Anda di halaman 1dari 89

1

KEMAMPUAN MENGGAMBAR BENTUK DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN OUTDOOR SISWA KELAS X
SMA MUHAMMADIYAH 1 UNISMUH MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mengikuti


Ujian Skripsi pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakuitas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:
Riska Amalia
105 410 0403 10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
2
3

iii
4

iv
5

v
6

vi
7

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KERAHKAN HATI, PIKIRAN, DAN JIWAMU


KE DALAM AKSIMU
YANG PALING KECIL SEKALIPUN.
INILAH RAHASIA KESUKSESAN.

Bismillahirohmani rohim,

Kupersembahkan tulisan ini buat:

Pertama Allah SWT dan Kedua orang tuaku, saudaraku, sahabatku dan
kekasihku, atas keikhlasan hati dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan yang dinantikan menjadi kenyataan.

vii
8

viii
9

KATA PENGANTAR

Assalanu Alaikum. Wr.Wb

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi .Allah SWT, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “'Kemampuan Menggambar Bentuk dengan Model Pembelajaran

Outdoor Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar".

Salawat dan salam juga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga

beliau, para sahabat dan seluruh ummatnya yang tetap istiqamah pada ajaran

Islam.

Segala usaha dan upaya telah dilakukan penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini dengan sebaik mungkin, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi

ini tidak luput dan berbagai kekurangan sebagai akibat keterbatasan kemampuan

penulis. Olehnya itu, saran dan kritik serta koreksi dari berbagai pihak demi

perbaikan dan penyempunaan akan penulis terima dengan baik.

Keberhasilan penulisan proposal ini tidak lepas dari dukungan dan banruan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan material,

tenaga, dan pikiran sejak persiapan sampai dengan selesainya skripsi ini. Ucapan

terimah kasih itu penulis sampaikan kepada:

ix
10

1. Dr. H. Irwan Akib, M. Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dr. Andi Syukri Syamsuri, M. Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. A. Baetal Mukaddas, S. Pd, M. Sn. Ketua Program Studi Pendidikan Seni

Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Muhammad Thahir, S. Pd. Sekertaris Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Drs.Tangsi, M. Sn. Selaku Pembimbing I.

6. Muh. Faisal, S. Pd, M. Pd, selaku Pembimbing II.

7. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Seni Rupa Universitas Muhammadiyah

Makassar, yang telah banyak memberikan bantuan dan masukannya, baik

dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Khususnya, kedua orang tua yang dengan tulus dan penuh kasih sayang

mendukung langkah kemajuan ananda, dan saudara saudaraku yang menjadi

inspirasiku dalam beraktivitas.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh


karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini senantiasa penulis
harapkan. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khaerat
Assalamu Alikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, September 2015

Penulis

x
11

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN JUDUL............................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN.................................................................................... v

SURAT PERJANJIAN ....................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR SKEMA .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4

BAB II TIJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ................................ 8

A. Kajian Pustaka .......................................................................................... 6

B. Kerangka Pikir ........................................................................................ 26

xi
12

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 27

B. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 27

C. Variabel Penelitian .................................................................................. 28

D. Desain Penelitian..................................................................................... 29

E. Defenisi Operasional Variabel ................................................................ 29

F. Objek/Subjek Penelitian .......................................................................... 30

G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 32

H. Teknik Analisis Data ............................................................................... 35

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 39

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 39

B. Pembelajaran Seni Rupa di Kelas X SMAMuhammadiyahl .................. 45

C. Proses Pembelajaran Gambar Bentuk dengan Metode Pembelajaran


Outdoor pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah Unismuh
Makassar ................................................................................................. 48

D. Faktor Penunjang dan Penghambat dalam Proses Menggambar Bentuk


dengan Model Pembelajaran Outdoor di Kelas X SMA Muhammadiyah 1
Unismuh Makassar ................................................................................. 59

E. Hasil Evaluasi Pembelajaran Gambar Bentuk dengan Metode


Pembelajaran Outdoor pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1
Unismuh .................................................................................................. 60

BAB V KESIMPULANDAN SARAN ............................................................. 64

A. Kesimpulan ............................................................................................. 64

B. Saran........................................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66


LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A, Latar Belakang

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan interaksi antara murid dengan

guru dan lingkungan. Dengan demikian pembelajaran mengandung dua jenis

kegiatan yang tidak terpisahkan, yaitu mengajar dan belajar. Oleh karena itu

interaksi antara murid dengan guru dan lingkungannya disebut pula proses belajar

mengajar (Ismiyanto, 2010:17).

Dalam pembelajaran terdapat sejumlah mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah, diantaranya adalah mata pelajaran Seni Budaya yang dibagi menjadi

beberapa sub mata pelajaran, salah sarunya adalah seni rupa, pelajaran seni rupa

merupakan suatu bagian dari mata pelajaran Seni Budaya yang diterapkan di

sekolah baik SD, SMP, dan SMA dengan tujuan mengapresiasikan karya seni

rupa dan mengekspresikannya melalui karya-karya yang dihasilkan dari

pengembangan kemampuan dasar dan kreativitas berkesenirupaan.

Pelaksanaan pembelajaran seni rupa di sekolah dapat dipraktikan melalui

program pembelajaran pengalaman krearif dan apresiatif, salah satu kegiatan

kreatif dalam pembelajaran seni rupa adalah gambar bentuk. Gambar bentuk

merupakan mated yang penting dalam pembelajaran seni rupa terutama siswa

SMA kelas X karena pembelajaran gambar bentuk masuk dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk siswa SMA kelas dengan Standar

Kompetensi "Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa", dan Kompetensi

1
2

Dasarnya "Menggambar bentuk dengan objek gambar yang sering dyumpai dalam

kehidupan sehari-hari" (Sachri, 2004: 97). Selain masuk dalam Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar gambar bentuk juga penting untuk diajarkan

pada siswa keJas X karena dengan menggambar bentuk siswa dapat melarih

koordinasi antara mata dan tangan sebagai kemampuan dasar dalam menggambar

(Muharram & Mujiono, 2007). Gambar bentuk diajarkan pada siswa yang dalam

perkembangannya sudah menginjak pada masa realisme, yakni mereka yang

berada pada kelas tinggi SD, siswa SMP dan SMA (Muharram, 2009).

Dalam pembelajaran gambar bentuk, aspek perencanaan, pelaksanaan

pembelajaran dan evaluasi pembelajaran perlu dilakukan secara maksimal agar

nantinya tujuan dapat tercapai sehingga mendapatkan hasil pembelajaran yang

efektif Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dalam hal ini berkenaan

dengan materi gambar bentuk, guru dapat menggunakan pembelajaran dengan

outdoor. Pembelajaran outdoor merupakan kegiatan belajar-mengajar di luar

kelas, misalnya di halaman atau taman sekolah (masih dalam lingkungan sekolah)

menyesuaikan sarana dan prasarana yang terdapat di lingkungan peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti

dengan guru mata pelajaran Seni Budaya kelas X SMA Muhammadiyah 1

Unismuh Makassar berkaitan dengan pembelajaran yang diterapkan pada

pelajaran seni rupa khususnya materi gambar bentuk, guru hanya menerapkan

pembelajaran di dalam ruang kelas (indoor), sedangkan pembelajaran gambar

bentuk di luar ruang kelas (outdoor) belum pernah dilakukan sebelumnya.

Pembelajaran menggambar bentuk di dalam kelas (indoor) pada dasarnya sudah


3

melibatkan siswa secara langsung dan beberapa tujuan pembelajaran telah

tercapai, akan tetapi keterbatasan ruang membuat siswa tidak leluasa dalam

mengamati dan menggambar objek. Oleh karena itu perlu juga dicoba dengan

menggunakan pembelajaran di luar ruang kelas seperti di halaman dan taman

sekolah (outdoor) yang direncanakan dengan sedemikian rupa sebingga

pembelajaran menggambar bentuk lebih menarik dan mengasikkan, sehingga

mendapatkan hasil yang maksimal dan tujuan yang dirumuskan semuanya

tercapai.

Kemampuan menggambar merupakan faktor penting dalam pembelajaran

seni rupa. Kemampuan dalam pembelajaran merupakan kesesuaian antara siswa

yang melaksanakan pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis

berkeinginan untuk mengadakan penelitian dengan judul "Kemampuan

Menggambar Bentuk dengan Model Pembelajaran Outdoor Siswa Kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar".

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

"Bagaimanakah Kemampuan Menggambar Bentuk dengan Model Pembelajaran

Outdoor Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar"

Permasalahan yang lebih rinci dikemukakan sebagai berikut:


4

1. Bagaimana proses pembelajaran gambar bentuk dengan model

pembelajaran outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

Makassar ?

2. Faktor apa yang menjadi penunjang dan penghambat dalam proses

menggambar bentuk dengan model pembelajaran outdoor di kelas X

SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar ?

3. Bagaimana hasil pembelajaran gambar bentuk dengan model

pembelajaran outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran gambar bentuk dengan

model pembelajaran outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1

Unismuh Makassar.

2. Untuk mengetahui faktor apa yang menjadi penunjang dan penghambat

dalam proses menggambar bentuk dengan model pembelajaran outdoor

di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran menggambar bentuk dengan

model pembelajaran outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1

Unismuh Makassar.
5

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang dapat dipetik

utamanya bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui proses pembelajaran menggambar bentuk dengan

model pembelajaran outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1

Unismuh Makassar.

2. Dapat mengetahui fakto yang menjadi penunjang dan penghambat

dalam proses menggambar bentuk dengan model pembelajaran outdoor

siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

3. Dapat mengetahui hasil pembelajaran siswa dalam menggambar bentuk

dengan model pembelajaran outdoor siswa kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

4. Bagi guru, sebagai bahan masukkan untuk mengaplikasikan model

pembelajaran outdoor, khususnya dalam materi menggambar bentuk

demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.

5. Bagi sekolah, penelitian ini akan memberikan sumbangan baik pada

sekolah dalam rangka perbaikan hasil dan kemampuan belajar siswa

terkait dengan pembelajaran seni rupa materi gambar bentuk pada kelas

X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

6. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar khususnya dalam kegiatan

pembelajaran menggambar bentuk dengan model pembelajaran

outdoor.
6

7. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk

memperoleh pengalaman langsung dan penelitian ini juga dapat

digunakan sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lanjutan.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memperjelas dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis

mencantumkan sistematikanya. Adapun sistematikan dari skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagian Awal. Yang termasuk bagian awal adalah judul, kata pengantar, dan

daftar isi.

2. Bagian isi, yang terdiri dari :

a. Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

b. Tinjauan pustaka dan kerangka pikir. Bagian ini mengemukakan secara rinci

kajian pustaka yang berisi teori-teori yang mendukung permasalahan.

Dalam bagian ini juga mengemukakan kerangka berpikir.

c. Metode Penelitian. Bagian ini berisi metode-metode yang digunakan dalam

penelitian, meliputi : jenis dan lokasi penelitian, variabel dan desain

penelitian, defenisi operasional variabel, objek/subjek penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.

d. Hasil penelitian dan pembahasan. Bagian ini berisi gambaran umum lokasi

penelitian, hasil penelitian, pembahasan dari hasil penelitian, faktor

penunjang dan penghambat dari apa yang diteliti dan hasil evaluasi.
7

3 Bagian Akhir

Yang termasnk bagian akhir dari proposal ini adalah kesimpulan dan

saran serta daftar pustaka.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Tinjauan pustaka ini dimaksud sebagai landasan dalam melaksanakan

penelitian. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian dan teori yang

berhubungan dengan kemampuan menggambar bentuk dengan model

pembelajaran outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

Pada dasarnya tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui sasaran

penelitian secara teoritis, dan pada bagian ini akan diuraikan landasan teoretis

yang dapat menjadi kerangka acuan dalam melakukan penilitian. Landasan yang

dimaksud ialah teori yang merupakan kajian kepustakaan dari berbagai literatur

yang relevan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis.

1. Kemampuan

Kemampuan yang dimiliki oleh manusia merupakan bekal yang sangat

pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk

memperkaya diri dan untuk mencapai perkembangan kebudayaan maupun

pendidikan yang lebih tinggi.

Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata "mampu"

yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam

melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan

sesuatu yang harus ia lakukan.

8
9

Menurut Chaplin dalam Sunaryo 2006, "ability (kemampuan, kecakapan,

ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk

melakukan suatu perbuatan".

Sedangkan Slameto (2010: 56 ) mengemukakan bahwa " Kemampuan

adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi

dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui

relasi dan mempelajarinya dengan cepat".

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

(ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan

bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk

mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Setiap individu

memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan.

Kemampuan mi mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut.

Kemampuan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dapat diartikan

bahwa siswa yang mempunyai tingkat kemampuan yang tinggi akan lebih berhasil

daripada siswa yang memiliki kemampuan rendah.

Lebih lanjut Robbins (2000) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari 2

faktor, yaitu:

a. Kemampuan intelektual (intelektual ability), merupakan kemampuan

melakukan aktifitas secara mental.


10

b. Kemampuan fisik (Physical ability), merupakan kemampuan

melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik.

Siswa dikatakan mampu dalam proses pembelajaran apabila la dapat

memenuhi aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Adapun Budiningsih

(2004: 20) Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai adanya akibat dari

adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan

bentuk perubahan yang dialmi siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah

laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan peruahan

tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input

yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.

Berdasarkan pendapat di atas, belajar adalah suatu proses yang dilakukan

individu dalam interaksi dengan lingkungannya, ditandai dengan adanya

perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman

untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu

proses interaksi dengan objek tertentu yang mengakibatkan perubahan dari orang

yang melakukan proses belajar tersebut. Contoh kecilnya adalah dari tidak mempu

menjadi mampu. -

Menurut Budiningsih (2004: 174), Siswa yang belajar akan mengalami

perubahan. Bila sebelum belajar kemampuannya hanya 25% misalnya, maka

setelah belajar selama beberapa bulan akan menjadi 100%. Hasil belajar tersebut
11

meningkatkan kemampuan mental. Pada umumnya hasil belajar tersebut meliputi

ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Winkel (dalam Sudrajat, 2008), kegiatan belajar yang dilakukan

siswa hendaknya mencakup empat hal, yaitu:

1. Learning to know yaitu belajar untuk mengetahui sesuatu. Dalam

prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga

sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan.

2. Learning to do yaitu belajar untuk melakukan sesuatu. Proses belajar

diarahkan untuk bisa melakukan sesuatu melalui proses pembelajaran

yang dilakukan dengan tujuan membekali siswa tidak sekedar untuk

mengetahui, tetapi agar lebih trampil berbuat atau mengerjakan sesuatu

sehingga menghasilkan hal-hal yang bermakna bagi kehidupan.

3. Learning to be yaitu belajar untuk menjadi diri sendiri. Penguasaan

pengetahuan dan ketrampilan merupakan bagian dari prosess menjadi

diri sendiri.

4. Learning to live together yaitu belajar untuk hidup bersama.

Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar

merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat.

Lebih lanjut, tujuan belajar merupakan komponen yang sangat penting

dalam belajar, karena tujuan menjadi pedoman bagi seluruh aktivitas belajar.

Hamalik (2008: 73) menyatakan tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang

menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya


12

menliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan

dicapai oleh siswa.

Adapun komponen-komponen tujuan belajar menurut Hamalik (2008: 74)

adalah sebagai berikut:

a. Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang

menentukan tingkah laku siswa setelah belajar.

b. Kondisi-kondisi tes, komponen kondisi tes tujuan belajar menentukan

situasi dimana siswa dituntut unruk mempertunjukkan tingkah laku

terminal.

c. Ukuran-ukuran perilaku, komponen ini merupakan suatu pernyataan

tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan

mengenai perilaku siswa.

Tujuan belajar seyogyanya meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan

kalau mungkin ranah afektif. Ketiga ranah ini harus berkembang atau berubah

selama proses belajar berlangsung, mengingat tujuan pendidikan adalah

membentuk manusia yang utuh.

Menurut Budiningsih (2005: 174) kemampuan yang akan dicapai dalam

pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Ada kesenjangan antara kemampuan

pra-belajar dengan kemampuan yang akan dicapai. Kesenjangan tersebut dapat di

atasi berkat belajar bahan ajar tertentu.


13

2. Menggambar Bentuk

a. Konsep Menggambar Bentuk

Menggambar atau drawing menurut Wallschlaeger dan Snyder (dalam

Muharrar, 2009:166) adalah suatu proses visual untuk menggambarkan atau

menghadirkan figur dan bentuk pada sebuah permukaan dengan menggunakan

pensil, pen, atau tinta untuk menghasilkan titik, garis, nada waraa, tekstur dan lain

sebagainya sehingga mampu memperjelas bentuk image. Menurut Ching (dalam

Muharar, & Mujiono, 2007:4) menggambar adalah membuat goresan di atas

permukaan yang secara grafis menunjukkan kemiripan mengenai sesuatu.

Istilah menggambar bentuk dijumpai dalam dunia pendidikan seni, untuk

membedakannya dengan kegiatan menggambar lain. Beberapa tujuan kegiatan

menggambar yang lain di antaranya ialah menjelaskan objek (menggambar

ilustrasi), menyederhanakan bentuk objek, mengubah dan membangun kembali

bentuk objek menurut tuntunan perasaan terhadap objek itu, atau untuk sarana

menyatakan gagasan dan khayalan terkait dengan objek yang digambar

(menggambar ekspresi).

Menurut Sunaryo (2009: 24) dalam menggambar bentuk, tujuan utamanya

ialah mempelajari dasar-dasar bentuk objek. Kegiatannya dilakukan dengan

mengamati langsung objek yang digambar dengan menirunya semirip mungkin.

Objek-objek yang digambar umumnya ialah benda-benda diam (still-life), seperti

tembikar, alat-alat rumah tangga, atau aneka buah-buahan dan kombinasi dari

padanya. Objek-objek yang digambar dalam menggambar bentuk disebut model.


14

Tetapi dalam menggambar model, objek yang diamati dan digambar dapat

merupakan sosok manusia.

Menurut Kamaril (2006: 2), menggambar bentuk merupakan usaha

mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide/ gagasan, perasaan dalam wujud

duadimensi yang bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna. Dalam

mengambar bentuk dituntut ketepatan bentuk benda yang digambar. Oleh sebab

itu, diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar ketepatan bentuk yakni proporsi

atau ukuran perbandingan dan ketepatan tekstur yang menunjukkan ketepatan

jenis benda tersebut. Bagi orang yang masih belajar perlu mengetahui dasar-dasar

proporsi tersebut, dengan menggunakan garis-garis potongan untuk membagi-bagi

bentuk benda dalam ukuran perbandingan tertentu supaya gambaraya tepat.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan menggambar bentuk berusaha

menciptakan gambar semirip mungkin dengan modelnya, untuk itu diperlukan

prinsip-prinsip seperti perespektif, sinar dan bayangan, anatomi, dan aspek-aspek

teknis, antara lain cara menyatakan volum dan sifat permukaan objeknya,

penyajian gelap terang dan gradasi.

b. Prinsip-Prinsip dalam Menggambar Bentuk.

Menurut Muharrar, & Mujiono (2007: 37) prinsip-prinsip dalam

menggambar bentuk diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Model adalah objek gambar baik dua dimensi maupun tiga dimensi

yang secara nyata dan faktual akan diaplikasikan ke dalam media


15

gambar. Model atau objek dalam menggambar bentuk harus mutlak

ada.

2) Perspektif, sebuah sistem untuk mempresentasikan kesan ruang atau

bentuk tiga dimensional pada media dua dimensional sehingga yang

kita gambar itu nampak riil sebagaimana yang kita lihat adalah dengan

perspektif. Kesan ruang dan tiga dimensional ini bukanlah yang faktual,

akan tetapi hanya visual semata-mata, dalam menggambarkan persepsi

ruang ini, kita menciptakan ruang dalam gambar hanyalah ilusi ruang

tersebut berada dalam permukaan dua dimensi. Dalam gambar bentuk

perinsip perspektif dapat diaplikasikan pada bentuk-bentuk prismatis.

3) Struktur. Dalam menggambarkan bentuk baik dua dimensi seperti

lingkaran, clips, segi tiga, segi empat, maupun tiga dimensi seperti

tabung, bola, piramida, kerucut dan balok, tidak lepas dari bagian-

bagian atau susunan garis-garis yang membentuk bangun tersebut.

4) Gelap Terang adalah gambar yang telah dihasilkan secara linier dengan

garis-garis kontur berupa sket, selanjutnya dapat diwujudkan kesan

permukaan, volume atau kualitas material benda, wama maupun

teksturnya dengan cara melalui rendering nada gelap terang. Nada gelap

terang tersebut dapat berfungsi sebagai penjelas rupa dari benda yang

digambarkan. Teknik-teknik arsir searah, arsir silang, dan arsir pulasan

merupakan cara-cara yang umum dimana dengan cara tersebut kita

dapat membuat nada gelap terang.


16

5) Cahaya dan Bayangan. Benda dapat terlihat warnanya, bentuk dan

susunan, volume, serta bayangannya karena adanya cahaya. Cahaya

bisa bersumber dari matahari atau cahaya buatan seperti lampu dan api.

6) Proporsi adalah aspek kesebandingan, yaitu hubungan ukuran antar

bagian satu dengan yang lain, serta bagian dan kesatuan serta

keseluruhannya, Dalam menggambar pertimbangan proporsi ini

sangatlah penting untuk mendapatkan keseimbangan, irama atau

harmoni dan kesatuan.

7) Komposisi adalah susunan atau perpaduan dari beberapa objek yang

ditata sedemikian rupa sehingga membentuk suatu kesatuan yang

harmoni. Komposisi ini sering disebut dengan tata letak yaitu

bagaimana mendapatkan objek pada letak yang tertata. Tidak ada

ketentuan yang sifamya baku dalam komposisi gambar. Namun secara

umum yang perlu dipakai adalah kepekaan rasa atau taste. Menurut Ali.

AM (2010: 18), bahwa prinsip-prinsip seni rupa disebut juga

kaidah kaidah yang menjadi pedoman dalam konteks menggambar bentuk, antara

lain:

1) Kesatuan (unity), yaitu unsur-unsur yang ada dalam seni rupa

merupakan satu kesatuan yang saling bertautan antara satu dengan

lainnya sehingga tidak ada lagi bagian yang berdiri sendiri.

2) Keseimbangan (balance), yaitu persesuaian materi-materi dan memberi

tekanan pada stabilitas suatu komposisi dalam karya seni.


17

3) Irama (Rhitrri), dalam dunia seni rupa irama dapat dinikmati melalui

pengulangan dari susunan unsur garis, bentuk, wama dan bidang.

4) Pusat perhatian (centre of interest), merupakan unsur yang dominan dan

menjadi vocal point dari sejumlah unsur yang ada disekitarnya.

5) Keselarasan (harmony), merupakan bagian dalam sebuah karya seni

yang dapat menyatukan elemen rupa dari berbagai bentuk yang berbeda

agar tercapai keselarasan dari sejumlah elemen yang berbeda dan

berdekatan baik bentuk maupun warna.

c. Teknik Menggambar Bentuk

Teknik adalah cara-cara yang lazim diperlukan untuk menggambar. Setiap

teknik memiliki karakter dan gaya khas masing-masing. Adapun teknik dalam

menggambar bentuk adalah sebagai berikut:

1) Linier

Menurut Syakir & Mujiono (2007: 27) teknik linier merupakan teknik

yang paling elementer. Teknik ini biasanya lebih banyak menggunakan media

pensil dan pena. Untuk dapat menghasilkan arsiran dengan garis yang kecil maka

perlu menggunakan pensil yang agak runcing dan keras sedangkan untuk garis

tebal maka pensil tidak usah diruncingkan. Tingkat kemiringan juga akan

menghasilkan goresan yang bervariasi.


18

2) Blok

Menurut Muharrar, & Mujiono (2007: 19) gambar tipe blok adalah gambar

yang dalam pemvisualannya berupa blok warna hitam dan putih tidak berupa garis

outline. Karena gambar ini merupakan terjemahan atau hasil dari interprensi

dalam rangka mengungkap apa yang nampak sebuah benda maka gambar yang

dihasilkan hanya menampilkan sebuah abstraksi dari esensi bentuk saja.

3) Arsir/ crosshatching

Menurut Muharrar, & Mujiono (2007: 53) teknik arsir merupakan

perulangan-perulangan garis baik teratur maupun acak dengan tujuan mengisi

bidang ganbar yang kosong atau disebut rendering.

d. Alat dan Bahan Menggambar Bentuk

Tiap jenis alat dan bahan dalam menggambar mempunyai karakteristik

tersendiri. Beberapa alat dan bahan yang perlukan dalam menggambar adalah

sebagai berikut:

1) Kertas Gambar
Menurut Rohman (2010: 7-10) dijelaskan bahwa kertas adalah bahan yang

paling ideal digunakan untuk menggambar. Dalam menggambar menggunakan

pensil agar mendapatkan hasil yang baik, sebaiknya menggunakan kertas yang

cukup tebal dan permukaannya kasar (tidak licin) agar goresan yang dihasilkan

terkesan artistik.
19

2) Pensil

Menurut Muharrar & Mujiono (2007: 22) jenis pensil mempunyai rentang

berdasarkan kerasnya yang ditunjukkan dengan kode (H) sampai dengan yang

lunak dan gelap (B).

3) Penghapus

Menurut Rohman (2010: 7-10) penghapus berguna untuk mengoreksi

gambar, bagian-bagian gambar yang sudah tidak diperlukan dapat dihapus. Untuk

mendapat hasil terbaik, pakailah penghapus yang empuk, tidak kasar, dan bersih.

4) Serutan Pensil

Menurut Rohman (2010: 7-10) serutan pensil berguna untuk

meruncingkan ujung pensil. Dalam menggambar sebaiknya menggunakan ukuran

serutan standar sesuai dengan ukuran pensil yang dipakai.

5) Alas Kertas

Menurut Rohman (2010: 7-10) alas untuk menggambar dapat kita buat

sendiri dengan memanfaatkan bahan yang terdapat di sekitar rumah, seperti papan

triplek, kaca atau benda-benda lain yang permukaan datar dan halus. Selain papan

triplek atau kaca, juga dapat menggunakan meja gambar sebagai alas kertas.
20

3. Pembelajaran Seni Rupa

a. Konsep pembelajaran

Mulyasa (dalam Rohmadi, 2009: 65) menyatakan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungan, sehingga terjadi

perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Interaksi ini terjadi terutama antara

siswa dan guru. Pada proses pembelajaran terjadi hubungan yang bersifat dwiarah

antara guru dan siswa. Pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat

proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta

memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai

tujuan pendidikan.

Konsep tentang pembelajaran diutarakan oleh banyak ahli, dari Wikipedia

(www.wikipedia.com) konsep pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada

peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Dalam pembelajaran terdapat interaksi antara guru dan siswa yakni guru

mengajar dan murid dalam belajar. Menurut Syafi'i (2007: 40) dijelaskan bahwa:

Konsep pembelajaran seperti dipahami termasuk dalam lingkup aktivitas

pendidikan. Konsep ini sering dimakanai secara terbatas dalam konteks

intruksional, yang melibatkan guru mengajar (teaching) dan murid belajar

(learning). Konsep pembelajaran digunakan karena dipandang lebih mempoisikan


21

guru dan murid sebagai subjek, artinya keduanya memiliki peran yang sama-sama

penting. Dengan kata lain konsep pembelajaran adalah semakna dengan konsep

instruksional, dapat berati juga secara terbatas guru mengajar, dan murid dalam

belajar.

Sedangkan Sugandi (2007: 9) berpendapat bahwa dalam pembelajaran

terjalin usaha guru untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan berupa

penyediaan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus dengan tingkah laku

siswa, cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar

memahami apa yang dipelajari, serta pemberian kebebasan kepada siswa untuk

memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan

kemampuannya.

Pembelajaran menekankan pada kegiatan di sekolah, sehingga secara

umum pembelajaran tersebut digambarkan sebagai kesatuan sub-sub sistem yang

membentuk satu sistem utuh. Dalam prosesnya, sistem pembelajaran itu

merupakan interaksi, fungsional antara sub sistem seperti kurikulum, kesiswaan,

tenaga kependidikan, perpustakaan dan sebagainya (Sugandi 2007: 20).

Menurut Ismiyanto (2009: 1) belajar adalah mengalami, artinya dalam belajar

murid menggunakan atau mengubah lingkungan tertentu dan anak belajar

mengenai lingkungan tersebut melalui akibat tindakannya; tidak hanya sekadar

berhubungan dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dapat ditegaskan

lingkungan sangat mempengaruhi hasil belajar murid, selain belajar dari akibat

tindakannya murid juga belajar dari berbagai hal di dalam lingkungan tersebut.
22

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan murid dan lingkunganya

yang dilakukan secara terprogram. Pembelajaran mengandung dua jenis kegiatan

yang tidak terpisahkan, yakni mengajar dan belajar. Pembelajaran merupakan

suatu sistem yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan untuk

mencapai tujuan pembelajaran yaitu adanya perubahan tingkah laku.

b. Komponen Pembelajaran

Mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal. Sistem lingkungan ini

terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi dalam menciptakan

proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Gulo (2004: 8) menyebutkan ada

tujuh komponen pembelajaran. Komponen-komponen tersebut yaitu; (1) tujuan

pengajaran, (2) Guru, (3) peserta didik, (4) materi pelajaran, (5) metode

pengajaran, (6) media pengajaran, (7) faktor administratif dan finansial.

Sementara itu disebutkan dalam Ismiyanto (2009: 19) komponen

pembelajaran meliputi beberapa unsur sebagai berikut:

1) Tujuan Pembelajaran disebut sasaran belajar. Merupakan komponen

utama dan paling awal harus dirumuskan oleh guru dalam merancang

pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang

harus ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai

akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan.


23

2) Guru adalah orang profesional yang melakukan penyelanggaraan

mengajar dalam suatu pembelajaran di sekolah, guru menempati posisi

kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif

dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai

tujuan secara optimal.

3) Siswa adalah semua individu yang menjadi peserta dalam suatu lingkup

pembelajaran.

4) Bahan ajar adalah sesuatu yang harus diolah dan disajikan oleh guru

yang selanjutnya dipahami oleh murid dalam rangka pencapaian tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

5) Pendekatan, strategi dan metode pembelajaran adalah rencana dan cara

yang dilakukan oleh guru untuk membantu mewujudkan interaksi

komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar. Pemahaman guru

terhadap pendekatan pembelajaran akan dapat membantunya

menetapkan pilihan strategi pembelajaran, selanjutnya strategi

pembelajaran akan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana

bentuk interaksi belajar mengajar yang diharapkan oleh guru dan dapat

digunakan oleh guru dalam memilih dan menetapkan metode

pembelajaran atau merancang kegiatan belajar mengajar.

6) Sumber dan media pembelajaran adalah pendukung kegiatan belajar

mengajar, sumber belajar dapat digunakan oleh guru untuk membantu

mengembangkan bahan ajar dan bagi murid sebagai media belajar serta

pengayaan hasil belajar. Media belajar kedudukannya sebagai media


24

belajar yang diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar murid

kearah yang lebih konkret dan bermakna bagi murid.

7) Evaluasi Hasil Pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan

sebelum atau setelah berlangsungnya suatu kegiatan untuk mengetahui

kekurangan dan kelebihan kegiatan tersebut. Evaluasi sebaiknya

dilakukan dua kali, yang pertama pretest (sebelum pelaksanaan

pembelajaran) dengan tujuan mengetahui kemampuan awal murid

berkenaan dengan pembelajaran, dan yang kedua dilakukan post test

(sesudah pelaksanaan pembelajaran) dengan tujuan mengetahui

gambaran kemampuan murid setelah mengikuti pembelajaran. Dengan

cara membandingkan hasil tes awal dengan akhir, maka guru akan

mengetahui efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk

kemudian dijadikan bahan pertimbangan perlu diadakan remedial

(perbaikan) bagi para murid atau program pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan komponen

utama dalam pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, guru, siswa, bahan

ajar atau materi, pendekatan, strategi dan metode, sumber dan media

pembelajaran, serta evaluasi hasil pembelajaran yang masing-masing komponen

saling mempengaruhi satu sama lain dalam terciptanya tujuan pembelajaran

di sekolah.
25

c. Pembelajaran Out Door

Dalam pembelajaran seni rupa dikenal model pembelajaran dalam konteks

yang lebih sempit dari model pembelajaran apresiasi, kreasi yakni pembelajaran

outdoor. Pembelajaran outdoor, yaitu proses belajar atau pengelolaan kelas

dilakukan di luar kelas, yang artinya menggunakan kelas terbuka, sehingga proses

belajar dapat pula dilakukan di luar lingkungan sekolah, yang tentunya

pengelolaan kelas ini masih dalam bimbingan serta arahan guru (Syafi'i,2007:46).

Pembelajaran outdoor merupakan salali satu upaya terciptanya

pembelajaran, terhindar dari kejenuhan, kebosanan, dan persepsi belajar hanya

dalam kelas. Pendekatan pembelajaran outdoor adalah sebuah pendekatan

pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi

pembelajaran berbagai permainan sebagai mendia transformasi konsep-konsep

yang disampaikan dalam pembelajaran. (http://muhsh oleh

.blogspot.com/2012/03/konsep-dasar-outdoor-srudy.html)

Pendekatan pembelajaran di luar kelas menggunakan beberapa metode

seperti penugasan, tanya jawab, dan belajar sambil melakukan atau

mempraktekkan dengan situasi belajar sambil bermain. Menurut Irawan A, dalam

http://muhsholeh.blogspot.com, pendekatan pembelajaran di luar kelas ini

memiliki kelebihan yang mendukung pembelajaran siswa, di antaranya adalah:

1. Mendorong motivasi belajar siswa, karena menggunakan setting alam

terbuka sebagai sarana kelas, untuk memberikan dukungan proses

pembelajaran secara menyeluruh yang dapat menambah aspek

kegembiraan dan kesenangan.


26

2. Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

karena dapat berekspolarasi menciptakan suasana belajar seperti

bermain.

3. Pada pembelajaran outdoor siswa menggunakan media pembelajaran

yang kongkrit dan memahami lingkungan yang ada disekitarnya. Pada

saat pembelajaran digunakan media yang sesuai dengan situasi

kenyataannya.

4. Mengasah aktivitas fisik dan kreativitas siswa karena menggunakan

strategi belajar sambil melakukan atau mempraktekan sesuai dengan

penugasan. Selain memiliki kelebihan, pendekatan di luar kelas sebagai

pendekatan pembelajaran juga memiliki kelemahan: memerlukan

perhatian yang ekstra dari guru pada saat pembelajaran karena

menggunakan media yang sesuai dengan kenyataannya di arena

bermain anak yang dapat memungkinkan anak keterusan bermain di

tempat tersebut.

Peran guru dalam pembelajaran outdoor ini adalah sebagai motivator,

artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar melalui pengalaman yang

mereka peroleh. Konsep belajar melalui aktivitas luar kelas (outdoor) adalah

proses belajar interdisipliner melalui satu sen aktivitas yang dirancang unruk

dilakukan di luar kelas. konsep aktivitas luar kelas merupakan suatu pendekatan

dengan menggunakan kehidupan di luar ruangan yang memberikan banyak


27

keserapatan bagi siswa untuk memperoleh dan menguasai berbagai bentuk

keterampilan dasar, sikap dan apresiasi terhadap berbagai hal yang terdapat di luar

kelas. Bentuk-bentuk kegiatan luar kelas dapat berupa: menjelajah atau

mengamati lingkungan sekitar sekolah, mempelajari sesuatu yang mereka peroleh

melalui benda-benda yang ada di sekitar lingkungan dimana kita tinggal dan lain

sebagainya.

d. Pembelajaran Seni Rupa

Pembelajaran seni rupa merupakan sub mata pelajaran bidang Seni Budaya di

samping seni musik, seni tari, dan seni teater. Sejak diberlakukannya Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru seni rupa diruntut untuk

mengembangkan pembelajaran secara lebih profesional, yang secara umum

mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pendidikan seni rupa, di dalamnya memuat Standar

Kompetensi (SK) ekspresi dan apresiasi(Lihat Syafi'i, 2007: 5).

Paham yang menyiasati dunia pendidikan seni rupa, yakni "pendidikan

dalam seni" dan "pendidikan melalui seni". Pendidikan dalam seni merupakan

upaya pendidik dan juga institusi pendidikan dalam rangka mewariskan,

mengembangkan, dan melestarikan berbagai jenis kesenian yang ada kepada anak

sebagai peserta didik. Pendidikan dalam seni merupakan program yang

mengarahkan anak atau siswa trampil dalam bidang seni. Kemudian pendekatan

pendidikan melalui seni yang dikemukakan oleh J.Dewey (dalam Syafi'i, 2007: 8)

bahwaseni seharusnya menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan, bukan


28

untuk kepentingan seni itu sendiri. Dengan pendekatan ini seni berkewajiban

membantu ketercapaian tujuan pendidikan secara umum. Pendekatan pendidikan

melalui seni dalam implementasi pembelajarannya merangsang keingintahuan dan

sekaligus menyenangkan bagi siswa (Syafi'i, 2007: 8-9).

Fungsi pembelajaran seni rupa salah satunya adalah untuk menanamkan

nilai estetis yang terwujud dalam program pembelajaran melalui pengalaman

kreatif dan apresiatif. Menurut Lindermen dan Linderman (dalam Syafi'i, 2007:

13) bahwa pendidikan seni rupa sebagai pendidikan estetis dapat dilakukan

dengan jalan memberikan pengalaman perseptual, kultural, dan artistik

Pengalaman perseptual diberikan melalui proses penggunaan indra mata dan juga

indra lainya, ketika siswa melakukan pengamatan dan proses berkarya.

Pengalaman kultural dapat diperoleh siswa melalui kegiatan mempelajari dan

memahami bentuk-bentuk peninggalan seni rupa masa lampau maupun saat ini.

sementara pengalaman artistik dikembangkan melalui pengamatan, penghayatan

dan penghargaan siswa dalam kegiatan apresiasi dan kemampuan memanfaatkan

berbagai media seni dalam kegiatan kreatif.

Menurut Syafi'i (2006: 29), pendidikan seni pada dasamya berfungsi

sebagai pemenuhan kebutuhan berekspresi, berapresiasi, berkreasi, dan berekreasi

anak. Berekspresi merupakan kebutuhan bagi setiap orang, termasuk juga anak-

anak. Ekspresi adalah ungkapan yang dikaitkan dengan aspek psikologis

seseorang, perasaan, perhatian, persepsi, fantasi atau imajinasi, dan sebagainya.

Aspek-aspek ini dapat dituangkan ke dalam proses berkarya seni. Bagi

orang dewasa tercurahkannya aspek psikologis ini dapat memuaskan dan


29

melepaskan ketegangan yang dihadapi, demikian juga bagi anak-anak. Anak-anak,

dalam hal ini siswa jika diberi ruang untuk berekspresi dalam berkarya seni rupa

akan merasa senang dan gembira oleh karena terpuaskan, dan akhirnya

melepaskan persoalan psikologis yang dihadapi.

Selain sebagai media pemenuhan keburuhan anak, pada hakikatnya

pendidikan, termasuk pendidikan seni juga dimaksudkan sebagai upaya

pelestarian sistem nilai oleh masyarakat pendukungnya. Pendidikan seni berupaya

untuk mempertahankan, melestarikan, mengembangkan dan berfungsi sebagai

pelestarian dan pendukung kususnya hal-hal yang berkaitan dengan fenomena

budaya visual yang estetik (Syafi'i, 2007: 11).

Dalam konteks pembelajaran seni rupa, secara ideal harus benar-benar

diperhatikan perbedaan setiap individu, karena setiap individu berbeda-beda

dalam mengekspresikan ,/eelings" (perasaan) dan ,,emotions" (ungkapan dari

perasaan). Menurut Lowenfeld dan Brittain (dalam Ismiyanto, 2010: 21)

pembelajaran kelas seni rupa difokuskan pada hal-hal yang memungkinkan siswa

terdorong dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran

seni rupa harus diperhatikan tahap perkembangan anak, yang terpenting bukan

hasil karya tetapi bagaimana proses anak dalam menghasilkan karya. Dalam

proses pembelajaran seni rupa adalah mengupayakan terciptanya situasi dan

kondisi yang kondusif bagi kegiatan belajar anak didik dan menciptakan

lingkungan yang dapat membantu perkembangan anak untuk "menemukan"

sesuatu melalui eksplorasi dan eksperimen dalam belajar.


30

Dalam proses pembelajaran seni penting untuk mengupayakan terciptanya

situasi dan kondisi yang kondusif bagi kegiatan belajar menyangkut ekspresi

artistik dan menciptakan lingkungan yang dapat membantu perkembangan anak

untuk menemukan sesuatu melalui eksplorasi dan eksperimentasi dalam belajar.

Oleh karena iru ditegaskan bahwa situasi dan kondisi serta suasana lingkungan

menjadi hal yang sangat dominan dalam proses pembelajaran seni (Ismiyanto,

2010: 22).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

seni rupa adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram untuk

menciptakan suasana belajar yang dapat mengasah kemampuan siswa. Dalam

pembelajaran seni rupa situasi dan kondisi serta suasana lingkungan menjadi hal

yang sangat dominan dalam proses pembelajaran, pembelajaran seni rupa dapat

dilaksanakan dengan pembelajaran outdoor (di luar ruangan). Pembelajaran seni

rupa yang baik adalah proses pembelajaran yang dapat menstimulus siswa untuk

mengembangkan kemampuan dan potensinya.

B. Kerangka Pikir

Dengan melihat beberapa konsep atau teori yang telah diuraikan pada

kajian pustaka, maka dapat dibuat kerangka atau skema yang dapat dijadikan

sebagai acuan konsep berfikir tentang kemampuan menggambar bentuk dengan

model pembelajaran outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

Makassar. Dalam pelaksanaan menggambar bentuk dengan model pembelajaran

outdoor untuk mengetahui kemampuan siswa, terlebih dahulu yang harus


31

diperhatikan adalah bagaimana proses pembelajaran dengan model outdoor itu,

kemudian apa saja yang menjadi faktor penunjang dan penghambat dalam

pelaksanaan proses menggambar bentuk dengan model pembelajaran outdoor, dan

bagaimana hasil yang dicapai dalam proses menggambar bentuk dengan model

pembelajaran outdoor sehingga akan diketahui sejauh mana kemampuan siswa

dalam menggambar bentuk dengan model pembelajaran outdoor.

Dengan melihat konsep yang telah disebutkan di atas maka skema kerangka pikir

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Kemampuan menggambar
bentuk dengan model
pembelajaran outdoor

Faktor penunjang dan


Proses pembelajaran
penghambat kemampuan
gambar bentuk Hasil pembelajaran
menggambar bentuk
gambar bentuk
dengan model
pembelajaran outdoor

Hasil Penelitian

Skema 1. Kerangka Pikir


32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pendekatan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Ciri-ciri penelitian kualitatif menjadi penelitian yang difokuskan pada latar

alamiah (termasuk peneliti) sebagai alat pengumpul data, menggunakan metode

kualitatif, menggunakan analisis data secara induktif, menyusun teori dan dasar

secara deskriptif dan ada kriteria khusus tentang keabsahan data, sedangkan

desain penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitian disepakati bersama.

Penelitian kualitatif adalah bersikap deskriptif, oleh sebab itu sifatnya

deskriptif, maka data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata. Menurut

Arikunto (2010:282), data yang bersifat kualitatif adalah data yang digambarkan

dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk

memperoleh kesimpulan.

Penelitian ini mengkaji tentang "Kemampuan Menggambar Bentuk

dengan Model Pembelajaran Outdoor Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1

Unismuh Makassar". Fokus kajian ini adalah kemampuan dan proses

pembelajaran seni rupa yang mencakup rumusan rujuan pembelajaran, materi

32
33

pelajaran, pilihan metode, rancangan kegiatan belajar dan mengajar, serta

rumusan evaluasi.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar

yang beralamat di Jl. Sultan Alauddin.

SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar adalah salah satu Laboratory

School dari Universitas Muhammadiyah Makassar, yang lokasi sekolahnya

memanfaatkan bagian dari gedung kampus Universitas Muhammadiyah Makassar

berada di sekitar perbatasan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian


(http://google.map.com)
34

B. Variabel Penelitian dan Desain Penelitian

1. Variabel penelitian

Variabel (Setyosari, 2010 : 108) adalah segala sesuatu yang menjadi objek

pengamatan dalam penelitian. Melihat judul tersebut maka variabel penelitian ini

adalah "Kemampuan Menggambar Bentuk dengan Model Pembelajaran Outdoor

Siswa SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar". Adapun keadaan variabel -

variabel sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran gambar bentuk dengan model pembelajaran

outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

2. Faktor penunjang dan penghambat proses menggambar bentuk ;

dengan model pembelajaran outdoor di kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

3. Hasil pembelajaran menggambar bentuk dengan model pembelajaran

outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan

menggambar bentuk siswa dengan model pembelajaran outdoor.


35

2. Desain Penelitian

Pengumpulan Data
tentang proses
pembelajaran

Pengumpulan Data
tentang faktor Pengolahan/ Deskripsi
penunjang dan Analisis Data data Kesimpulan
penghambat

Pengumpulan Data
tentang hasil
pembelajaran

Skema2. Desain Penelitian

C. Defenisi Operasional Variabel

Berdasarkan variabel di atas maka perlu dilakukan pendefinisian

operasional variabel guna memperjelas dan menghindari terjadinya suatu

kesalahan. Serta memudahkan sasaran penelitian hingga berjalan dengan baik.

Adapun definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran gambar bentuk dengan model pembelajaran

outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

Yang dimaksud di sini adalah bagaimana proses pembelajaran

gambar bentuk dengan model pembelajaran outdoor dilaksanakan di SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh.
36

2. Faktor penunjang dan penghambat dalam proses menggambar bentuk

dengan model pembelajaran outdoor di kelas X SMA Muhammadiyah

1 Unismuh Makassar.

Yang dimaksud disini adalah apa saja yang menjadi faktor

penunjang dan penghambat dalam proses menggambar bentuk dengan

menggunakan model pembelajaran outdoor dilaksanakan di SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh.

3. Hasil pembelajaran menggambar bentuk dengan model pembelajaran

outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

Yang dimaksud disini adalah bagaimana hasil belajar siswa dalam

menggambar bentuk dengan menggunakan model pembelajaran outdoor

yang di terapkan SMA Muhammadiyah 1 Unismuh.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh obyek penelitian. Sebelum menentukan sampel,

maka populasi penelitian harus ditetapkan terlebih dahulu. Menurut Arikunto

(2006:115), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan menurut

Husaini Usman (1995:181) pengertian populasi adalah semua nilai baik hasil

perhitungan maupun pengukuran baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada

karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulan bahwa populasi adalah semua individu

dari keseluruhan subjek yang jelas dan mempunyai ciri yang sama yang
37

Tindak dikenai dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi

adalah siswa kelas X di SMA Muhammadiyah Unismuh Makassar sebanyak 25

orang.

2. Sampel Penelitian

Penarikan sampel atau sampling adalah bahwa kita dapat memperoleh

informasi yang mendalam, terperinci dan efisien dari suatu agregat atau kumpulan

orang, rumah tangga atau lembaga-lembaga, atau satuan-satuan lainnya yang

sangat besar jumlahnya dari hanya sebagian kecil contoh atau sampel yang

dikumpulkan secara hati-hati dan teliti (Sagyono, 2008).

Pengambilan sampel ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan

seperti masalah penelitian, metode, disamping pertimbangan waktu dan biaya

(Sagyono, 2008).

Menurut Arikunto (2002:109) sampel adalah sebagian populasi yang akan

ditehti. Maka dalam penelitian ini yang akan dijadikan sampel adalah kelas X.

Teknik sampel memiliki beberapa keuntungan, antara lain: (1) subyek pada

sampel lebih sedikit dibanding populasi, sehingga lebih memudahkan peneliti

untuk melakukan penelitian, (2) sampel lebih efisien, baik dalam penggunaan

waktu maupun dana, (3) sampel lebih bersifat konstruktif karena subyek yang

diteliti jumlahnya jelas sedangkan teknik populasi jika terlalu banyak akan

bersifat destruktif.
38

E, Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik penelitian

lapangan. (Field Research). Untuk memperoleh data pada penelitian ini, peneliti

langsung pada tempat atau lokasi penelitian dengan menggunakan empat macam

teknik Adapun empat macam teknik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung

terhadap kegiatan belajar siswa dengan mengamati sejauh mana kemmapuan

siswa dalam menggambar bentuk dengan metode pembelajaran

outdoor.

2. Wawancara

Arikunto (2006: 155) menjelaskan wawancara adalah sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

Interview atau wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data

yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini

peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait untuk

memperoleh data yang diperlukan.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang

terkait untuk memperoleh data yang diperlukan. Wawancara dilaksanakan diluar

proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Wawancara

dilakukan, dengan guru mata pelajaran Seni Budaya, dan dengan pihak-pihak
39

yang terkait dalam penelitian di SMA Muhammadiyah 1 Unismuh, setelah itu

peneliti mencatat hasil wawancara.

Dalam melakukan wawancara, pewawancara harus membuat suatu

panduan atau pedoman wawancara mengenai hal-hal yang akan ditanyakan

kepada yang akan diwawancarai. Dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan

wawancara dan pokok-pokok permasalahan yang dipertanyakan tidak terpaut jauh

dari permasalahan utama.

3. Srudi Dolounentasi

Teknik dokumentasi dapat pula dikatakan sebagai "pemberian atau

pengumpulan bukti-bukti dan keterangan seperti gambar-gambar dan sebagainya".

(Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 211). Teknik ini dilakukan

untuk memperkuat data-data sebelumnya.

Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto,

dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Seperti telah disebutkan bahwa sumber

data utama penelitian kualitatif adalah berupa kata-kata dan tindakan, sumber data

tertulis dan foto.

Kata-kata dan tindakan (perilaku) orang yang diamati dan diwawancarai

merupakan sumber data utama yang dicatat dan ditambah catatan dari buku,

dokumen resmi dari sekolah, dokumen pribadi yang diperoleh dari subjek

penelitian tentang pengalaman konkret, keadaan suatu peristiwa, pandangan

hidup, sikap dan lain-lain. Di samping dokumen pribadi dan dokumen resmi,

penggunaan foto untuk melengkapi data.


40

4. TesPraktek

Dalam penelitian ini tes praktek digunakan untuk inengetahui hasil pembelajaran

yang akan dicapai siswa dalam proses gambar bentuk dengan menggunakan

metode pembelajaran outdoor.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif

kualitatif. Analisis data kualitatif dilakukan melalui prosedur sebagai berikut.

1. Reduksi Data

Pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan pengumpulan

dokumen merupakan cara yang dilakukan guna memperoleh data yang diperlukan.

Dengan reduksi data akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dilakukan dengan menampung semua

data yang ada baru kemudian memilih data yang benar-benar diperlukan dan

berhubungan dengan penelitian tersebut untuk dianalisis lebih lanjut. Dalam

proses reduksi, data-data yang tidak diperlu maupun yang tidak berkenaan dengan

masalah penelitian dapat dihilangkan dan kemudian diganti serta ditambah dengan

data-data baru yang sesuai.

2. SajianData

Setelah direduksi taliap berikutnya adalah penyajian data, sebagaimana

halnya dengan proses reduksi data, penciptaan dan penggunaan data tidaklah
41

terpisah dari analisis. Dalam penyajian ini akan disajikan data secara lengkap,

baik data yang diperoleh dari observasi, dokurnentasi, angket maupun wawancara,

kemudian dianalisis antara kategori dari permasalahan yang ada, guna

mendapatkan hasil penyajian yang rapi dan sistematis sehingga data yang

terkumpul tersusun dengan baik.

3. Verifikasi atau Penarikan Simpulan

Verifikasi atau penarikan simpulan merupakan hasil dari perolehan data

yang telah didapatkan atau data yang diperoleh dari penelitian yang kemudian

diolah sehingga dapat ditarik sebuah simpulan yang sesuai dengan rumusan

masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Dari awal sampai akhir pengumpulan data

yang direduksi dan disajikan kemudian dilihat serta ditinjau kembali melalui

pengujian kebenaran, kecocokkan sehingga sampai pada tingkat validitas yang

diharapkan.

Dari ketiga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa antara reduksi data,

sajian data dan penarikan kesimpulan merupakan sesuatu yang saling

berhubungan dan saling menjalin antara satu dengan yang lain baik pada saat

sebelum, selama, dan setelah pengumpulan data.


42

BAB IV

BASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan penyajian hasil temuan penelitian yang telah

dilakukan dilapangan oleh peneliti mengenai kemampuan menggambar bentuk

dengan model pembelajaran outdoor siswa SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

Makassar.

Dalam penyajian ini tidak menggunakan data kuantitatif melainkan

menggunakan kualitatif. Data yang telah diolah dan dianalisa disajikan dalam

bentuk deskriptif yaitu penggambaran data secara apa adanya berdasarkan

kenyataan yang ada di lapangan, sesuai indikator dan variabel penelitan.

Berdasarkan rincian masalah yang telah diajukan peneliti meliputi:

Bagaimana proses pembelajaran gambar bentuk dengan model pembelajaran

outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar, faktor apa

yang menjadi penunjang dan penghambat dalam proses menggambar bentuk

dengan model pembelajaran outdoor di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

Makassar, dan bagaimana hasil pembelajaran gambar bentuk dengan model

pembelajaran outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

41
43

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di SMA Muharnmadiyah I Unismuh Makassar

yang merupakan lembaga pendidikan menengah dibawah Badan Pelaksana Harian

Universitas Muharnmadiyah Makassar (BPH UMM)

Pada awahiya SMA Muhammadiyah I berada di Jl. Muhammadiyah No.

5IB Makassar dengan nama SMA Muhammadiyah I Cabang Makassar, yang

menjadi salah satu sekolah unggulan Muhammadiyah yang mampu mengadakan

ujian seleksi penerimaan siswa baru yang diadakan sekolah negeri. Selain itu

dapat kita lihat keberhasilan alumni-alumninya ditingkat regional maupun

nasional diberbagai bidang, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Bapak

Andi Mattalatta ( Mantan Menteri Hukum Dan Ham) Bapak Dr. IT. Nasrullah

M,Sc. ( Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propensi Sulawesi Selatan)

adalah sala satu alumni Sekolah ini yang telah berhasil mengukir kesuksesan.

Keberhasilan Drs. H. Abd. Rasyid Abdullah (Kepsek) mengantar sekolah

ini menjadi unggul disebabkan oleh banyak factor, antara lain : tim pengajar yang

digunakan terdiri dari guru-guru senior dibidang masing-masing yang dipilih dari

sekolah-sekolah negeri, kegiatan laboratorium aktif dan dilaksanakan diluar jam

pelajaran, sehingga setiap praktikum dapat dituntaskan karena tidak terdesak oleh

waktu,. Kedisiplinan terpelihara, dan siswanya senantiasa diikutkan pada kegiatan

diskusi-diskusi remaja dan lomba bidang studi baik yang diadakan oleh

Pemerintah maupun oleh lembaga pendidikan lain.

Sekitar tahun 1995 muncul kemelut internal yang tidak kunjung padam, ini

diakhiri dengan kebijakan Kepala Sekolah untuk memberikan surat pindah kepada
44

semua siswanya, maka hilanglah SMA Muhammadiyah I, yang selama ini

menjadi kebanggaan dari warga Muhammadiyah terutama di Sulawesi Selatan.

Pada tahun 2003 dipelopori oleh Bapak K.H. Djamaluddin Amien (Ketua

BPH Unismuh), muncul inisiatif untuk membuka kembali SMA Muhamniadiyah

I, dan keinginan tersebut membuahkan hasil, ditandai dengan adanya serah terima

dari Pimpinan Muhammadiyah Cabang Makassar kepihak Universitas

Muhammadiyah Makassar (UMM) sebagai pihak yang diberi tanggung jawab

untuk membangkitkan kembali SMA Muhammadiyai I. Serah terima ini

dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2003, disaksikan oleh Ketua Majelis

Dikdasmen Wilayah Sulawesi Selatan dan Daerah Kota Makassar.

Berpindahnya SMA Muhammadiyah I dari jalan Muhammadiyah no. 51 B

ke Kompleks UMM, menyebabkan nama sekolah ikut berubah, yaitu SMA

Muhammadiyah I Cabang makassar menjadi SMA Muhammadiyah I Unismuh

Makassar.

Tahun 2006 tepatnya 23 Maret, diadakan Reuni Akbar SMA

Muhammadiyah I, dihadiri oleh sekitar 200 alumni dan telah memutuskan

membentuk Ikatan Alumni SMA Muhammadiyah I, dan sekaligus memberi

amanah untuk membuka kembali SMA Muhammadiyah I, maka pada bulan Juni

2006 BPH Unismuh Makassar mengangkat DR. Nasrullah, M.Sc yang juga salah

saru alumni dari SMA Muhamniadiyah I sebagai Kepala Sekolah periode 2006-

2010. Dengan komitmen bersama antara pihak Unismuh, pengelolah, didukung

oleh tim pengajar yang handal seperti : DR. Abd. Rahman Rahim, M.Hum, Drs.

M. Abduh Makka, M.Si, Dra Arifah Sulaiman, M.Pd, DR.


45

Nasrullah, M.Sc, Drs. H. Najamuddin dan lain-lain. Insya Allah akan berusaha

mengantar SMA Muhammadiyah I Unismuh menjadi salah sata sekolah unggulan

yang ada di Kota Makassar.

Muhammadiyah 1 Unismuh Kota makassar memiliki visi dan misi yang

jelas dalam membawa sekolah menuju tujuan yang dicita-citakan. Berikut visi dan

misi SMA Muhammadiyah 1 Unismuh berdasarkan sumber data dari tenaga tata

usaha sekolah tahun pelajaran 2015/2016 adalah

1. Visi SMA Muhammadiyah 1 Unismuh.

Mantap Keimanan, Unggul Intelektual, Anggun berakhlak dan Sigap Berkarya

2. Misi SMA Muhammadiyah 1 Unismuh,

1) Menerapkan pola pembelajaran terpadu yang dapat menguasai IMTAK dan

IPTEK, sehingga siswa memiliki landasan ketaqwaan yang kokoh, dalam

wujud kesalehan pribadi dan sosial yang dijiwai semangat amar ma'ruf nahi

mungkar.

2) Menjadikan SMA Muhammadiyah I Unismuh Makassar sebagai sekolah

unggulan (Agen of Excellence) khususnya di bidang Bahasa, Sains dan

Teknologi Informasi.

Sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

Makassar berupa, ruang belajar, laboratorium IP A, perpustakaan, wifi indischool

dan sarana olahraga.

Secara keseluruhan fasilitas pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1

Unismuh kota Makassar sudah cukup memadai, ditandai dengan berbagai fasilitas

tersebut di atas. Berkaitan dengan seni rupa, sekolah belum mempunyai ruang
46

praktik sendiri untuk kegiatan kesenian. Hal ini disebabkan oleh cara pandang

guru yang masih menganggap kegiatan praktik seni rapa dapat dilakukan di mana

saja seperti di luar ruangan, sehingga tidak ada ruang khusus untuk praktik seni

rupa.

Jumlah guru dan tenaga administrasi di SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

menurut jabatan dan mata pelajaran yang diajarkan adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Data guru dan tenaga administrasi di SMA Muhammadiyah 1


Unismuh

No Nama Jabatan/Bidang studi

1 Dra. Andi Marliah Bakri, M.Si Kepala Sekolah/ Kimia


2 Drs. H. Safri, MM Wakasek Kurikulum/'Akuntansi
3 Drs. Amir MR, MM Wakasek Kesiswaan/Bahasa
Indonesia
4 Murlinah, SH. Ka. Tata Usaha
5 A. Junaedi, S.Pd, M.Pd Tadarrus
6 Suardi, Drs. M.Huin Baliasa Indonesia
7 A. Syamsul Alam, S.Pd, M.Pd Bahasa Indonesia
8 Abd. Fattah,S.Th.I, M.Th.I Tadarrus/Qur'an Hadis
9 AsniaEdja, S.Pd, M.Pd Laboran/Fisika
10 Nur Ahmad, S.Pd Sosiologi
11 Hamsah Zaidin, Drs. M.Si Bahasa Inggris
12 HM. Ali Hakka, Drs Kemuhammadiyahan
13 HM. Dahlan, DR. Drs. M.Ag Bahasa Arab
14 HM. Malik Wello, DR. M.Sos.I Aqidah Akhlak & Syariah
15 Ika Sastrawati, S.Pd Bahasa Inggris
16 Hendra Gunawan, S.Pd Matematika
17 Kaharuddin Abdi, Drs. Biologi
18 M. Amir, Drs Sejarah
19 Khaedir Luthfi, S.Pd Seni Budaya
47

No Nama Jabatan/Bidang studi


20 Inasuryani Hajar , S.Pd Matematika
21 Muh. Khaedir Luthfi, S.Th.I Tadarrus/ Bhs .Arab
22 Nasrullah, S.Pd, M.Pd Matematika
23 Nurlaila Syarfiah, SP, M.Si Staf Kurikulum/Ekonomi
24 Rajiah Rusdy, Dra, M.Pd.I Qur'an Hadis
25 Rosdiana. Hj. Dra M.Pd Bimbingan Konseling
26 Erlin Saputra, S. Pd Penjaskes
27 Sudarman, S.Pd, M.Pd Kimia
28 Syamsuriadi, Drs.MA Kemuhammadiyahan
29 Muarif Amir, S.pd TIK
30 Heru Sutanto, S.Pd, M.Pd PKn
31 Nurfaisah, SE StafTataUsaha
32 Irmawati, S. Pd StafPerpustakaan
Sumber : Data Peneliti, Agustus 2015

Berdasarkan label di atas, keadaan Guru SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

memiliki 33 guru/tenaga pendidik, dengan latar belakang pendidikan SI, S2, dan

S3. Hal ini menunjukkan bahwa SMA Muhammadiyah 1 Unismuh telah

menjalankan tugasnya sebagai lembaga pendidikan formal yaitu menempatkan

guru yang telah memiliki kualifikasi dan sertifikasi yang sesuai pada lembaga

pendidikan tersebut. Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,

pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang

proses pendidikan pada saruan pendidikan.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, jumlah siswa di SMA

Muhammadiyah Unismuh adalah 59 orang siswa, dengan rincian siswa laki-laki

29 orang dan siswa perempuan 30 orang. Berikut lebih lengkap disajikan dalam

label 2.
48

Tabel 2: Data Jumlah Siswa di SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


X 12 13 25
XI 5 6 11
XII 12 11 23
Jumlah 29 30 59
Sumber : Data Peneliti, Agustus 2015

Latar belakang sosial ekonomi siswa SMA Muhammadiyah I Unismuh

berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Sebagaian besar orang tua

siswa bekerja di luar rumah sebagai pedagang, penjahit, dan buruh, dan sebagian

kecil yang berprofesi sebagai PNS.

B. Hasil Penelitian Proses Pembelajaran Gambar Bentuk dengan Metode


Pembelajaraa Outdoor pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah
Unismuh Makassar.

Pembelajaran gambar bentuk dengan metode pembelajaran outdoor

merupakan kegiatan belajar-mengajar yang kegiatannya dilaksanakan di luar

kelas, misalnya di halaman atau taman sekolah (masih dalam lingkungan sekolah)

menyesuaikan sarana dan prasarana yang terdapat di lingkungan siswa. Dalam

kegiatan ini peneliti menggunakan pedoman observasi untuk mengamati proses

pembelajaran menggambar bentuk yang dilakukan oleh guni di luar kelas

(outdoor). Hal yang diamati adalah aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan
49

pembelajaran menggambar bentuk, yang berlangsung dari awal sampai akhir

pembelajaran.

1. Perencanaan

Pembelajaran mengambar bentuk di luar kelas (outdoor), telah dirancang

oleh peneliti berdasarkan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran seni rupa.

Waktu pelaksanaan pembelajaran gambar bentuk di luar kelas (outdoor) adalah

selama 2x40 menit atau 2 jam pembelajaran.

Pemilihan benda ini didasarkan pada Kompetensi Dasar menggambar

bentuk dengan mengenal objek gambar yang ada di sekitar kita. Peralatan yang

digunakan untuk kegitatan pembelajaran gambar bentuk di luar kelas (outdoor)

adalah kertas gambar A4, pensil 2B, penghapus, rautan pensil, papan atau

landasan gambar. Lokasi pembelajaran gambar bentuk adalah di halaman depan

kelas. Dalam penelitian ini menggunakan tiga metode pembelajaran, yakni

demonstrasi, metode tanya jawab, dan metode penugasan.

2. Pelaksanaan pembelajaran

Proses kegiatan belajar mengajar pada pengamatan pembelajaran gambar

bentuk outdoor dilakukan selama satu kali pertemuan. Pertemuan tersebut

dilakukan dengan alokasi waktu 2x40 menit atau dengan kata lain selama 2 jam

pelajaran. Kegiatan pembelajaran dimulai dari kegiatan awal kemudian

pembelajaran akan dilaksanakan di luar ruang kelas yakni dihalaman depan kelas,

kegiatan inti guru akan memberikan sedikit materi mengenai prinsip-prinsip dan

teknik menggambar bentuk kemudian guru melakukan


50

kegiatan demonstrasi kepada siswa, tanya jawab dan penugasaan untuk mulai

inelakukan kegiatan kreasi gambar bentuk, kegiatan akhir guru mengevaluasi

karya siswa berdasarkan pedoman penilaian.

a. Pengamatan terhadap Aktivitas Guru

Setelah bel berbunyi, guru masuk ke dalam kelas dan memastikan siswa

sudah masuk ke dalam ruang kelas, selanjutnya guru membacakan tujuan

pembelajaran. Penjelasan mated gambar bentuk melalui metode demonstrasi

berlangsung kurang lebih selama 10 menit, kemudian guru melanjutkan kegiatan

pembelajaran dengan menginformasikan bahwa pembelajaran seni rupa materi

gambar bentuk akan dilaksanakan di luar kelas (outdoor) yakni di halaman depan

kelas. Selanjutnya guru memanggil ketua kelas untuk membagikan kertas gambar

yang sudah disediakan oleh peneliti. Setelah kertas gambar selesai dibagikan, guru

mengarahkan siswa untuk menuju ke halaman depan kelas dengan tertib dan tidak

membuat gaduh serta menginstruksikan kepada siswa agar mengambil posisi yang

baik untuk arah pandang objek yang akan digambar.


51
52

Setelah masing-masing siswa sudah mendapatkan posisi yang tepat guru

segera menginsrruksikan untuk segera menggambar. Selarna proses pembelajaran

berlangsung guru juga senantiasa membantu dan mengarahkan serta memberikan

bimbingan secara individual terutama mengarahkan bagaimana menggambar

dengan proporsi yang baik, serta cara memberikan gelap terang dengan teknik

arsir yang tepat.

b. Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa

Berdasarkan pengamatan yang ditujukan terhadap siswa, pada jam

pelajaran setelah bel berbunyi, diketahui sernua siswa sudah berada di dalarn

kelas. Siswa terlihat sudah siap untuk mengikuti pembelajaran menggambar

benruk. Alat gambar berupa pensil 2B, papan landasan kertas gambar, rautan

pensil dan penghapus sudah dibawa siswa dari rumah, sedangkan kertas gambar

A4 disediakan oleh peneliti. Selanjutnya guru menjelaskan materi melalui metode

demonstrasi berupa langkah-langkah atau prosedur menggambar benruk semua

siswa nampak tenang dan memperharikan penjelasan dari guru. Setelah

demonstrasi selesai dijelaskan kemudian murid segera mengikuti instruksi guru

untuk melakukan kegiatan selanjutnya yakni berkarya di luar ruangan (outdoor).

Siswa diminta mengambil posisi yang baik untuk arah pandang pada objek yang

akan di gambar.
53
54

Pada kegiatan akhir, setelah pembelajaran selesai siswa kembali dalam

kelas dan inenyimak simpulan mated yang disampaikan oleh guru. Siswa

mencatat hal-hal yang dianggap penting selama guru menyampaikan simpulan

materi yang telah dipelajari.

3. Evaluasi pembelajaran gambar bentuk dengan metode Outdoor.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru selama

pembelajaran gambar bentuk pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1

Unismuh, diketahui bahwa guru memiliki tingkat kedisiplinan mengajar yang

cukup tinggi.

Guru tidak menjelaskan materi gambar bentuk mengenai teknik dan

prinsip-prinsip mengambar bentuk secara keseluruhan, guru hanya menjelaskan

beberapa yang terkait dengan teknik dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk

menggambar objek. Kegiatan selanjutnya adalah kreasi menggambar bentuk

dengan objek benda yang ada di sekitar kita.

Pada kegiatan akhir pembelajaran guru melakukan evaluasi agar masing-

masing siswa bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan karyanya.

Untuk pengamatan yang dilakukan terhadap siswa mulai dari kegiatan

pendahuluan, siswa terlihat sudah cukup siap mengikuti proses pembelajaran

menggambar bentuk outdoor.


55

C. Pembahasan Proses Pembelajaran Gambar Bentuk dengan Metode


Pembelajaran Outdoor pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah
Unisinuh Makassar.

Pembelajaran gambar bentuk dengan metode pembelajaran outdoor merupakan

kegiatan belajar-mengajar yang kegiatannya dilaksanakan di luar kelas, misalnya

di halaman atau taman sekolah (masih dalam lingkungan sekolah) menyesuaikan

sarana dan prasarana yang terdapat di lingkungan siswa. Dalam kegiatan ini

peneliti menggunakan pedoman observasi untuk mengamati proses pembelajaran

menggambar bentuk yang dilakukan oleh guru di luar kelas (outdoor). Hal yang

diamati adalah aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan pembelajaran

menggambar bentuk, yang berlangsung dari awal sampai akhir pembelajaran.

1. Perencanaan

Pembelajaran mengambar bentuk di luar kelas (outdoor), telah dirancang

oleh peneliti berdasarkan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran send rupa.

Kegiatan pembelajaran gambar bentuk dirancang berdasarkan pada standar

kompetensi mengekspresikan diri melalui karya seni rupa dan kompetensi dasar

menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah

setempat. Waktu pelaksanaan pembelajaran gambar bentuk di luar kelas (outdoor)

adalah selama 2x40 menit atau 2 jam pembelajaran. Tujuan kegiatan pembelajaran

ini adalah sebagai berikut:

1) Siswa mampu menggambar benda yang ada di sekitar kita sesuai dengan

kaidah perspektif (sesuai dengan objek sebenaraya) dengan tepat.


56

2) Siswa mampu menentukan proporsi (keseimbangan, kesesuaian bentuk dan

ukuran suatu benda dengan benda yang lain) dalani menggainbar benda di

sekitar kita dengan tepat.

3) Siswa mampu menggambar benda dengan memanfaatkan alat dan bahan

dengan baik.

4) Siswa mampu memanfaatkan teknik arsir dan menentukan bagian gelap/terang

benda yang digambar dengan tepat menggunakan pensil.

5) Siswa dapat menggambar benda dengan kualitas visual yang indah/estetis.

Pemilihan benda ini didasarkan pada Kompetensi Dasar menggambar

bentuk dengan mengenal objek gambar yang ada di sekitar kita. Peralatan yang

digunakan untuk kegitatan pembelajaran gambar bentuk di luar kelas (outdoor)

adalah kertas gambar A4, pensil 2B, penghapus, rautan pensil, papan atau

landasan gambar. Lokasi pembelajaran gambar bentuk adalah di halaman depan

kelas.

Dalam penelitian ini menggunakan tiga metode pembelajaran, yakni

demonstrasi, metode tanya jawab, dan metode penugasan. Metode demonstrasi

digunakan untuk menjelaskan langkah-langkah atau prosedur dalam menggambar

bentuk, metode tanya jawab dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa dalam pembelajaran menggambar bentuk, kemudian metode penugasan

untuk memberikan evaluasi kepada siswa berupa karya.


57

2. Pelaksanaan pembelajaran

Proses kegiatan belajar mengajar pada pengamatan pembelajaran gambar

bentuk outdoor dilakukan selama satu kali pertemuan. Pertemuan tersebut

dilakukan dengan alokasi waktu 2x40 menit atau dengan kata lain selama 2 jam

pelajaran. Kegiatan pembelajaran dimulai dari kegiatan awal kemudian

pembelajaran akan dilaksanakan di luar ruang kelas yakni dihalaman depan kelas,

kegiatan inti guru akan memberikan sedikit materi mengenai prinsip-prinsip dan

teknik menggambar bentuk kemudian guru melakukan kegiatan demonstrasi

kepada siswa, tanya jawab dan penugasaan untuk mulai melakukan kegiatan

kreasi gambar bentuk, kegiatan akhir guru mengevaluasi karya siswa berdasarkan

pedoman penilaian.

a. Pengamatan terhadap Aktivitas Guru

Kegiatan pendahuluan pembelajaran gambar bentuk di luar kelas (outdoor)

diawali dengan guru masuk ke dalam ruang kelas setelah mendengar bel jam

pelajaran berbunyi, kemudian guru mengucap salam dan memastikan semua siswa

sudah masuk ke dalam ruang kelas, selanjutnya guru membacakan tujuan

pembelajaran gambar bentuk. Setelah guru membacakan tujuan pembelajaran

gambar bentuk, kemudian guru mengawali kegiatan inti dengan memberikan

motivasi berapa contoh gambar terbaik agar siswa tertarik dan terpancing ingin

mengetahui bagaimana cara membuat gambar sebagus contoh gambar yang

ditujukan, kemudian guru langsung memberikan jawaban dengan menjelaskan

materi
58

berupa prosedur menggambar bentuk yakni menjelaskan bagaimana cara atau

langkah-langkah ineRggambar bentuk dengan baik.

Penjelasan materi gambar bentuk melalui metode demonstrasi berlangsung

kurang lebih selama 10 menit, kemudian guru melanjutkan kegiatan pembelajaran

dengan menginformasikan bahwa pembelajaran seni rupa materi gambar bentuk

akan dilaksanakan di luar kelas (outdoor) yakni di halaman depan kelas. Kegiatan

pembelajaran di luar kelas (outdoor) ini bertujuan untuk siswa lebih leluasa dalam

bergerak dan mengamati objek yang akan digambar berupa semua benda yang ada

di sekitar, baik berupa gedung sekolah, pepohonan, sarana olahraga dan yang

lainnya. Siswa cukup memilih salah satu benda tersebut untuk digambar. Ketika

guru menginformasikan bahwa pembelajaran gambar bentuk dilaksanakan di luar

ruangan, ternyata siswa tampak senang. Selanjumya guru memanggil ketua kelas

untuk membagikan kertas gambar yang sudah disediakan oleh peneliti. Setelah

kertas gambar selesai dibagikan, guru mengarahkan siswa untuk menuju ke

halaman depan kelas dengan tertib dan tidak membuat gaduh serta

menginstruksikan kepada siswa agar mengambil posisi yang baik untuk arah

pandang objek yang akan digambar.

Setelah masing-masing siswa sudah mendapatkan posisi yang tepat guru

segera menginstruksikan untuk segera menggambar. Guru juga memberi sedikit

arahan waktu pengerjaan adalah 1 jam atau 60 menit, pastikan posisi duduk sudah

tepat, gambarlah objek semirip mungkin dengan aslinya. Sesekali guru dan

peneliti berkeliling mengamati proses


59

berkarya yang dilakukan oleh siswa satu per satu. Selama proses pembelajaran

berlangsung guru juga senantiasa rnernbantu dan mengarahkan serta memberikan

bimbingan secara individual terutama mengarahkan bagaimana menggambar

dengan proporsi yang baik, serta cara memberikan gelap terang dengan teknik

arsir yang tepat. Kegiatan berkarya selesai dalam waktu 60 menit, kemudian guru

menginstruksikan agar semua siswa masuk ke dalam kelas dan mengutus ketua

kelas untuk mengumpulkan semua karya kemudian selanjutnya dilakukan

kegiatan evaluasi.

b. Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa

Berdasarkan pengarnatan yang ditujukan terhadap siswa, pada jam

pelajaran setelah bel berbunyi, diketahui semua siswa sudah berada di dalam

kelas. Siswa terlihat sudah siap untuk mengikuti pembelajaran menggambar

bentuk. Alat gambar berupa pensil 2B, papan landasan kertas gambar, rautan

pensil dan penghapus sudah dibawa siswa dari rumah, sedangkan kertas gambar

A4 disediakan oleh peneliti.

Pada kegiatan inti siswa diberi motivasi oleh guru dengan menunjukkan

contoh gambar, siswa tampak termotivasi ingin membuat karya sebagus contoh

yang ditunjukkan. Pada saat guru menjelaskan materi melalui metode demonstrasi

berupa langkah-langkah atau prosedur menggambar bentuk semua siswa nampak

tenang dan memperhatikan penjelasan dari guru. Setelah demonstrasi selesai

dijelaskan kemudian murid


60

segera mengikuti instruksi guru untuk melakukan kegiatan selanjutnya yakni

berkarya di luar ruangan (outdoor). Siswa diminta mengambil posisi yang baik

untuk arah pandang pada objek yang akan di gambar. Setelah siswa mendapat

tempat masing-masing dengan posisi mengarah ke benda yang dijadikan objek

gambar, siswa langsung memulai menggambar dengan membuat sket terlebih

dahulu. Di sini siswa tidak menggunakan meja dan kursi untuk duduk tetapi hanya

lesehan dengan memanfaatkan teras ruang kelas dan landasan untuk menggambar

menggunakan triplek sehingga bergerak lebih dinamis.

Selama proses pembelajaran menggambar benruk dengan objek gambar

benda di sekitar kita, terlihat siswa sangat serius dalam menggambar. Setiap siswa

yang mengalami kesulitan akan dibimbing dan diarahkan oleh guru. Suasana

interaktif juga dapat terwujud dikarenakan iklim kompetisi setiap siswa ingin

membuat gambar yang lebih bagus dan semirip mungkin dengan objek aslinya.

Hal ini terlihat dari sesama siswa yang saling melihat karyanya milik temannya

dan apabila gambamya kurang bagus maka siswa akan termotivasi menggambar

lebih bagus dari temanya.

Pada kegiatan akhir, setelah pembelajaran selesai siswa kembali dalam

kelas dan menyimak simpulan materi yang disampaikan oleh guru. Siswa

mencatat hal-hal yang dianggap penting selama guru menyampaikan simpulan

materi yang telah dipelajari yakni pembelajaran gambar bentuk diluar ruangan

(outdoor) dengan objek gambar benda di sekitar kita.


61

3. Evaluasi pembelajaran gambar bentuk dengan metode Outdoor

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru selama

pembelajaran gambar bentuk pada siswa kelas X Sma Muhammadiyah 1

Unismuh, diketahui bahwa guru memiliki tingkat kedisiplinan mengajar yang

cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan sikap guru yang segera menuju ke ruang

kelas setelah mendengar bel tanda jam mengajar.

Guru tidak menjelaskan mated gambar bentuk mengenai teknik dan

prinsip-prinsip mengambar bentuk secara keseluruhan, guru hanya menjelaskan

beberapa yang terkait dengan teknik dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk

menggambar objek, hal ini diketahui melalui hasil pengamatan peneliti sebelum

masuk ke materi pembelajaran, guru terlebih dahulu menginformasikan tujuan

pembelajaran, selanjutnya memberikan mated gambar bentuk kurang lebih selama

15 menit dengan menggunakan metode demonstrasi, kemudian setelah guru

selesai mendemonsrrasikan mated gambar bentuk, guru segera menginstruksikan

bahwa pembelajaran akan dilaksanakan di luar ruangan atau (outdoor) guru

menginstruksikan siswa agar keluar kelas menuju halaman dengan tertib.

Kegiatan selanjutnya adalah kreasi menggambar bentuk dengan objek benda yang

ada di sekitar kita.

Pada saat proses pembelajaran menggambar bentuk dengan model

pembelajaran outdoor berlangsung guru juga selalu berkeliling mengarahkan dan

memberi bimbingan secara individual tentang proses menggambar mulai dad

persiapan, pelaksanaan, sampai penyelesaian karya. Pada kegiatan akhir


62

pembelajaran guru melakukan evaluasi agar masing-masing siswa bisa

mengetahui kekurangan dan kelebihan karyanya.

Untuk pengamatan yang dilakukan terhadap siswa mulai dari kegiatan

pendahuluan, siswa terlihat sudah cukup siap mengikuti proses pembelajaran

menggambar bentuk outdoor, yakni dengan membawa peralatan berupa pensil 2B,

papan landasan gambar, rautan pensil serta penghapus yang sudah siswa siapkan

dari rumah untuk kertas gambar sendiri disediakan oleh peneliti.

Pada saat kegiatan inti dimulai siswa terlihat kagum melihat gambar yang

ditunjukan oleh guru, sehingga siswa menjadi semangat dan merasa tertantang

ingin menggambar sebagus contoh gambar yang ditunjukan guru. Ketika guru

mendemonstrasikan dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran gambar

bentuk siswa mendengarkan dengan serius, tampak siswa benar-benar ingin

mengetahui bagaimana cara menggambar bentuk dengan baik, siswa kelas X

memang terkenal kelas yang gampang untuk diatur dan dibimbing sehingga

proses pembelajaran menjadi lebih mudah.

Sebelum proses berkarya dimulai guru menginformasikan bahwa


pembelajaran akan dilaksanakan di luar ruang kelas (outdoor), terlihat siswa
bertambah semangat untuk mengkuti pembelajaran gambar bentuk pagi hari itu
dengan model pembelajaran gambar bentuk di luar kelas (outdoor) dan ketika
mengikuti instruksi guru untuk keluar kelas, siswa patuh dan tertib keluar ruangan
kelas menuju halaman sekolah, dengan cekatan siswa langsung mengambil posisi
duduk yang strategis, hanya dibutuhkan waktu 5 menit untuk mengatur siswa
sesuai instruksi guru. Pada saat proses berkarya meliputi
63

penggunaan alat dan bahan dalam menggambar bentnk siswa terlihat tidak

mengalaini kesulitan berarti, hanya pada saat awal niemulai menggambar siswa

terlihat sedikit bingung membuat garis sketsa hal ini dapat diatasi dengan

bimbingan dan arahan yang diberikan oleh guru.

D. Faktor Penunjang dan Penghambat dalam Proses Menggambar Bentuk


dengan Model Pembelajaran Outdoor di Kelas X SMA Muhammadiyah 1
Unismuh Makassar

Dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran menggambar bentuk

dengan model pembelajaran outdoor, memiliki beberapa faktor penunjang dalam

mendukung minat belajar siswa diantaranya adalah:

1. Mendorong motivasi belajar siswa, karena menggunakan setting alam

terbuka sebagai sarana kelas. yang dapat menambah aspek kegembiraan

dan kesenangan bagi siswa.

2. Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

karena dapat berekspolarasi menciptakan suasana belajar seperti

bermain.

3. Pada pembelajaran outdoor siswa menggunakan media pembelajaran

yang kongkrit dan memahami lingkungan yang ada disekitarnya. Pada

saat pembelajaran digunakan media yang sesuai dengan situasi

kenyataannya.

4. Mudahnya beradaptasi dengan Prodi Pendidikan Seni Rupa Unismuh

Makassar sehingga berpotensi memperkaya prestasi siswa.


64

5. Suasana lebih bebas, dinamis, santai, nyaman dan tidak menjenuhkan

sehingga inspirasi lebih berkembang.

6. Lebih mudah melakukan penggambaran secara detail dengan

pengamatan secara langsung dan cermat pada objeknya karena tidak

dibatasi ruang sehingga bebas memilih sudut pandang.

7. Ruang gerak luas sehingga tidak perlu berdempet-dempetan

sebagaimana didalam kelas.

8. Suasana tidak membosankan dan tidak terikat dengan suasana yang

formal sehingga ada kebebasan untuk berekspresi dan berkreasi

Selain memiliki kelebihan, pendekatan di luar kelas sebagai pendekatan

pembelajaran juga memiliki kelemahan yang menjadi faktor penghambat dalam

proses pembelajaran, diantaranya adalah

1. Memerlukan perhatian yang ekstra dari guru pada saat pembelajaran

karena menggunakan media alam yang membuat siswa tidak terfokus

pada satu objek.

2. Guru haras memberikan perhatian yang lebih dalam hal pengawasan

siswa, karena karakteristik siswa yang berbeda, ada yang fokus pada

pembelajaran namun terkadang ada juga siswa yang akan

memanfaatkan waktunya hanya untuk bermain saja.

3. Pembelajaran gambar bentuk outdoor yang di luar ruangan dapat

terhambat oleh cuaca. Baik angin, panas matahari, maupun hujan.

4. Lebih mudah terganggu oleh orang luar atau kebisingan.


65

5. Siswa harus menyiapkan perlengkapan ekstra berupa landasan kertas

gambar / triplek.

E. Hasil Evaluasi Pembelajaran Gambar Bentuk dengan Metode


Pembelajaran Outdoor pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1
Unismuh

Setelah diadakan evaluasi terhadap pembelajaran gambar bentuk dengan

metode pembelajaran outdoor siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh,

diperoleh rekapitulasi nilai gambar bentuk siswa kelas X pada tabel 3.

Tabel. 3: Hasil Evaluasi Pembelajaran Gambar Bentuk dengan Metode


Pembelajaran Outdoor pada Siswa Kelas X

Nama Sswa Nilai akhir Rata-Rata


No Nilai
Peneliti Guru Seni
Budaya
1 Nurfaizal 80 85 82,5
2 Ashrafiyah 78 80 79
3 Muh. Fathur Rasyid 85 80 85 82 85 81
4 Khairunnisa. D
5 Bambang Wirjanarko 80 82 81
6 Fahrul Islam 85 84 84,5
7 Nur Fadli 85 86 85 ,5
8 M. Fathur Rahman 88 85 86,5
9 Akbar Ali Ashgar 86 85 85,5
Muthahhari
10 Muhammad Harun 80 80 80
11 Muhammad Fajar Nur 85 85 85
Zainuddin
12 Muhammad Dirwan 88 86 87
Amiruddin
13 Nurfadillah Sunusi 78 80 79
14 Tamlika Al Fajar 80 82 81
15 Sahara 85 84 84,5
66

16 Alamsah Dwi Mudiarta 88 86 87


17 Aldian Ade Putr 90 88 89
18 Rahmatia 80 80 80
19 Nurfadillah 85 84 84,5
20 Adila Rafifah Ashari 90 86 88
21 Nurhikmah 78 80 79
22 Anugrah Qonita 80 85 82,5
23 Muhammad Farhan 80 85 82,5
24 Andi Munadiyah Darwis 82 85 83,5
25 Abdullah Muammar 85 85 85
Rata-Rata Nilai Siswa 83,24 83,80 83,52

Sumber : Data Peneliti, Agustus 2015

Berdasarkan hasil evaluasi karya menggambar bentuk dengan metode

pembelajaran outdoor kelas X di atas dapat disimpulan bahwa semua siswa lulus

sesuai dengan KKM yakni nilai 75 yang di terapkan oleh guru seni rupa di SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh. Berikut ditampilkan hasil rekapitulasi nilai karya

menggambar bentuk berdasarkan kategori rentangan nilai menggambar bentuk

pada label 4.

Tabel. 4: Rekapitulasi Nilai Karya Menggambar Bentuk Berdasarkan


Kategori Rentangan Nilai

Jumlah
No Rentang Nilai Knteria Gambar bentuk Persentase (%)
1 90-100 Sangat baik 0 0
2 80-89 Baik 23 92%
3 65-79 Cukup 2 8%
4 51-64 Kurang 0 0
5 0-50 Sangat kurang o o
Jumlah 25 100 %
Sumber : Data Peneliti, Agustus 2015
67

Hasil evaluasi pembelajaran gambar bentuk dengan model pembelajaran

outdoor pada kelas X dengan objek gambar benda di sekitar kita menunjukan

hasil yang cukup memuaskan. Nilai tertinggi yang diperoleh oleh siswa adalah 89

dan nilai terendah yang terendah yang diperoleh siswa adalah 79. Dari 25 siswa,

terdapat 21 siswa atau 92% memperoleh nilai dengan kategori baik dengan

rentang nilai 80-89 dan 2 siswa atau 8% memperoleh nilai dalam kategori cukup

dengan rentang nilai 65-79. 0 siswa atau 0°o memperoleh nilai dalam kategori

sangat baik, kemudian 0 siswa atau 0% memperoleh nilai dalam kategori kurang

dan sangat kurang.

Berdasarkan hasil pembelajaran pada pertemuan gambar bentuk dengan

metode pembelajaran outdoor kelas X, gambar yang dihasilkan oleh siswa kelas X

sudah cukup baik, hal ini terlihat dan nilai siswa yang rata-rata diatas KKM

melebihi yang diterapkan oleh guru seni budaya yakni 75.

Gambar. 8: Hasil menggambar bentuk oleh siswa kelas X SMA


Muhammadiyah 1 Unismuh
(Sumber: Dokumentasi peneliti, Agustus 2015)
68

Selain dengan unsur sen! rupa, karya ini dapat dianalisis berdasarkan

prinsip-prinsip seni rupa yang meliputi keseimbangan dan

kesebandingan/proporsi. Dalam karya ini, prinsip keseimbangan yang ditampilkan

adalah keseimbangan simerri. Proporsi/kesebandingan dalam karya ini sangat

baik. Antara objek gambar dengan bidang gambar terdapat kesesuaian sehingga

pemanfaatan bidang gambar diperhatikan.

Dari hasil evaluasi tersebut, didapatkan suaru gambaran bahwa dengan

penerapan metode pembelajaran outdoor khususnya dalam menggambar bentuk,

siswa mampu mendapatkan hasil menggambar yang baik, terlihat dari persentase

nilai yaitu sebanyak 92% siswa mampu mendapatkan nilai antara 80 - 89. Dan

tentunya siswa juga akan merasa senang belajar di alam terbuka


69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berjudul "Kemampuan

Menggambar Bentuk dengan Model Pembelajaran Outdoor Siswa Kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar" maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Model pembelajaran outdoor merupakan suatu metode pembelajaran yang

dilakukan di luar ruangan, yang mampu menarik motivasi dan semangat siswa

dalam belajar karena suasana belajaraya di alam terbuka.

2. Dalam proses menggambar, dengan mated menggambar bentuk dengan objek

benda di sekitar kita, siswa akan memilih menggambar benda sesuai dengan

kemampuan mereka.

3. Faktor penunjang dalam model pembelajaran outdoor, antara lain adalah guru

mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, siswa dapat

menggunakan media pembelajaran yang kongkrit dan memahami lingkungan

yang ada disekitarnya. Sedangkan faktor penghambatnya adalah, siswa tidak

terlalu fokus dalam pembelajaran sehingga guru harus memberikan perhatian

yang lebih dalam hal pengawasan. Selain itu siswa yang minat belajaraya

rendah akan memanfaatkan waktunya hanya untuk bermain saja.

4. Hasil evaluasi belajar menunjukkan bahwa siswa mampu menggambar bentuk

dengan penerapan model pembelajaran outdoor, hal ini dapat dilihat dad nilai

yang diperoleh oleh siswa yang sebagian besar mendapat nilai 80 - 90.

69
70

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas tentang "Kemampuan Menggambar

Bentuk dengan Model Pembelajaran Outdoor Siswa Kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar" maka dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya guru tidak hanya melakukan pembelajaran gambar bentuk di dalam

kelas saja (indoor) sebagai variasi guru juga dapat mencoba dengan

pembelajaran gambar bentuk (outdoor) atau di luar kelas dengan

mempertimbangkan situasi dan kondisi seperti cuaca, ringkat kebisingan

kemudian sarana dan prasarana.

2. Pada saat pelaksanaan pembelajaran gambar bentuk dengan model

pembelajaran outdoor kelas X sebaiknya guru menggunakan peralatan

tambahan seperti papan tulis berukuran sedang untuk sedikit menjelaskan

kepada siswa apabila pada saat proses berkarya siswa masih bingung.
71

DAFTAR PUSTAKA

Ali, AM, 2010. Suplemen Pembelajaran (Asupan Mata Kuliah Gambar Bentuk).
Prodi Pend. Seni Rupa. Fak. Seni dan Desain. UNM. Makassar

Arikunto, S 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Delta Buku Gulo, W.

2004. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo. Gulo, W. 2009. Strategi

Belajar-Mengajar 2. Jakarta: PT. Grasindo. Hamalik, O. 2007. Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Edisi IV. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Ismiyanto. 2003. "Metode Penelitian". Handout Mata Kuliah Metode Penelitian.


Jurusan Seni Rupa. Semarang: edukasi.

Ismiyanto, PC. S. 2009. Perencanaan Pembelajaran Seni Rupa. Semarang : FBS


Unnes https//Iib.unnes.ac.id.3 Mei 2015

Ismiyanto, PC. S. 2010. Strategi Model Pembelajaran Seni. Semarang : FBS


Unnes. https//Iib.unnes.ac.id.3 Mei 2015

Kamaril, Cut. 2006. Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan. Jakarta: FBS


Universitas Terbuka.

Koentjaraningrat.1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT


Gramedia.

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT


Remaja Rosydakarya.

Muharrar, S. 2003. "Tinjauan Seni Ilustrasi" Bahan Ajar Mata Kuliah


Menggambarllustrasi. Jurusan Seni Rupa: Unnes. https//Iib.unnes.ac.id.3
Mei 2015

Muharrar, S. 2009. Kajian Seni Rupa Anak. Jurusan Seni Rupa: FBS Unnes.
https//Iib.unnes.ac.id.3 Mei 2015

7
1
72

Muharram & Gunadi. 2009." Pengembangan Model Pembelajaran Outdoor


Dalam Mata Kuliah Gambar Pada Jurusan Seni Rupa FBS Unnes" dalam
Imajinasi Jumal Seni, Volume 6, No. 2. Semarang : Unnes.
https//Iib.unnes.ac.id.3 Mei 2015

Muharrar & Mujiono, 2007. Gambar 1. Semarang : Unnes.


https//Iib.unnes.ac.id.3 Mei 2015

Nisa dan Hakim. ML. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran - Konsep Belajar
dan Pembelajaran. http:/blog.uin-malang.ac.id/uchielblog. teori-belajar-
dan-pembelajaran-konsep-belajar-dan-pembelajaran. 3 Mei 2015

Pusat Bahasa Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.

Robbins, 2000. Kemampuan Belajar. Jakarta. https://www.google.co.id, 6 mei


2015

Rohmadi,M, 2009 . " Bunga Rampai". Surakarta. Yuma Pustaka.2009

Rohman, I. A. 2010. Panduan Menggambar Manusia Menggunakan Media


Pensil. Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta.


Buku Beta.

Sholeh, Muh. 2012. Konsep Dasar Outdoor Study, http://muhsholeh.blogspot.com


/2012/03/konsep-dasar-outdoor-study.html. 25 Mei 2015

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengamhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudrajat A. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugandi, A. H. 2006. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT Unnes Press.


hrtps//Iib.unnes.ac.id.3 Mei 2015

Sugandi, A. H. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT Unnes Press.


https//Iib.unnes.ac.id.3 Mei 2015

Sumaryanto, 2010. "Metodologi Penelitian 2". Bahan ajar. Semarang:


Kementrian Pendidikan NasionaL
73

Sunaryo, A 2006. "Bahan Ajar Seni Rupa I". Hand Out Jurusan Seni Rupa, FBS
Unnes Semarang : Jurusan Seni Rupa FBS Unnes. https//Iib.unnes.ac.id.
3 Mei 2015

Sunaryo, A 2009. '''Bahan Ajar Sent Rupa 2". Hand Out Jurusan Seni Rupa, FBS
Unnes Semarang : Jurusan Seni Rupa FBS Unnes. https//Iib.unnes.ac.id. 3
Mei 2015

Syafi'i, 2006. Konsep dan Model Pembelajaran Seni Rupa. Semarang : FBS
Unnes. https/TIib.unnes.ac.id, 3 Mei 2015

Syafi'i, 2007. Konsep dan Model Pembelajaran Seni Rupa 2. Semarang : FBS
Unnes. https/'/Iib.unnes.ac.id, 3 Mei 2015

Syafi'i, 2010. Evaluasi Pembelajaran Seni Rupa. Semarang : FBS Unnes.

Usman, Husaini. 2000. Remaja Berkualitas, Problematika Remaja dan Solusinya.


Yogyakarta. Pustaka pelajar.

http://id.\vikipedia.org,/wiki/Pembelajaran. 3 Mei 2015

http://feegeeny.bolgdetik.com. Diakses tanggal 3 Mei 2015

http://komengpoenya.blogspot.com Diakses tanggal 3 Mei 2015


74
75
76
77

RIWAYAT HIDUP

RISKA AMALIA, akrab disapa Dede, Iqha atau Riska,

dilahirkan di Ujung Pandang pada 26 Januari 1992,

Orang tua bernama H. Syamsuddin dan Ir. Rahmawati.

Saya menyelesaikan pendidikan sejak Sekolah Dasar

Nasional Makassar tahun 2004 melanjutkan Sekolah

Menengah Pertama Muhammadiyah Makassar tahun

2007, dan Sekolah Menengah Atas tahun 2010 dan

ditahun yang sama melanjutkan pendidikan di

Universitas Muhammadiyah Makassar mengambil Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Jurusan Program Studi Seni Rupa. Sejak menjadi Mahasiswwa, saya

aktif berkarya seni tari, seni grafis dan seni lukis dan telah menyelesaikan studi

khusus pameran di Auditorium Al Amin Unismuh Makassar dengan nama Narasi

Perempuan yang beranggotakan 5 perempuan.

Berkat lindungan Allah SWT, dan iringan Do’a kedua orang tua serta

saudaraku dan sang kekasih, juga berkat bimbingan para dosen dan support dari

teman – teman seperjuangan, sehingga saya dapat berkarya dalam bentuk tulisan

yakni: menyusun skripsi yang berjudul: “KEMAMPUAN MENGGAMBAR

BENTUK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OUTDOOR SISWA

KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 UNISMUH MAKASSAR”.

Anda mungkin juga menyukai