LP Sepsis Neonatorum
LP Sepsis Neonatorum
NEONATORUM
Oleh:
NIM : P17212215113
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal … Bulan Desember Tahun 2021
2. Klasifikasi
Sepsis neonatorum menjadi tiga kategori, yatu sepsis awitan dini
atau early onset sepsis (EOS), sepsis awitan lambat atau late onset sepsis
(LOS), dan sepsis nosokomial (IDAI, 2009).
Marcdante et al., (2011), sepsis awitan dini adalah sepsis yang
terjadi dalam kurun waktu ≤72 jam setelah lahir, sering disebabkan oleh
penularan infeksi genitourinarius ibu dan dimulai sejak dalam
kandungan. Selain itu juga dijelaskan bahwa manifestasi yang paling
menonjol pada EOS adalah gangguan pernapasan, terutama pada kasus
berat, dan pada bayi EOS yang prematur, tahap awalnya sering sulit
dibedakan dengan sindrom gawat napas.
LOS adalah sepsis yang terjadi >72 jam setelah kelahiran, biasanya
terjadi pada bayi usia cukup bulan yang pulang dalam keadaan sehat dan
yang menjadi penyebab utama adalah infeksi nosokomial (hospital-
acquired), yaitu didapat dari ruang perawatan atau infeksi community-
acquired, yaitu didapat dari lingkungan. LOS berbeda dengan EOS yang
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor pada masa intrauterin (Agarwal,
Deorari, & Paul, 2014).
Pada beberapa penelitian dan referensi, sepsis dibagis menjadi dua
kategori besar yaitu EOS dan LOS, dimana sepsis nosokomial masuk
kedalam kategori LOS, namun IDAI (2009), sepsis nosokomial
merupakan kategori terpisah dan merupakan kategori sepsis ketiga.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa sepsis nosokomial adalah infeksi yang
umumnya terjadi pada neonatus dengan intervensi medis, sedang
menjalani perawatan, dan perawatan dan intervensi yang berhubungan
dengan monitor invasif dan berbagai teknik yang digunakan di ruang
gawat intensif.
3. Etiologi
4. Patofisiologi
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adalah hal yang penting dalam mendiagnosis
sepsis neonatorum dan manifestasi dapat timbul baik secara spesifik atau
tidak spesifik. Manifestasi tidak spesifik biasanya terjadi pada EOS, yaitu
hipotermia atau hipertermia, letargi, poor cry, tidak bisa minum ASI,
perfusi memburuk berupa pemanjangan capillary refill, hipotonia, refleks
neonatus tidak ada, bradikardi atau takikardi, distres pernapasan, apnea,
hipoglikemia/hiperglikemia, atau asidosis metabolik. Manifestasi spesifik
adalah manifestasi yang mengenai organ- organ spesifik, misalnya pada
sistem saraf pusat terjadi pembonjolan ubun-ubun besar (UUB), iritabel,
stupor/koma, kejang, atau retraksi leher yang sering terjadi pada
meningitis, pada jantung terjadi hipotensi atau syok, pada sistem
pencernaan terjadi intoleransi makanan, diare, distensi abdomen, pada
hepar dapat terjadi hepatomegali atau ikterus, dan lain-lain (Agrawal,
Deorari, & Paul, 2014).
Kategori A Kategori B
Sulit bernapas (apnea, napas >60 kali Tremor
per menit, retraksi dinding dada, Letargi atau lunglai
grunting, sianosis sentral) Mengantuk atau aktivitas berkurang
Kejang Iritabel atau rewel, muntah, perut
Tidak sadar kembung
Suhu tubuh tidak normal atau tidak Tanda-tanda mulai muncul sesudah hari
stabil ke empat
Persalinan di lingkungan yang kurang Air ketuban bercampur mekonium
higienis Malas minum, sebelumnya minum
Kondisi memburuk secara cepat dan dengan baik
dramatis
Tabel 4. Kategori yang berhubungan dengan sepsis neonatorum (IDAI, 2009).
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin
(hb,leuko,trombosit,CT,BT,LED,SGOT,SGPT)
2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
3. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal
fungsi dapat mendeteksi organisme.
4. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan
peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
5. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat
menandakan adanya inflamasi.
8. Penatalaksanaan
Selain itu, jagalah patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk
mencegah hipoksia dan pemasangan ventilator mekanik jika dibutuhkan,
melakukan transfusi komponen juga dapat dilakukan jika dibutuhkan, atau
melakukan manajemen khusus sesuai kasus misalnya kejang, gangguan
metabolik, gastrointestinal, atau hiperbilirubin, berikan imunoterapi
dengan immunoglobulin antibodi monoklonal atau transfusi tukar (IDAI,
2009).
1. Pengkajian
1. Airway
a. Yakinkan kepatenan jalan napas
b. Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau
nasopharyngeal)
c. Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
2. Breathing
a. Kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan
b. Kaji saturasi oksigen
c. Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
d. Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
e. Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
f. Foto thorak
3. Circulation
a. Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan
b. Monitoring tekanan darah
c. Periksa waktu pengisian kapiler
d. Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
e. Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
f. Pasang kateter
g. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h. Siapkan untuk pemeriksaan kultur
i. Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau
temperature kurang dari 36oc
j. Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
k. Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
4. Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis
padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji
tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
5. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan
tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan Sepsis yang berat
didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi
organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka
pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
1. Penurunan fungsi ginjal
2. Penurunan fungsi jantung
3. Hyposia
4. Asidosis
5. Gangguan pembekuan
6. Acute respiratory distress syndrome (ards) – tanda cardinal oedema
pulmonal
Pengkajian Umum
1. Aktifitas: Gejala : Malaise
2. Sirkulasi
Tanda :
a. Tekanan darah normal atau sedikit dibawah normal (selama
hasil
b. curah jantung tetap meningkat).
c. Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik):
lemah/lembut/mudah
d. hilang, takikardi ekstrem (syok).
e. Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat
mengakibatkan
f. disfungsi miokard, efek dari asidosis atau ketidak seimbangan
elektrolit.
g. Kulit hangat, kering, bercahaya (vasodilatasi),
pucat,lembab,burik
h. (vasokontriksi).
3. Eliminasi Gejala : Diare
4. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, Mual, Muntah: Penurunan haluaran,
konsentrasi urine, perkembangan ke arah oliguri,anuria.
5. Nyeri/Kenyamanan: Kejang abdominal,lakalisasi rasa sakit atau
ketidak nyamanan, urtikaria,pruritus.
6. Pernafasan
Tanda: Takipnea dengan penurunan kedalaman
pernapasan,penggunaan kortikosteroid, infeksi baru, penyakit viral.
Suhu : umumnya meningkat (37,9°C atau lebih) tetapi mungkin
normal pada lansia atau mengganggu pasien, kadang subnormal.
Luka yang sulit atau lama sembuh, drainase purulen,lokalisasi
eritema. Ruam eritema macular
7. Seksualitas
Gejala : Pruritus perineal.
Tanda : Maserasi vulva, pengeringan vaginal purulen.
8. Pendidikan kesehatan
Gejala : Masalah kesehatan kronis atau melemah,
misalnya hati,ginjal,sakitjantung, kanker,DM, kecanduan alcohol.
Riwayat splenektomi: Baru saja menjalani operasi / prosedur
invasive, luka traumatic.Penggunaan antibiotic ( baru saja atau
jangka panjang )
2. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0004) Gangguan ventilasi spontan berhubungan kelelahan
otot pernafasan
2. (D.0005) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hambatan upaya nafas
3. (D.0009) Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan penurunan
konsentrasi hemoglobin
4. (D0024) Ikterik neonatus berhubungan dengan usia kurang dari
7 hari
5. (D.0029) Pola menyusu tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan refleks hisap bayi
3. Rencana Keperawatan