Anda di halaman 1dari 8

Faktor Penyebab Gerakan Sosial Kontemporer

Beberapa peneliti mempelajari bangkitnya organisasi gerakan sosial yang


lebih spesifik pada titik-titik tertentu dalam sejarah, sementara peneliti lain
melihat pada tren dan peristiwa pada tingkat makro dalam upaya untuk
menghubungkan berbagai macam demografis dalam skala besar, transformasi
ekonomi dan politik terhadap munculnya secara regional, nasional, dan bahkan
global dari sebuah gerakan sosial (Haryanto, 189). Gerakan sosial kontemporer,
atau gerakan sosial yang terjadi dalam waktu yang relatif baru, dipengaruhi oleh
sejumlah faktor kompleks. Pertama-tama, globalisasi memainkan peran penting
dalam memicu gerakan sosial saat ini. Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi telah membawa masyarakat lebih dekat dan memungkinkan
pertukaran ide dan informasi secara instan, memicu kesadaran akan isu-isu global
yang mendesak.

Di Indonesia sendiri gerakan sosial selalu menjadi topik terhangat di tiap


gelarannya, salah satu kasus gerakan sosial kontemporer yang sempat hangat
terjadi yakni aksi boikot produk pro-israel (Septiazi & Yuliani, 2023). Dimana
masyarakat diminta kesadarannya untuk tidak mendukung produk-produk yang
terdaftar atau terafiliasi membantu negara penjajah Palestina dengan tidak
membeli produk tersebut. Aksi ini dinilai oleh khalayak luas sebagai aksi
solidaritas sesama umat manusia, alhasil gerakan ini berhasil menurunkan trend
saham dua perusahaan besar seperti Disney dan Starbuck yang dipercaya
terafiliasi dan membantu perekonomian negara penjajah (Rahmani, 2023). Dalam
gerakan sosial kontemporer, generasi muda memegang peran penting bahkan
dipercaya sebagai agent of change dari sebuah negara. Gerakan sosial
kontemporer pula muncul sebagai respons terhadap berbagai faktor yang
memengaruhi masyarakat saat ini. Beberapa faktor pemicu gerakan sosial
kontemporer antara lain (Akbar, 2016):

1. Teknologi dan Globalisasi: Gerakan sosial akan selalu mengalami


perkembangan zaman. Salah satu pemicu Gerakan sosial adalah
perkembangan infrastruktur dan mudahnya mendapatkan smartphone atau
perangkat genggam (Hasanah, 2017). Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi, bersamaan dengan globalisasi, memungkinkan ide dan
informasi tersebar dengan cepat. Warga dunia lebih terhubung dan lebih
sadar akan isu-isu global, seperti hak asasi manusia, perubahan iklim, dan
ketidaksetaraan. Dewasa ini, generasi yang terpapar dengan teknologi
disebut sebagai net generation, berdasarkan Sugihartati (2014, h. 100), Net
Generation adalah komunitas dunia maya yang sangat bergerak maju,
menjadi pemeran utama yang proaktif dalam membangun interaksi, serta
memanfaatkan jejaring di cyberspace (Hariyanti, 2017). Hal ini karena Net
Generation tumbuh besar dalam konteks peningkatan kecepatan
(akselerasi) perkembangan teknologi berita yg sangat cepat. Net
generation ini pula yang mempengaruhi gerakan sosial kontemporer dalam
penyebaran dan publikasi yang diberikan di sosial media, informasi yang
berada di belahan dunia manapun dapat dengan mudah tersebar dan
diketahui oleh khalayak ramai salah satunya adalah gerakan pro palestina.
Net generation aktif membagikan postingan gambar semangka yang
digadang sebagai bentuk dukungan kepada negara Palestina dan
menghindari shadow banned di social media, tak hanya itu net generation
pula menggalakan hastag #WorldStandsWithPalestine dan #freepalestine
(Fernando & Larasati, 2023). Hal ini menjadi salah satu contoh bahwa
gerakan sosial di zaman globalisasi masif dilakukan secara virtual, dimana
tidak hanya dapat menggerakan satu wilayah saja namun bisa membawa
massa di seluruh penjuru dunia (Ismail, Munsi & Hans, 2019).
2. Ketidakpuasan Ekonomi: Kesenjangan ekonomi yang semakin
membesar antara kelas-kelas sosial menciptakan ketidakpuasan dan
dorongan untuk mengadvokasi hak-hak ekonomi yang lebih adil. Gerakan-
gerakan seperti Occupy Wall Street mencerminkan ketidakpuasan terhadap
kebijakan ekonomi yang mendukung kelompok tertentu. Di Indonesia
sendiri salah satu kasus gerakan sosial mengenai ketidakpuasan ekonomi
berada di tahun 2022 yakni pada kasus kenaikan BBM, terdapat
demonstrasi besar-besaran di berbagai wilayah jabodetabek dan luar
jabodetabek (Tambunan, Aprilia & Rahayu, 2022). Tidak hanya itu
gerakan sosial ini diikutsertakan dengan masyarakat dari berbagai
kalangan seperti mahasiswa, buruh, hingga masyarakat dari berbagai latar
belakang yang berbeda. Ketidakpuasan ekonomi menjadi salah satu
masalah yang selalu hadir di tiap tahunnya, seringkali dibahas dan menjadi
topik hangat, bahkan merupakan salah satu masalah sosial tak berujung.
Sayangnya, seiring perkembangan zaman masalah sosial ini lebih condong
dijadikan sebagai bahan dukungan politik semata, sehingga penyelesaian
dan bentuk solusi nya berupa solusi konsumtif yang tidak berkembang dan
hanya bermanfaat dalam jangka waktu pendek, tidak memiliki
keberlanjutan dalam jangka panjang. Hal ini menjadikan masyarakat
dengan kebutuhan tertentu tidak dapat lepas dari bantuan dan tidak mampu
untuk mandiri.
3. Isu Lingkungan: Perubahan iklim dan masalah lingkungan lainnya
memicu gerakan sosial yang mendukung pelestarian alam, pengurangan
limbah, dan penggunaan energi terbarukan. Kesadaran akan dampak
lingkungan juga mendorong tuntutan terhadap perubahan perilaku dan
kebijakan. Terdapat gerakan sosial bertemakan pembersihan sungai dari
sampah dan limbah yang sempat terkenal dilakukan oleh salah satu
komunitas menarik dikenal sebagai Pandawara Group (Ardilla, Yunda,
Avri & Zelyne, 2023). Komunitas ini mengawali aksinya di latar belakangi
dengan menjadi korban pada bencana alam yang diakibatkan oleh
kerusakan lingkungan. Hal ini memicu mereka untuk membentuk
komunitas yang sadar akan pentingnya lingkungan, tidak berhenti hanya
sekedar aksi semata mereka pun seringkali membagikan aksinya di dunia
maya dengan harapan warganet khususnya pemuda di seluruh Indonesia
agar peduli terhadap lingkungan dan tidak membuang sampah
sembarangan (Maghdalena, 2023). Dengan berjumlahkan lima anggota
pemuda berasal dari bandung, pandawara group dapat disebut sebagai
komunitas yang dibentuk oleh net-generation dimana para pemuda ini
hidup dengan teknologi dan memanfaatkan peran teknologi dalam aksi
gerakan sosial yang dilakukan (Rayhan, Widjaya & Lita, 2023).
4. Identitas dan Kebudayaan: Gerakan-gerakan identitas, seperti
feminisme dan advokasi hak LGBTQ+, berjuang untuk kesetaraan dan
pengakuan hak-hak individu. Tuntutan atas penghormatan terhadap
keberagaman dan pengakuan hak-hak minoritas menjadi sorotan utama
gerakan sosial kontemporer. Salah satu aksi gerakan sosial yang bergerak
di bidang identitas dan kebudayaan yakni Women’s March di tahun 2023
yang diadakan di sekitar Monas, Jakarta (Maharani, 2022). Dalam gerakan
ini terdapat beberapa tuntutan yang dilayangkan oleh kaum perempuan
yang turut hadir dalam demonstrasi tersebut, terdapat 9 tuntutan yakni
sebagai berikut:
1. Dalam konteks tuntutan terkait keterwakilan perempuan di dunia
politik, fokus diletakkan pada peningkatan partisipasi perempuan
dalam kehidupan politik dan pemerintahan.
2. Pengesahan regulasi dukungan penghapusan kekerasan menjadi
perhatian utama, dengan tujuan memastikan perlindungan hukum
yang efektif dan langkah-langkah konkret untuk mengatasi
kekerasan dalam berbagai situasi.
3. Dalam upaya mengatasi diskriminasi dan stigma, perhatian
difokuskan pada penolakan segala bentuk diskriminasi gender dan
upaya mengurangi stigma yang masih terkait dengan kelompok
perempuan.
4. Tuntutan diterapkan untuk menghentikan praktik-praktik yang
merugikan kelompok perempuan dan anak, termasuk tindak pidana
perdagangan orang (TPPO).
5. Women's March Jakarta (WMJ) mendorong inklusi muatan
kesehatan reproduksi dan edukasi seksual komprehensif dalam
kurikulum pendidikan.
6. WMJ juga mengajak pemerintah, sebagai chairperson ASEAN
2023, untuk terlibat secara aktif dalam penyelesaian konflik di
wilayah Asia Tenggara.
7. Pemerintah didorong untuk memberikan perlindungan khusus pada
pencari suaka, perempuan, kelompok minoritas, serta kelompok
rentan dan marginal.
8. Pemerintah ditekan untuk memastikan berjalannya perlindungan
sosial yang komprehensif, adil gender, dan inklusif.
9. Women's March Jakarta 2023 juga menyoroti kasus pelanggaran
HAM sebagai bagian penting dari agenda perjuangan mereka.
Dalam semua tuntutan yang dilayangkan di gerakan sosial women’s march
2023 ini mengarah kepada gerakan feminisme, dimana perempuan rata-
rata mengajukan tuntutan kesejahteraan hidup dan kesetaraan gender. Hal
ini wajar dilakukan mengingat laporan Komnas HAM dalam kasus
kekerasan pada perempuan di tiap tahunnya selalu meningkat (Komnas
Perempuan, 2022). Selain itu terdapat berbagai ketidakadilan yang dialami
oleh karyawan perempuan seperti dalam hal gaji yang belum setara dengan
kaum laki-laki padahal beban pekerjaan yang diberikan sama atau bahkan
lebih berat (Adika & Rahmawati, 2021)
5. Media Sosial dan Internet: Media sosial memiliki kekuatan sebagai
media baru yang punya pengaruh besar untuk menjalankan kekuatannya
sebagai pengkritik serta pengawas dunia informasi dan komunikasi dari
berbagai kegiatan yang berlangsung yang dating dari berbagai belahan
dunia dalam ketentuan hitungan waktu cepat (Hasanah, 2017). Peran
media sosial dalam memobilisasi massa dan menyebarkan informasi telah
meningkatkan kekuatan gerakan sosial. Kampanye online dan petisi digital
memungkinkan partisipasi aktif warga dalam menyuarakan pendapat
mereka dan menyebarkan pesan gerakan.
6. Krisis dan Tantangan Sosial: Krisis kesehatan seperti pandemi COVID-
19 atau peristiwa-peristiwa sosial yang menciptakan ketidakpuasan, seperti
kasus kekerasan polisi atau ketidaksetaraan dalam sistem kesehatan, dapat
memicu gerakan sosial sebagai respons terhadap tantangan-tantangan
tersebut.
7. Ketidakpuasan Politik: Ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah,
korupsi, dan kurangnya akuntabilitas dapat menjadi pemicu bagi gerakan
sosial yang menuntut reformasi politik dan demokrasi yang lebih kuat. Hal
ini ditunjukan dalam salah satu contoh kebijakan pemerintah yang sempat
ditentang masyarakat Indonesia yakni unjuk rasa atas Undang-Undang
Cipta Kerja (Tolak Omnibus Law), salah satu alasan dari berbagai alasan
yang diajukan adalah condongnya keberpihakan UU ini kepada pengusaha
dibandingkan pekerja (Sjaiful, 2021).
8. Hak Asasi Manusia: Pelanggaran hak asasi manusia, baik di tingkat
nasional maupun internasional, seringkali menjadi pendorong utama
gerakan sosial. Aktivis dan kelompok-kelompok advokasi berjuang untuk
melawan ketidakadilan dan melindungi hak-hak dasar manusia. Seiring
perkembangan zaman kasus pelanggaran hak asasi manusia semakin
beragam, hal ini tidak luput dari pergerakan sosial yang berusaha
mempertahankan hak asasi sesama manusia di lingkungan sekitar maupun
ranah global. Terdapat beberapa aksi gerakan sosial kontemporer yang
memperjuangkan hak asasi manusia seperti aksi Black Lives Matter yang
berada di Amerika Serikat, dimana dalam aksi ini memusatkan perhatian
pada isu ras, khususnya ketidakadilan rasial yang terjadi di Amerika
Serikat (Francis & Wright, 2021). Lalu juga ada aksi yang sempat ramai di
media sosial dengan hastag #StopAsianHate, gerakan sosial ini
berkembang seiring masifnya diskriminasi atau kejahatan rasial terhadap
keturunan Asia khususnya di Amerika Serikat (Cao, Lee, Sun, & De
Gagne, 2022).

Gerakan sosial kontemporer sangat mudah ditemui seiring perkembangan


zaman, faktor-faktor yang hadir seringkali saling terikat dan mempengaruhi
satu sama lain, membentuk gerakan sosial kontemporer yang kompleks dan
responsif terhadap dinamika masyarakat modern. Disamping itu faktor-faktor
ini berasal dari berbagai aspek yang cukup luas seperti aspek budaya, politik,
ekonomi dan lain sebagainya. Selama manusia memiliki hubungan dengan
aspek-aspek yang terkait, gerakan sosial kontemporer akan terus berkembang.
Daftar Pustaka

Ardilla, Yunda, Avri Zavira, and Zelyne Deskita H.S. 2023. “Analisis Campaign
Program Go Green Yang Dilakukan Pandawara Group.” Jurnal Komunikasi,
Masyarakat Dan Keamanan 5(2): 57–69.

Adika, N. D., & Rahmawati, F. (2021). Analisis indikator ketimpangan gender


dan relevansinya terhadap pertumbuhan ekonomi inklusif di
Indonesia. Ecoplan, 4(2), 151-162.

Cao, J., Lee, C., Sun, W., & De Gagne, J. C. (2022). The# StopAsianHate
movement on Twitter: A qualitative descriptive study. International journal
of environmental research and public health, 19(7), 3757.

Francis, M. M., & Wright-Rigueur, L. (2021). Black Lives Matter in historical


perspective. Annual Review of Law and Social Science, 17, 441-458.

Maghdalena, M. A. (2023). GERAKAN SOSIAL KOMUNITAS LINGKUNGAN


PANDAWARA GROUP DALAM MENINGKATKAN KEPEDULIAN
MASYARAKAT TERHADAP LINGKUNGAN (Doctoral dissertation,
Universitas Pendidikan Indonesia).

Maharani, D. T. (2022). WOMEN’S MARCH GLOBAL DAN PROSES


AKTIVISME TRANSNASIONAL GERAKAN PEREMPUAN DI INDONESIA
(STUDI KASUS WOMEN’S MARCH JAKARTA 2017) (Doctoral dissertation,
Universitas Bakrie).

Rayhan, A., Widjaya, R. I., & Lita, T. N. (2023). Partisipasi NGO Pandawara
Group Dalam Mengelola Lingkungan Di Pantai Teluk Labuan Sebagai
Upaya Mewujudkan Welfare State. In National Conference on Law Studies
(NCOLS) (Vol. 5, No. 1, pp. 31-56).

Fernando, H., & Larasati, Y. G. (2023). Melampaui dari Sebuah Simbol


Semangka: Memahami Konflik Palestina-Israel dalam Instagram. Religi: Jurnal
Studi Agama-agama, 19(2), 205-226.

Septiazi, M. R. F., & Yuliana, N. (2023). ANALISIS PENGARUH MEDIA


SOSIAL TERHADAP GERAKAN BOIKOT PRODUK ISRAEL DI
INDONESIA. Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial, 2(4), 134-144.
Sjaiful, M. (2021). Problematika normatif jaminan hak-hak pekerja dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Media
Iuris, 4(1), 37.

Rahmani, Annisa. 2023. “DAMPAK PERANG ISRAEL-HAMAS TERHADAP


HARGA SAHAM DAN MINAT BELI MASYARAKAT PRODUK
PENDUKUNG ISRAEL.” Academy of Education Journal.
http://dx.doi.org/10.1016/j.envres.2016.07.033.

Hariyanti, Puji. 2017. “Generasi Muda Muslim Dan Gerakan Sosial Spiritual
Berbasis Media Online.” Jurnal ILMU KOMUNIKASI 13(2): 165–78.

Ismail, A., Munsi, H., & Hans, A. (2019). Online social movement: Adopsi
teknologi informasi dalam melakukan gerakan sosial di
indonesia. ETNOSIA: Jurnal Etnografi Indonesia, 4(1), 91-114.

Tambunan, N., Aprilia, S., & Rahayu, N. P. (2022). Study Literature: Dampak
Kenaikan Bbm Bagi Perekonomian Rakyat. Sibatik Journal: Jurnal Ilmiah
Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, Dan Pendidikan, 2(1), 329-336.

Komnas Perempuan. 2022. “Kekerasan Terhadap Perempuan Di Ranah Publik


Dan Negara: Minimmnya Perlindungan Dan Pemulihan.” Catatan Tahunan
Komnas Perempuan Tahun 2023. https://komnasperempuan.go.id/siaran-
pers-detail/catahu-2020-komnas-perempuan-lembar-fakta-dan-poin-kunci-5-
maret-2021.

Anda mungkin juga menyukai