PENDAHULUAN
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan
pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai
materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral
pembelajaran.
Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga
menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu
guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting
dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu
memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata
Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat
jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung
3). Tujuan pendidikan nasional ini sangat luas dan bersifat umum sehingga perlu
tingkatan sekolah yang kemudian dijabarkan lagi menjadi tujuan kurikuler yang
merupakan tujuan kurikulum sekolah yang diperinci menurut bidang studi/mata
mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran
IPA dibandingkan dengan nilai beberapa mata pelajaran lainnya, mata pelajaran
IPA peringkat nilainya menempati urutan paling bawah dari enam mata pelajaran
yang diebtanaskan, bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiran-
pembelajaran khusus yang dibuat oleh guru mata pelajaran IPA dapat tercapai
dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh sebab itu
kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau
pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang
proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru,
dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang
pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru
dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
metode eksperimen?
C. Tujuan Penelitian
metode eksperimen.
2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode
eksperimen.
D. Manfaat Penelitian
eksperimen.
dengan baik.
3. Bagi lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah
E. Batasan Masalah
1. Konsep IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada pokok bahasan
………………..
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran
berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,
1996: 14).
belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan
dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi
tertentu.
B. Hakikat IPA
secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi
juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan
bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan
asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil
(produk).
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
200: 5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pengajaran IPA.
D. Prestasi Belajar IPA
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,
hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru
belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara
E. Metode Eksperimen
digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara mengajar, di
dalam cra berpikir yang ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimaen siswa
alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
2. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama,
itu.
4. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi
seperti masalah yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan
sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
- Seluruh proses atau hal-hal yang penting saja yang akan dicatat.
eksperimen.
jawab.
yang belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula kata orang,
2. Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat, hal mana itu sangat dikehendaki oleh
kegiatan mengajar belajar yang modern, di mana siswa lebih banyak aktif
F. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan
3. Macam-macam Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
yang pokok.
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas
motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu
dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang
lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan
siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang
perbuatan.
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang
besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar
dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam
kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.
Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan
lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai
yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi
siswa.
yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang
dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan
lain sebagainya.
G. Gaya Belajar
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka
mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.
Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa
lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila
tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan ara yang mereka
sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan
METODE PENELITIAN
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b)
eksperimental.
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru
secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
B. Rancangan Penelitian
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
2000: 3).
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancangan
awal/rancangan Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi Putar
an 3
Tindakan/
Observasi
Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi
Tindakan/
Observasi
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
C. Instrumen Penelitian
1. Silabus
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
4. Tes formatif
bahasan ………. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal
analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal.
Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Validitas Tes
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini
72)
b. Reliabilitas
dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
kesukaran adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
d. Daya Pembeda
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
pembelajaran.
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
Σ N = Jumlah siswa
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
BAB IV
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
1. Validitas
perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 23)
dengan r (95%) = 0,413. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
- 21 soal mudah
- 15 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 80 √ 13 30 √
2 50 √ 14 70 √
3 80 √ 15 80 √
4 60 √ 16 70 √
5 40 √ 17 70 √
6 80 √ 18 70 √
7 70 √ 19 80 √
8 60 √ 20 60 √
9 70 √ 21 80 √
10 80 √ 22 100 √
11 60 √ 23 50 √
12 80 √ Jumlah 760 8 3
Jumlah 810 7 5
Jumlah Skor 1570
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2300
Rata-Rata Skor Tercapai 68,26
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
70,29 dan ketuntasan belajar mencapai 70,59% atau ada 24 siswa dari 23
siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
eksperimen.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-
siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 80 √ 13 70 √
2 70 √ 14 60 √
3 90 √ 15 90 √
4 60 √ 16 90 √
5 70 √ 17 80 √
6 60 √ 18 80 √
7 70 √ 19 80 √
8 80 √ 20 60 √
9 80 √ 21 80 √
10 70 √ 22 70 √
11 80 √ 23 90 √
12 60 √ Jumlah 850 9 2
Jumlah 870 9 3
Jumlah Skor 1720
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2300
Rata-Rata Skor Tercapai 74,78
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
adalah 74,78 dan ketuntasan belajar mencapai 78,26% atau ada 18 siswa
dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga
sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-
jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut.
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 80 √ 13 70 √
2 90 √ 14 80 √
3 90 √ 15 100 √
4 60 √ 16 90 √
5 90 √ 17 90 √
6 90 √ 18 80 √
7 90 √ 19 90 √
8 80 √ 20 60 √
9 60 √ 21 100 √
10 80 √ 22 80 √
11 80 √ 23 80 √
12 90 √ Jumlah 920 10 1
Jumlah 980 10 2
Jumlah Skor 1900
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2300
Rata-Rata Skor Tercapai 82,60
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Klasikal : Tuntas
sebesar 82,60 dan dari 23 siswa yang telah tuntas sebanyak 20 siswa dan
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan belajar dengan metode
eksperimen dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan
dapat tercapai.
C. Pembahasan
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami
peningkatan.
dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,22%), siklus II
jawaban siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan
untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau
memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode eksperimen
sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi
UGM.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
TAHUN 2003/2004
KARYA ILMIAH
OLEH
…………………………………..
NIP: ……………………………..
………………………………………………………………………….
Nama : …………………….
NIP : ……………………….
Unit Kerja : …………………………………………..
Judul : Strategi Belajar Mengajar Dengan Menerapkan Metode
2003/2004
Mengetahui
Ketua PD PGRI II Kepala ………………….
………………………………. ……………………………………
……………………………… ………………………
NPA: NIP: …………..
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan angka kredit
kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Karya ilmiah ini tidak
dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di
perpustakaan …………………………………….
Tanggal : ……………………
Pustakawan Kepala
…………………………. ………………………
………………………………….. …………………………..
……………………….. ………………………….
NIP: ………………….
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan
karya ilmiah dengan judul “Strategi Belajar Mengajar Dengan Menerapkan Metode
ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai
sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak
didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
ABSTRAK
………………………………, 2003. Strategi Belajar Mengajar Dengan Menerapkan
Metode eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa
…………………………………………………. Tahun 2003/2004
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv
Abstrak ............................................................................................................. v
Daftar Isi .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Hakekat IPA........................................................................ 6
E. Metode Eksperimen............................................................ 9
C. Pembahasan ....................................................................... 37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 39
B. Saran .................................................................................. 39