yang meningkat. Kegagalan intubasi bisa
mencapai delapan kali lebih besar, sehingga membutuhkan
endotracheal tube dengan ukuran yang lebih kecil. Karena
pengosongan lambung terjadi lebih lambat, asam lambung
meningkat, pH menurun, relaksasi otot sfingter esophagus bagian
bawah, kompresi saluran gastrointestinal, maka pemasangan
nasogastic tube sebaiknya dilakukan untuk menghindari aspirasi
(Siswosudarmo, 2014).
2) Breathing (pernapasan) karena letak atau posisi diafragma berada
lebih atas daripada wanita yang tidak hamil.
Pasokan oksigen 100% dengan kecepatan tinggi harus
diberikan yang bisa menjamin saturasi oksigen >95%. Volume
ventilasi perlu dikurangi karena letak diafragma yang meningkat.
Kalau memungkinkan tempat tidur diarah kepala sedikit dinaikan
sehingga tekanan uterus daerah rongga dada berkurang dan ini
akan melonggarkan pernapasan (Siswosudarmo, 2014).
3) Circulation (sirkulasi atau aliran darah ibu) jangan sampai
menghambat vena cava, posisikan untuk miring atau fowler. Hal
yang perlu diwaspadai adalah kontrol adanya problem perdarahan

15
Pemberian cairan harus mengikuti standar penanganan
trauma. Double IV line harus dipasang dengan infus ukuran 14
atau 16, sehingga siap untuk melakukan transfusi darah kalau
diperlukan. Vasopresor agent sebaiknya tidak diberikan kecuali
hipotensinya tidak bisa diatasi dengan pemberian cairan, karena
pemberian obat vasopressor akan menurunkan sirkulasi
uteroplasenta, sehingga berefek buruk pada janin (Siswosudarmo,
2014).
b. Tanda ruptur organ yang umum:
1) Guarding
2) Nyeri tekan yang kuat
3) kekakuan (rigiditas), mungkin hanya merupakan respon terhadap
peregangan dinding abdomen.
4) Apabila wanita diperiksa dalam posisi supine, ia akan mengalami
hipotensi dan nilai sistoliknya 80 mm Hg. Mengubah posisi wanita
ke posisi lateral atau mengubah posisi janin meningkatkan nilai
sistolik sampai lebih dari 100 mg Hg.
c. Lakukan resusistasi atau menstabilkan kondisi si ibu seoptimal
mungkin. Hal tersebut sudah akan menambah jaminan keselamatan
janin dalam kandungan.
d. Evaluasi pengaruh trauma terhadap keadaaan janin salah satunya bisa
diketahui dengan memonitor denyut nadi janin. Begitu juga
perlu perhatian khusus terhadap kondisi janin jika si ibu mengalami
kasus seperti perdarahan per vaginam, solusio plasenta , nyeri yang
tiba-tiba di bagian bawah perut, nyeri yang hebat diseluruh perut
bagian tanda terjadinya robekan lapisan rahim serta kejang-kejang
yang disertai dengan hipertensi sebagai tanda-tanda terjadi eklamsia.
e. Jauhkan uterus dari vena cava, supaya tidak terjadi kasus trauma
akibat dari luka tusukan, maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi.

16
Manajemen pasien trauma pada kehamilan meliputi:
1. Pasien hamil yang diduga mengalami cedera tulang belakang harus
diimobilisasi pada papan tulang belakang yang panjang, dengan papan
dimiringkan ke kiri setelah pasien diamankan dengan benar.
2. Membangun dan menjaga jalan napas terbuka. Jika pasien memiliki
status mental berubah, tidak responsif, atau karena alasan lain tidak
dapat mempertahankan jalan napas paten, buka saluran udara oleh
dorongan rahang dan memanfaatkan alat mekanik dan intubasi
endotrakeal sebagaimana diarahkan oleh protokol Anda.Anda harus
mengantisipasi muntah dengan pasien dan suction tersedia.
3. Tentukan apakah pasien bernapas memadai dan suara nafas bilateral
yang hadir. Jika napas pasien tidak memadai, memberikan ventilasi
tekanan positif dengan oksigen aliran tinggi tambahan.Jika memadai,
memberikan konsentrasi tinggi oksigen melalui nonrebreather untuk
mempertahankan SPO2 sebagai mendekati 100% mungkin, bahkan
jika pasien tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala hipoksia.Ingat
bahwa janin sangat rentan terhadap hipoksia.
4. Menilai sirkulasi pasien dan memeriksa pendarahan utama. Anda
harus mencurigai pendarahan internal bahkan jika tidak ada tanda-
tanda atau gejala yang jelas. Jika perdarahan vagina hadir, menyerap
aliran darah dengan pad dan jangan pack vagina.Jika pasien ada teraba
denyut nadi, memberikan CPR dan perawatan pernafasan seperti biasa
untuk orang dewasa.
5. Mengantisipasi, mencegah dan mengobati syok. Ingat bahwa tanda-
tanda biasa dan gejala yang berhubungan dengan syok hipovolemik
paling sering tidak akan hadir pada pasien trauma hamil sampai lebih
dari 30% dari total volume darah hilang. Menunda pengobatan untuk
penurunan nyata dalam tanda-tanda vital dapat meletakkan kedua ibu
dan janin beresiko.
6. Mendirikan dua besar menanggung infus dan infus Ringer laktat atau
normal saline untuk mempertahankan perfusi ibu dan janin.

17
7. Menyediakan pemantauan EKG kontinu untuk ibu.
8. Monitor detak jantung janin, jika mungkin. Denyut nadi kurang dari
110 denyut per menit menunjukkan gawat janin yang signifikan.
9. Perlakukan dan mengelola setiap cedera yang mengancam nyawa
lainnya.Ingat bahwa sejumlah besar perawatan untuk luka lain dapat
dilakukan dalam perjalanan ke fasilitas penerima.
10. Transportasi cepat pasien ini ke fasilitas terdekat yang menerima
sesuai. Pastikan Anda memberitahukan fasilitas penerimaan
sebelumnya sehingga mereka dapat merakit sebuah tim trauma dan
panggilan untuk dokter kandungan dan dokter anak, jika perlu.

18
BAB III
ASKEP TRAUMA KEHAMILAN (TRAUMA IN PREGNANCY)

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien :
a. Biodata pasien
Nama, jenis kelamin, usia tanggal lahir
b. Biodata penanggung jawab
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.
c. Keluhan Utama
Biasanya ibu mengeluh nyeri
2. Pengkajian Primer
a. Subjektif
P (Provoked)
Nyeri tidak hilang dengan merubah posisi/ menggunakan nitrat
Q (Quality)
Kualitas nyeri seperti meremas, terbakar, tertindih beban berat, tersayat
R (Radiant)
Daerah nyeri yang dirasakan pasien
S (Severity)
Tingkat nyeri dari ringan sampai berat (skala 0-10)
T (Time)
Waktu berkelanjutan atau lebih dari 30 menit
b. Objektif
A (Airway):
Kaji kepatenan jalan nafas, kaji adanya obstruksi jalan nafas (snoring,
gurgling, stridor)
B (Breathing):
Kaji adanya hiperventilasi, kaji adanya tanda hipoksia
C (Circulation):
Kaji adanya takikardia/bradikardia, kaji adanya hipotensi, pucat

19
D (Disability)
Kaji tingkat kesadaran
E (Exposure)
Kaji adanya deformitas atau jejas akibat trauma
3. Pengkajian Sekunder
a. Subjektif
S (Sign and symptom)
Nyeri pada rahim, rasa sakit pada perut, lemah, cemas
A (Allergy)
Kaji ada tidaknya alergi obat atau makanan
M (Medication)
Kaji pengobatan atau terapi yang pernah dijalani
P (Past medical history)
Kaji riwayat penyakit terdahulu seperti diabetes, pembedahan, trauma,
penggunaan obat-obatan atau narkotika
L (Last meal)
Kaji makan dan minum terakhir sebelum MRS
E (Event leading)
Kaji kronologis terjadinya trauma
b. Objektif
1) Pemeriksaan Fisik:
Kepala : Pucat
Abdomen : Kaji deformitas atau jejas, nyeri tekan
Genital : Kaji pendarahan vagina
2) Pemeriksaan Penunjang:
a) CBC
b) Elektrolit serum
c) Jenis darah dan Rh
d) Profil koagulasi: PT, PTT, fibrinogen, produk pemecahan
fibrine
e) Tes Kleihauer-Betke: deteksi perdarahan fetomarternal
f) Urinalisis

20
g) Toksikologi layar, tingkat alkohol dalam darah
h) Analisa gas darah
i) EKG
j) Prosedur radiografi ibu seperti yang ditunjukkan (misal dada X-
ray film, perut/panggul CT-scan)
k) Diagnostik peritoneal lavage
l) Panggul/transvaginal ultrasonogram: penilaian janin, usia
kehamilan
m) Pemantauan cardiotopographic: denyut jantung janin dan
kontraksi uterus (ENA, 2017).
B. Diagnosa
1. Nyeri Akut berhubungan dnegan agens cedera fisik (trauma)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma benda tajam
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
napas
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

C. Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Kontrol nyeri Pain management
dengan agen 1. Mengetahui (menegemen nyeri)
cidera fisik factor penyebab 1. Kaji secara
(trauma) nyeri komprehensif tentang
(Range 3) nyeri meliputi
2. mengenali lokasi,karakteristik,dur
lamanya obat asi dan frekuensi
nyeri 2. Observasi isyarat non
3) verbal dari ketidak
3. Menggunakan nyamanan khususnya
metode dalam ketidak
pencegahan mampuan komunkasi
secara efektif
(Range 3) 3. Gunakan komunikasi
4. Menggunakan teraupetik agar pasien
metode dapat mengekpresikan
pencegahan nyeri
non-analgesik
untuk

21
mengurangi 4. Anjurkan pasien untuk
nyeri memonitor sendiri
nyeri
(Range 3) Pemberian analgesik
5. Mengguakan 1. Kaji lokasi
analgesic sesuai nyeri,kualitas ,
sesuai keparahan nyeri
kebutuhan 2. Cek riwayat elergi obat
3. Anjurkan penggunaan
teknik non farmakologi
4. Berikan analgesic
sesuai dengan anjuran

2 Kerusakan NOC NIC:


integritas kulit Integritas jaringan Prressure management
berhubungan (kulit dan membran 1. Monitor karakteristik
dengan trauma mukosa ) luka meliputi
benda tajam Indikator : kelembapan
1. Temperatur 2. Jaga kebersihan kulit
kulit agar tetap bersih dan
2. Sensasi kulit kering
3. Elastisitas kulit 3. Monitor aktivitas dan
4. Hidrasi kulit mobilisasi klien
5. Pigmentasi 4. Monitor kulit akan
kulit adanya kemerahan
6. Keringat pada
kulit
7. Warna kulit
8. Jaringan kulit
9. Ketebalan kulit
10. Tidak ada lesi
11. Perfusi kulit
12. Pertumbuhan
rambut kulit

3 Bersihan jalan NOC NIC:


napas tidak efektif Respiratory status : Airway suction
berhubungan airway patency 1. Auskultasi suara napas
dengan obstruksi Indikator: sebelum dan sesudah
jalan napas 1. Kecepatan suctioning
pernapasan 2. Informasikan pada
2. Irama napas klien dan keluarga
3. Sputum yang tentang suctioning
keluar dar jalan 3. Minta klien napas
napas dalam sebelum suction
4. Kedalaman dilakukan
inspirasi 4. Berikan O2 dengan
menggunakan nasal

22
untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal
5. Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas
dalam
6. Monitor status O2
pasien
4 Kekurangan NOC NIC
volume cairan Setelah diberikan Manajemen Hipovolemi
berhubungan asuhan 1. Kaji jumlah kehilangan
dengan kehilangan keperawatan volume cairan
cairan aktif selama .. x … 2. Kaji analisa gas darah
menit diharapkan (AGD)
volume cairan 3. Berikan terapi oksigen
terpenuhi dengan 4. Lakukan pemasangan
kriteria hasil: infus
Keseimbangan 5. Berikan terapi
Cairan intravena (IV)
1. Tekanan darah 6. Monitor TTV
normal 7. Kaji adanya
2. Frekuensi nadi pendarahan terus
normal menurus
3. Pasien
menyatakan
tidak lemah

D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan
(Potter & Perry, 2017). Pada tahap ini perawat akan mengimplementasikan
intervens iyang telah direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan
penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil sesuai
yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari prsoes keperawatan. Tahap ini
sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan
klien (Perry & Potter, 2017). Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi
merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan
klien. Selama proses evaluasi perawat membuat keputusan-keputusan klinis
dan secara terus-menerus mengarah kembali ke asuhan keperawatan.

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama
dapat mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal tanpa
adanya cedera terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh atau penyerangan, mungkin tidak berdampak besar bagi
wanita tapi memiliki signifikasi yang sangat besar terhadap kesejahteraan dan
kemampuan janin untuk bertahan hidup.
B. Saran
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Agar dalam penulisan makalah kedepannya
bisa lebih baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth, 2017. Keperawatan Medical-Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.

Dorland N. 2017. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.

Hudak, Carolyn M., & Gallo, Barbara M. 2012. Keperawatan Kritis Pendekatan.
Asuhan Holistik Vol. 1, Ed. 8. Jakarta : EGC.

Potter and Perry, 2017. Fundamentals of Nursing Fundamental Keperawatan


Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.

Sjamsuhidajat, 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong. Sistem


Organ dan Tindak Bedahnya (1). 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2017.

Siswosudarmo R. 2012. Menentukan Panjang Inserter IUD CuT 380A untuk


Model IUD Pascasalin, Berdasar Kedalaman Rongga Uterus Segera
Setelah Plasenta Lepas. Upaya Meningkatkan Cakupan KB Pascasalin, PIT
V HOGSI. Yoggyakarta.

Smeltzer, 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai