Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK


YANG MENJALANI HEMODIALISA

Dian Eka Nurjanah, Hermansyah, Nur Elly

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, Jurusan Keperawatan,


Jalan Indragiri Nomor 03 Padang Harapan Kota Bengkulu
deeaneka_ohohhoho@yahoo.co.id

Abstract : Individuals with long- term hemodialysis often feel anxious about the pain condition
that cannot be foreseen and disruption in their lives. The results of the survey conducted in
hospitals Hemodialysis Space M. Yunus Bengkulu on 10 samples obtained, 6 of them experienced
moderate anxiety and 4 patients experienced mild anxiety. The purpose of the study was to
determine the effect of cognitive therapy on anxiety of patients with chronic renal failure
undergoing hemodialysis therapy. This research is Pre Experimental design one group pretest-
posttest. The population in this study were all patients with chronic renal failure undergoing
hemodialysis therapy Hemodialysis Hospital in Space M. Yunus Bengkulu, which is 184 people .
Samples taken by accidental sampling as many as 30 patients with chronic renal failure
undergoing hemodialysis therapy . Data collected by direct interview to the patient. Data analysis
was performed using univariate and bivariate Paired t-test at α 5 %. The results showed that the
average anxiety patient with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy prior to
cognitive therapy was 9.33 , while the average anxiety after cognitive therapy was 6.6. There was
an average difference of anxiety before and after cognitive therapy , and there was a significant
decrease between the average anxiety after cognitive therapy cognitive therapy than before in
patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy Hemodialysis Hospital in
Space M. Yunus Bengkulu ( p value = 0.000 ).

Keywords : Anxiety, Cognitive Therapy

Abstrak : Individu dengan haemodialisis jangka panjang sering merasa cemas akan kondisi
sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Hasil survey yang
dilakukan di Ruang Hemodialisa RSUD M. Yunus Bengkulu pada 10 orang sampel didapatkan, 6
diantaranya mengalami kecemasan sedang dan 4 orang pasien mengalami kecemasan ringan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh terapi kognitif terhadap kecemasan pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Jenis penelitian ini adalah Pra
Eksperimental dengan desain one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD
M. Yunus Bengkulu, yaitu 184 orang. Sampel diambil secara accidental sampling sebanyak 30
orang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara langsung kepada pasien. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat
dengan uji Paired T-test pada α 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kecemasan
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa sebelum dilakukan terapi kognitif
adalah 9,33, sedangkan rata-rata kecemasan setelah dilakukan terapi kognitif adalah 6,6. Ada
perbedaan rata-rata kecemasan sebelum dan setelah dilakukan terapi kognitif, dan ada penurunan
yang signifikan antara rata-rata kecemasan setelah dilakukan terapi kognitif dibandingkan sebelum
dilakukan terapi kognitif pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di
Ruang Hemodialisa RSUD M. Yunus Bengkulu (p value = 0,000).

Keywords : Kecemasan, Terapi Kognitif

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap untuk mempertahankan metabolisme dan
akhir (End Stage Renal Disease) merupakan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
gangguan fungsi renal yang progresif dan menyebabkan uremia (retensi urea dan sam-
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal pah nitrogen lain dalam darah). Dialisis atau

19
20 Jurnal Media Kesehatan, Volume 7 Nomor 1, Februari 2014, hlm 01- 99

transplantasi ginjal dibutuhkan untuk kelang- mas atau khawatir adalah pengetahuan ten-
sungan hidup penderita gagal ginjal kronis tang penyakit dan perawatan yang kurang.
(Brunner & Suddarth, 2001). Biasanya pasien tidak memahami sepenuh-
Hemodialisis merupakan suatu proses nya dampak dialisa dan kebutuhan untuk
yang digunakan pada pasien dalam keadaan mempelajarinya yang baru disadarinya sete-
sakit akut dan memerlukan terapi dialisis lah dipulangkan dari rumah sakit (Brunner &
jangka pendek atau pasien dengan penyakit Suddarth, 2001). Tingkat kecemasan klien
ginjal stadium terminal (ESRD; end-stage hemodialisis dipengaruhi oleh beberapa fak-
renal disease) yang membutuhkan terapi tor fisiologis dan biologis, baik dari dalam
jangka panjang atau terapi permanen. Seba- maupun dari luar pasien, penerimaan terha-
gian besar pasien terapi rawat jalan mem- dap pelaksanaan hemodialisis, sosial ekono-
butuhkan 10-15 jam haemodialisa setiap mi, usia pasien, serta kondisi pasien (Wayan,
minggunya yang dapat terbagi dalam dua 2012).
atau tiga kali, tergantung pada nilai kreatinin Hasil penelitian yang dilakukan Alisa
dimana setiap kali berlangsung antara 3-4 (2012) terhadap tingkat kecemasan pasien
jam. Kegiatan ini akan terus menerus ber- hemodialisa RSUD Dr. M Yunus Bengkulu
langsung selama hidupnya, atau sampai menunjukkan 66,1% pasien tingkat kece-
mendapat ginjal baru melalui pencangkokan masannya sedang dan 33,9% tingkat kece-
yang berhasil (Brunner & Suddarth, 2001). masannya ringan.
Keadaan ketergantungan pada dialisa Menanggulangi atau menurunkan kece-
seumur hidup mengakibatkan terjadinya per- masan pasien adalah salah satu tugas pera-
ubahan dalam kehidupan penderita gagal wat. Salah satu caranya yaitu dengan komu-
ginjal kronik. Individu dengan haemodialisa nikasi. Fenomena yang ada sekarang bahwa
jangka panjang sering merasa cemas akan komunikasi yang dilakukan perawat sebagai
kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan orang yang terdekat dan paling lama berada
dan gangguan dalam kehidupannya, mereka di dekat pasien cenderung mengarah pada
biasanya mengalami masalah finansial, kesu- tugas perawat dari pada mengenali kece-
litan dalam mempertahankan pekerjaan, do- masan dan persepsi pasien tentang tindakan
rongan seksual yang menghilang, serta im- yang menyebabkan kecemasan (Ellis et all,
potensi, depresi akibat sakit yang kronis dan 1999).
kecemasan terhadap kematian (Brunner and Salah satu terapi yang sesuai untuk ke-
Suddarth, 2001). cemasan yaitu terapi kognitif (Eldido, 2008).
Kecemasan merupakan perasaan tidak Terapi kognitif merupakan terapi untuk
nyaman dan ketakutan yang tidak menye- mengubah cara berpikir tentang sesuatu atau
nangkan (Davison & Kring, 2004). Menurut memodifikasi keyakinan negatif yang berle-
Barraclough (1999), kecemasan seringkali bihan (Holmes, 2005). Terapi kognitif bertu-
diikuti oleh gejala mental (psikologis) dan juan membantu mengenali cacat-cacat logis
gejala fisik (somatis). Pada umumnya, gejala dalam pikiran mereka untuk melihat situasi
mental mudah dikenali seperti khawatir, mu- secara rasional.
dah merasa terganggu (irritability), gelisah Terapi kognitif atau Cognitive Beha-
(restlessness), insomnia, atau mimpi buruk. vioral Therapy merupakan aplikasi dari ber-
Sedangkan gejala fisik tampak pada perna- bagai variasi teori belajar dalam kehidupan
fasan menjadi cepat, aktivitas berlebih pada (Yosep, 2009). Tujuannya adalah untuk me-
sistem saraf otonom dan tegangan otot, jan- nolong seseorang keluar dari kesulitannya
tung berdebar-debar, berkeringat, sakit ke- dalam berbagai bidang kehidupan dan
pala, terdapat gumpalan pada tenggorokan pengalaman. Terapi kognitif behavioral ber-
yang menyebabkan kesulitan dalam mene- fokus pada masalah dan berorientasi pada
lan, pusing, sakit perut dan diare. tujuan, diarahkan pada masalah-masalah
Salah satu faktor yang membuat pasien yang berkembang pada situasi sekarang dan
yang menjalankan haemodialisa merasa ce- saat ini (deals with here and now issues),
Dian, dkk Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Tingkat Kecemasan… 21

yang memandang individu sebagai pengam- mendapatkan terapi hemodialisa dan data
bil keputusan penting tentang tujuan atau post perlakuan diambil dengan cara yang sa-
masalah yang akan dipecahkan dalam proses ma pada saat responden akan mendapatkan
terapi. Terapi kognitif behavior diharapkan terapi hemodialisa selanjutnya.
berperan sebagai mekanisme proteksi agar
kecemasan dan depresi tidak mengancam, HASIL
karena pasien belajar mengatasi faktor-faktor
yang menyebabkan munculnya gangguan Karakteristik responden pada penelitian
(Nasir & Muhith, 2011). ini adalah untuk melihat distribusi responden
Hasil observasi awal yang dilakukan pe- berdasarkan tingkat pendidikan dan usia res-
neliti di ruang Hemodialisa RSUD M. Yunus ponden.
pada September 2012 pada 10 orang pasien
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat
6 diantaranya mengalami kecemasan sedang Pendidikan dan Umur di Ruang hemodialisa
dan 4 orang pasien mengalami kecemasan RSUD M. Yunus Bengkulu
ringan. Frekuensi Persen
Tujuan penelitian ini adalah diketahui- Variabel
(n=30) (100 %)
nya pengaruh pemberian terapi kognitif ter- Tingkat pendidikan
hadap tingkat kecemasan pasien gagal ginjal SD 2 6,7
kronik yang menjalani terapi hemodialisa di SMP 5 16,7
ruang hemodialisa RSUD Dr. M. Yunus SMA 15 50
Bengkulu tahun 2013. PT 8 26,7
Umur
16-25 1 3,3
BAHAN DAN CARA KERJA
26-35 3 10,0
36-45 5 16,7
Jenis penelitian yang digunakan adalah
46-55 17 56,7
Pre eksperimental dengan rancangan one
56-65 3 10,0
group pre and post test. Populasi penelitian >65 1 3,3
ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa di ruang
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
Hemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
(50%) responden berpendidikan SMA dan
tahun 2012 yang berjumlah 184 orang. Jum-
umur responden lebih dari sebagian (56,7%)
lah sampel dalam penelitian ini adalah 30
berusia 46-55 tahun.
orang (Kasjono, 2009), tekhnik pengambilan
sampel dengan accidental sampling. Pene-
Analisa Univariat
litian dilakukan di ruang Hemodialisa RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu dari bulan Oktober Analisis univariat pada penelitian ini
2012 hingga bulan Mei 2013. Analisis yang adalah untuk melihat mean, median, standar
digunakan adalah analisis univariat dan biva- deviasi, nilai minimum-maksimum, 95% CI
riat dengan uji statistisk paired t-test. Instru- of mean tingkat kecemasan pasien gagal gin-
men penelitian yang digunakan peneliti yaitu jal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
Depression Anxiety Stress Scale 21 (DASS sebelum dan setelah dilakukan pemberian
21) Lovibond & Lovibond (1995). DASS 21 terapi kognitif.
merupakan hasil revisi dari DASS 42 yang Hasil analisis pada tabel 2 didapatkan
digunakan untuk mengukur depresi, kece- bahwa lebih dari sebagian (63,3%) respon-
masan, dan stress. Dalam penelitian ini penu- den mengalami kecemasan ringan sebelum
lis hanya melakukan analisa terhadap item- dilakukan intervensi. Sedangkan hasil ana-
item yang merujuk pada kecemasan, yaitu lisis setelah intervensi didapatkan bahwa
nomor 2,4,7,9,15,19,20. Data kecemasan lebih dari sebagian (63,3%) responden tidak
diambil langsung dari responden dengan cara mengalami kecemasan setelah dilakukan in-
wawancara langsung sebelum responden tervensi.
22 Jurnal Media Kesehatan, Volume 7 Nomor 1, Februari 2014, hlm 01- 99

Tabel 2. Distribusi Tingkat Kecemasan Responden bahwa 95% diyakini rata-rata kecemasan pa-
Sebelum dan Setelah Dilakukan Intervensi
sien gagal ginjal kronik yang menjalani tera-
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persen (%) pi hemodialisa setelah mendapatkan terapi
Sebelum Intervensi kognitif adalah diantara 6,12 sampai dengan
Tidak cemas 0 0 7,22.
Cemas ringan 19 63,3
Cemas sedang 10 33,3
Analisa Bivariat
Cemas berat 1 3,3
Cemas sangat berat 0 0
Sebelum Intervensi
Analisis bivariat ini dilakukan untuk
Tidak cemas 19 63,3 mengetahui adanya penurunan kecemasan
Cemas ringan 11 36,7 sebelum dan seseudah dilakukan treatment
Cemas sedang 0 0 (terapi kognitif) yaitu dengan menguji paired
Cemas berat 0 0 T-test pada α 5% one tail (satu sisi).
Cemas sangat berat 0 0
Jumlah 30 100 Tabel 4. Distribusi Perbedaan Rata-rata Kecemasan
Responden Sebelum dan Setelah Dilakukan
Terapi Kognitif
Hasil analisis pada tabel 3 didapatkan
rata-rata kecemasan pasien gagal ginjal kro- Tingkat T
N Mean SD SE ρ
nik yang menjalani terapi hemodialisa sebe- Kecemasan (df)
lum mendapatkan terapi kognitif adalah 9,33 Sebelum
30 9,33 1,605 0,293
Intervensi 8,868
dengan standar deviasi 1,605. Nilai kecemas- Setelah (29)
0,000
30 6,67 1,470 0,268
an pasien gagal ginjal kronik yang menjalani Intervensi
terapi hemodialisa sebelum mendapatkan te-
rapi kognitif terkecil adalah 8 dan nilai terbe- Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
sar 15. Dari hasil estimasi interval dapat di- nilai ρ = 0,000 < 5% (one tail), artinya ada
simpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata ke- penurunan rata-rata kecemasan pasien gagal
cemasan pasien gagal ginjal kronik yang ginjal kronik yang menjalani terapi hemo-
menjalani terapi hemodialisa sebelum men- dialisa setelah intervensi terapi kognitif di-
dapatkan terapi kognitif adalah diantara 8,73 bandingkan dengan sebelum dilakukan inter-
sampai dengan 9,93. vensi terapi kognitif. Dapat disimpulkan bah-
wa ada pengaruh terapi kognitif terhadap
Tabel 3. Distribusi Rata-rata Kecemasan Pasien Gagal penurunan kecemasan pasien gagal ginjal
Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemo-
dialisa Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi kronik yang menjalani terapi hemodialisa di
Kognitif Ruang Hemodialisa di RSUD Dr. M. Yunus
Mean Min- 95% CI
Bengkulu tahun 2013.
Variabel N SD
Median Maks of mean
Kecemasan PEMBAHASAN
9,33
sebelum 30 1,605 8-15 8,73-9,93
9,00
terapi kognitif Gambaran Kecemasan Pasien Gagal Ginjal
Kecemasan
6,67 Kronik y ang Menjalani Terapi Hemodialisa
setelah terapi 30 1,470 4-9 6,12-7,22
7,00 Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Kog-
kognitif
nitif
Sedangkan hasil analisis rata-rata kece-
masan pasien gagal ginjal kronik yang men- Hasil analisis didapatkan nilai rata-rata
jalani terapi hemodialisa setelah mendapat- kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang
kan terapi kognitif adalah 6,67 dengan stan- menjalani terapi hemodialisa sebelum dila-
dar deviasi 1,470. Nilai kecemasan pasien kukan terapi kognitif adalah 9,33 (95% CI =
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi he- 8,73-9,93). Sedangkan hasil analisis didapat-
modialisa setelah mendapatkan terapi kogni- kan nilai rata-rata kecemasan pasien gagal
tif terkecil adalah 4 dan nilai terbesar 9. Dari ginjal kronik yang menjalani terapi hemo-
hasil estimasi interval dapat disimpulkan dialisa setelah dilakukan terapi kognitif ada-
Dian, dkk Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Tingkat Kecemasan… 23

lah 6,67 (95% CI = 6,12-7,22). Hal ini me- dialisa. Setelah stressor berlalu, mekanisme
nunjukkan bahwa pasien yang menjalani he- kerja tubuh akan kembali normal.
modialisa mengalami kecemasan. Keadaan
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Perbedaan Rata-Rata Kecemasan Pasien Ga-
oleh Alisa (2012), bahwa dari 56 responden gal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
sebagian besar atau 37 (66,1%) responden Hemodialisa Sebelum dan Setelah Dilakukan
memiliki tingkat kecemasan pada kategori Terapi Kognitif
sedang, dan sisanya 19 (33,9%) responden
memiliki tingkat kecemasan kategori ringan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
Kecemasan merupakan suatu kondisi perbedaan kecemasan pasien gagal ginjal
yang muncul bila ada ancaman ketidak- kronik yang menjalani terapi hemodialisa
berdayaan atau kurang pengendalian, perasa- sebelum dan setelah dilakukan terapi kog-
an kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, nitif adalah 2,667. Hasil penelitian juga me-
kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi nunjukkan ada penurunan rata-rata kecemas-
(Anonim, 2009). an pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
Hasil observasi selama penelitian, res- terapi hemodialisa setelah mendapatkan te-
ponden yang mengalami kecemasan ditandai rapi kognitif dibandingkan sebelum menda-
dengan mulut terasa kering, merasa gang- patkan terapi kognitif (ρ = 0,000). Keadaan
guan saat bernapas (sesak, napas cepat), ge- ini menunjukkan bahwa hampir semua res-
metar, merasa takut dan kawatir, dan jantung ponden yang mengalami penurunan kece-
berdebar-debar. Pasien juga cenderung lebih masan setelah dilakukan tindakan terapi kog-
cepat kesal dan marah. Ketika diajak bicara, nitif.
mereka seperti tergesa-gesa dan enggan da- Terapi kognitif adalah stategi memo-
lam menjawab pertanyaan yang diajukan. difikasi keyakinan dan sikap yang mem-
Akan tetapi mereka masih dapat diajak untuk pengaruhi perasaan dan perilaku klien. Pro-
kerjasama dan mematuhi prosedur pengo- ses yang diterapkan adalah membantu mem-
batan. pertimbangkan stressor dan kemudian dilan-
Hal ini diperkuat oleh Arliza (2006), jutkan dengan mengidentifi kasi pola ber-
bahwa respon klien dengan penyakit kronik pikir dan keyakinan yang tudak akurat ten-
dan keadaan terminal lain yaitu kehilangan tang streesor tersebut. Gangguan ansietas ter-
kesehatan, kehilangan kemandirian, kehi- jadi akibat klien mengalami pola dan keya-
langan situasi, kehilangan rasa nyaman, ke- kinan berpikir yang tidak akurat. Untuk itu,
hilangan fungsi fisik, kehilangan fungsi men- salah satu cara memodifikasinya adalah de-
tal (cemas, depresi), dan kehilangan konsep ngan mengubah pola pikir dan keyakinan
diri. tersebut. Fokus asuhan ini adalah membantu
Menurut Suliswati (2005), secara fisio- klien untuk merevaluasi ide, nilai yag diya-
logis tubuh manusia selalu merespon situasi kini, harapan-harapan, dan kemudian dilan-
yang penuh dengan kecemasan. Ada dua jutkan dengan menyusun perubahan kognitif
respon yang penting, yaitu melawan atau lari (Majnun, 2009).
(fight of flight respons). Respon fight or Teori kognitif menjelaskan bahwa peri-
flight respons adalah sederetan perubahan- laku dipengaruhi oleh persepsi atau inter-
perubahan yang terjadi dalam tubuh untuk pretasi di lingkungannya selama suatu proses
menyiapkan diri guna merespons situasi berlangsung. Munculnya perilaku yang ab-
yang berbahaya dan menegangkan. Peru- normal dilatarbelakangi oleh adanya misin-
bahan-perubahan ini termasuk meningkatnya terpretation dan misperception. Dengan ada-
denyut jantung, ketegangan otot, perubahan nya terapi, maka pemahaman yang salah da-
pola napas dan laju metabolik. Keadaan ini pat dikoreksi sehingga memunculkan peri-
berlangsung sementara saat menghadapi si- laku yang sesuai dengan lingkungannya. Me-
tuasi darurat seperti waktu menjalani hemo- nurut Saputra (2008), emosi ataupun rasa ce-
mas tersebut disebabkan oleh adanya dialog
internal dalam pikiran individu yang menga-
24 Jurnal Media Kesehatan, Volume 7 Nomor 1, Februari 2014, hlm 01- 99

lami kecemasan atau perasaan cemas. Dialog setelah dilakukan terapi kognitif dibanding-
internal pada pasien gagal ginjal kronik yang kan sebelum dilakukan terapi kognitif di
menjalani terapi hemodialisa biasanya dia- ruang hemodialisa RSUD M. Yunus Beng-
wali melalui persepsi yang salah terhadap kulu tahun 2013 (ρ = 0,000).
penyakit dan terapi hemodialisa, sehingga Berdasarkan hasil penelitian dan pem-
menghasilkan interpretasi secara subjektif bahasan, peneliti ingin memberikan saran
tentang keadaan tersebut. kepada beberapa pihak yang terkait antara
Penelitian ini sesuai dengan penelitian lain kepada perawat di RSUD Dr. M. Yunus
Wahyuningsih, et all (2010) di Rumah Sakit Bengkulu, diharapkan dapat menerapkan te-
Margono Soekarjo Purwokerto, yang meng- rapi kognitif dalam melakukan intervensi
gambarkan skor kecemasan pada kelompok keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik
intervensi sebelum dilakukan terapi kognitif yang menjalani terapi hemodialisa untuk
yaitu 54,81 dengan skor min-max 31-78 dan mengurangi kecemasannya.
setelah terapi kognitif 38,56 dengan skor Bagi instansi pendidikan diharapkan
min-max 28-49. Sedangkan pada kelompok mampu meningkatkan pendidikan tentang
kontrol skor kecemasan sebelum terapi kog- terapi kognitif dan menekankan kepada ma-
nitif 51,25 dengan skor min-max 34-62 dan hasiswa untuk dapat memberikan terapi kog-
setelah 50,3 dengan skor min-max 36-62. nitif dalam praktik di instansi pelayanan ke-
Hal ini menunjukkan bahwa terapi kognitif sehatan dan saat berinteraksi dengan pasien
mempunyai pengaruh signifikan terhadap yang mengalami kecemasan.
variabel tingkat kecemasan pasien gagal gin- Selanjutnya bagi peneliti lain hendaknya
jal kronik yang menjalani hemodialisa. dapat mengkaji faktor lain meliputi komu-
nikasi therapeutik, pendidikan kesehatan,
KESIMPULAN dan relaksasi yang dapat mempengaruhi ke-
cemasan pasien hemodialisa. Penelitiannya
Berdasarkan hasil penelitian dan pem- dapat dilakukan dengan memperbanyak
bahasan pengaruh terapi kognitif terhadap sampel yang diteliti sesuai dengan penghi-
penurunan kecemasan pasien gagal ginjal tungan rumus, menggunakan desain quasi
kronik yang menjalani terapi hemodialisa, eksperimen dengan kelompok pembanding,
maka dapat disimpulkan bahwa ada penu- sehingga didapatkan hasil yang lebih maksi-
runan rata-rata kecemasan pasien gagal gin- mal.
jal kronik yang menjalani terapi hemodialisa

DAFTAR RUJUKAN

Alisa. 2012. Hubungan Mekanisme Koping dan New York : Wiley Inc. Diakses tanggal 23
Lama Menjalani Hemodialisa dengan Tingkat September 2012
Kecemasan Klien Gagal Ginjal Kronis di Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar
Ruang Hemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
Bengkulu Tahun 2012. KTI. Tidak 2. Jakarta:EGC
Dipublikasikan Davison and Kring. 2004. Abnormal Psychology
Anonim. 2009. Kemampuan Koping Terhadap 10th Edition. New York : Wiley Inc. Diakses
Tingkat Kecemasan Pada Klien Gagal Ginjal tanggal 23 September 2012
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Diakses Ellis et all. 1999. Komunikasi Interpersonal Dalam
tanggal 23 September 2013. Keperawatan. Jakarta : EGC
http://grahacedikia.wordpress.com/2009/12/19 Eldido. 2008. Cognitive therapy. Diakses tanggal
Arliza.2006. Dukungan Sosial pada Pasien Gagal 24 September 2012. www.kerriemearns.com
Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Holmes, D. 2005. Cognitive Therapy for
Hemodialisa. Diakses tanggal 25 September Depression and Anxiety. Diakses tanggal 24
2012. www.library.usu.ac.id September 2012
Barraclough. 1999. Cancer and Emotion A Practical Kasjono. 2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian
Guide to Psycho-Oncology Third Edition. Kesehatan Ed 1.Yogyakarta :Graha Ilmu
Dian, dkk Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Tingkat Kecemasan… 25

Majnun, D. 2009. Terapi Modalitas dalam Kanker Serviks Di RS Margono Soekarjo


Keperawatan Jiwa. Diakses tanggal 07 Purwokerto dalam Jurnal Riset Kesehatan.
November 2012. Semarang : UP2M Poltekkes Kemenkes
http://dahliarsj13.blogspot.com Semarang
Nasir, A & Muhith, A. 2011. Dasar-dasar Wayan, D. 2012. Hubungan Lama dan Frekuensi
Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori. Menjalani Hemodialisa dengan Tingkat
Jakarta : Salemba Medika Kecemasan Terkait Alat Dialisa. Diakses
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. tanggal 26 September 2012.
Jakarta : EGC www.darsananursejiwa.blogspot.com
Wahyuningsih dkk. 2011. Pengaruh Terapi Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung
Kognitif Terhadap Kecemasan Pada Pasien :Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai