Anda di halaman 1dari 22

Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94 DOI: http://dx.doi.org/10.21082/akp.v20n1.2022.

73-94 73

STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA


BARAT: STUDI KASUS DI KABUPATEN GARUT

Sustainability Strategy and Business Model of Arabica Coffee in West Java:


A Case Study in Garut Regency
Eddy Supriadi Yusuf1*, Idqan Fahmi2, Raden Dikky Indrawan2
1)Pusat Riset Koperasi, Korporasi dan Ekonomi Kerakyatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional
Jln. Gatot Subroto No.10, Kota Jakarta Selatan 12710, DKI Jakarta, Indonesia
2)Sekolah Bisnis, IPB University (SB - IPB)

Jln. Raya Pajajaran, RT.03/RW.06, Babakan, Kota Bogor 16128, Jawa Barat, Indonesia
*Korespondensi penulis. E-mail: eddyyusuf12@gmail.com

Naskah Diterima: 29 Desember 2021 Direvisi: 23 Mei 2022 Disetujui Terbit: 3 Juni 2022

ABSTRACT

Arabica coffee plantation area in Garut Regency, West Jawa in 2020 was still very limited and production was
still low, while demand has continued to increase and its business prospect is good. The purpose of this study is to
analyze the value chain; determine the status of sustainability in terms of environmental, economic, social,
marketing and policy dimensions; and formulate a sustainability strategy and a suitable business model. To analyze
the performance and value chain, descriptive analysis is used; to formulate a business model, the Social Business
Model Canvas (SBMC) method is used; and to determine the sustainability status, Multidimensional Scaling (MDS)
is used. Results of this study show that the coffee Arabica supply chain was quite short, with only three actors,
because production is still limited while demand is quite large. Whole sellers purchased coffee directly from village
sellers or farmers. From the results of the Rap-Coffee analysis, it is found that the sustainability status was quite
sustainable with an average MDS analysis value of 55.65, and the average stress value of each dimension is 0.17.
The results of the MDS analysis show that the social dimension had the highest index value, at 62.45 followed by
the environment at 59.01, economics at 53.00, the policy at 51.92, and marketing at 51.87. Based on the results of
the SBMC analysis, it is suggested that increasing the capacity of business actors and establishing institutions that
can access financing as well as off-takers are solutions to problems of productivity, standardization, and capital.
Cooperatives can be an appropriate institutional model and can be developed into a corporation in accordance with
the Minister of Agriculture No.18 of 2018.
Keywords: coffee, dimensional, performance, social entrepreneur, sustainability.

ABSTRAK

Areal pertanaman Kopi Arabika di Kabupaten Garut Jawa Barat pada tahun 2020 sangat terbatas dan
produksinya masih rendah, sementara permintaan terus meningkat dan prospek bisnisnya cukup baik. Tujuan
penelitian ini, yaitu untuk menganalisis rantai nilai dan kinerja, menentukan status keberlanjutan ditinjau dari
dimensi lingkungan, ekonomi, sosial, pemasaran dan kebijakan, serta merumuskan strategi keberlanjutan dan
model bisnisnya. Analisis kinerja dan rantai nilai menggunakan analisis deskriptif, untuk merumuskan model bisnis
digunakan metode Social Model Bisnis Canvas (SBMC), dan untuk mengetahui status keberlanjutannya
menggunakan Multidimensional Scalling (MDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok kopi cukup
pendek, hanya tiga pelaku saja karena produksi masih terbatas sementara permintaan cukup besar. Pedagang
besar melakukan pembelian secara langsung pada petani atau pedagang desa/kecamatan. Hasil analisis Rap-
Coffee menemukan bahwa status usaha Kopi Arabika cukup berkelanjutan dengan nilai analisis MDS rata-rata
55,65 dan nilai stress rata-rata tiap dimensi 0,17. Hasil analisis MDS menunjukkan dimensi sosial memiliki nilai
indeks tertinggi (62,45), diikuti lingkungan (59,01), ekonomi (53,00), kebijakan (51,92), dan pemasaran (51,87).
Berdasarkan hasil analisis SBMC disarankan peningkatan kapasitas pelaku usaha dan pembentukan kelembagaan
yang dapat mengakses pembiayaan sekaligus sebagai off-taker menjadi solusi masalah produktivitas,
standardisasi dan permodalan. Koperasi dapat menjadi model kelembagaan yang tepat serta dapat dikembangkan
menjadi korporasi sesuai dengan Permentan No. 18 Tahun 2018.
Kata kunci: dimensi, keberlanjutan, kewirausahaan social, kinerja, kopi.
74 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

ketersediaan dan kontinuitas bahan baku yang


PENDAHULUAN
berkualitas sehingga berdampak pada
kurangnya daya saing produk kopi dari daerah
Kopi merupakan salah satu komoditas ini. Berdasarkan studi literatur dan hasil kajian
unggulan subsektor perkebunan selain kelapa terdahulu dapat disimpulkan bahwa
sawit, karet, dan kelapa. Pada tahun 2019, permasalahan umum dalam agribinis termasuk
volume ekspor mencapai 0,36 juta ton dengan komoditas kopi adalah (a) ketersediaan dan
nilai ekspor mencapai USD 0,88 miliar dan pemanfaatan lahan, (b) infrastruktur dan sarana
produksi sebesar 760,96 ribu ton. Luas tanam pertanian, (c) pembiayaan atau sumber
kopi di Indonesia sebesar 1,26 juta hektare, permodalan, (d) jaringan pasar, (e) adaptasi dan
95,45% diusahakan oleh Perkebunan milik mitigasi perubahan iklim, serta perlindungan
Rakyat (PR) sementara sisanya oleh tanaman, (f) perlindungan usaha pertanian
Perkebunan Besar milik Swasta (PBS) sebesar melalui asuransi, dan (g) inovasi teknologi
2,44% dan perkebunan besar milik negara (PBN) (peningkatan mutu dan produktivitas) (Direktorat
sebesar 2,21%. Kopi robusta mendominasi Tanaman Rempah dan Penyegar 2012; Pratiwi
produksi kopi di Indonesia dengan produksi RR 2016; Parnadi F dan Loisa R 2018).
mencapai 531,56 ribu ton atau 72,66% dan
Permasalahan utama di tingkat on farm ialah
selebihnya sebesar 27,34% atau 200,06 ribu ton
kondisi pertanaman yang sifatnya menyebar dan
adalah kopi jenis Arabika. Harga kopi dalam didominasi oleh PR, proses budi daya yang
bentuk gabah/HS (hard skin) pada tahun 2019 di belum menerapkan Good Agriculture Practice
tingkat produsen rata-rata mencapai
(GAP), pemanenan, sortir, dan pascapanen
Rp22.611,00 per kg. Tingkat konsumsi kopi
hingga menjadi green beans serta penyimpanan
bubuk berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi
yang belum sesuai dengan Good Handling
Nasional (Susenas) dari Badan Pusat Statistik
Product (GHP). Bagi pelaku usaha di tingkat hilir
(BPS) sebesar 0,521 kg/kapita/tahun, sedangkan permasalahan yang dihadapi adalah
konsumsi kopi instan tahun 2019 mencapai ketersediaan kopi yang berkualitas serta
1,171 kg/kapita/tahun (Pusdatin 2020). kontinuitas dalam pasokan.
Kopi juga menjadi salah satu komoditas
Beberapa penelitian mengenai model bisnis
andalan yang mempunyai peranan cukup
Kopi Arabika dapat membantu memecahkan
strategis dalam perekonomian di Provinsi Jawa
permasalahan dalam model bisnis kopi Arabika
Barat. Pada tahun 2020, luas lahan perkebunan berkelanjutan. Penelitian (Zuhra et al. 2019)
kopi mencapai 45,2 ribu ha dengan total produksi yang menganalisis pengembangan usaha tani
mencapai 20,8 ribu ton. Berdasarkan status
kopi liberika di Kecamatan Betara Kabupaten
kepemilikan, sebesar 99,5% atau 45.183 ha
Tanjung Jabung Barat dengan metode Rap-
merupakan Perkebunan Rakyat (PR), dan
Coffee pada lima dimensi, yaitu ekologi,
sisanya 0,50% atau 228 ha adalah PBS. Pada ekonomi, sosial budaya, teknologi dan
Tahun 2019, produksi Kopi Arabika di Jawa Barat kelembagaan menyimpulkan bahwa indeks
mencapai 11,5 ribu ton dari 9,4 ton pada tahun
keberlanjutan usaha tani kopi liberika adalah
2015 dan peningkatan luas areal dari 16,8 ribu
63,83, artinya cukup berkelanjutan. Saran
menjadi 27,8 ribu ha pada periode yang sama.
kebijakan yang diajukan penelitian ini adalah
Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan
peningkatan indikator/atribut yang memiliki
yang cukup signifikan dalam usaha perkebunan sensitivitas tinggi di masing-masing dimensi
Kopi Arabika, baik dari sisi luasan lahan maupun dilakukan dengan e-klaster. Penelitian lain
dari produksinya (Dinas Perkebunan Jabar
dilakukan oleh (Pawiengla et al. 2020)
2019). Kabupaten Garut merupakan salah satu
menganalisis keberlanjutan usaha tani kopi
sentra produsen Kopi Arabika di Jawa Barat
rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember
dengan produksi mencapai 2,2 ribu ton dan luas
dengan menggunakan metode Rap-kopisilo
areal 4,2 ribu ha pada tahun 2019, meningkat pada tujuh dimensi, yaitu ekologi, ekonomi,
pesat dari hanya 2,9 ribu ha dengan produksi 1,5 sosial budaya, infrastruktur, teknologi, hukum
ribu ton pada tahun 2015, dan ini sejalan dengan
dan kelembagaan. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan yang terjadi di tingkat provinsi
bahwa hampir semua dimensi statusnya kurang
(Dinas Perkebunan Jabar, 2019). Di Garut
berkelanjutan. Sementara itu, hasil penelitian
terdapat lima kecamatan utama yang menjadi (Lontoh dan Oktariani 2020) menganalisis
sentra, yaitu: Cikajang, Pakenjeng, Cisurupan, pengembangan model bisnis acuan social
Caringin dan Pamulihan (BPS 2021). enterprise di Indonesia dengan menggunakan
Model bisnis Kopi Arabika yang berjalan metode political, economic, social, technology,
selama ini diperkirakan belum efisien mulai di legal, environment (PESTLE) dan tipologi model
tingkat on farm, off farm, pascapanen, bisnis (Alter 2017) menghasilkan dua
STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA BARAT: STUDI KASUS 75
DI KABUPATEN GARUT Eddy Supriadi Yusuf, Idqan Fahmi, Raden Dikky Indrawan

rekomendasi model bisnis yang diajukan yaitu, pemasaran. Informan junci yang dijadikan
Independent Social Movement Business Model responden mulai dari poktan/gapoktan,
of Social Enterprises dan Integrated – External pedagang, pemilik kedai kopi/kafe, dan
Mixed Business Model of Social Enterprise pemerintah baik pusat maupun daerah.
Wawancara dengan informan junci dilakukan
Agar dapat merumuskan strategi bisnis kopi
dengan wawancara mendalam. Data sekunder
Arabika diperlukan pemahaman menyeluruh
diperoleh dari jurnal ilmiah, laporan instansi
tentang potensi dan peluang bisnisnya, mulai
terkait, laporan program pengembangan
dari hulu hingga hilir. Oleh karena itu, diperlukan
komoditas kopi baik di tingkat pusat maupun
model yang sistematis dan terukur disertai
tingkat daerah serta berbagai penelitian
kebijakan dan langkah–langkah strategisnya
terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.
untuk mengembangkan bisnis Kopi Arabika
secara berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, Pengolahan data dilakukan dengan metode
secara umum tujuan penulisan makalah ini analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan
adalah untuk merumuskan strategi keberlanjutan untuk menganalisis rantai nilai dan kinerja mulai
dan model bisnis Kopi Arabika di Jawa Barat dari budi daya, pascapanen serta
khususnya di Kabupaten Garut. Secara spesifik kelembagaannya. Selain itu, untuk melihat
penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis analisis rantai nilai dilakukan dengan
rantai nilai dan kinerja Kopi Arabika, (2) menganalisis diagram alur pelaku usaha mulai
menganalisis status keberlanjutan bisnis kopi dari produsen hingga konsumen.
Arabika, dan (3) menganalisis dan merumuskan
strategi keberlanjutan serta model bisnis Kopi
Status Keberlanjutan Bisnis Kopi Arabika
Arabika di Kabupaten Garut.
Status keberlanjutan dianalisis menggunakan
teknik ordinasi metode Multidimensional Scalling
METODOLOGI
(MDS). Analisis diawali dengan menetapkan
atribut-atribut pada setiap dimensi keberlanjutan
Lingkup, Lokasi, dan Waktu Penelitian sesuai pengamatan di lapangan serta kajian
pustaka. Atribut-atribut disusun dengan para
Penelitian ini mencakup kegiatan yang pakar yang mengacu pada penelitian
bersifat deskwork, data sekunder digali baik di sebelumnya serta disesuaikan dengan situasi
tingkat nasional, provinsi, kabupaten yang terkait dan kondisi di tempat penelitian. Kedua, setiap
dengan topik bahasan serta penelusuran atribut pada masing-masing dimensi diberikan
literatur. Kegiatan pengumpulan data primer skor berdasarkan scientific judgment dari
dilakukan melalui wawancara serta menggali pembuat skor. Rentang skor antara 0–3 atau
data dan informasi terkait dengan tergantung pada keadaan setiap atribut yang
pengembangan dan model bisnis Kopi Arabika. diartikan mulai dari yang buruk (0) sampai baik
(3). Ketiga, nilai skor dari masing–masing atribut
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Garut, dianalisis secara multidimensional dengan
Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena menggunakan Program Rapfish untuk
merupakan salah satu sentra produksi Kopi menentukan status keberlanjutan pada setiap
Arabika di Jawa Barat yang sudah dikenal cukup dimensi yang dinyatakan dalam skala indeks
baik sampai tingkat konsumen. Lokasi penelitian keberlanjutan (Tabel 1). Analisis MDS dilakukan
ditentukan secara sengaja (purposive) di tiga untuk menentukan keberlanjutan yang disertai
kecamatan dengan pertimbangan merupakan dengan Analisis Laverage, Analisis Monte Carlo,
sentra produksi yang meliputi: Kecamatan penentuan nilai stress dan nilai koefisien
Pakenjeng, Cikajang, dan Cisurupan. Penelitian determinasi (R2).
dilaksanakan dalam tiga bulan mulai dari bulan
Agustus–Oktober 2021. Tahapan yang dilakukan dalam penggunaan
MDS yang pertama adalah penentuan dimensi
dan atribut melalui diskusi pakar. Indikator
Jenis, Cara Pengumpulan, dan Analisis Data
keberlanjutan diturunkan dari konsep gabungan
antara konsep pertanian berkelanjutan dan
Data yang digunakan adalah data primer dan
peraturan yang berlaku terkait Kopi Arabika yang
sekunder. Data primer didapatkan melalui
diambil dari berbagai sumber. Langkah
wawancara dengan responden serta key person
selanjutnya melakukan ordinansi MDS terhadap
dari stakeholder terkait mulai dari hulu hingga
dimensi analisis pengungkit (leverage factor) dari
hilir. Wawancara responden menggunakan
atribut-atribut berdasarkan Root Mean Square
kuesioner yang terkait dengan masalah,
(RMS) pada sumbu x. Tahap akhir adalah
tantangan, peluang, potensi dan saluran
76 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

Tabel 1. Kategori status keberlanjutan


Nilai Indeks Kategori
0,00 – 25,00 Buruk (tidak berkelanjutan)
25,01 – 50,00 Kurang (kurang berkelanjutan)
50,01 – 75,00 Cukup (cukup berkelanjutan)
75,01 – 100,00 Baik (berkelanjutan)
Sumber: University Columbia, Canada dalam Fauzi dan Anna (2005)

melakukan Analisis Monte Carlo untuk Teknik yang digunakan dalam meregresikan
mengetahui pengaruh galat dalam pemberian persamaan di atas adalah Algoritma ALSCAL
skor. (Alder et al. 2000). Metoda ALSCAL
mengoptimisasikan jarak kuadrat (square
Guna mengetahui ketepatan analisis
distance = 𝑑𝑖𝑗𝑘) terhadap data kuadrat (titik asal
dilakukan penentuan Goodness of fit dalam MDS
= Oijk), yang dalam tiga dimensi (i, j, k) ditulis
berdasarkan nilai S-Stress yang dihitung dari nilai
dalam formula yang disebut S-Stress sebagai
S dan R². Proses iterasi dapat dihentikan jika nilai
berikut:
R² sudah mendekati 1. Nilai stress yang rendah
menunjukkan good fit dan nilai S yang tinggi
menunjukkan sebaliknya. Penghitungan status
keberlanjutan menggunakan bantuan perangkat
lunak Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries)
yang mengalami penyesuaian. Rapfish yang
dikembangkan oleh Rapfish Group Fisheries Dimana jarak kuadrat merupakan jarak
Centre University of British Columbia, Kanada euclidian yang dibobot, atau ditulis:
(Pitcher 1999; Fauzi dan Anna 2005). Teori
Rapfish harus memperhatikan aspek
ketidakpastian yang disebabkan oleh: (1)
dampak dari kesalahan dalam penilaian akibat
minimnya informasi, (2) keragaman dalam Melalui MDS, posisi titik keberlanjutan dapat
penilaian akibat perbedaan penilaian, (3) divisualisasikan dalam dua dimensi, yaitu sumbu
kesalahan dalam data entry, dan (4) tingginya horizontal dan sumbu vertikal. Sumbu horizontal
nilai stress yang diperoleh dari algoritma ASCAL. menunjukkan perbedaan sistem yang dikaji
Melihat hal tersebut, dalam studi ini teknik dalam ordinasi “buruk” (0%) sampai “baik”
Analisis Monte Carlo diperlukan dengan metode (100%) untuk setiap dimensi yang dianalisis,
simulasi untuk mengevaluasi dampak dari sedangkan sumbu vertikal menunjukkan
kesalahan acak (random error) terhadap seluruh perbedaan dari campuran skor atribut di antara
dimensi. Menurut (Kavanagh 2001) ada tiga tipe sistem yang dikaji. Hasil analisis menghasilkan
algoritma melakukan Analisis Monte Carlo. Pada suatu nilai yang merupakan nilai indeks
studi ini dilakukan Analisis Monte Carlo dengan keberlanjutan sistem yang dikaji. Analisis
metode scatter plot dengan 25 kali ulangan ordinasi ini dapat dilakukan juga untuk
percobaan dari setiap dimensi. menganalisis seberapa jauh status keberlanjutan
Teknik ordinasi atau penentuan jarak di dalam untuk masing-masing dimensi. Gambaran
MDS didasarkan pada euclidian distance yang analisis keberlanjutan antardimensi dapat
dalam ruang berdimensi n dapat ditulis sebagai divisualisasikan dalam sebuah diagram layang
berikut: seperti terlihat pada Gambar 1.
Metode MDS ini dipilih karena mampu
memberikan hasil secara menyeluruh, cepat dan
obyektif terkait dengan aspek-aspek yang
Konfigurasi dari objek atau titik didalam MDS mempengaruhi keberlanjutan bisnis kopi di
kemudian diaproksimasi dengan meregresikan Kabupaten Garut, sehingga memudahkan untuk
jarak euclidian (dij) dari titik i ke titik j dengan titik mengimplementasikan kebijakan dalam
asal (δij) sebagaimana persamaan berikut: membuat model bisnis yang sesuai. Metode ini
telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi
tingkat keberlanjutan pengelolaan sumber daya
alam. Secara umum tahapan dan metode
STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA BARAT: STUDI KASUS 77
DI KABUPATEN GARUT Eddy Supriadi Yusuf, Idqan Fahmi, Raden Dikky Indrawan

Gambar 1. Diagram layang keberlanjutan bisnis Kopi Arabika di Kabupaten Garut

keberlanjutan model bisnis Kopi Arabika di institusi yang menjadi holding company dari
Kabupaten Garut dengan menggunakan analisis berbagai kegiatan kewirausahaan sosial yang
MDS disajikan pada Gambar 2. disebut sebagai social enterprise (Wibhawa dan
Santosa 2011).
Menganalisis dan Merumuskan Strategi Menurut Hulgard (2010), social
Keberlanjutan dan Model Bisnis Kopi Arabika entrepreneurship adalah penciptaan nilai sosial
yang dihasilkan dari kolaborasi bersama orang-
Hal yang membedakan social orang dan organisasi lain dari lingkungan
entrepreneurship dan business entrepreneurship masyarakat yang terlibat dalam penciptaan
adalah kewirausahaan sosial berfokus untuk inovasi sosial dalam kegiatan ekonomi.
mendapatkan keuntungan yang berdampak Berdasarkan definisi tersebut memberikan empat
positif pada masyarakat baik di bidang sosial, kriteria dari socio entrepreneurship, yaitu nilai
ekonomi, budaya maupun lingkungan. Social sosial, lingkungan masyarakat, inovasi dan
entrepreneurship secara umum dimulai dari kegiatan ekonomi. Selain itu, menurut (OECD
aktivitas individu dan apabila semakin 1999) social enterprise adalah kegiatan swasta
berkembang lingkup dan dinamika dari yang menggunakan strategi kewirausahaan
kewirausahaan sosial, maka dibutuhkan suatu dengan tujuan utamanya adalah pencapaian

Gambar 2. Tahapan dan status keberlanjutan model bisnis Kopi Arabika menggunakan metode MDS
78 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

tujuan ekonomi dan sosial bagi kepentingan surplus, dan profit yang diinvestasikan kembali
publik serta memiliki kapasitas untuk membawa ke misi sosial dari kewirausahaan sosial (gambar
solusi inovatif pada permasalahan sosial dan 3).
pengangguran.
Qastharin (2015) menyatakan bahwa Bisnis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model Canvas (BMC) Osterwalder tidak dapat
sepenuhnya menangkap model bisnis dari
sebuah perusahaan sosial diperlukan tambahan Analisis Rantai Nilai Kopi Arabika
blok bangunan untuk dapat memahami
Rantai nilai merupakan suatu cara pandang
bagaimana wirausaha sosial menciptakan,
yang melihat bisnis sebagai rantai aktivitas yang
menyampaikan, dan menangkap nilai. Blok
mengubah input menjadi output yang bernilai
tersebut adalah blok misi, blok dampak dan bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal
pengukuran. Pada blok misi disebutkan tujuan
dari tiga sumber dasar, yaitu aktivitas yang
dari usaha sosial, dan alasan keberadaannya
membedakan produk, menurunkan biaya produk,
sedangkan dalam blok dampak dan pengukuran
dan aktivitas yang dapat segera memenuhi
menjelaskan manfaat bagi pelanggan beserta
kebutuhan pelanggan (Pearce dan Robinson
ukuran sebagai indikator keberhasilan. Guna 2008). Hal ini diperkuat oleh (Reed 2009) yang
mengadaptasikan BMC dalam konteks menyebutkan bahwa analisis rantai nilai
kewirausahaan sosial, melibatkan analisis dan
komoditas digunakan untuk memahami alur
interpretasi secara induktif.
produksi dan bagaimana setiap aktor dapat
Hal lain dinyatakan oleh (Social Innovation berintegrasi dalam berbagai faktor yang ada.
Lab 2013), model Social Bisnis Model Canvas
Kegiatan rantai pasok pada agroindustri
(SBMC) menggeser posisi elemen value sangat kompleks, karena komoditas pertanian
proposition dengan elemen tipe intervensi. memiliki keterbatasan, yaitu mudah rusak
Intervensi adalah solusi yang ingin diberikan bagi
(perisable), musiman (seasonal), beragamnya
komunitas yang ingin dibantu. Elemen yang
mutu panen (high variety) dan kamba (bulky)
dihapus dari BMC awal adalah elemen customer
sehingga sangat sulit dalam menggelolanya
relationship. Proposisi nilai dibagi dua menjadi
dibandingkan dengan industri manufaktur (Jaya
nilai secara sosial dan nilai bagi customer. 2013). Pada suatu struktur pasar yang efisien,
Segmen juga dibagi dua beneficiary (yang setiap perubahan yang terjadi di salah satu
diuntungkan dari intervensi yang dilakukan) dan
simpul sekecil apapun perubahan itu, akan
segmen customer yang akan membeli proposisi
merambat ke simpul berikutnya di dalam rantai
nilai. Elemen baru yang ditambahkan adalah
pasok komoditas (Hutabarat 2016).

Sumber: Social Innovation Lab (2013)


Gambar 3. Matrik model Sosial Bisnis Model Canvas (SBMC)
STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA BARAT: STUDI KASUS 79
DI KABUPATEN GARUT Eddy Supriadi Yusuf, Idqan Fahmi, Raden Dikky Indrawan

Pemasaran kopi di tingkat petani secara dihasilkan sebesar 6 ton per ha, serta tingkat
umum masih melibatkan petani dengan penyusutan dalam proses pemanenan mencapai
pedagang pengumpul desa. Selain itu, kopi yang 7% (gambar 4). Marjin kotor dan pangsa marjin
dijual masih berbentuk cery merah atau kopi yang diperoleh para pelaku dalam rantai nilai,
gabah/HS yang akan diproses lebih lanjut mulai dari petani-pedagang, pengumpul-
menjadi green beans oleh pedagang besar dan eksportir, terdistribusi berturut-turut sebagai
dijual kepada eksportir dan kafe-kafe. berikut: Rp8.500,00/kg cery merah (17,95%), lalu
Berdasarkan pengamatan dan wawancara Rp25.000,00/kg gabah/HS/kulit tanduk (29,73%)
dengan para responden terkait, pelaku utama dan Rp90.000,00/kg green beans (16,67%).
dalam proses pembentukan nilai dalam Berdasarkan analisis perhitungan marjin, yang
menghasilkan cery merah dan gabah/HS adalah mendapat marjin paling tinggi adalah pengolahan
petani dan pedagang pengumpul cery merah menjadi gabah/HS, selanjutnya
(desa/kecamatan), sementara pelaku utama adalah petani kopi (produksi cery merah) dan
dalam mengolah kopi gabah/HS menjadi green paling kecil adalah pedagang besar, walaupun
beans adalah pedagang besar yang juga paling kecil dari sisi marjin tetapi dari sisi
berperan sebagai kaki tangan eksportir. kuantitas merupakan pelaku yang mendapatkan
pasokan kopi paling besar. Sementara itu, untuk
Rantai pasok Kopi Arabika untuk ke tangan
penjualan kopi green beans, hampir semua
eksportir atau konsumen, saat ini sudah semakin
pelaku usaha (poktan/gapoktan, pedagang)
pendek hanya tiga simpul/pelaku saja.
menjual secara langsung ke para pemilik kafe
Pendeknya rantai pasok disebabkan oleh
walau dalam skala kecil terutama untuk kafe-kafe
keterbatasan dan fluktuasi pasokan kopi
yang berada di wilayah Garut dan sekitarnya
(cery/gabah) baik dari pedagang pengumpul
(Gambar 4).
maupun dari petani/poktan ke pedagang, karena
alasan tersebut para eksportir berinisiatif untuk
dapat lebih dekat ke pedagang pengumpul di Kinerja Kopi Arabika di Tingkat Petani/
tingkat desa dan melakukan pembelian kopi Poktan/Gapoktan
secara langsung. Selain keterbatasan pasokan,
faktor lainnya adalah komunikasi yang sudah Di Kabupaten Garut, budi daya Kopi Arabika
terjalin baik sehingga terjalin kerjasama diantara menyebar hampir merata di seluruh kecamatan,
mereka. ada lima kecamatan yang menjadi sentra
Rata-rata jumlah pertanaman pohon Kopi produksinya, yaitu Kecamatan Pakenjeng,
Arabika di lokasi penelitian sebanyak 2.000 Cikajang, Cisurupan, Pamulihan dan Kecamatan
Caringin. Kopi Arabika adalah salah satu
pohon per ha, dan buah cery merah yang

Sumber: Data primer, diolah (2021)


Gambar 4. Analisis rantai nilai Kopi Arabika di Kabupaten Garut, 2021
80 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

komoditas yang mempunyai peran strategis raya/petik tengah (Juni) dan petik akhir intensitas
dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten curah hujan mulai tinggi kembali (Agustus).
Garut dan sebagai salah satu komoditas
Berdasarkan data rata-rata curah hujan per
penyumbang pendapatan serta status
bulan pada periode 2016–2020 menunjukkan
pengusahaannya yang hampir 95,45%
bahwa di tahun 2020, mengalami intensitas
diusahakan oleh rakyat (Dinas Perkebunan curah hujan paling tinggi dalam periode tersebut
Jabar 2019). (Gambar 5). Intensitas curah hujan yang tinggi
Strategi pengusahaan kopi didasarkan pada berdampak pada penurunan produksi yang
peran kopi bagi banyak pihak. Selain membuka cukup signifikan. Sebagai contoh pada tahun
lapangan kerja yang berdampak pada perbaikan 2016 di Kecamatan Pakenjeng dengan luas
ekonomi, juga berkontribusi pada aspek lahan 201 ha mampu memproduksi kopi
kelestarian lingkungan seperti mengurangi erosi sebanyak 483 ton, dengan peningkatan luas
tanah, meningkatkan cadangan karbon, menjaga lahan sebesar 40,77% di tahun 2020,
kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati. produksinya hanya mencapai 493 ton, hal sama
Selain untuk adaptasi, juga memiliki aspek juga terjadi di kecamatan lainnya seperti
mitigasi, yaitu untuk menambah serapan karbon Cikajang, dengan luas lahan 158 ha, produksinya
hingga mencapai 19 Mg/ha (Wibawa et al. 2010) mencapai 365 ton, pada tahun 2020 terjadi
dan memperbaiki kesuburan tanah karena peningkatan luas lahan sebesar 32,05% produksi
peningkatan kandungan bahan organik dari daun hanya mencapai 348 ton. Artinya, peningkatan
yang gugur. luas lahan tidak berbanding lurus dengan
peningkatan produksi disebabkan oleh intensitas
Dilihat dari sisi perkembangan luas areal curah hujan yang tinggi.
dalam periode 2016 – 2020, menunjukkan bahwa
hampir semua kecamatan mengalami Pada periode yang sama, dilihat dari sisi
peningkatan dan pertumbuhan luas lahan yang kinerja produksi, terjadi penurunan pertumbuhan
positif. Kecamatan Pamulihan mengalami produksi sebesar 5,07%. Berdasarkan hasil
pertumbuhan tertinggi mencapai 35,90% dari diskusi dan wawancara, penurunan produksi
201 ha di tahun 2016 menjadi 493 ha pada tahun disebabkan berbagai kendala, yaitu (a) benih
2020, sementara Kecamatan Caringin bermutu sebagai faktor penentu produktivitas, (b)
mengalami pertumbuhan terendah hanya penyediaan dan penerapan teknologi produksi
sebesar 3,11% dari 201 ha di tahun 2016 menjadi dan pascapanen, (d) serangan organisme
217 pada tahun 2020. Secara total partumbuhan penganggu tanaman (OPT) dan perubahan iklim,
luas lahan mengalami peningkatan sebesar 27, areal tanam yang umumnya terpisah–pisah dan
81%, dari 1.324 ha tahun di 2016 meningkat di perbukitan, dan (f) keterbatasan sarana dan
menjadi 4.479 ha pada tahun 2020 (Tabel 2). prasarana produksi (huller, pulper, alat pengukur
kadar air, color sorter). Masalah lainnya adalah,
Di lokasi penelitian, dalam satu tahun panen kelembagaan petani yang belum terbentuk,
terjadi di bulan April–September, dengan interval petani masih menjalankan aktivitas usaha tani
pemetikan setiap 10-14 hari dan panen raya secara individual ini tergambar dari banyaknya
terjadi dalam periode dua sampai tiga bulan. petani yang menjual hasil produksinya (cery
Buah yang dipetik dipilih yang berwarna merah, merah) ke pedagang desa/kecamatan dibanding
dan dipetik secara manual. Panen awal pada ke poktan/gapoktan, walaupun mereka adalah
saat memasuki bulan kering (April), panen anggota dari poktan/gapoktan, dan ini

Tabel 2. Perkembangan luas areal Kopi Arabika di lima kecamatan sentra produksi, 2016 – 2020

Luas Lahan (ha) Pertumbuhan


No. Kecamatan (%)
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pakenjeng 201 243 286 493 493 24,30
2. Cikajang 158 269 380 527 527 26,76
3. Cisurupan 85 224 364 462 462 31,03
4. Pamulihan 87 228 370 572 572 35,90
5. Caringin 201 187 173 216 217 3,11
6. Lainnya 592 1.023 1.454 2.203 2.208 29,49
Total 1.324 2.175 3.026 4.473 4.479 27,81
Sumber: Garut dalam angka, diolah (2021)
STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA BARAT: STUDI KASUS 81
DI KABUPATEN GARUT Eddy Supriadi Yusuf, Idqan Fahmi, Raden Dikky Indrawan

700
600
500
400
300
200
100
-
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des
2016 123 173 194 124 119 59 86 103 157 210 169 137
2017 85 187 175 181 83 65 22 1 41 67 236 137
2018 181 275 305 251 80 36 15 0 21 36 168 207
2019 277 364 435 321 77 7 7 - - 5 101 278
2020 497 592 539 325 365 249 35 48 108 510 394 487

2016 2017 2018 2019 2020

Sumber: Garut dalam Angka, diolah (2021)


Gambar 5. Rata–rata curah hujan per bulan di Kabupaten Garut, 2016–2020

berdampak pada hilangnya nilai tambah yang berbagai jasa kepada petani khususnya petani
berasal dari pengolahan kopi gabah/HS. kecil seperti pemasaran produk, pinjaman uang
dan barang lainnya yang dibutuhkan oleh petani.
Dilihat dari sisi kebijakan, pemerintah Provinsi
Meskipun dianggap memberatkan, pedagang
Jawa Barat melalui Dinas Perkebunan provinsi
pengumpul yang memberi pinjaman mengetahui
dan kabupaten sangat mendukung
bahwa lingkungan di sekitar petani tidak tersedia
pengembangan dan peningkatan komoditas Kopi
kredit formal, sehingga jasa pinjaman yang
Arabika, ini tercermin dengan diluncurkannya
mereka berikan menjadi penting bagi petani.
aplikasi yang dinamakan SIBULUBABEH.
Sementara dari sisi lain, pedagang merupakan
Aplikasi ini dapat memantau produksi, distribusi,
salah satu pelaku utama dalam pengolahan
dan evaluasi bantuan benih. Adanya aplikasi ini,
green beans, terutama para pedagang besar
diharapkan pemerintah dapat mengetahui jumlah
yang juga berperan sebagai kaki tangan
produksi benih, distribusi yang dapat ditelusuri
eksportir. Peran pedagang besar secara
dan jumlah pohon yang teregistrasi, sehingga
kuantitas paling besar, tetapi mendapatkan
dapat diambil tindakan atau mengedukasi petani
marjin paling kecil dibanding pelaku usaha
apabila pohon terkena Hama Penyakit
lainnya.
Tumbuhan (HPT). Sejak tahun 2014 hingga 2018
pemerintah telah membagikan 12 juta batang Pada periode 2016–2020, dilihat dari sisi
benih, yang telah bersertifikat sebagai jaminan harga (Tabel 3), kopi cery merah dan gabah/HS
kualitas benih yang diproduksi dengan teknologi yang pengusahaannya di tingkat produsen
kultur jaringan dan setek berakar. Aplikasi lain mengalami penurunan tingkat pertumbuhan
yang digunakan untuk mendukung peningkatan masing-masing 3,73% dan 1,26%, sedangkan
kinerja sektor perkebunan adalah aplikasi Sistem untuk green beans yang pengusahaannya oleh
Informasi Kelompok Tani Perkebunan pedagang besar menunjukkan pertumbuhan
(SIMPONI), sebuah aplikasi tentang profil yang positif untuk semua kualitas. Green beans
Kelompok Tani Perkebunan, yang dipublikasikan dengan kualitas asalan pertumbuhannya
secara online, yang bertujuan untuk mencapai 4%, grade II, 3,53% dan grade I
memudahkan berbagai pihak bekerja sama sebesar 3,33%.
dengan petani. Pihak yang berkepentingan
Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan
hanya perlu menuliskan kategori petani atau
harga di tingkat pedagang besar tidak
lokasi di kolom search aplikasi Simponi.
ditransmisikan secara sempurna ke tingkat
produsen (petani).Hal ini disebabkan adanya
Kinerja Kopi Arabika di Tingkat Pedagang friksi dan distorsi pada pasar Kopi Arabika di
Kabupaten Garut. Ini sejalan dengan pendapat
Hasil pengamatan di lokasi penelitian (Yustiningsih dan Sutjipto 2013), bahwa
menunjukkan bahwa, pedagang pengumpul pedagang perantara berperan dalam
mempunyai peran yang sangat penting. Para menyebabkan competition restraint pada jalur
pedagang pengumpul dapat menyediakan distribusi dan transmisi harga yang tidak
82 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

Tabel 3. Rata–rata perkembangan harga Kopi Arabika berdasarkan jenis produk, 2016 – 2020

Harga (Rp) Pertumbuhan


No. Jenis Produk
2016 2017 2018 2019 2020 (%)

1. Chery Merah 6.000 8.500 6.000 8.000 5.000 (3.73)


2. Gabah/HS 24.000 27.000 21.000 22.000 25.000 (1.26)
Green Beans
3. - Asalan 70.000 70.000 75.000 80.000 80.000 4.00
4 - Grade II 80.000 80.000 85.000 90.000 90.000 3.53
5. - Grade I 85.000 85.000 90.000 95.000 95.000 3.33
Sumber: Data primer, diolah (2021)

sempurna antara tingkat produsen dengan berkualitas tetapi juga menawarkan suasana dan
konsumen. fasilitas yang nyaman sehingga konsumen tidak
segan mengeluarkan uangnya dalam menikmati
Menurut (Vavra dan Goodwin 2005), salah
secangkir kopi specialty.
satu penyebab transmisi harga yang tidak
simetris antarpasar yang terhubung secara Setelah kopi green beans yang berkualitas
vertikal (dalam satu rantai pemasaran) adalah berada di tangan para pemilik kafe, selanjutnya
adanya perilaku tidak kompetitif antara para green beans dikirimkan kepada roaster untuk
pedagang perantara, khususnya apabila disangrai. Rata-rata pemilik kafe sudah memiliki
pedagang perantara tersebut berada pada pasar mesin roasting sendiri. Para roaster adalah
yang terkonsentrasi. Umumnya pedagang mereka yang telah memiliki pengalaman dan
perantara akan berusaha mempertahankan telah tersertifikasi dalam menyangrai kopi,
tingkat keuntungannya dan tidak akan sehingga mereka dapat menentukan roasting
menaikan/menurunkan harga sesuai dengan profile (light, medium, medium-dark, dan dark
sinyal harga yang sebenarnya. Pedagang roast) apa yang cocok untuk mengeluarkan
perantara akan lebih cepat bereaksi terhadap karakter terbaik dari kopi yang mereka sangrai.
kenaikan harga dibandingkan dengan penurunan
Tahap selanjutnya adalah menyeduh kopi
harga. Kondisi inilah yang menyebabkan
untuk disajikan kepada konsumen akhir
transmisi harga yang tidak sempurna antara level
(peminum kopi) dalam tahap ini dilakukan oleh
produsen dengan konsumen.
seorang barista. Barista dituntut harus terampil
dalam segala teknik seduh serta mengetahui
Kinerja Kopi Arabika di Tingkat Konsumen/ dengan detail kopi yang mereka seduh, mulai
Kafe dari asal-usulnya sampai seperti apa karakter
kopi setelah diseduh. Bila tidak diseduh dengan
Saat ini telah terjadi pergeseran preferensi tepat, maka karakter asli dari kopi tidak akan
konsumen dalam membeli dan menikmati kopi. keluar, sehingga seorang barista harus dapat
Konsumen terbagi menjadi dua jenis, yaitu memastikan kopi yang diseduh telah mencapai
konsumen kopi biasa dan konsumen kopi karakter terbaiknya.
specialty. Konsumen kopi biasa rata-rata Potensi dan peluang pemasaran Kopi arabika
membeli kopi dalam bentuk kopi sachet atau kopi sebagai bahan utama kopi specialty sangat
bubuk yang sudah dikemas. Segmentasi pasar
menjanjikan, karena permintaan akan Kopi
kopi biasa terdiri dari berbagai kalangan, akan
Arabika terus meningkat. Oleh karena itu,
tetapi hampir sebagian besar berasal dari tingkat
produsen dalam hal ini petani/poktan/gapoktan
pendapatan menengah ke bawah. Di sisi lain,
dituntut untuk salalu menyediakan kopi yang
untuk konsumen berpendapatan menengah atas berkualitas dan kontinuitas dalam pasokan. Oleh
rata-rata memilih kopi specialty yang harganya karena itu, integrasi dan sinergi yang baik
relatif lebih mahal dibandingkan dengan kopi
antarpelaku usaha disepanjang rantai nilai
biasa. Menjamurnya kafe-kafe terutama di kota
sangat diperlukan guna meningkatkan nilai
besar menyebabkan permintaan kopi green
tambah dan daya saing Kopi Arabika.
beans menjadi semakin meningkat. Hal ini
merupakan dampak tren konsumen akhir yang Selain itu, pengembangan bisnis kopi hilir,
tidak hanya ingin menikmati kopi yang optimalisasi media pemasaran (e-commerce dan
STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA BARAT: STUDI KASUS 83
DI KABUPATEN GARUT Eddy Supriadi Yusuf, Idqan Fahmi, Raden Dikky Indrawan

iklan online), komunikasi yang intensif dengan perspektif untuk mengetahui fakto-faktor kunci
konsumen dan jasa ekspedisi, desain kemasan bagi status keberlanjutan secara menyeluruh.
yang lebih aman, edukasi konsumen terkait
kualitas produk, serta optimalisasi
Dimensi Lingkungan
pengembangan proses produksi dan bisnis
mutlak diperlukan. Sementara, untuk
meningkatkan permintaan kopi di sisi hilir, Hasil analisis ordinasi status keberlanjutan
diperlukan upaya peningkatan kapasitas roaster Kopi Arabika yang didasarkan pada ordinasi
dan barista, dengan meningkatnya kapasitas MDS dengan menggunakan pendekatan Rap-
mereka diharapkan berdampak pada perbaikan Coffee yang dimodifikasi dari software Rapfish,
proses penyajian, dan pada akhirnya akan pada dimensi lingkungan di wilayah lokasi
meningkatkan cita rasa serta kualitas kopi. penelitian menunjukkan skor rata-rata sebesar
59,01 atau berada pada kategori cukup
berkelanjutan, yang didasarkan pada atribut: (1)
Status Keberlanjutan Kopi Arabika di luas lahan, (2) kesesuaian lahan, (3) perluasan
Kabupaten Garut lahan, (4) kondisi iklim, (5) adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim, dan (6) potensi serangan OPT.
Besarnya jumlah petani yang terlibat dalam Seluruh faktor pada dimensi lingkungan dinilai
pengusahaan kopi merupakan salah satu faktor dengan menggunakan kriteria tertentu dengan
yang menjadikan keberlanjutan pengembangan rentang penilaian dari kategori berkelanjutan
dan budi daya kopi menjadi isu strategis, selain dengan skala 3, cukup berkalanjutan dengan
sebagai komoditas ekspor juga berperan dalam skala 2, dan kurang berkelanjutan dengan skala
memperbaiki kondisi lingkungan. Pentingnya 1 dan ketegori tidak berkelanjutan dengan skala
kebijakan yang baik untuk mendukung 0.
terbentuknya sistem pengembangan dan budi
Hasil analisis ordinasi status keberlanjutan
daya yang berkelanjutan menjadi dasar dalam
disusun dari agregat unit analisis yang
membuat suatu perencanaan yang sistematis
didasarkan pada nilai persepsi dari setiap atribut
dan tepat sasaran sehingga dibutuhkan
berdasarkan pendapat stakeholder yang
kebijakan yang memprioritaskan pengembangan
berkepentingan dan terkait dengan bisnis Kopi
yang berkelanjutan dengan pendekatan
Arabika (Gambar 6). Axis horizontal menunjukan
menyeluruh.
perbedaan status keberlanjutan bisnis Kopi
Saat ini, isu keberlanjutan merupakan salah Arabika dalam ordinasi Bad (0%) sampai Good
satu isu yang sangat penting bagi produsen (100%) untuk setiap dimensi yang dianalisis,
karena terkait langsung dengan potensi pasar sementara axis vertikal menunjukan perbedaan
kopi itu sendiri. Dimensi lingkungan, ekonomi, dari campuran skor atribut di antara para
dan sosial adalah dimensi yang berhubungan stakeholder terkait yang dianalisis.
langsung dengan petani. Oleh karena itu,
keberlanjutan yang terkait dengan tiga dimensi Guna melihat gambaran atribut yang paling
tersebut menjadi ranah dari para petani kopi. sensitif berpengaruh pada status bisnis Kopi
Kurang optimalnya pencapaian ketiga dimensi Arabika dilakukan analisis leverage. Analisis
tersebut sebagai dampak dari keterbatasan leverage dihitung berdasarkan standard error
kapasitas pengetahuan petani, baik dari sisi budi perbedaan antara skor dengan atribut dan skor
daya, pasca panen, keterbatasan sumber daya yang diperoleh tanpa atribut. Berdasarkan hasil
lahan serta sarana dan prasarana yang analisis leverage pada dimensi lingkungan,
mendukung. Guna mengatasi kurang optimalnya setidaknya ada tiga atribut yang paling sensitif
kinerja ketiga dimensi tersebut, perlu adanya dalam dimensi lingkungan yaitu (a) adaptasi dan
dimensi kebijakan dan dimensi pemasaran mitigasi perubahan iklim, (b) perluasan lahan,
dalam rangka mempercepat dan meningkatkan dan (c) kesesuaian lahan (Gambar 7).
efektivitas keberlanjutan dimensi lingkungan,
Perubahan iklim sangat berdampak terhadap
ekonomi dan sosial.
berbagai aspek kehidupan, termasuk di sektor
Indeks keberlanjutan yang diperoleh melalui pertanian mulai dari kenaikan suhu yang
analisis ordinasi multidimensi adalah dasar untuk berdampak pada pola hujan tidak teratur,
menentukan keberlanjutan dari masing-masing meningkatnya kejadian iklim ekstrim seperti
dimensi tersebut. Lima dimensi memiliki kemarau panjang yang menyebabkan
atribut/faktor yang memiliki kekuatan yang kekeringan, curah hujan tinggi dalam periode
berbeda-beda dalam memengaruhi cukup lama yang menyebabkan banjir, angin
keberlanjutan dari masing–masing dimensi yang kencang, naiknya permukaan air laut, dan
dianalisis dengan menggunakan analisis berkurangnya sumber air permukaan dan air
84 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

Rap-Coffee Ordination Dimensi Lingkungan


60,00
Other Distingishing Features UP
40,00

20,00

0,00 BAD GOOD


0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
-20,00

-40,00
DOWN
-60,00
Stakeholder Status

Keterangan:
= Stakeholder/responden
= Atribut dimensi lingkungan
Gambar 6. Hasil analisis ordinasi status keberlanjutan Kopi Arabika, dimensi lingkungan, 2021

Leverage of Environment Attributes

Potensi Serangan OPT 3,17


Adaptasi dan Mitigasi perubahan Iklim 8,12
Attribute

Kondisi Iklim 6,41


Perluasan lahan 6,84
Kesesuain lahan 6,41
Luas lahan 4,13
- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on
Sustainability scale 0 to 100)

Gambar 7. Hasil analisis leverage atribut pada dimensi lingkungan, 2021

tanah (Syakir dan Surmaini 2017). Peningkatan teknologi yang terkait dengan lahan, sehingga
frekuensi iklim ekstrim memicu peningkatan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas
cekaman abiotik dan biotik pada tanaman. Salah kopi.
satu upaya yang dilakukan dalam adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim pada tanaman kopi ialah Dimensi Ekonomi
dengan mengaplikasikan berbagai teknologi
seperti pola agroforestry (pola tanam dengan Hasil analisis ordinasi pada dimensi ekonomi
tanaman penaung), penggunaan klon adapatif, terdiri dari sepuluh atribut antara lain: (1)
dan teknologi konservasi tanah (Yuliasmara produksi, (2) produktivitas, (3) biaya tenaga kerja,
2016). Agroforestry selain untuk adaptasi, juga (4) pendapatan usaha tani, (5) harga kopi, (6)
memiliki aspek mitigasi, yaitu untuk menambah harga sarana produksi, (7) nilai tambah
serapan karbon dan memperbaiki kesuburan pengolahan kopi, (8) luas penguasaan lahan, (9)
tanah karena peningkatan kandungan bahan permodalan, dan (10) harga dan distribusi benih
organik dari daun yang gugur. bermutu. Hasil skor status keberlanjutan Kopi
Perluasan dan kesesuaian lahan menjadi Arabika dimensi ekonomi dalam kategori cukup
salah satu atribut sensitif lainnya dalam dimensi berkelanjutan dengan nilai rata-rata sebesar
lingkungan. Kerja sama dengan Perhutani 53.00 (Gambar 8).
merupakan salah satu solusi dalam upaya Hasil analisis leverage (Gambar 9)
peningkatan perluasan lahan kopi, oleh karena menunjukkan bahwa terdapat tiga atribut yang
itu, upaya perluasan lahan harus didukung oleh paling sensitif dalam dimensi ekonomi, yaitu (1)
teknologi tepat guna terutama introduksi pendapatan usaha tani, (2) nilai tambah
STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA BARAT: STUDI KASUS 85
DI KABUPATEN GARUT Eddy Supriadi Yusuf, Idqan Fahmi, Raden Dikky Indrawan

Rap-Coffee Ordination Dimensi Ekonomi


60,00
Other Distingishing Features UP
40,00

20,00

0,00 BAD GOOD


0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
-20,00

-40,00
DOWN
-60,00
Stakeholder Status

Keterangan:
= Stakeholder/responden
= Atribut dimensi lingkungan
Gambar 8. Hasil analisis ordinasi status keberlanjutan Kopi Arabika, dimensi ekonomi, 2021

Leverage of Economic Attributes

Harga dan distribusi benih bermutu 2,51


Permodalan 2,98
Luas penguasaan lahan 4,02
Attribute

Nilai tambah pengolahan kopi 4,74


Harga sarana produksi 4,42
Harga kopi 4,60
Pendapatan usahatani 5,79
Biaya tenaga kerja petani 3,87
Produktivitas 2,55
Produksi 2,61

- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00


Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on
Sustainability scale 0 to 100)

Gambar 9. Hasil analisis leverage atribut pada dimensi ekonomi, 2021

pengolahan kopi, dan (3) harga kopi. kapasitas petani dari sisi pengolahan (gabah/HS
Pendapatan usaha tani merupakan atribut yang dan green beans), sehingga dapat sesuai
paling sensitif, sehingga untuk meningkatkan dengan standar yang telah ditetapkan dan
status keberlanjutannya, diperlukan upaya yang akhirnya akan berdampak pada kestabilan nilai
serius dalam meningkatkan pendapatan para jual kopi bahkan lebih jauh dapat menjadi
petani, baik dengan mengurangi biaya produksi penentu harga.
(upah buruh, pembelian bibit, obat-obatan dan
pupuk) ataupun meningkatkan harga penjualan
kopi. Nilai tambah menjadi atribut lainnya yang Dimensi Sosial
sensitif terhadap perubahan status
keberlanjutan, oleh karena itu pengembangan Hasil analisis ordinasi pada dimensi sosial
agroindustry untuk meningkatkan nilai tambah terdiri dari enam atribut, yaitu (1) jumlah buruh
dan penciptaan lapangan kerja serta menjadikan tani, (2) jumlah petani kopi, (3) jumlah petani
produk kopi lebih beragam kegunaannya. Selain yang mendapat penyuluhan/Bimtek/
itu, optimaliasi mitra utama dalam melakukan pendampingan, (4) aksesibilitas komunikasi, (5)
pembinaan dan pendampingan bagi para petani aksesibilitas transportasi, dan (6) luasan wilayah
mutlak diperlukan dalam upaya meningkatkan areal perkebunan kopi. Skor status keberlanjutan
86 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

Kopi Arabika dimensi sosial berada pada Atribut yang paling sensitif lainnya adalah
kategori cukup berkelanjutan dengan nilai rata- aksebilitas transportasi. Adanya infrastruktur
rata sebesar 62.45 (Gambar 10). yang baik akan mampu meningkatkan akses
para petani dalam memenuhi kebutuhan barang
Hasil analisis leverage dimensi sosial
dan jasa, memperluas area pemasaran,
menunjukkan, dua atribut yang paling sensitif,
meningkatkan kapabilitas dan perekonomian
yaitu (1) jumlah petani yang mendapat
petani, serta mobilitas petani dalam distribusi
penyuluhan/bimtek/pendampingan, dan (2)
tidak terbatas, sehingga petani dapat dengan
aksesibilitas transportasi (Gambar 11). Petani
leluasa menjual produknya.
merupakan garda terdepan dalam peningkatan
produksi, oleh karena itu peningkatan kapasitas
menjadi hal yang sangat penting. Melalui Dimensi Pemasaran
penyuluhan/bimtek dan pendampingan dari para
penyuluh akan sangat menentukan keberhasilan Hasil analisis ordinasi pada dimensi
pengembangan Kopi Arabika, kerena penyuluh pemasaran terdiri dari delapan atribut, yaitu (1)
dapat berperan sebagai perantara dan hubungan kerjasama dengan mitra utama, (2)
penghubung informasi untuk petani maupun dari hubungan dengan para pelanggan, (3)
petani. Penyuluh menyampaikan informasi dari keuntungan yang didapat pelanggan, (4) saluran
balai pengkajian maupun peneliti ke petani dan pemasaran, (5) re-investasi terhadap komunitas,
menyampaikan aspirasi dari petani ke pembuat (6) kegiatan promosi dan branding, (7) proposisi
kebijakan. nilai, dan (8) segmentasi pasar. Skor status

Rapcoffee Ordination Dimensi Sosial


60,00
UP
Other Distingishing Features

40,00

20,00

0,00 BAD GOOD


0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
-20,00

-40,00
DOWN
-60,00
Stakeholder Status

Keterangan:
= Stakeholder/responden
= Atribut dimensi lingkungan
Gambar 10. Hasil Analisis ordinasi status keberlanjutan Kopi Arabika, dimensi sosial, 2021

Leverage of Social Attributes

Luasan wilayah areal perkebunan kopi 4,34


Aksesibilitas transportasi 6,34
Attribute

Aksesibilitas komunikasi 5,41


Jumlah petani yang mendapat… 6,74
Jumlah petani kopi 5,41
Jumlah buruh tani 3,98
- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on
Sustainability scale 0 to 100)

Gambar 11. Hasil analisis leverage atribut pada dimensi sosial, 2021
STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA BARAT: STUDI KASUS 87
DI KABUPATEN GARUT Eddy Supriadi Yusuf, Idqan Fahmi, Raden Dikky Indrawan

keberlanjutan berada pada kategori cukup Dimensi Kebijakan


berkelanjutan dengan nilai rata-rata sebesar
51.87 (Gambar 12). Hasil analisis ordinasi dimensi kebijakan yang
terdiri dari delapan atribut, yaitu (1) program
Hasil analisis leverage menunjukkan bahwa kebijakan dan peran pemerintah, (2) program
terdapat dua atribut yang paling sensitif dalam kegiatan dan peran Asosiasi Petani Kopi
dimensi pemasaran, yaitu (1) keuntungan yang di Indonesia (APEKI), (3) kelembagaan petani
dapat pelanggan, dan (2) surplus/re-investasi (poktan/gapoktan), (4) kelembagaan
keuntungan (Gambar 13). Adanya keuntungan permodalan, (5) kelembagaan inovasi dan
yang didapat pelanggan dapat memberikan teknologi, (6) kelembagaan pemasaran, (7)
banyak manfaat, yaitu terjalinya hubungan yang kelembagaan sarana produksi dan OPT, dan (8)
baik dan terciptanya loyalitas pelanggan, kelembagaan benih/pembibitan. Skor status
sehingga para pelanggan bersedia membayar keberlanjutan dimensi kebijakan masuk dalam
sesuai dengan harga yang ditetapkan. kategori cukup berkelanjutan dengan nilai rata–
Pelanggan yang setia akan memiliki kecintaan rata sebesar 51.92 (Gambar 14).
emosional terhadap produk yang dihasilkan dan
terjalinnya kemitraan jangka panjang secara Hasil analisis leverage dimensi kebijakan
terus menerus. (Gambar 15) menunjukkan bahwa terdapat
empat atribut yang paling sensitif, yaitu (1)
kelembagaan petani, (2) kelembagaan

Rap-Coffee Ordination Dimensi Pemasaran


60,00
Other Distingishing Features

40,00

20,00

0,00
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
-20,00

-40,00

-60,00
Stakeholder Status

Keterangan:
= Stakeholder/responden
= Atribut dimensi lingkungan
Gambar 12. Hasil analisis ordinasi status keberlanjutan Kopi Arabika, dimensi pemasaran, 2021

Leverage of Attributes

Segmentasi pasar 5,38

Proposisi nilai 7,41

Kegiatan Promosi dan Branding


Attribute

8,18

Surplus/re-investasi keuntungan 14,71

Saluran pemasaran 7,94

Keuntungan yang di dapat pelanggan 19,11

Hubungan dengan para pelanggan 4,10

Hubungan kerjasama dengan mitra utama 5,32

- 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00


Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on
Sustainability scale 0 to 100)

Gambar 13. Hasil analisis leverage atribut pada dimensi pemasaran, 2021
88 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

Rap-Coffee Ordination Dimensi Kebijakan


60,00
Other Distingishing Features UP
40,00

20,00

0,00 BAD GOOD


0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
-20,00

-40,00
DOWN
-60,00
Stakeholder Status

Keterangan:
= Stakeholder/responden
= Atribut dimensi lingkungan
Gambar 14. Hasil analisis ordinasi status keberlanjutan Kopi Arabika, dimensi kebijakan, 2021

Leverage of Policy Attributes

Kelembagaan Benih/Pembibitan 3,60


Kelembagaan Sarana Produksi dan OPT 3,89
Kelembagaan Pemasaran 5,52
Attribute

Kelembagaan Inovasi dan Teknologi 5,30


Kelembagaan Permodalan 5,11
Kelembagaan Petani (Poktan/Gapoktan} 5,67
Program kegiatan dan Peran APEKI 4,37
Program Kebijakan dan peran pemerintah 3,47

- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00


Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on
Sustainability scale 0 to 100)

Gambar 15. Hasil analisis leverage atribut pada dimensi kebijakan, 2021

pemasaran, (3) kelembagaan inovasi dan lainnya. Inovasi teknologi mampu mendorong
teknologi, dan (4) kelembagaan permodalan. perubahan tatanan kelembagaan dan
Kelembagaan petani mempunyai fungsi sebagai berdampak pada struktur tenaga kerja dan
wadah proses pembelajaran, wahana kerja pendapatan. Pemilihan inovasi pertanian yang
sama, unit penyedia sarana dan prasarana tepat guna dapat meningkatkan minat petani
produksi, unit produksi, unit pengolahan dan dalam menggunakan teknologi yang
pemasaran, serta unit jasa penunjang. Oleh diintroduksikan sehingga adopsi teknologi akan
karena itu, peran pemerintah pusat dan daerah mencapai sasarannya melalui pemberdayaan
sangat penting dalam membuat kebijakan, secara optimal tenaga penyuluh pertanian.
fasilitasi, dukungan program,monitoring dan
Dari kelima dimensi yang dianalisis, hasilnya
evaluasi dalam mengoptimalkan peran
menunjukkan semua dimensi masuk dalam
kelembagaan petani. Selain itu juga, dapat
kategori cukup berkelanjutan (Gambar 16).
meningkatkan produksi sertadapat
Artinya perlu adanya upaya yang
melaksanakan kegiatan agribisnis termasuk
berkesinambungan oleh semua pelaku usaha
dalam kegiatan pemasaran dan permodalan.
kopi di sepanjang rantai nilai. Salah satu upaya
Kelembagaan inovasi teknologi juga yang dapat dilakukan ialah integrasi dan
merupakan salah satu atribut yang sensitif sinergitas antara pertanian (aspek budi daya)
STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA BARAT: STUDI KASUS 89
DI KABUPATEN GARUT Eddy Supriadi Yusuf, Idqan Fahmi, Raden Dikky Indrawan

Ekonomi
80,00
53,00
60,00
40,00
Pemasaran Sosial
20,00
51,87 62,45
0,00

51,92 59,01
Kebijakan Lingkungan

Gambar 16. Diagram layang status keberlanjutan bisnis Kopi Arabika di Kabupaten Garut, 2021

dengan sektor industri, perdagangan, serta jasa diperlukan dalam menghasilkan Kopi Arabika,
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan dan budi daya kopi harus ditangani oleh petani
daya saing Kopi Arabika. yang mempunyai kemampuan yang baik mulai
dari pemilihan bibit yang berkualitas,
Berdasarkan hasil analisis leverage, dari
penanaman, dan pemeliharaan yang didukung
masing – masing atribut disetiap dimensi dapat
oleh ketersediaan lahan yang memadai baik luas
disimpulkan bahwa atribut yang paling sensitif
maupun kesesuaian lahan. Oleh karena itu,
dari setiap dimensi, yaitu (a) dimensi lingkungan,
upaya peningkatan kapasitas SDM petani harus
adalah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, (b)
menjadi perhatian utama. Selanjutnya, pada
dimensi ekonomi, adalah peningkatan
dimensi pemasaran, ialah seberapa besar
pendapatan petani, (c) dimensi sosial, adalah
keuntungan yang di dapat pelanggan. Adanya
peningkatan kapasitas sumber daya manusia
keuntungan yang di dapat pelanggan akan
(SDM) petani, melalui bimtek, penyuluhan dan
memberikan banyak manfaat antara lain
pendampingan, (d) dimensi pemasaran, adalah
terjalinnya hubungan yang baik sehingga
menjaga hubungan dengan mitra utama dan
terciptanya loyalitas pelanggan dan mereka
para pelanggan, (e) dimensi kebijakan, adalah
bersedia membayar sesuai dengan harga yang
kelembagaan petani. Guna menjaga dan
ditetapkan.
mengembangkan keberlanjutan Kopi Arabika
diharapkan dari setiap atribut yang paling sensitif Sementara untuk dimensi kebijakan,
dapat menjadi perhatian utama bagi para pelaku kelembagaan petani berfungsi sebagai wadah
usaha termasuk pemerintah. proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit
penyedia sarana dan prasarana produksi, unit
Pada dimensi lingkungan, salah satu upaya
produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta
yang dilakukan dalam adaptasi dan mitigasi
unit jasa penunjang. Pemerintah baik pusat
perubahan iklim ialah melakukan kerjasama
maupun daerah mempunyai peran penting terkait
dengan Perhutani melalui pola agroforestry.
kelembagaan petani, karena untuk
Agroforestry selain untuk adaptasi, juga memiliki
mengoptimalkan peran kelembagaan petani
aspek mitigasi, yaitu untuk menambah serapan
diperlukan dukungan baik dalam bentuk
karbon dan memperbaiki kesuburan tanah
kebijakan, fasilitasi, pendampingan serta
karena peningkatan kandungan bahan organik
monitoring dan evaluasi dari pemerintah.
dari daun yang gugur. Upaya adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim dapat dilakukan dengan
cara mengaplikasikan berbagai teknologi Analisis Monte Carlo dan Goodness of Fit
sehingga dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas. Pada dimensi ekonomi, upaya Model RAP-Coffee yang dilakukan dalam
untuk meningkatkan pendapatan petani dapat penelitian ini sudah dilakukan dengan melihat
dilakukan dengan cara mengurangi biaya tingkat kesalahan model dengan menggunakan
produksi (upah buruh, pembelian bibit, obat- analisis Monte Carlo. Analisis ini dilakukan pada
obatan dan pupuk) ataupun meningkatkan harga tingkat kepercayaan 95% (Pitcher et al. 2013).
penjualan kopi. Hasil analisis Monte Carlo dibandingkan dengan
hasil analisis MDS dan jika hasil selisih kedua
Selanjutnya, pada dimensi sosial adalah
hasil analisis <5%, maka dapat dikatakan hasil
peningkatan kapasitas SDM petani, melalui
analisis MDS memadai dan valid (Alder et al.
bimtek, penyuluhan dan pendampingan. Petani
dan lahan merupakan sumber daya utama yang 2000). Hasil analisis perbandingan analisis
90 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

Monte Carlo dengan 25 kali ulangan metode positif pada masyarakat baik di bidang sosial,
scatter plot untuk masing-masing dimensi dan ekonomi, budaya maupun lingkungan. Menurut
MDS ditampilkan pada Tabel 4. Secara (Wibhawa dan Santosa 2011) Social
keseluruhan selisih yang dihasilkan antara kedua entrepreneurship secara umum dimulai dari
analisis tersebut dapat dikatakan valid dan aktivitas individu dan apabila semakin
memadai. Kecilnya perbedaan nilai status berkembang lingkup dan dinamika dari
keberlanjutan analisis kedua metode tersebut kewirausahaan sosial, maka dibutuhkan suatu
mengindikasikan bahwa: (1) kesalahan dalam institusi yang menjadi holding company dari
pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, (2) berbagai kegiatan kewirausahaan sosial yang
ragam pemberian skor akibat perbedaan opini disebut sebagai social enterprise (Tabel 6).
relatif kecil, (3) proses analisis yang dilakukan
secara berulang-ulang menunjukkan relatif stabil,
dan (4) kesalahan pemasukan data dan data Lingkungan
yang hilang dapat dihindari.
Untuk menciptakan nilai dan menentukan
keberhasilan dalam budi daya kopi, petani dan
Penilaian ketepatan (Goodness of Fit) pada
lahan merupakan sumber daya utama yang
analisis MDS ditentukan oleh nilai S-Stress yang
diperlukan dalam menghasilkan Kopi Arabika
dihasilkan. Model yang baik ditunjukan dengan
yang berkualitas tinggi. Budi daya kopi harus
nilai stress <0,25 dan nilai R-square atau RSQ
mendekati 1 (Kavanagh dan Pitcher 2004; Alder ditangani oleh petani yang mempunyai
et al. 2000). Hasil analisis ketepatan ditunjukan kemampuan yang baik mulai dari pemilihan bibit
yang berkualitas, penanaman, dan pemeliharaan
pada Tabel 5. Secara keseluruhan nilai S-Stress
yang didukung oleh ketersediaan lahan yang
pada penelitian ini berada pada <0,25, sehingga
memadai baik luas maupun kesesuaian lahan.
dapat dikatakan penyusunan model pada
penelitian ini merupakan model yang baik dan Guna mengembangkan Kopi Arabika,
dapat digunakan untuk menganalisis ketepatan petani/poktan/gapoktan ataupun kelembagaan
keberlanjutan bisnis Kopi Arabika di Kabupaten koperasi harus dapat mengoptimalkan peran dari
Garut. semua mitra utama seperti Perhutani yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk
Sosial Bisnis Model Canvas (SBMC) Kopi mengelola sumber daya lahan hutan, para
Arabika di Kabupaten Garut pedagang dan eksportir yang membeli hasil
produksi kopi dari petani dan APEKI yang
Hal yang membedakan social berperan sebagai perantara antara kepentingan
entrepreneurship dan business entrepreneurship petani dengan pemerintah, pedagang/eksportir,
adalah kewirausahaan sosial berfokus untuk para pemilik kafe dan pelaku usaha lainnya serta
mendapatkan keuntungan yang berdampak dukungan dari pemerintah baik pusat maupun

Tabel 4. Hasil analisis Monte Carlo multidimensi untuk nilai RAP-Coffee


No Dimensi MDS Monte Carlo Selisih
1 Ekonomi 53,00 52,73 0,27
2 Sosial 62,45 61,54 0,91
3 Lingkungan 59,01 58,52 0,49
4 Kebijakan 51,92 51,67 0,25
5 Pemasaran 51,87 51,57 0,30
Keterangan: analisis dengan selang kepercayaan 95%
Sumber: Data Primer, diolah (2021)

Tabel 5. Parameter statistik (Goodness of Fit) dari analisis status keberlanjutan


No Dimensi S-Stress RSQ Iterations
1 Ekonomi 0,15 0,91 3
2 Sosial 0,16 0,92 3
3 Lingkungan 0,18 0,91 3
4 Kebijakan 0,17 0,89 3
5 Pemasaran 0,18 0,82 3
Sumber: Data primer, diolah (2021)
Tabel 6. Matrik Social Bisnis Model Canvas (SMBC) Kopi Arabika di Kabupaten Garut, 2021
Sumber daya utama Aktivitas Jenis intervensi Segment Proposisi nilai
- Petani utama - Peningkatan kapasitas SDM, penerima manfaat Proposisi nilai sosial
- Lahan dan tanaman kopi - Budi daya budi daya, pasca panen, - Petani - Bagi lingkungan: mengurangi erosi tanah,
- Unit Pengolahan Hasil (UPH) -Pasca panen pengolahan kopi gabah/ HS, dan - Pedagang meningkatkan cadangan, serapan karbon,
- Pengolahan green beans (hulu), roasting dan menjaga kesuburan tanah dan
- Permodalan barista (hilir) melalui pendidikan - Pemilik kafe
- Pengemasan keanekaragaman hayati.
dan pelatihan. - Lingkungan
- Pemasaran sekitar - Bagi pelaku usaha: peningkatan produksi,
- Peningkatan luas lahan, kerja kualitas, pendapatan, dan kapasitas SDM.
- Logistik sama dengan Perhutani - Pemerintah
(pajak) - Bagi masyarakat sekitar: perbaikan
(Agroforestry). infrastruktur, fasilitas sosial dan lingkungan
- Penerapan strategi fund raising Proposisi nilai pelanggan
disepanjang rantai nilai Pelanggan
- Peluang perbaikan ekonomi dan peningkatan
Mitra dan pelaku usaha utama Saluran Pemasaran - Pedagang kualitas serta kontuinitas pasokan kopi (pelaku
- Pedagang (desa/kecamatan, pedagang - Media sosial - pemilik kafe usaha hilir)
besar) - Pameran (nasional, daerah, LN) - Eksportir - Perbaikan kualitas dan citarasa kopi (peminum
- Perbankan - Program kampus - Konsumen akhir akhir)
- Pemilik kafe (peminum kopi) Ukuran dampak
- Kemitraan dengan market place
- Perhutani (e-commerce dan iklan online) - Bagi lingkungan dan sosial: perbaikan kualitas
- Pemerintah (pusat dan daerah) - Pedagang besar/ eksportir lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
- Bank Indonesia/BUMN - Atase Pertanian/perdagangan sekitar.
(tujuan ekspor). - Bagi Pelaku usaha: peningkatan permintaan
yang berdampak pada peningkatan
pendapatan.
DI KABUPATEN GARUT Eddy Supriadi Yusuf, Idqan Fahmi, Raden Dikky Indrawan

Struktur biaya Surplus Penerimaan


- Sewa lahan, budi daya, pengolahan, - Peningkatan produksi dan kualitas (hulu – hilir). - Fund raising (1 kg per 100 kg)
desain, kemasan, pemasaran dan logistik - Perbaikan infrastruktur, fasilitas sosial dan - Nilai tambah pengolahan green beans (hulu)
- Untuk efisiensi biaya, kerjasama dengan lingkungan melalui strategi fund raising. - Efisiensi biaya, sewa lahan, budi daya, pasca panen pengolahan
mitra utama. Contoh, program KUR untuk - Pola agroforestry yang berperan dalam adaptasi (hulu).
permodalan dengan bunga rendah, dan memiliki aspek mitigasi bagi lingkungan. - Nilai tambah roasting dan barista (hilir)
STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA BARAT: STUDI KASUS

bantuan saprodi (pedagang


besar/pemerintah).

Sumber: Social Innovation Lab, 2013 (diolah, 2021)


91
92 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

daerah, serta perbankan selaku lembaga yang kesejahteraan masyarakat sekitar atau para
menyediakan akses pembiayaan. pelaku usaha yang terlibat.
Semua mitra utama mempunyai peran yang Seperti yang telah diuraikan diatas,
sangat signifikan termasuk pemerintah selaku poktan/gapoktan dapat membentuk
regulator dan fasilitator dalam melakukan kelembagaan baru yang berbadan hukum
pembinaan, memberikan bantuan berupa sehingga permasalahan permodalan dapat
bibit/benih berkualitas dan bimbingan teknis teratasi. Koperasi merupakan kelembagaan yang
serta diseminasi teknologi. Sementara dari sisi sesuai selama pengurusannya dilaksanakan
pasca panen, bantuan yang dapat diberikan secara benar dan transparan. Koperasi dapat
berupa unit pengolahan seperti pulper, lantai menyalurkan program KUR bagi petani
jemur, huller, alat pengukur kadar air, dan color anggotanya dan juga dapat bertindak sebagai
sorter, selain mengatur ketentuan dalam hal offtaker. Guna menghindari gagal bayar, dapat
sewa lahan dengan Perhutani serta akses diterapkan skema pinjaman menjadi tanggung
pembiayaan dengan perbankan. jawab bersama, apabila dikemudian hari ada
anggota mengalami gagal bayar akan menjadi
tanggung jawab bersama.
Biaya dan Penerimaan

Keuangan merupakan salah satu faktor yang Pemasaran


membuat banyak perusahaan gagal dalam
bertahan. Keterbatasan sumber daya Guna membangun model bisnis yang efektif,
mendorong social enterprise untuk mencari poktan/gapoktan dapat memetakan dan
solusi yang inovatif dalam menggunakan sumber mengidentifikasi berbagai jenis pelanggan
daya yang ada serta mencari sumber daya baru berdasarkan kebutuhan dan atribut dari masing–
untuk mencapai kesinambungan keuangan dan masing pelanggan. Dengan demikian, strategi
menciptakan output untuk kepentingan sosial. yang dipilih dapat memenuhi karakteristik
Sebagai wadah organisasi petani, sangat kelompok pelanggan, termasuk saluran
dimungkinkan bagi poktan/gapoktan untuk pemasaran yang sesuai seperti: media sosial,
melakukan kerjasama dengan berbagai mitra pameran baik tingkat nasional maupun daerah,
utama. Sebagai contoh, poktan/gapoktan dapat program kampus, kemitraan dengan market
bekerja sama dengan Perhutani dalam hal sewa place (e-commerce dan iklan online), pedagang
lahan, untuk akses pembiayaan apabila poktan besar/eksportir dan atase pertanian/
dapat membuat kelembagaan yang berbadan perdagangan dalam membuka akses pasar di
hukum bisa mendapatkan Program Kredit Usaha luar negeri.
Rakyat (KUR) dengan bunga rendah sebagai Menjaga pasokan dan kualitas kopi
solusi masalah permodalan, begitu pula dengan merupakan salah satu upaya dalam
lembaga lainnya, seperti Bank Indonesia yang meningkatkan proposisi nilai serta menjaga
memberikan bantuan dan dukungan bantuan unit hubungan dengan pelanggan. Upaya lainnya
pengolahan hasil (UPH) selain bantuan dari ialah dengan memberikan edukasi kepada
pemerintah berupa benih berkualitas, saprodi, pelanggan bahwa kopi yang ditanam, dipelihara
bimtek (budi daya, dan pascapanen) dan dan dalam proses pengolahannya sangat
alsintan. Semua hal tersebut di atas, dapat memperhatikan lingkungan serta memberikan
menjadi solusi bagi poktan/gapoktan dalam dampak positif bagi lingkungan dan sosial bagi
penghematan anggaran dan menekan semua masyarakat sekitar. Dengan demikian edukasi
biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan. yang dilakukan akan membangun citra dan
Sebagai komoditas yang memiliki peran branding kopi.
sebagai social enterprise, keuntungan yang
didapat selayaknya berdampak positif, baik
secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Strategi fundraising dapat dipilih untuk
menghimpun dana dengan cara menyetorkan Kesimpulan
hasil penjualan kopi, baik petani, pedagang dan
para pemilik kafe dengan nilai seteron sebesar Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelaku
satu kg per 100 kg. Dana yang terhimpun utama dalam proses pembentukan nilai kopi cery
digunakan khusus untuk kepentingan merah dan gabah/HS adalah petani dan
lingkungan, sosial, dan peningkatan kapasitas pedagang pengumpul (desa/kecamatan),
SDM pelaku usaha mulai dari hulu sampai hilir, sementara pelaku utama dalam pengolahan
sehingga akan berdampak pada meningkatnya green beans adalah pedagang besar yang juga
berperan sebagai kaki tangan eksportir. Saat ini
STRATEGI KEBERLANJUTAN DAN MODEL BISNIS KOPI ARABIKA DI JAWA BARAT: STUDI KASUS 93
DI KABUPATEN GARUT Eddy Supriadi Yusuf, Idqan Fahmi, Raden Dikky Indrawan

rantai pasok kopi hanya tiga simpul/pelaku saja, menciptakan nilai dan menentukan keberhasilan
pendeknya rantai pasok disebabkan oleh dalam budi daya kopi. Oleh karena itu, budi daya
keterbatasan dan fluktuasi pasokan kopi kopi harus ditangani oleh petani yang
(cery/gabah) ke pedagang, karena alasan mempunyai kemampuan yang baik mulai dari
tersebut para pedagang besar melakukan pemilihan bibit yang berkualitas, penanaman,
pembelian secara langsung ke petani atau dan pemeliharaan yang di dukung oleh
pedagang desa/kecamatan. Selain keterbatasan ketersediaan lahan yang memadai baik luas
pasokan, faktor lainnya adalah sudah adanya maupun kesesuaian lahan.
komunikasi yang baik sehingga terjalin kerja
sama di antara mereka. Implikasi Kebijakan
Peningkatan luas lahan tanam Kopi Arabika
yang terjadi selama lima tahun terakhir di Dilihat dari sisi lingkungan, peningkatan kerja
sama dengan PT. Perhutani melalui pola
Kabupaten Garut, ternyata tidak berdampak
Agroforestry, harus menjadi perhatian utama,
pada peningkatan produksi. Banyak faktor yang
karena Agroforestry merupakan suatu
menyebabkan penurunan produksi dan
perpaduan antara usaha pertanian dengan
produktivitas, antara lain, faktor lingkungan,
peremajaan tanaman, penggunaan pupuk yang kehutanan, yang bertujuan untuk mewujudkan
berlebihan pada tahun sebelumnya, dan kelestarian sumber daya hutan dan lingkungan
serta meningkatkan kesejahteraan petani melalui
kesalahan pada pemotongan cabang kopi.
peningkatan luas lahan garapan dan
Sementara dari sisi harga, kopi cery merah dan
peningkatan produksi. Dilihat dari sisi ekonomi,
gabah/HS mengalami penurunan pertumbuhan
integrasi dan sinergitas antarpelaku usaha di
yang pengusahaannya di tingkat produsen,
sedangkan untuk green beans yang sepanjang rantai nilai dan optimaliasi peran mitra
pengusahaannya di tingkat pedagang serta para pelaku utama menjadi keharusan
dalam meningkatkan keberlanjutan bisnis Kopi
menunjukkan tren yang positif. Hal ini
Arabika. Integrasi dan sinergitas dapat dilakukan
mengindikasikan bahwa perubahan harga di
mulai dari budi daya, pascapanen, pengolahan,
tingkat pedagang tidak ditransmisikan secara
pengemasan, pemasaran dan logistik, sehingga
sempurna ke tingkat produsen (petani).
dengan adanya integrasi akan terjadi
Berdasarkan kelima dimensi yang dianalisis peningkatan permintaan dan daya saing Kopi
(ekonomi, sosial, lingkungan, pemasaran dan arabika.
kebijakan), hasilnya menunjukkan bahwa semua Dilihat dari sisi sosial, pelaksanaan strategi
dimensi yang dianalisis masuk dalam kategori fund raising merupakan salah satu kunci
cukup berkelanjutan. Artinya, perlu adanya proposisi nilai sosial, baik bagi lingkungan
upaya yang berkesinambungan yang harus maupun bagi para pelaku usaha baik di hulu
dilakukan oleh stakeholder di sepanjang rantai maupun di hilir karena adanya peningkatan
nilai agar masuk dalam kategori sangat kapasitas SDM serta perbaikan infrastruktur,
berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat fasilitas sosial dan lingkungan. Dilihat dari sisi
dilakukan ialah integrasi dan sinergitas antara pemasaran, untuk membangun model bisnis
pertanian (aspek budi daya) dengan sektor yang efektif, poktan/gapoktan dapat memetakan
industri, perdagangan, serta jasa sehingga dapat dan mengidentifikasi berbagai jenis pelanggan
meningkatkan nilai tambah dan daya saing Kopi berdasarkan kebutuhan dan atribut dari masing–
Arabika. masing pelanggan. Dengan demikian, strategi
Hasil analisis leverage, menunjukkan yang dipilih dapat memenuhi karakteristik
beberapa atribut yang paling sensitif dari kelompok pelanggan, termasuk saluran
masing–masing dimensi antara lain (a) dimensi pemasaran yang sesuai seperti: media sosial,
lingkungan, atribut yang paling sensitif adalah pameran baik tingkat nasional maupun daerah,
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, (b) program kampus, kemitraan dengan market
dimensi ekonomi, adalah peningkatan place (e-commerce dan iklan online), pedagang
pendapatan petani, (c) dimensi sosial, adalah besar/eksportir dan atase pertanian/
peningkatan kapasitas SDM petani, melalui perdagangan dalam membuka akses pasar di
bimtek, penyuluhan dan pendampingan, (d) luar negeri.
dimensi pemasaran, adalah menjaga hubungan Dilihat dari sisi kebijakan, kelembagaan
dengan mitra utama dan para pelanggan, dan (e) merupakan salah satu titik krusial dalam
dimensi kebijakan, adalah kelembagaan petani. pengembangan dan budi daya Kopi Arabika,
Petani dan lahan merupakan sumber daya pembentukan kelembagaan yang dapat
utama yang diperlukan dalam menghasilkan Kopi mengakses pembiayaan serta sebagai offtaker,
Arabika yang berkualitas tinggi, serta dalam mengatasi masalah permodalan.
94 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 20 No. 1, Juni 2022: 73-94

Koperasi, dapat menjadi model kelembagaan Parnadi F, Loisa R. 2018. Analisis Daya Saing Ekspor Kopi
yang sesuai dan pada masa depan dapat Indonesia di Pasar Internasional. J Manajemen Bisnis
dan Kewirausahaan. 2(4):52-61.
menjadi korporasi sesuai dengan Permentan
No.18 Tahun 2018 tentang Pedoman Pawiengla AA, Yunitasari D, Adenan M. 2020. Analisis
Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis keberlanjutan usaha tani kopi rakyat di Kecamatan Silo
Kabupaten Jember. J Ekon Pertan dan Agribis (JEPA).
Korporasi Petani. 4(4):701–714.
Pearce, Robinson. 2008. Manajemen strategik. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA (ID): Salemba Empat.
Pitcher TJ. 1999. RAPFISH, A Rapid Appraisal Technique
for Fisheries, and its application to the code of conduct
Alder J, Pitcher TJ, Preikshot D, Kaschner K FB. 2000.
for responsible fisheries. Washington DC (US): Food
How good is good: a rapid appraisal technique for
and Agriculture Organization of The United Nations
evaluation of the sustainability status of fisheries of the
(FAO).
North Atlantic. Sea Around Us Methodol Rev:136–
182. Pitcher TJ, Lam ME, Ainsworth C, Martindale A, Nakamura
K, Perry RI, Ward T. 2013. Improvement to Rapfish: a
Alter K. 2017. The four lenses strategic framework:
rapid evaluation technique for fisheries integrating
Toward an integrated social enterprise methodology.
ecological and human dimensions. J of Fish Biology.
[internet] [cited 2021 Nov 26]. Available from:
83(4):865-889.
http://www.4lenses.org/setypology/classification
Pratiwi RR. 2016. Hambatan dan strategi pengembangan
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Kabupaten Garut
usahatani kopi dalam upaya peningkatan produksi di
dalam Angka. Garut (ID): Badan Pusat Statistik.
Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung.
Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2019. Statistik [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Negeri Semarang.
Perkebunan Jawa Barat Tahun 2019 (Angka Tetap).
Pusdatin Kementerian Pertanian. 2020. Outlook
Bandung (ID): Dinas Perkebunan Jawa Barat
Perkebunan Kopi. Jakarta (ID): Pusdatin Kementerian
Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar. 2012. Pertanian.
Konsep dan strategi kebijakan pengembangan
Reed D. 2009. What do corporations have to do with fair
perkebunan kopi di Indonesia. Dalam Bunga Rampai
trade? positive and normative analysis from a value
Inovasi Tanaman Kopi Untuk Perkebunan Rakyat.
chain perspective. J Bus Ethics. 86:3–26.
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Social Innovation Lab 2013. Social business model canvas.
Jakarta (ID): Direktorat Tanaman Rempah dan [internet]. [cited 2021 Nov 26]. Available from:
Penyegar. ISBN. 978-602-7579-11-8. http://www.socialbusinessmodelcanvas.com/
Fauzi A, Anna S. 2005. Pemodelan sumber daya Syakir M, Surmaini E. 2017. Perubahan iklim dalam
perikanan dan kelautan untuk analisis kebijakan. konteks sistem produksi dan pengembangan kopi di
Jakarta (ID): Gramedia. Indonesia. J Litbang Pertan. 36(2):77–90.
Hulgard L. 2010. Discourses of social Vavra P, Goodwin BK. 2005. Analysis of price transmission
entrepreneurship: variations of the same theme?. along food chain. Working Papers OECD Food No.3,
EMES European Resarch Network Working Paper Agriculture and Fisheries. Paris (FE): OECD
No.10/01. Liege (BEL): EMES European Research Publishing.
Network.
Wibawa A, Yuliasmara, Erwiyono R. 2010. Estimasi
Hutabarat B. 2016. Analisis saling - pengaruh harga kopi cadangan karbon pada perkebunan kopi di Jawa
Indonesia dan dunia. J Agro Ekon. 24(1):21-40. Timur. Pelita Perkeb. 26(1):1–11.
[internet]. [diunduh 2021 Nov 23]. Tersedia dari:
Wibhawa B, Santosa TR. 2011. Social entrepreneurship,
https://doi.org/10.21082/jae.v24n1.
social enterprise, & corporate social responsibility.
Jaya R. 2013. Model pengelolaan pasokan dan resiko Bandung (ID): Widya Padjajaran.
mutu rantai pasok kopi Gayo. J Teknol Ind Pertan
Qastharin AR. 2015. Business model canvas for social
Indones. 5(3):24–32.
enterprise. [internet]. [cited 2021 Nov 26]. Available
Kavanagh P. 2001. Rapid appraisal of fisheries (Rapfish) from: www.researchgate.net/publication/323393037
project. Vancouver (CA): University of British
Yuliasmara. 2016. Strategi mitigasi perkebunan kopi
Columbia, Fisheries Center.
menghadapi perubahan iklim. Warta Pusat Penelit Kopi
Kavanagh P, Pitcher TJ. 2004. Implementing microsoft dan Kakao. 28(3):1–7.
excel software for rapfish: a technique for the rapid
Yustiningsih F, Soetjipto W. 2013. Analisis transmisi
appraisal of fisheries status. Vancouver (CA): The
harga beras petani konsumen di Indonesia periode
Fisheries Centre, University of British Columbia.
tahun 2000-2011. J Kebijak Ekon. 8(2):1-12.
Lontoh NL, Oktariani A. 2020. Pengembangan model
Zuhra Z, Syarifuddin H, Maryani AT. 2019.
bisnis acuan social enterprise di Indonesia: systematic
Pengembangan usaha tani kopi Liberika berbasis
literature review [Skripsi]. Bogor (ID): Sekolah Bisnis
indeks keberlanjutan di Kecamatan Betara Kabupaten
Institut Pertanian Bogor.
Tanjung Jabung Barat. J Pembang Berkelanjutan
[OECD] Organisation for Economic Co-operation and [Internet]. [diunduh 2021 Nov 26]. 2(1):89-101.
Development. 1999. Social Enterprises. OECD Tersedia dari: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
publishing. Paris. [internet[. [cited 2021 Nov 26].
Available from: doi.org/10.1787/9789264182332-en

Anda mungkin juga menyukai