Anda di halaman 1dari 35

AKAD IJARAH DALAM AKUNTANSI SYARIAH

Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu: Ady Cahyadi, SE.,MSI.

Disusun Oleh:

Ghina Zahira 11220860000041


Nimatul Aliyya 11220860000042
Raihan Mubarak 11220860000043
Resa Khoirunnisa 11220860000089
Ummu Zahro 11220860000090
Achmad Agung Nugraha 11220860000091

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

EKONOMI SYARIAH

2023 M/1444 H

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang mengenai “Akad Ijarah Dalam AKuntansi
Syariah”

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang konsep akad Ijarah dan proses pencatatannya serta memberikan
pemahaman tentang kada Iajarah dalam akuntansi Syariah.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Ady Cahyadi SE., MSI
selaku dosen pengampu Akuntansi Syariah yang telah menyerahkan kepercayaan kepada
penulis guna menyelesaikan makalah ini serta membimbing penulis dalam pembuatan
makalah ini. Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun amat dinantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 4 Desember 2023

Penulis (Kelompok 6)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... iii
BAB I .............................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 2
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
C. Tujuan .............................................................................................................................. 3
BAB II ............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 4
A. Pengertian Akad Ijarah .................................................................................................. 4
B. Jenis-jenis Akad Ijarah ................................................................................................... 8
C. Dasar Syariah Akad Ijarah .......................................................................................... 10
D. Perlakuan Akuntansi Akad Ijarah (PSAK 107) ......................................................... 21
E. Ilustrasi Akad Ijarah..................................................................................................... 28
BAB III .......................................................................................................................................... 32
PENUTUP ..................................................................................................................................... 32
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang universal dan dinamis. Diantara ajaran lengkapnya
semua aspek kehidupan, baik yang menyangkut masalah ibadah maupun muamalah.
Muamalah merupakan hubungan antara manusia dengan manusia, bersifat elastis dan
dapat berubah sesua tuntutan perekonomian zaman dan tempat. Sebagaimana definisi
yang diungkapkan oleh Idris Ahmad “Muamalah berate hubungan antara manusia
deangan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan keperluan jasmaninya dengan cara
yang baik”.
Jual beli merupakan suatu kegiatan muamalah yang melekat pada kehidupan
masyarakat dari zaman dahulu hingga sampai sekarang. Kegiatan jual beli atau
perdagangan sangatlah erat hubungannya dengan akrtivitas-aktivitas manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kehidupan manusia mempunyai bermacam-
macam kebutuhan yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier.
Jual beli menjadi kegitan rutin yang dilakukan setiap waktu oleh manusia. Akan tetapi
jual beli yang benra menurut hukum islam belum tentu semua muslim melakukannya,
bahkan ada yang tidak tahu sama sekali tentang ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
hukum islam dalam hal jual beli tidak jelas, seperti mengandung unsur paksaan, tipuan,
mudarat, serta adanya syarat-sayar lain yang membuat jual beli itu rusak dalam rukun dan
syarat jual beli sesuai syar’i.
Salah satu akad jual-beli adalah Ijarah. Iajarah atau transaksi upah-mengupah
merupakan suatu bentuk kegiatan kontrak kerja dalam kegiatan muamalah Islam, yaitu
dilakukan dengan memeperkerjakan seseorang untuk melakukan kerja dengan ganti upah
sebagai kopensasinya. Dalam praktknya adalah selalu berkaitan dengan suatu manfaat
yang dituju, tertentu dan jlas pekerjaannya, bersifat mubah, jelas waktunya dan dapat
dimanfaatkan dengan imbalan tertentu pula, baik dengan cara mendahulukan upahnya
maupun dengan mengakhirinya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu akad Ijarah?
2. Apa saja jenis akad Ijarah?
3. Apa dasar syariah akad Ijarah?
4. Bagaimana prinsip perlakuan akuntansi (PSAK 107)?
5. Bagaimana ilustrasi akuntansi akad Ijarah?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian dari akad Ijarah


2. Memahami jenis-jenis akad Ijarah
3. Memahami dasar syariah akad Ijarah
4. Mengetahui prinsip perlakuan akuntansi (PSAK 107)
5. Memahami bentuk akad Ijarah lewat ilustrasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Ijarah


Menurut sayyid sabiq dalam fiqih sunnah, al ijarah berasal dari kata al ajru yang
berarti al ‘iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat didefinisikan sebagai akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa. Dalam waktu tertentu dengan
pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri. Jadi ijarah dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang
atau jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau
upah sejumlah tertentu). Pada hakikatnya, manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan
berinteraksi antar sesama, salah satunya merupakan kegiatan sewa-menyewa atau Ijarah.
Kegiatan sewa-menyewa sudah lama dikembangkan dalam menjalankan roda
perekonomiannya. Aspek utama yang dapat dilihat melalui kegiatan ini adalah akad
Ijarah. Akad ijarah adalah kegiatan sewa-menyewa antara dua pihak dengan biaya yang
telah ditetapkan. Istilah Ijarah berasal dari bahasa Arab “al-’Ajr” yang artinya “imbalan”,
“kompensasi”, atau “substitusi”. Akad Ijarah juga dapat diartikan sebagai suatu perjanjian
yang bertujuan untuk memindahkan manfaat (hak guna) suatu barang selama periode
masa berlaku akad Ijarah, yaitu setelah pembayaran upah sewa, tanpa diikuti oleh
pergantian kepemilikan atas barang tersebut. Dilihat dari fiqih, akad ijarah adalah kontrak
untuk menyewa jasa orang atau menyewa properti dalam periode dan harga yang telah
ditentukan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
akad Ijarah merupakan perjanjian penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna
(manfaat) dari suatu barang, yang didasarkan pada transaksi sewa-menyewanya. Pihak
penyewa disebut musta’jir sementara pihak yang menyewakan disebut ajir. Ijarah dalam
konteks tradisional tidak membuat properti berpindah tangan. Dalam dunia perbankan
dan sektor keuangan, istilah akad ijarah adalah kontrak sewa properti seperti tanah,
rumah, kendaraan bermotor dan lainnya, yang disewakan kepada seorang penyewa.

4
Metode pembayarannya sendiri dilakukan dalam serangkaian pembayaran sewa dan
pembelian, yang berujung pada perpindahan kepemilikan properti kepada pihak penyewa.
Terdapat beberapa jenis dan syarat akad ijarah yang perlu kita ketahui, terlebih lagi jika
kita ingin melakukan kegiatan sewa-menyewa.

Jenis-jenis Akad Ijarah


Skema akad Ijarah adalah “menyewakan atau menyediakan suatu jasa dan barang yang
bersifat sementara dengan imbalan berupa upah”. Di dalamnya terdapat jenis akad ijarah
yang terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Akad Ijarah Thumma Al-Bai (AITAB)
Untuk Ijarah thumma al bai’, penyewa akan menyewa sebuah barang dan bertujuan untuk
membeli barang tersebut. Sehingga di akhir masa sewa, barang tersebut menjadi hak
miliknya.
2. Akad Ijarah Muntahia Bittamleek (IMBT)
Akad Ijarah ini terjadi dimana suatu perjanjian atau wa’ad pemindahan hak milik atas
suatu benda yang disewakan pada suatu waktu tertentu. Pengalihan kepemilikan dapat
dilakukan setelah transaksi pembayaran atas objek Ijarah telah selesai.
Pengalihan kepemilikan kemudian bisa dilakukan dengan menandatangani akad baru
yang terpisah dari skema akad Ijarah sebelumnya. Pembayaran pengalihan kepemilikan
bisa dilakukan dengan hibah, penjualan, atau pembayaran angsuran.
3. Akad Ijarah Wadiah (AIW)
Perjanjian penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang
dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang
titipan sewaktu-waktu. Akad wadiah memiliki dua jenis, yaitu Wadiah Yad adh-
Dhamanah dan Wadiah Yad al-Amanah.
Akad wadiah Yad adh-Dhamanah mengacu pada penerima titipan yang dapat
memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya, dengan jaminan
pengembalian utuh, saat si pemilik menghendakinya. Lain halnya dengan Wadiah Yad al-
Amanah, si penerima titipan tidak bertanggungjawab atas kehilangan atau kerusakan
barang titipan, selama hal ini bukan kelalaian atau kecerobohan penerima titipan.

5
Syarat dan Ketentuan Akad Ijarah dalam Ekonomi Islam
Dalam kegiatan sewa-menyewa, penting untuk kita selalu memperhatikan syarat-syarat
dari akad ijarah, agar proses transaksi dapat terjalin dengan sah. Berikut adalah syarat-
syaratnya.
1. Persetujuan dan Kesepakatan Para Pihak
Pihak penyelenggara akad, baik penyewa maupun yang menyewakan tidak atas
keterpaksaan. Kemudian, orang yang tidak sah melakukan akad ijarah adalah orang yang
belum dewasa atau dalam keadaan tidak sadar.
2. Barang atau Jasa yang Disewakan
Objek yang disewakan harus berwujud sama sesuai dengan realitas dan tidak dilebih-
lebihkan, sehingga meminimalisir unsur penipuan.
3. Pembayaran Sewa atau Ijarah
Pemberian imbalan atau upah dalam transaksi Ijarah harus berwujud sesuatu yang dapat
memberikan keuntungan bagi pihak penyewa.
4. Durasi dan Waktu Sewa
Waktu sewa ditentukan oleh kesepakatan antara peminjam dan penyewa. Namun,
transaksi ijarah akan berakhir bila adanya cacat atau kerusakan pada barang sewa,
meninggalnya salah satu pihak dan tujuan transaksi telah tercapai.
5. Tanggung Jawab atas Perbaikan dan Pemeliharaan
Tanggung jawab akad ijarah disesuaikan dengan jenis dari akad itu sendiri. Hal ini
mencakup penerapan seluruh biaya yang keluar, maupun tanggung jawab atas perbaikan
dan pemeliharaan yang sebelumnya telah disepakati oleh peminjam maupun penyewa.
Contoh-contoh Akad Ijarah dalam Praktik Bisnis
Akad ijarah dapat diaplikasikan pada beberapa industri, di antaranya industri properti,
industri transportasi, dan industri perbankan.
1. Akad Ijarah pada Industri Properti
Contoh akad ijarah dalam bidang properti di Indonesia dapat kita lihat dalam Kredit
Pemilikan Rumah (KPR), terutama KPR Syariah.

6
Pengaju KPR mencicil pembayaran rumah dalam periode tertentu, lalu menempati rumah
yang dicicil tersebut (dalam artian menyewa rumahnya). Selanjutnya, kegiatan ini
berujung pada kepemilikan rumah tersebut ketika proses cicilan selesai.
2. Akad Ijarah pada Industri Transportasi
Akad ijarah kendaraan operasional bisa dilihat dari penyewaan rental mobil. Akad ini
dilakukan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh penyewa dengan saling
menyetujui isi perjanjian. Isi perjanjian tersebut harus mencakup orang yang
menyewakan mobil, penyewa mobil, ada mobil yang disewakan, dan ada uang sewa yang
diberikan penyewa mobil kepada pemilik rental yang penjelasan dari awal sampai
berakhirnya sewa menyewa.
3. Akad Ijarah pada Industri Perbankan
Penerapan akad ijarah pada industri perbankan bisa dilihat melalui layanan kartu kredit
syariah. Pada akad ini, penerbit kartu dianggap sebagai penyedia jasa sistem pembayaran
dan pelayanan terhadap pemegang kartu (nasabah). Dengan demikian, iuran keanggotaan
harus dibayar oleh pemegang kartu. Salah satu keuntungan yang bisa didapatkan dari
penggunaan kartu kredit syariah, baik itu menggunakan akad ijarah maupun lainnya,
pihak bank bisa memberi kepastian besaran cicilan yang tetap, dengan tujuan pertahanan
terhadap suku bunga yang akan terjadi sewaktu-waktu. Pemahaman mendalam terhadap
pengertian, jenis-jenis, syarat, dan ketentuan akad ijarah sangat berguna untuk
menghindari kerugian saat melakukan kegiatan sewa-menyewa. Anda juga harus tetap
memperhatikan ketentuan dari akad ijarah di setiap industri yang berbeda. Anda dapat
menelaah lebih lanjut informasi ini melalui sharing centre yang disediakan oleh kanal
informasi ekonomi syariah seperti Sharia Knowledge Centre (SKC) yang didirikan oleh
Prudential Syariah. Sharia Knowledge Centre (SKC) merupakan kanal informasi, inovasi,
dan kolaborasi seputar informasi syariah. SKC sendiri merupakan platform bagi para
penggiat ekonomi syariah yang bertujuan untuk meningkatkan literasi dan inklusi
keuangan syariah sekaligus untuk bergotong-royong memajukan ekonomi syariah dan
menjadikan Indonesia sebagai pusat perkembangan ekonomi syariah global.
Untuk mencapai tujuan tersebut, SKC bekerja sama dengan berbagai pemain industri
ekonomi syariah melalui berbagai program kemitraan strategis. Anda bisa mendapatkan

7
informasi seputar edukasi syariah dengan mengunjungi Prudential Sharia Knowledge
Centre.

B. Jenis-jenis Akad Ijarah


1. Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2(dua), yaitu:

a. Manfaat atas aset yang bergerak ataupun tidak bergerak seperti, rumah, mobil, motor,
pakaian dan sebagainya.

b. Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.

2. Berdasarkan PSAK 107

Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3(tiga), namun yang telah dikenal
secara luas adalah 2 jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu sebagai berikut:

a. Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan risiko dan
manfaat yang terkait kepemilikan asset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk
memindahkan kepemilikan dari pemilik(mu’jir) kepada penyewa(musta’jir) pada
saat tertentu.
b. Ijarah Muttahiya bittamlik adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan kepemilikan
asset yang diijarahkan pada saat tertentu.

Skema Ijarah

(1)

Pemberi (2) Penyewa/


Sewa/ Jasa Pengguna Jasa
(3)

Keterangan:

8
(1) Penyewa dan pemberi sewa melakukan kesepakatan ijarah
(2) Pemberi sewa menyerahkan objek sewa pada penyewa
(3) Penyewa melakukan pembayaran
Perpindahan kepemilikan suatu asset yang disewakan dari pemilik kepada penyewa,
dalam Ijarah muntahiya bittamlik dapat dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas
objek ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali
kepada pemberi sewa.
Kemudian untuk perpindahan kepemilikan akan dibuat akad baru, terpisah dari akad
ijarah sebelumnya. Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui:
a. Hibah
b. Penjualan, dimana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad penjualan,
namun pelaksanaan penjualan dapat dilakukan:
1. Sebelum akad berakhir
2. Setelah akad berakhir
3. Perpindahan secara bertahap sesuai dengan wa’ad (janji) pemberi sewa. Untuk
perpindahan secara bertahap, harus ditentukan bagian penyewa setiap kali ia
melakukan pembayaran dari harga total sampai la memiliki aset tersebut secara
penuh di akhir kontrak. Sistem ini mengharuskan pembuatan kontrak untuk setiap
bagian penjualan, sampai bagian terakhir dijual kepada penyewa. Jika kontrak
ijarah batal karena alasan-alasan yang mendasar sebelum perpindahan
kepemilikan secara penuh kepada penyewa, aset yang disewanya menjadi milik
bersama penyewa dan pemberi sewa secara proporsional.
3. Jual dan ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan kemudian
menyewa kembali objek ijarah tersebut yang telah dijual tersebut. Alasan
dilakukannya transaksi tersebut bisa saja si pemilik aset membutuhkan uang sementara
ia masih memerlukan manfaat dari asset tersebut. Transaksi jual dan jjarah harus
merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung (ta’alluq) sehingga
harga jual harus dilakukan pada nilai wajar dan penjual akan mengakui keuntungan
atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi. Keuntungan

9
atau kerugian yang timbul dari transalsi jual tidak dapat diakui sebagai pengurang atau
penambah beban ijarah yang muncul karena ia menjadi penyewa.
4. Ijarah-Lanjut menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas asset yang sebelumnya
disewa dari pemilik. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah untuk disewa-lanjutkan,
maka entitas mengakui sebagai beban ijarah(sewa tangguhan) untuk pembayaran
ijarah jangka panjang dan sebagai beban ijarah untuk sewa jangka pendek.

C. Dasar Syariah Akad Ijarah

Hukum Dasar Akad Ijarah

Hukum asal ijarah adalah mubah atau boleh, yaitu apabila dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan Islam. Berikut adalah beberapa dasar hukum yang
membolehkan ijarah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis Nabi.

a. Al-Qur’an
1. At-Thalaq: 6

َ ‫ت َح ْم ٍل َفا َ ْن ِفقُ ْوا‬


َّ‫علَ ْي ِهن‬ ِ ‫وَل‬َ ُ ‫علَ ْي ِه َّۗنَّ َوا ِْن كُنَّ ا‬ َ ‫س َك ْنت ُ ْم ِم ْن ُّو ْج ِد ُك ْم َو ََل تُض َۤا ُّر ْوهُنَّ ِلتُضَيِقُ ْوا‬ َ ‫ْث‬ ُ ‫س ِكنُ ْوهُنَّ مِ ْن َحي‬
ْ َ‫ا‬
‫ست ُْر ِض ُع لَ ٓٗه‬ َ ‫س ْرت ُ ْم َف‬ َ ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم َف ٰات ُْوهُنَّ ا ُ ُج ْو َره َُّۚنَّ َوأْتَمِ ُر ْوا بَ ْينَ ُك ْم بِ َم ْع ُر ْو َّۚفٍ َوا ِْن تَعَا‬
َ ‫ض ْعنَ َح ْملَ ُه َّۚنَّ َفا ِْن ا َ ْر‬
َ َ‫َحتّٰى ي‬
‫ا ُ ْخ ٰر َّۗى‬

Artinya: tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. dan jika mereka (isteriisteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusui (anakanak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS. Ath-
Thalaq: 6)

10
Jadi, setiap sesuatu manfaat yang kita dapat dari suatu barang atau jasa harus kita
berikan imbalan. Dalam surat tersebut Allah menegaskan bahwa seorang istri yang sudah
ditalak oeh suaminya pun jika masih hamil dan akan menyusui maka suami berkewajiban
memberi upah/nafkah baik dalam bentuk tempat tinggal, sandang dan pangan serta untuk
memenuhi kebutuhan persalinan dan menyusui anaknya. Kalaupun suami dan istri
tersebut menemui kesulitan untuk memberi asi anaknya, maka perempuan lain
diperbolehkan menyusuinya dengan imbalan dan upah sepatutnya.

Artinya, ketika seseorang melakukan akad ijarah (sewa-menyewa) berarti orang


tersebut memiliki kekurangan atau kesusahan sehingga Allah tidak ingin hambanya
merasakan kesulitan, dengan begitu Allah mengijinkan adanya permintaan pertolongan
kepada sesamanya salah satunya dalam bentuk ijarah ini. Maka seseorang yang kesusahan
tersebut dapat menyewa jasa atau tenaga orang lain untuk membantu memenuhi
kekurangannya dengan upah atau imbalam untuk pekerja atau pemberi jasa tersebut. Pada
dasarnya dalam akad ijarah merupakan pemberian imbalan atau upah atas penggantian
manfaat dari suatu barang atau jasa kepada pemberi jasa atau pemberi sewanya.

2. Al-Qashah: 26-27

َْ ‫ي‬
ُ‫اَلمِ ْين‬ ُّ ‫ستَأْج َْرتَ ا ْلقَ ِو‬
ْ ‫ستَأ ْ ِج ْر ُه ۖاِنَّ َخي َْر َم ِن ا‬ ِ ‫َقالَتْ اِ ْح ٰدى ُه َما ٰ ٓٗيا َ َب‬
ْ ‫تا‬

َ َ‫علَ ٰى أ َ ْن تَأ ْ ُج َرنِي ث َ َمان َِي حِ جَجٍ ۖ َف ِإ ْن أَتْ َم ْمت‬


‫عش ًْرا َفمِ ْن ِع ْندِكَ َۖو َما أ ُ ِري ُد أَ ْن‬ َ ‫َقا َل إِنِي أ ُ ِري ُد أ َ ْن أ ُ ْن ِك َحكَ إِ ْحدَى ا ْبنَتَ َّي َهاتَي ِْن‬
َ‫ست َ ِج ُدنِي إِ ْن شَا َء الَّهُ مِ نَ الصَّالِحِ ين‬
َ َّۚ َ‫علَ ْيك‬
َ ‫ق‬ ُ َ‫أ‬
َّ ‫ش‬

Artinya: salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (QS.
Qashash: 26)

“Dia (Syaikh Madyan) berkata, “sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau
dengan salah seorang dari kedua anak perempuan ini, dengan ketentuan bahwa engkau
bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka

11
itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya
Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik”. (QS. Qashah: 27)

Jadi, jika dikaitkan dengan ijarah, maka seseorang yang telah bekerja (meberikan
tenaganya kepada pemberi kerja agar pemberi kerja menerima manfaat dari jasanya)
dengan kekuatan yang ia miliki dan dengan kepercayaan yang dapat dipercaya baik dalam
hal jangka waktu (kontrak kerja) dan lainnya dilakukannya dengan baik maka pemberi
kerja patut memberikan upah atau kompensasi kepadanya atas manfaat dari jasa dan
tenaganya yang telah didapat. Atau bisa dikatakan, seseorang yang telah menyewakan
barang atau jasa dengan baik maka ia berhak mendapatkan upah atau bayaran yang pantas
atas barang atau jasa yang disewakannya. Jika itu berupa jasa (tenaga) maka kriterianya
orang itu harus kuat dan dapat dipercaya atas jasa yang dilakukan. Apabila melebihkan
waktunya, maka akan menjadi suatu nilai kebaikan.

b.Hadist

1. Hadis Riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:

َّ ‫ط ْواأ َ ْْل َ ِجي َْرأَج َْرهُ َق ْب َل أَن يَ ِج‬


ُ‫ف ع ََرقُه‬ ُ ‫ أ َ ْع‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى ّللا‬ ُ ‫ َقا َل َر‬:َ‫ع ْن ُه َما َقال‬
َ ِ‫س ْو ُل ّللا‬ َ ُ‫ع َم َر َر ِض َي ّللا‬
ُ ‫ع َِن اب ِْن‬

Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”.

Hadits di atas menjelaskan tentang ketentuan pembayaran upah terhadap orang yang
dipekerjakan, yaitu Nabi sangat menganjurkan agar dalam pembayaran upah itu
hendaknya sebelum keringatnya kering atau setelah pekerjaan itu selesai dilakukan

2. Hadis riwayat Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al Khuduri,
Nabi s.a.w bersabda:

.‫ستَأْج ََر أ َ ِجي ًْرا َف ْليُ ْعل ِْمهُ أَج َْر ُه‬
ْ ‫َم ِن ا‬

Artinya: “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya”.

12
3. Hadist Riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasaiy dari Sa’d bin Abi Waqas
menyebutkan:

‫سلَّ َم ع َْن‬
َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ َفنَهَانَا َر‬،‫س ِع َد ِبا ْل َماءِ مِ ْنهَا‬
َ ‫ع َو َما‬
ِ ‫الز ْر‬ َ ‫ُكنَّا نُك ِْري اْْل َ ْرضَ ِب َما‬
َّ ‫علَى ال‬
َّ َ‫س َواق ِْي مِ ن‬
‫ض ٍة‬َّ ‫ب أَ ْو ِف‬
ٍ ‫ذَ ِلكَ َوأ َ َم َر َنا أَ ْن نُك ِْريَهَا ِبذَ َه‬.

Artinya: “Dahulu kita menyewa tanah dengan jalan membayar dengan hasil tanaman
yang tumbuh disana. Rasulullah lalu melarang cara yang demikian dan memerintahkan
kami agar membayarnya dengan uang mas atau perak.”

Rukun dan Syarat Ijarah

Rukun Ijarah

Layaknya sebuah transaksi ijarah dapat dikatakan sah apabila memenuhi rukun dan
syarat. Menurut Ulama Hanafiyah rukun dari ijarah itu hanya satu yakni ijab dan kabul
dengan menggunakan lafal upah atau sewa (al-ijarah, al-isti’jar, al-iktira` dan al-ikra`).
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa orang yang berakad, sewa/imbalan dan manfaat
termasuk ke dalam syarat-syarat ijarah, bukan rukunnya. Sedangkan menurut Jumhur
Ulama rukun ijarah ada empat yaitu: orang yang berakad, sewa/imbalan, manfaat, dan
adanya sighat (ijab dan Kabul). Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan secara terperinci
sebagai berikut:

1. Mu’jir dan Musta’jir.

Mu’jir adalah orang yang menggunakan jasa atau tenaga orang lain untuk mengerjakan
suatu pekerjaan tertentu. Musta’jir adalah orang yang menyumbangkan tenaganya atau
orang yang menjadi tenaga kerja dalam suatu pekerjaan dan mereka menerima upah dari
pekerjaannya itu.

2. Sighat yaitu ijab dan kabul

13
Dalam sighat ada ijab dan kabul. Ijab merupakan pernyataan dari pihak pertama (mu’jir)
untuk menyewakan barang atau jasa sedangkan kabul merupakan jawaban persetujuan
dari pihak kedua untuk menyewakan barang atau jasa yang dipinjamkan oleh mu’jir.
Misalnya, anda bersedia bekerja pada proyek ini dalam waktu dua bulan dengan upah
perharinya Rp.20.000,- dan jenis pekerjaannya yaitu pekerjaan jalan? kemudian buruh
menjawab “ya”, saya bersedia

3. Objek transaksi (manfaat)

Pekerjaan dan barang yang akan dijadikan objek kerja harus memiliki manfaat yang jelas
seperti mengerjakan pekerjaan proyek, membajak sawah dan sebagainya. Sebelum
melakukan sebuah akad ijarah hendaknya manfaat yang akan menjadi objek ijarah harus
diketahui secara jelas agar terhindar dari perselisihan dikemudian hari baik jenis, sifat
barang yang akan disewakan ataupun pekerjaan yang akan dilakukan. disyaratkan pada
barang yang disewakan dengan beberapa syarat berikut ini.

• Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan upah-mengupah dapat
dimanfaatkan kegunaannya.
• Hendaklah barang yang menjadi objek sewa-menyewa dan upah-mengupah dapat
iserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut kegunaannya (khusus dalam sewa-
menyewa).
• Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah (boleh) menurut Syara’
bukan hal yang dilarang (diharamkan).
• Benda yang disewakan disyaratkan kekal ‘ain (zat)-nya hingga waktu yang ditentukan
menurut perjanjian dalam akad.

4. Imbalan atau upah Upah

Sebagaimana terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah uang dan
sebagainya yang di bayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang
sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu.Jadi upah merupakan imbalan dari suatu

14
pekerjaan yang telah dilakukan.Pembayaran upah ini boleh berupa uang dan boleh berupa
benda. Dapat kita ketahui bersama bahwa ijarah adalah sebuah akad yang mengambil
manfaat dari barang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum syara’ yang
berlaku.Oleh sebab itu, sewa atau imbalan mesti jelas dengan ketentuan awal yang telah
disepakati.

Syarat Ijarah

Adapun syarat-syarat transaksi ijarah yaitu:

a. Dua orang yang berakad disyaratkan:

1. Berakal dan mummayiz, namun tidak disyaratkan baligh. Maka tidak dibenarkan
mempekerjakan orang gila, anak-anak yang belum mumayiz dan tidak berakal.
Amir Syarifuddin menambahkan pelaku transaksi ijarah harus telah dewasa,
berakal sehat dan bebas dalam bertindak dalam artian tidak dalam paksaan. Jadi
transaksi ijarah yang dilakukan oleh anakanak atau orang gila atau orang yang
terpaksa tidak sah.Menurut ulama Hanafiyah pelakunya tidak dipersyaratkan telah
baligh.Oleh karena itu, akad ijarah yang dilakukan kanak-kanak yang telah
mumayyiz dan diizinkan walinya berlaku mengikat dan berdampak hukum.Tapi
kalau pelakunya berada di bawah pengampuan (‫)المحجور‬, maka keabsahan
akadnya itu tergantung izin dari wali pengampunya.Namun demikian ulama
Malikiyah menegaskan bahwa mummayiz menjadi syarat dalam akad
ijarah.Sedang baligh manjadi syarat yang menentukan berlaku mengikat atau
tidaknya akad tersebut. Oleh karena itu, menurut mereka, sah akad ijarah yang
dilakukan seorang kanak-kanak, akan tetapi akad itu baru bisa dieksekusi setelah
mendapat izin dari walinya. Sedangkan menurut ulama Syafi’iyyah dan Hanabilah
untuk sahnya ijarah hanya mengemukakan satu syarat untuk pelaku akad, yaitu
cakap hukum (baligh dan berakal). Alasan mereka karena akad ijarah itu sama
dengan akad jual beli, yaitu akad kepemilikan semasa hidup.

15
2. Kerelaan (an-Tharadhin) Kedua belah pihak yang berakad menyatakan
kerelaannya untuk melakukan akad ijarah, dan para pihak berbuat atas kemauan
sendiri.Apabila salah seorang diantaranya terpaksa melakukan akad itu, maka
akadnya tidak sah.Karena Allah melarang penindasan atau intimidasi sesama
manusia tapi dianjurkan saling meridhoi sesamanya. Sebagaimana firman allah
dalam surat anNisaa’ ayat 29: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”.

b. Sesuatu yang diakadkan (barang dan pekerjaan) disyaratkan :

1. Objek yang diijarahkan dapat di serah-terimakan dengan baik manfaat maupun


bendanya.
2. Manfaat dari objek yang diijarahkan harus yang dibolehkan agama, maka tidak
boleh ijarah terhadap maksiat seperti mempekerjakan sesorang untuk
mengajarkan ilmu sihir atau mengupah orang untuk membunuh orang lain.
3. Manfaat dari pekerjaan harus diketahui oleh kedua belah pihak sehingga tdak
muncul pertikaian dan perselisihan dikemudian hari.
4. Manfaat dari objek yang akan di ijarahkan sesuatu yang dapat dipenuhi secara
hakiki.
5. Perbuatan yang diijarahkan bukan perbuatan yang diwajibkan oleh mu’ajir seperi
sholat, puasa dan lain-lain.
6. Pekerjaan yang diijarahkan menurut kebiasaan dapat diijarahkan seperti
menyewakan toko, computer, maka tidak boleh menyewakan pohon untuk
menjemur pakaian, karena hal itu diluar kebiasaan.

Rachmat Syafei menambahkan bahwa Pekerjaan yang diijarahkan bukan sesuatu


yang bermanfaat bagi si pekerja dan juga tidak mengambil manfaat dari hasi kerjanya,
seperti mengambil gandum serta mengambil bubuknya.

16
c. Upah atau imbalan disyaratkan :

1. Upah berupa benda yang diketahui yang dibolehkan memanfaatkannya (mal


mutaqqwwim).
2. Sesuatu yang berharga atau dapat dihargai dengan uang sesuai dengan adat
kebiasaan setempat.
3. Upah /imbalan tidak disyaratkan dari jenis yang di akadkan misalnya sewa rumah
dengan sebuah rumah
Terhadap imbalan ada beberapa ketentuan dalam hal menerima atau memberikan:
1. Imbalan atau upah tersebut hendaknya disegerakan pembayarannya.
2. Mesti ada kejelasan berapa banyak yang diterima sehingga kedua belah pihak
akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
3. Imbalan atau upah dapat diberikan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat
bersama. Apakah diberikan seluruhnya atau selesai waktunya. Ini semua
tergantung kebiasaan yang terjadi pada masyarakat asalkan tidak ada yang
terzalimi terhadap upah yang akan diterima.
4. Imbalan atau upah benar-benar memberikan manfaat baik berupa barang atau jasa,
sesuai dengan ketentuan yang disepakati bersama sehingga kedua belah pihak
saling merasa puas dan tidak ada yang merasa dirugikan satu sama lainnya.
Maksudnya, terhadap semua kesepakatan yang telah dibuat oleh kedua belah
pihak tersebut memang mesti ditunaikan.
5. Upah atau imbalan mesti berupa benda yang diketahui yang diperbolehkan
memanfaatkanya.
6. Sighat (ijab dan kabul) disyaratkan berkesesuaian dan menyatunya majelis akad
seperti yang disyaratkan dalam akad jual beli. Maka akad ijarah tidak sah jika
antara ijab dan kabul tidak bersesuaian, seperti antara objek akad dan batas waktu.

17
Berakhirnya Akad Ijarah
1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku
walaupun dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alasan, misalnya
keterlambatan masa panen jika menyewakan lahan untuk pertanian, maka
dimungkinkan berakhirnya akad Setelah panen selesai.
2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan
akad Ijarah
3. Terjadi kerusakan aset.
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa.
5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad
karena memberatkannya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akan tetap
berlangsung. Kecuali akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi atau yang
menyusui meninggal maka akadnya menjadi batal.

Perbedaan Ijarah dengan Sewa


Ada orang berpendapat ijarah sama dengan sewa (leasing), padahal pendapat ini tidak
sepenuhnya benar, Karim (2003) mencoba membandingkan ijarah dengan sewa sebagai
berikut.
No Keterangan Ijarah Sewa
1 Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja
2 Metode Pembayaran Tergantung atau tidak Tidak tergantung pada
tergantungnya pada kondisi kondisi barang yang
barang/jasa yang disewa
disewakan
3 Perpindahan a. Ijarah a. Sewa Guna
Kepemilikan Tidak ada pemindahan Operasi:
kepemilikan Tidak ada transfer
b. IMBT kepemilikan

18
Janji tidak b. Sewa Guna
menjual/menghibahkan dengan Opsi:
diawal akad Memiliki opsi
membeli atau tidak
membeli di akhir
masa sewa
4 Jenis Leasing Lainnya a. Lease Purchase a. Lease Purchase
Tidak Dibolehkan
diperbolehkan b. Sale and Lease
karena akadnya Back
gharar, yakni antara Dibolehkan
sewa dan beli
b. Sale and Lease
Back
Dibolehkan

Tabel di atas memberikan ikhtisar perbedaan dan kesamaan antara ijarah dan sewa.
Sedikitnya ada empat aspek yang dapat dicermati, yakni: objek, metode pembayaran,
perpindahan kepemilikannya dan jenis sewa.
1. Objek
Dalam Ijarah objek yang disewakan dapat berupa aset maupun jasa atau tenaga kerja.
Ijarah bila diterapkan untuk mendapatkan manfaat dari aset disebut sewa-menyewa,
sedangkan bila diterapkan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja atau jasa disebut
upah-mengupah (ujrah) . Dalam sewa hanya berlaku untuk sewa-menyewakan aset saja,
dengan kata lain terbatas pada pemanfaatan aset. Dengan demikian, ijarah memiliki
cakupan yang lebih luas daripada sewa.
2. Metode Pembayaran
Dalam ijarah, metode pembayaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu ijarah yang
pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa (Contigent to performance)

19
dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja yang disewa (not contigen
to performance).
Contoh akad ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang
disewakan adalah gaji atau sewa sedangkan contoh akad ijarah yang pembayarannya
tergantung pada kinerja objek yang disewakan disebut ju’alah atau Success Fee (misalnya
bagi Siapa yang menemukan handphone yang hilang akan diberi uang sebesar
RP500.000).
3. Perpindahan Kepemilikan
Pada dasarnya akad ijarah sama seperti operating Lease, yakni yang dipindahkan adalah
manfaat dari aset yang disewakan. Untuk jenis akad ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT),
kepemilikan aset tetap pada pemberi sewa dan si penyewa mengambil manfaat atau
menggunakan aset tersebut. Namun, pemberi sewa di awal akad berjanji (wa’ad) kepada
pihak penyewa, bahwa ia akan melepaskan kepemilikan atas aset yang disewakan kepada
penyewa. Pengalihan hak atas aset yang bersangkutan dapat dilakukan dengan menjual
atau dengan menghibahkannya. Atas pemindahan kepemilikan tersebut akan dibuatkan
akad secara terpisah.
Sementara dalam leasing, jenis leasing tergantung dari sisi pemberi sewa dan penyewa.
Dari sisi pemberi sewa secara umum dikenal empat jenis sewa yaitu: financial lease, sales
type lease, operating lease dan leverage lease. Sedangkan dari sisi penyewa, dikenal dua
jenis yaitu operating lease dan Capital lease.
Dalam financial lease (sisi lessor) atau capital lease (sisi lesse) adalah merupakan bentuk
transfer sebagian besar risiko dan keuntungan kepemilikan yang mengikat pada lesse,
periode jangka panjang, dan lesse akan menanggung semua biaya perbaikan dan pada
akhir periode memiliki hak untuk membeli karena risiko barang ditanggung olehnya.
Dalam operating lease hak kepemilikan berada pada pemilik aset, yang dialihkan hanya
manfaat dari aset tersebut, dengan demikian akad ijarah atau IMBT merupakan operating
lease karena yang ditransfer hanya manfaat dari objek ijarah sedang kepemilikannya tetap
pada pemberi sewa.

20
Berdasarkan definisi tersebut maka syariah tidak menghalalkan Capital atau financial
lease karena memiliki akad yang tidak jelas atau gharar antara beli atau sewa Sedangkan
untuk operating lease dibolehkan karena bentuknya seperti sewa menyewa.
4. Jenis Sewa Lainnya
• Purchase Lease adalah suatu bentuk sewa yang menggabungkan antara hak beli dan
sewa sekaligus. Ciri dalam purchase lease: pembeli membayar sejumlah uang untuk
hak beli yang tidak dapat ditarik kembali serta bukan bagian dari uang muka
pembelian, harga jual ditetapkan di awal dan biasanya lebih tinggi dari harga pasar,
selama belum terjadi pembelian, pembeli membayar sejumlah uang, perjanjian tidak
dapat dibatalkan kecuali gagal bayar yang biasanya objek sewa akan disita oleh lessor,
dan tidak ada orang yang dapat membeli aset tersebut setelah perjanjian pembeli dan
pemilik.
Dalam syariah, akad lease purchase ini diharamkan karena adanya to in one (dua akad
sekaligus atau Shafaqatain fi shafaq) ini menyebabkan gharar dalam akad, yakni ada
ketidakjelasan akad: apakah yang berlaku akan sewa atau akad beli.
• Sale and lease back (al bai’ tsumma ‘iadatul ijarah atau jual dan ijarah) adalah suatu
bentuk lease di mana penjual menjual barang kepada pembeli kemudian pembeli
menyewakan kembali kepada penjual. Alasan dilakukannya transaksi tersebut bisa
saja si pemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih memerlukan manfaat dari
aset tersebut. Akad jenis ini dibolehkan secara Syariah, asalkan akad jual dan akad
ijarah Harus Terpisah dan tidak boleh dipersyaratkan. Contoh: Jika Bapak A membeli
rumah Bapak B dengan harga Rp200 juta tetapi Bapak B harus menyewakan selama
5 tahun dengan biaya sewa pertahun Rp20 juta, maka jenis transaksi seperti ini
dilarang Syariah.

D. Perlakuan Akuntansi Akad Ijarah (PSAK 107)

• Akuntansi untuk Pemberi Sewa (Mu'jir)

21
1. Biaya Perolehan, untuk objek ijarah baik aset berwujud maupun tidak berwujud,
diakui saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Aset tersebut harus
memenuhi syarat, yaitu:
a. kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa
depan dari aset tersebut, dan
b. biaya perolehannya dapat diukur secara andal.
Jurnal:
Dr. Aset Ijarah xxx
Cr. Kas/Utang xxx
2. Penyusutan, jika aset ijarah tersebut dapat disusutkan/diamortisasi maka
penyusutan atau amortisasinya diperlakukan sama untuk aset sejenis selama umur
manfaatnya (umur ekonomisnya). Jika aset ijarah untuk akad jenis IMBT maka
masa manfaat yang digunakan untuk menghitung penyusutan adalah periode akad
IMBT. Jurnal:
Dr. Biaya Penyusutan xxx
Cr. Akumulasi Penyusutan xxx
3. Pendapatan Sewa, diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan kepada
penyewa pada akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah diserahkan tapi
perusahaan belum menerima uang, maka akan diakui sebagai piutang pendapatan
sewa dan diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan.
Jurnal:
Dr. Kas/ Piutang Sewa xxx
Cr. Pendapatan Sewa xxx
4. Biaya Perbaikan Objek Ijarah, adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluarannya
dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas
persetujuan pemilik

a. Jika perbaikan rutin yang dilakukan oleh penyewa dengan persetujuan pemilik maka
diakui sebagai beban pemilik pada saat terjadinya.
Jurnal:

22
Dr. Biaya Perbaikan. xxx
Cr. Utang xxx
b. Jika perbaikan tidak rutin atas objek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada
saat terjadinya
Jurnal:
Dr. Biaya Perbaikan xxx
Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx
c. Dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan
objek ijarah yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa
sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek jarah
Jurnal:
Dr. Biaya Perbaikan xxx
Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx
5. Perpindahan Kepemilikan Objek jarah dalam jarah Muntahiya bit Tamlik dapat
dilakukan dengan cara:
a. Hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban.
Jurnal:
Dr. Beban Ijarah xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
b. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang
disepakati. maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Dr. Kerugian* xxx
Cr. Keuntungan** xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
*jika nilai buku lebih besar dari harga jual

23
**jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
c. Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat
objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian* xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Keuntungan** xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
d. Penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:
1) selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual
diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian* xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr Keuntungan** xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
2) bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar atau met
lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut
Jurnal:
Dr. Aset Lancar/tidak lancer xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Aset ljarah xxx
Seluruh beban maupun keuntungan/kerugian yang timbul akibat penjualan ijarah tersebut
diakui sebagai behan/keuntungan/kerugian pada periode berjalan. Keuntungan/keru yang
timbul tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah dari beban ijarah
6. Penyajian, pendapatan jarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban beban
yang terka misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan
sebagainya.

24
7. Pengungkapan, pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi
ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
1) keberadaan waad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada
wa'ad pengalihan kepemilikan);
2) pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut,
3) agunan yang digunakan (jika ada),
b. nilai perolehan dan akumulası penyusutan untuk setiap kelompok aset ijarah, dan
c. keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada).

• Akuntansi untuk Penyewa (Musta'jir)


1. Beban Sewa, diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima.
Jurnal pencatatannya:
Dr. Beban Sewa xxx
Cr. Kas/Utang xxx
Untuk pengakuan sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah
diterima.
2. Biaya Pemeliharaan Objek Ijarah, yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan
penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Sedangkan dalam ijarah muntahiya
bit tamlik melalui penjualan objek ijarah secara bertahap, biaya pemeliharaan objek ijarah
yang menjadi beban penyewa akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan
objek ijarah.
Jurnal:
Dr. Beban Pemeliharaan ijarah xxx
Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx
Jurnal pencatatan atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tapi
dibayarkan terlebih dahulu oleh penyewa
Dr Piutang xxx
Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx

25
c. Perpindahan Kepemilikan, dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan dengan
cara:
a. Hibah, maka penyewa mengakui asset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek ijarah
yang diterima
Jurnal:
Dr Aset Nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr Keuntungan xxx
b. Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (Eks ljarah) xxx
Cr. Kas xxx
c. Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran yang disepakati
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (Eks ljarah) xxx
Cr. Kas xxx
d. Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar biaya
perolehan objek ijarah yang diterima.
Jurnal
Dr. Aset Nonkas (Eks ljarah) xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Utang xxx
d. Jika suatu entitas/penyewa menyewakan kembali aset ijarah lebih lanjut pada pihak
lain atas aset yang sebelumnya disewa, maka ia harus menerapkan perlakuan
akuntansi untuk pemilik dan akuntansi penyewa dalam PSAK ini
e. Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi
ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a. penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada
1) total pembayaran:

26
2) keberadaan waad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang
digunakan (jika ada waad pemilik untuk pengalihan kepemilikan):
3) pembatasan pembatasan, misalnya ijarah lanjut,
4) agunan yang digunakan (jika ada):
b keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika
ada transaksi jual dan jarah).

Sejarah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 107: Akuntansi Ijarah (PSAK 107) pertama
kali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK IAI) pada 21 April 2009. PSAK ini menggantikan ketentuan terkait penyajian
laporan keuangan syariah dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang
dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 107 mengalami penyesuaian pada 06
Januari 2016 terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68: Pengukuran
Nilai Wajar. Perubahan tersebut berlaku efektif secara prospektif untuk periode tahun
buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2017.
Draf Eksposur (DE) PSAK 107 Akuntansi Ijarah (Revisi 2020) telah disahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Syariah IAI pada 22 Juli 2020. Revisi ini dilatarbelakangi oleh
perkembangan kegiatan bisnis berbasis prinsip syariah baik sektor keuangan maupun
sektor riil yang menggunakan akad ijarah, serta perkembangan fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI terkait akad ijarah.

Ikhtisar Ringkas
PSAK 107 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
ijarah. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan. Aset ijarah
adalah aset baik berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya disewakan.
PSAK 107 memberikan pengaturan akuntansi baik dari sisi pemilik (mu’jir) dan penyewa
(Musta’jir).

27
Akuntansi Pemilik (Mu’jir) Akuntansi Penyewa
(Musta’jir)
Biaya Perolehan Objek ijarah diakui pada
saat objek ijarah diperoleh
sebesar biaya perolehan.
Penyusutan dan Amortisasi Objek ijarah disusutkan
atau diamortisasi, jika
berupa aset yang dapat
disusutkan atau
diamortisasi, sesuai dengan
kebijakan penyusutan atau
amortisasi untuk aset
sejenis selama umur
manfaatnya (umur
ekonomis).
Pendapatan dan Beban Pendapatan sewa selama Beban sewa diakui selama
masa akad diakui pada saat masa akad pada saat
manfaat atas aset telah manfaat atas aset telah
diserahkan kepada diterima.
penyewa.

Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya
beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

E. Ilustrasi Akad Ijarah

Kasus Ijarah

28
Transaksi (dalam ribuan Pemberi sewa penyewa
rupiah)
Tgl. 2 Januari 2007 Saat pembeliaan aset dari PT B:
Pemberi sewa dan penyewa Aset ijarah 150.000
Menandatangi akad ijarah Kas 150.000
atas mobil
Selama 3 tahun. Disepakati
bahwa pembayaran
dilakukan setiap bulan
Sebesar Rp 12.500

Pemberi sewa membeli Saat menerima pendapatan dari


mobil yang Penyewa:
Disewakan sebesar Rp Kas 12.500 Beban Sewa 12.500
150.000 dari PT B. Pendapatan Sewa 1.500 Kas 12.500
Setiap penerimaan Kas 12.500 Beban Sewa 12.500
pendapatan sewa Pendapatan Sewa 12.500 Kas 12.500
Pada awal bulan.
Pada akhir periode dilakukan Beban Penyusutan 30.000
alokasi Untuk beban Akuntansi Penyusutan 30.000
depresiasi selama 5 tahun
sesuai manfaat mobil dengan
metode garis lurus.
Penyajian pada akhir tahun Aset Ijarah 150.000
pertama untuk aset ijarah. Akumulasi Penyusutan 30.000
120.000
Pada saat akhir kontrak aset Aset Nonkas
ijarah dikembalikan kepada (Eks Ijarah) 150.000
pemberi sewa. Aset Ijarah 150.000
Sehingga dibuatkan ayat
jurnal reklasifikasi.

Kasus Ijarah Muntahiya bit Tamlik

29
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Pemberi Sewa Penyewa
Tgl. 2 Januari 2007 Saat pembelian aset dari PT B
Pemberi sewa dan pemyewa Aset ijarah 150.000
menandatangi akad ijarah atas Kas 150.000
mobil selama 3 tahun.
Disepakati bahwa pembayaran
dilakukan setiap bulan sebesar
Rp12.500

Pemberi sewa membeli mobil Saat menerima pendapatan dari Beban Sewa 12.500
yang disewakan sebesar Penyewa: Kas 12.500
Rp150.000 dari PT B. dan Kas 12.500
disepakati bahwa pada akhir Pendapatan Sewa 12.500
Masa sewa akan dibeli oleh
penyewa.
Setiap penerimaan pendapatan Kas 12.500 Beban Sewa 12.500
sewa Padaa awal bulan. Pendapatan Sewa 12.500 Kas 12.500
Pada akhir periode dilakukan Beban penyusutan 30.000
alokasi untuk beban depresiasi Akumulasi Penyusutan 30.000
selama 5 tahun sesuai masa
manfaat mobil dengan metode
garis lurus.
Penyajian pada akhir tahun Aset Ijarah 150.000
untuk aset ijarah, jurnal untuk Akumulasi Penyusutan 30.000
tahun ke-2 dan ke-3 sama 120.000
dengan pencatatan di atas.

30
Pada saat akhir kontrak aset Kas 65.000 Aset Nonkas 65.000
ijarah dijual kepada pemberi Akumulasi Penyusutan 90.000 Kas 65.000
sewa secara Aset Ijarah 150.000
tunai Rp65.000, Dilkukan Keuntungan Penjualan 5.000
dengan akad jual beli
Apabila pada saat akhir kontrak Beban Ijarah 60.000 Aset Nonkas 40.000
aset Ijarah dihibahkan dari Akumulasi Penyusutan 90.000 Keuntungan 40.000
pemberi sewa Kepada penyewa Aset Ijarah 150.000
dan nilai wajar Rp40.000

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akad ijarah merupakan kegiatan sewa-menyewa antara dua pihak dengan biaya
yang telah ditetapkan. Istilah Ijarah berasal dari Bahasa Arab “al-‘Ajr” yang artinya
“imbalan”, “kompensasi” atau “substitusi”. Akad Ijarah juga bisa diartika sebagai suatu
perjanjian yang bertujuan untuk memindahkan manfaat (hak guna) suatu barang selama
periode masa berlaku akad Ijarah, yaitu setelah pembayaran upah sewa, tanpa diikuti oleh
pergantian kepemilikan atas barang tersebut. Dilihat dari fiqih, akad Ijarah adalah kontrak
untuk menyewa jasa orang atau menyewa property dalam periode dan harga yang
ditentukan.
Terdapat tiag jenis akad Ijarah, yaitu Ijarah, Ijarah Muntahiya bit Tamlik, dan Jual
dan Ijarah. Dihalalkan bila memenuhi rukun dan ketentuan Syariah. Ijarah berbeda
dengan sewa, walaupun terdaoat jenis sewa yang sesuai dengan ijarah diantaranya sewa
operasioanal (oeprsting lease).
Meskipun banyak yang bilang bahwa akad Ijarah dan sewa merupakan hal yang
sama akan tetapi akad Ijarah sendiri mempunyai perbedaan dengan sewa yaitu pada objek,
metode pembayran, perpindahan kepemilikan, jenis leasing dan lainnya. Tetapi juga
mempunyai kesamaan yaitu pada Sale dan Lease Back.
Pengalihan kontrak atau asset yang disewakan kemudian disewakan Kembali
pada pihak lain boleh dilakukan baik dengan harga sama, lebih tinggi atau lebih rendah
asalkan pemberi sewa mengizinkannya dan kedua akad terpisah. Pembayaran sewa dapat
dibnayar dimuka, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai kesepakatan antara pemberi
sewa dan penyewa. Apabila atas ijarah dibayarkan uang muka menjadi hak pemberi sewa.

32
DAFTAR PUSTAKA

Sri Nurhayati-Wasilah(2015),Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi 4, Salemba Empat,


Jakarta.
https://www.shariaknowledgecentre.id/id/news/akad-
ijarah/#:~:text=Akad%20ijarah%20adalah%20kegiatan%20sewa,%E2%80%9D%2C%2
0atau%20%E2%80%9Csubstitusi%E2%80%9D.
https://dwiliasetiawati14.blogspot.com/2017/05/sewa-menyewa-al-ijarah-dalam-
perspektif.html
https://an-nur.ac.id/pengertian-ijarah-dasar-hukum-rukun-dan-syarat-syaratnya-
pembayaran-upah-dan-sewa-pembatalan-dan-berakhirnya-ijarah-pengembalian-
sewaan/#B_Dasar_Hukum_Ijarah
https://tafsirq.com/fatwa/dsn-mui/pembiayaan-ijarah
https://eprints.walisongo.ac.id/5995/3/BAB%20II.pdf

33

Anda mungkin juga menyukai