Anda di halaman 1dari 5

Nama : Maria Getriana Ensi

Nim : 23102460697
Kelas : IPS A
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia
Pertanyaan:
1. Apa yang Anda ketahui dan pahami dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara
tentang pendidikan dan pengajaran?
2. Apa relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan konteks pendidikan
Indonesia saat ini?
3. Apakah Anda merasa memiliki kemerdekaan belajar ketika Anda menjadi
peserta didik? Apakah Anda juga merasa memiliki kemerdekaan belajar ketika
Anda memilih profesi guru?
Jawaban:
1. Ki Hajar Dewantara (KHD) membedakan kata “pendidikan” dan “pengajaran”
dalam memahami arti dan tujuan pendidikan. Menurut KHD, pengajaran
(onderwijs) adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses
pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak
secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan (opvoeding) adalah pemberian
tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Menurut KHD (2009),
“pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk
segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun
hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya” (Yulius Edison Dara, 2020
dalam artikel Ayo Guru Berbagi “Koneksi Antar Materi-Kesimpulan Refleksi
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara”. Konsep pendidikan menurut Ki Hadjar
Dewantara adalah pendidikan yang holistik, dimana murid atau peserta didik
dibentuk menjadi insan yang berkembang secara utuh meliputi olah rasio, olah
rasa, olah jiwa dan olah raga melalui proses pembelajaran dan lainnya yang
berpusat pada murid dan dilaksanakan dalam suasana penuh keterbukaan,
kebebasan, serta menyenangkan.

2. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan pada anak didasarkan pada kodrat


alam dan kodrat zaman, pendidik itu menuntun anak agar tidak salah arah
dalam menuju kebahagiaan dan keselamatan hidup sebagai individu dan
sebagai manusia bermasyarakat. Dasar pendidikan dengan kodrat alam anak
adalah pendidikan dilaksanakan berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut dikenal dengan istilah pembelajaran
berbasis kontekstual. Sumber pembelajaran berasal dari lingkungan sekitar
anak. Dengan demikian, anak akan mudah mendapatkan pengalaman belajar
karena sumber belajarnya berasal dari pengalaman hidup di daerah masing-
masing anak. Selain itu, anak akan merasa senang belajar bersama pendidik
dan akan merindukan pendidik untuk belajar bersama. Pendidik pun akan
merasa senang karena mengajarkan pengetahuan atau ilmu sesuai dengan
keinginan atau kompetensi anak. Dengan demikian, akan terjalin hubungan
yang harmonis antara pendidik dan anak. Pendidik yang melaksanakan
tugasnya dengan berdasarkan kontekstual ini berarti mempunyai relevansi
dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara bahwa pembelajaran berhamba pada
murid dan sekarang dikenal dengan pembelajaran berpihak pada murid. Hal
tersebut sesuai dengan kurikulum merdeka belajar. Contoh konkritnya yaitu
memetik pembelajaran dari cara petani menanam padi jika sumber belajar
berada di daerah pertanian. Ini yang menjadi dasar dalam melaksanakan
pembelajaran pada anak. Pada diri anak akan disampaikan potensi daerah
pertanian sebagai sumber pembelajaran di kelas. Dari pertanian ini, petani
mampu mencukupi kehidupannnya. Di sekolah, anak-anak dapat belajar cara
menanam bunga, sayur, dan buah mulai dari proses pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, dan panen. Anak akan sangat berkesan sekali memetik hasil
panen dari tanamannya sendiri. Sementara itu, pendidikan berdasarkan kodrat
zaman adalah pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan zamannya. Saat
ini zaman pendidikan yang berlaku adalah pendidikan dengan pola pikir abad
21. Anak diharapkan mempunyai empat keterampilan (4C), yakni, berpikir
kritis, kreatif, kolaborasi, dan komunikasi untuk mewujudkan profil pelajar
pancasila. Profil pelajar Pancasila adalah beriman, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Hal ini relevan dengan pemikiran
Ki Hajar Dewantara karena akan membangun karakter dan budi pekerti anak
tetapi bukan mengubah perilaku anak. Dalam pembelajaran di sekolah,
pendidik harus mendengarkan pemikiran kritis dari anak. Anak yang berpikir
kritis berarti anak yang kreatif. Kreativitas semakin meningkat apabila
dilaksanakan dengan kolaborasi atau berkerja sama. Sebagai wujud hasil dari
kerjasama maka anak mengomunikasikan kepada pendidiknya dan sesama
anak. Dalam hal ini, anak masih diberi kesempatan untuk berpendapat atau
menanggapi sebagai bentuk hasil dari berpikir kritis. Dalam pembelajaran ini,
anak diajarkan tentang karakter, pengetahuan, dan keterampilan. Tiga aspek
ini menyatu dalam pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Pendidikan karakter dalam pembentukan profil pelajar Pancasila dilaksanakan
dengan pembiasaan dan keteladanan dari seorang among atau pendidik secara
konsisten dan kontinue. Hal ini sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara
tentang pendidikan berbasis karakter seperti nilai, keagamaan, kedisiplinan,
kejujuran, dan tanggung jawab dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pembentukan karakter Pendidikan abad 21. Usaha tersebut dapat terwujud
dengan adanya tuntunan dari seorang among. Pendidik juga perlu mengingat
bahwa kemampuan anak berbeda-beda sesuai dengan bakat minatnya.
Meskipun anak kembar itu masih mempunyai kemampuan yang berbeda.
Disinilah pendidik menuntun anak sesuai dengan kemampuan bakat minatnya.
Ada yang menunjukkan kemampuan tinggi, sedang, rendah dalam
pembelajaran tetapi tetap berjalan atau melaksanakan pembelajaran untuk
mencapai satu titik yakni tujuan pendidikan. Hal ini sesuai pemikiran Ki
Hadjar Dewantara tentang pelaksanaan pendidikan berdasarkan asas trikon,
yakni kontinuitas, konvergen, dan konsentris.

3. Konteks pendidikan Indonesia saat ini terdapat konsep merdeka belajar yang
telah dicanangkan oleh menteri pendidikan Nadiem Anwar Makariem yang
dilanjutkan dengan diterapkannya kurikulum merdeka. Merdeka belajar
adalah belajar yang diatur sendiri oleh pelajar, pelajar yang menentukan
tujuan, cara dan penilaian belajarnya. Dari sudut pandang pengajar atau guru
merdeka belajar berarti belajar yang melibatkan murid dalam penentuan
tujuan, memberi pilihan cara, dan melakukan refleksi terhadap proses dan
hasil belajar. Dengan merdeka belajar murid akan lebih mandiri mengerjakan
tugas belajar, tahan menghadapi kesulitan, serta adaptif menghadapi
perubahan. Pada saat saya menjadi peserta didik saya belum merasa memiliki
kemerdekaan belajar sepenuhnya karena saat saya masih menjadi peserta
didik belum berlakunya kurikulum merdeka belajar. Namun walaupun
demikian, sistem kurikulum saat saya menjadi peserta didik juga menuntun
peserta didik untuk terus berinovasi dan aktif dalam pembelajaran. Hanya saja
perbedaanya dalam sitem pembelajaran ialah pada materi ajar, dimana saat
saya masih menjadi peserta didik materi ajar masih sangat padat, sedangkan
kurikulum merdeka belajar saat ini materi ajarnya tidak begitu padat, siswa
diberi kemerdekaan dalam mendalami bidang yang diminatinya. Saya merasa
memiliki kemerdekaan saat menjadi peserta didik karena guru di sekolah saya
selalu membuka sesi diskusi pada tiap materinya selama 5-15 menit. Ketika
saya memilih menjadi guru saya merasa memiliki kemerdekaan belajar,
dikarenakan sistem kurikulum saat ini adalah sistem kurikulum merdeka
belajar. Dengan kurikulum merdeka belajar, saya sebagai seorang guru diberi
kemerdekaan dalam merancang pelaksaan pembelajaran sesuai kebutuhan
peserta didik. Saya merasa memiliki kemerdekaan belajar ketika saya memilih
profesi guru karena guru bebas mengeksplorasikan model, metode, strategi,
atau pendekatan pembelajaran yang ingin diterapkan sesuai kebutuhan peserta
didik dan perkembangan zaman.
Harapan dan Ekspektasi

Apa saja harapan yang ingin anda lihat Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang
pada diri anda sebagai seorang pendidik anda harapkan ada dalam topik ini?
dan pada peserta didik anda setelah
mempelajari topik ini
Untuk Diri Sendiri Untuk Diri Sendiri
Harapan saya sebagai seorang pendidik  Kegiatan yang saya harapkan pada topik
adalah saya mampu menguasai 4 ini adalah eksplorasi konsep materi,
kompetensi guru (kompetensi pendagogik, kegiatan kolaborasi pendapat antar guru
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan juga refleksi pada diri sendiri.
dan kompetensi profesional) dengan tetap  Materi yang saya harapkan pada topik ini
berpedoman pada nilai-nilai dasar negara adalah esensi pendidikan, model
Indonesia, yaitu pancasila. Dengan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
menguasai 4 kompetensi ini diharapkan pendidikan dari Ki Hajar Dewantara,
dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang penerapan konsep pendidikan Ki Hadjar
dikatakan Ki Hadjar Dewantara, yakni Dewantara berdasarkan sosio-kultural
menuntun kodrat manusia agar dapat tempat tinggal.
mencapai keselamatan dan kebahagiaan  Manfaat yang saya harapkan pada topik
yang setinggi-tingginya. ini adalah saya dapat menerapkan konsep
pembelajaran sesuai filosofi pendidikan
Ki Hadjar Dewantara dalam kelas dan
memahami esensi pendidikan

Untuk Peserta Didik Untuk Peserta Didik


Harapan saya untuk peserta pendidik adalah  Kegiatan yang saya harapkan pada topik
peserta didik menemukan potensi yang ada ini adalah kegiatan eksplorasi konsep,
pada diri mereka dan mampu kolaborasi dengan peserta didik dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya guru, serta melakukan refleksi pada diri
melalui proses pendidikan, dapat menjadi peserta didik.
pribadi yang adaptif dalam menerima  Materi yang saya harapkan pada topik
perkembangan atau perubahan yang terjadi. ini adalah perkembangan dan
Selain itu, saya berharap peserta didik dapat pemahaman karakteristik peserta didik,
menjadi insan yang Beriman, bertakwa kurikulum pendidikan.
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan  Manfaat yang saya harapkan pada topik
Berakhlak Mulia, berkebinekaan global, ini adalah dapat menciptakan
mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, pembelajaran yangmerdeka untuk
dan kreatif (profil pelajar Pancasila). peserta didik dan dapat memahami
karakteristik peserta didik

Anda mungkin juga menyukai