Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Wewenang dan Kekuasaan dalam Masyarakat

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi dan Antropologi

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Syukur, M.A

Disusun Oleh Kelompok 6:

Fina Rahma Indira 1221030038


Fawwaz Fauzan M 1221030066

JURUSAN ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah
serta nikmat islam, iman, dan ihsan kepada kami sehingga atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan salah satu tugas makalah yang berjudul “Bentuk-
Bentuk Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial’’.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar
Sosiologi dan Antropologi. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Abdul Syukur,M.A
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pengantar Sosiologi dan Antropologi. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka kami memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata.
Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun,

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 3
A. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial.................................................... 3
B. Ciri-Ciri Interaksi Sosial.............................................................. 3
C. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif.................................... 4
D. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif................................... 10
E. Dinamika Sosial........................................................................... 13
BAB III PENUTUP............................................................................... 17
A. Simpulan...................................................................................... 17
B. Saran............................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Proses sosial
merupakan aspek dinamis
dari kehidupan
masyarakat. Dimana di
dalamnya
C. terdapat suatu proses
hubungan antara
manusia dengan yang
lainnya. Proses
hubungan
D. tersebut berupa antar
aksi sosial yang
terjadi dalam
kehidupan sehari-hari
secara terus
E. Proses sosial
merupakan aspek dinamis
dari kehidupan
masyarakat. Dimana di
dalamnya
F. terdapat suatu proses
hubungan antara
manusia dengan yang
lainnya. Proses
hubungan
G. tersebut berupa antar
aksi sosial yang
terjadi dalam
kehidupan sehari-hari
secara terus
H. Proses sosial
merupakan aspek dinamis
dari kehidupan
masyarakat. Dimana di
dalamnya
I. terdapat suatu proses
hubungan antara
manusia dengan yang
lainnya. Proses
hubungan
J. tersebut berupa antar
aksi sosial yang
terjadi dalam
kehidupan sehari-hari
secara terus
Pada masa lampau, pendekatan sosiologi terhadap kekuasaan biasanya
dilakukan dalam kerangka pembahasan mengenai pengendalian sosial;
pembahasan ini ternyata memuat keterbatasan-keterbatasan tertentu,.
Pengendalian seringkali ditafsirkan sebagai penggunaan kekuasaan atau
pengaruh untuk mencegah terjadinya perpecahan, mempertahankan ketertiban,
atau mencapai stabilitas sosial. Pembahasan pengendalian sosial biasanya
terbatas pada orientasi terhadap masa lampau dan masa kini; kekuasaan lebih
relevan bagi masa depan, sebagai suatu konsep yang mempunyai kualitas
dinamis.
Sosiologi memandang kekuasaan dan wewenang ini sebagai suatu
gejala yang netral; kekuasaan dan wewenang bukan suatu gejala yang buruk
maupun baik, kecuali dalam penerapannya. Dengan meniadakan nilai tersebut,
sosiologi berharap dapat melakukan analisa dengan sebanyak mungkin
menetralisasikan unsur-unsur yang bersifat subyektif. Dalam percakapan
sehari-hari, masalah kekuasaan dan wewenang sering dibicarakan orang;
demikian juga dengan media massa, yang setiap hari memuat berita-berita
mengenai unsur kemasyarakatan itu. Persoalan-persoalan yang ada perihal
kekuasaan dan wewenang ini tidak bisa dianggap sebagai masalah yang
sederhana, atau mudah untuk dipecahkan; hanya sayangnya, sosiologi bukan
merupakan ilmu yang secara langsung dapat memecahkan masalah-masalah
tentang kekuasaan dan wewenang, peranan sosiologi disini sebatas memberi
gambaran tentang fenomena sosial yang terjadi, bagaimana bisa terjadi, apa
pengaruhnya kemudian, kekuatan-kekuatan apa yang ada dibelakang fenomena
itu, bagaimana kekuatan-kekuatan itu dapat mempengaruhi orang banyak, dan
sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Wewenang dan Kekuasaan ?
2. Bagaimana ?
3. Bagaimana Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif ?
4. Bagaimana Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Disosatif ?
5. Apa yang dimaksud dengan Dinamika Sosial?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial.
2. Untuk mengetahui Ciri-Ciri Interaksi Sosial.
3. Untuk mengetahui Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif.
4. Untuk mengetahui Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Disosatif.
5. Untuk mengetahui Dinamika Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial


Ada beberapa bentuk interaksi sosial yang perlu diketahui. Dalam
kehidupan sehari-hari, seseorang tentu berinteraksi satu sama lain. Hal itu
dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain untuk
bisa terus bertahan hidup. Secara umum, pengertian interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik antara individu dengan individu maupun kelompok,
atau kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial bisa terjadi di mana saja,
termasuk di lingkungan sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis interaksi sosial dibedakan menjadi dua, yakni interaksi sosial
asosiatif dan disosiatif. Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial
positif, yang mengarah pada kesatuan dan kerja sama. Interaksi sosial
disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang lebih mengarah kepada konflik
dan perpecahan, baik individu maupun kelompok.

B. Ciri-Ciri Interaksi Sosial


Sebelum mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial, perlu diketahui
juga beberapa ciri-cirinya. Berikut ciri-ciri interaksi sosial.

 Jumlah pelaku lebih dari satu orang, hal ini karena interaksi membutuhkan aksi
dan reaksi.
 Adanya komunikasi menggunakan simbol-simbol tertentu. Simbol yang paling
umum digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa. Satu hal yang perlu
diperhatikan adalah simbol yang disampaikan harus dipahami oleh pihak-pihak
yang berkomunikasi agar komunikasi tersebut berjalan lancar.
 Dalam interaksi sosial juga ada dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa kini, dan
masa depan. Hal ini berarti dalam setiap interaksi sosial ada konteks waktu
yang menentukan batasan dari interaksi tersebut.
 Adanya tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat menentukan apakah
interaksi akan mengarah kepada kerja sama atau mengarah kepada
pertentangan.
C. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif
Sama halnya yang sudah dijelaskan di atas, interaksi sosial asosiatif
adalah bentuk interaksi sosial positif yang mengarah pada kesatuan dan kerja
sama. Proses sosial asosiatif adalah proses sosial di mana dalam realitas sosial
yang ada terjalin harmoni antara individu satu dengan individu yang lain yang
mengarah pada kerja sama. Harmoni tersebut pada gilirannya dapat
membentuk sebuah kondisi yang disebut sebagai social order.
1. Kerja sama
Kerja sama adalah suatu bentuk interaksi sosial di mana orang-orang
atau kelompok-kelompok bekerja bersama-sama, saling tolong menolong
untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Kerja sama dilakukan karena ada kesamaan cita-cita dan tujuan. Karena
alasan inilah manusia pada umumnya melakukan kerja sama agar apa yang
dicita-citakan bisa terwujud dengan mudah. Bentuk dan pola kerja sama dapat
dijumpai dalam semua kelompok sosial. Kebiasaan kerja sama dimulai dari
kanak-kanak berupa permainan hingga dewasa dalam segala bentuk usaha
guna mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbulkarenaorientas orang
terhadap kelompoknya, maka harus ada kondisi pembagian kerja yang serasi
dan imbalan yang jelas. Kerja sama akan bertambah kuatapabila ada ancaman
dari luar atau sesuatu yang menyinggung nilai kesetiaan, adar istiadat dari
kelompok tersebut. Masyarakat yang menjunjung tinggi atau menempatkan
kerja sama dalam sistem nilai sosialnya sering menjadikan warganya kurang
kreatif atau tidak berinisiatif karena selalu mengharapkan atau mengandalkan
bantuan rekannya. Ada tiga bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut.
Ada beberapa jenis-jenis kerja sama, antara lain adalah gotong
royong, bargaining, cooperation, dan coalition.
a. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang dan jasa antar dua organisasi.
b. Cooperation, yaitu proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan
suatu organisasi guna menghindari goncangan stabilitas organisasi
tersebut (saling mendukung).
c. Coalition, yaitu kombinasi dari dua organisasi yang mempunyai tujuan
sama sehingga bersifat kooperatie kerja sama itu berdasarkan bagi
hasil, disebut joint-venture.
2. Bentuk-bentuk Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu atau
kelompok manusia yang semula saling bertentangan, kemudian berupaya
mengatasi ketegangan. Tujuannya untuk mengurangi perbedaan pandangan dan
pertentangan serta untuk mencegah terjadinya konflik.
Akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu menunjukkan pada suatu
keadaan dan untuk menunjukkan pada suatu proses. Akomodasi sebagai
keadaan berarti kenyataan adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam
interaksi antara orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia,
sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat. Akomodasi sebagai proses menunjukkan pada usaha
manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha untuk mencapai
kesetabilan.
Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tersebut kehilangan
keperibadiannya. Akomodasi mengandaikan sebuah upaya penyelesaian dari
suatu pertikaian atau konflikteh pihak-pihak yang bertikai yang mengarah pada
kondisi atau keadaan selesainya suatu konfliktau pertikaian tersebut. Tujuan
akomodasi adalah untuk mengurangi pertentangan manusia akibat perbedaan
paham, untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, usaha untuk
memungkinan adanya kerja sama antar-kelompok sosial dan usaha untuk
melebur antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah. Bentukbentuk
akomodasi sebagai proses adalah seperti berikut.
a. Coercion, yaitu akomodasi yang dilaksanakan karena paksaan, misalnya
polisimeredam aksi tawuran antar-pelajar dan sejenisnya.
b. Compromise, merupakan sebuah upaya di mana masing-masing pihak
mengurangi tuntutan mengenai apa yang diperselisihkan dan menjadi
sumber ketegangan. Satu pihak bersikap untuk bersedia merasakan dan
mengerti keadaan pihak lainya dan sebaliknya, misalnya beberapa partai
politik sadar bahwa mereka mempunyai kekuatan yang sama dalam suatu
pemilihan umum.
c. Arbritration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise jika
pihakpihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Dengan
menunjuk pihak ketiga yang dipilih kedua pihak/badan yang lebih tinggi.
d. Mediation, yaitu melibatkan pihak ketiga dalam menyelesaikan masalah
secara damai dengan peranannya sebagai mediator. Dalam perannya
sebagai mediator, pihak ketiga bersifat netral.
e. Conciliation, merupakan suatu usaha mempertemukan keinginan keinginan
pihak-pihak yang berselisih bagi tercapainya tujuan bersama, misalnya
beberapa unsur dalam panitia penyelesaian masalah perburuhan.
f. Tolerantion, merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal
bentuknya, didasari oleh watak manusia yang tidak berkeinginan
munculnya konfliktini, akomodasi terjadi dengan sendirinya karena
masing-masing pihak sadar akan risiko yang muncul dari sebuah konflik
yang merugikan mereka.
g. Stalemate, yaitu karena pihak-pihak berkekuatan seimbang sehingga
berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
h. Adjudication, yaitu penyelesaian perkara di pengadilan.

3. Hasil-hasil Akomodasi
Secara panjang lebar Gillin dan Gillin23 menguraikan hasil-hasil suatu
proses akomodasi dengan mengambil contoh-contohdarisejarah Antara lain
hasil-hasilnya adalah sebagai berikut.
a. Akomodasi, dan Integrasi Masyarakat
Akomodasi dan integrasi masyarakat telahberbuat banyak untuk
menghindarkan masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang
akan melahirkan pertentangan baru. Ketika orang-orang Normandia
menaklukkan Inggris pada 1066, mereka telah memaksakan suatu
kebudayaan baru terhadap masyarakat taklukannya. Bahasa, sistem
feodalisme, hukum, dan seterusnya diubah dan diganti. Dalam proses
tersebut terjadi perkawinan campuran dan banyak orang Inggris yang
mendapat kedudukan baru yang tinggi. Keadaan tersebut mengurangi
jarak sosial (social distance) antara penjajah dengan yang dijajah.
Selain itu, akomodasi juga menahan keinginan-keinginan untuk
bersaing yang hanya akan membuang biaya dan tenaga saja.
b. Menekan oposisi
Sering kali suatu persaingan dilaksanakan demi keuntungan
suatu kelompok tertentu (misalnya golongan produsen) dan kerugian
pihak lain (misalnya golongan konsumen). Akomodasi antara golongan
produsen yang mula-mula bersaing akan dapat menyebabkan turunnya
harga, karena barang-barang dan jasa-jasa lebih mudah sampai kepada
konsumen.
c. Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda
Hal ini tampak dengan jelas apabila dua orang, misalnya,
bersaing untuk menduduki jabatan pimpinan suatu partai politik. Di
dalam kampanye pemilihan, persaingan dilakukan dengan sengit, tetapi
setelah salah satu terpilih, biasanya yang kalah diajak untuk bekerja
sama demi keutuhan dan integrasi partai politik yang bersangkutan.
d. Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan
keadaan baru atau keadaan yang berubah
e. Perubahan-perubahan dalam kedudukan
Sebetulnya akomodasi menimbulkan penetapan baru terhadap
kedudukan orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia.
Pertentangan telah menyebabkan kedudukan-kedudukan tersebut goyah
dan akomodasi akan mengukuhkan kembali kedudukankedudukan
tersebut.
f. Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi
Dengan adanya proses asimilasi, para pihak lebih saling
mengenal dan dengan timbulnya benih-benih toleransi mereka lebih
mudah untuk saling mendekati. Keadaan demikian mungkin saja terjadi
pada masyarakat-masyarakat berkasta seperti di India. Di India,
walaupun gerak sosial yang vertikal hampir-hampir tidak ada, telah
terjadi suatu proses yang bernama Sanskritization,24 yaitu suatu proses
di mana kasta-kasta yang lebih rendah mengambil sistem kepercayaan,
upacara, tingkah laku dalam pergaulan, dan unsur-unsur dalam
kebudayaan lainnya dari kasta-kasta yang lebih tinggi, khususnya kasta
Brahmana, untuk dijadikan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Proses
tersebut menunjuk pada adanya usaha-usaha untuk mengadakan
akomodasi antara kasta-kasta yang semula dipisahkan dengan tegas dan
kaku.
3. Akulturasi
Akulturasi adalah penerimaan unsur-unsur baru untuk menjadi suatu
kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur-unsur yang lama. Akulturasi
merupakan hasil dari perpaduan dua kebudayaan yang berbeda.
4. Asimilasi
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk meredakan perbedaan
antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan
berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Asimilasi merupakan proses lanjutan dari akomodasi. Pada proses
asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga pihak-pihak dari
berbagai kelompok yang tengah berasimilasi akan merasakan adanya
kebudayaan tunggal yang dirasakan milik bersama. Proses asimilasi ditandai
adanya usaha-usaha mengurangi berbagai perbedaan yang terdapat antar orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga melipus usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap-sikap dan proses. proses mental
dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

Proses-proses asimilasi akan muncul apabila perbedaan kebudayaan di antara


kelompok-kelompok manusia, orang per orang sebagai warga kelompok tadi
saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama, sehingga
kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-
masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Asimilasi terkait erat dengan pengembangan sikap-sikap dan citacita
yang sama. Dalam proses tersebut, ada beberapa bentuk interaksi sosial yang
memberi arah ke proses asimilasi, jika interaksi sosial tersebut bersifat suatu
pendekatan terhadap pihak lain, begitu juga pihak lain berlaku sama; interaksi
sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-
pembatasan; interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer; serta
frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap serta ada keseimbangan antara pola-
pola asimilasi tersebut.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya suatu asimilasi, antara
lain sebagai berikut.
 Toleransi.
 Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
 Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
 Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
 Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
 Perkawinan campuran (amalgamation).
 Adanya musuh bersama dari luar.
Selain faktor-faktor yang mempermudah asimilasi, ada pula factor-faktor
yang menghambat proses tersebut. Faktor-faktor yang dapat menjadi
penghalang terjadinya asimilasi, antara lain sebagai berikut.
1) Terisolasinya kehidupan suatu kelompok tertentu dalam masyarakat.
2) Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dimiliki kelompok lain
di dalam masyarakat.
3) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
4) Perasaanbahwasuatukebudayaan golongan atau kelompok tertentu
lebihtinggidaripadakebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5) Perbedaanwarna kulit atau ciri-ciri badaniah.
6) Kuatnya in-group feeling, yakni adanya suatu perasaan yang kuat sekali
bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang
bersangkutan.
7) Jika golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan
yang berkuasa.
8) Perbedaan kepentingan dan konfliktribadi.
Asimilasi antar-dua kelompok sosial yang berbeda budaya berlangsung
sedemikian rupa sehingga saling menerima unsur budaya lainnya menjadi
adat istiadat baru, disebut akulturasi. Jadi, dalam akulturasi, unsur budaya
lain masuk atau diterima menjadi seolah-olah milik sendiri atau budaya
sendiri.
D. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif
Seperti sudah disebutkan di atas, interaksi sosial disosiatif adalah
bentuk interaksi sosial yang lebih mengarah kepada konflik dan perpecahan,
baik individu maupun kelompok.
1. Persaingan ( Competition )
Kompetisi atau persaingan adalah bentuk interaksi sosial disosiatif, di
mana orang-orang atau kelompok-kelompok berlomba meraih tujuan yang
sama. Persaingan dilakukan secara sportif sesuai aturan tanpa adanya benturan
fisik.
Persaingan merupakan proses sosial, dimana seseorang atau kelompok
sosial bersaing memperebutkan nilai atau keuntungan bidang kehidupan
melalui cara-cara menarik perhatian publik. Persaingan memungkinkan
terjadinya gesekan atau benturan antar-individu atau kelompok. Persaingan
dapat bersifat pribadi dan dapat berupa kelompok atau organisasi. Bentuk
persaingan dapat berupa berikut ini.
a. Persaingan ekonomi, yaitu usaha memperebutkan barang dan jasa dari
segi mutu, jumlah, harga dan pelayanan. Kadang kala persaingan
ekonomi berlangsung tidak sehat sehingga malah merugikan pihak
yang bersaing, karena biaya saing bertambah.
b. Persaingan kebudayaan, yaitu usaha memperkenalkan nilai-nilai
budaya agar diterima dan dianut. Persaingan kebudayaan dapat di
bidang keagamaan, pendidikan, peradilan, kesenian, dan lembaga
kemasyarakatan lainnya.
c. Persaingan status sosial, yaitu usaha mencapai dan memperebutkan
kedudukan dan peranan yang terpandang, baik oleh perorangan maupun
oleh kelompok sosial. Kedudukan dan peranan apa yang dikejar sangat
bergantung pada nilai apa yang paling dihargai masyarakat pada suatu
masa tertentu.
d. Persaingan ras, yaitu persaingan kebudayaan khas yang diwakili ciri
ras selaku perlambang sikap beda budaya. Hal ini terjadi karena
keadaan badaniah yang tampak, lebih jelas terlihat daripada nilai
budaya yang dianutnya.
Meskipun persaingan merupakan proses sosial disosiatif, namun
persaingan dalam batas-batas tertentu juga mempunyai efek positif
juga. Menurut Soerjono Soekanto, dampak positif tersebut, antara lain
seperti berikut.
a. Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang
bersifat kompetitif.
b. Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada
suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh
mereka yang bersaing.
c. Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial.
d. Sebagai alat untuk menyaring para golongan karya (fungsional) yang
akhirnya menghasilkan pembagian kerja yang efektif.
2. Kontravensi
Kontravensi berasal dari kata Latin; conta dan venire, yang berarti
menghalangi atau menantang. Dalam kata ini mengandung makna usaha untuk
menghalangi pihak lain mencapai tujuan. Hal utama dalam proses sosial ini
adalah menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain, sebabnya ada rasa tidak
senang terhadap keberhasilan pihak lain yang dirasa merugikan, walaupun
tidak bermaksud menghancurkan pihak lain.
Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial disosiatif berupa sikap
menentang dengan tersembunyi agar tidak adanya perselisihan atau konflik
terbuka.Kontravensi merupakan proses sosial dengan tanda ketidakpastian,
keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara
terbuka.
Kontravensi merupakan proses sosial yang berada di antara persaingan
dengan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi biasanyaditandai dengan
gejala-gejala seperti munculnya ketidakpastian pada diri seseorang, atau
hadirnya perasaan tidak suka yang disembunyikan oleh seseorang. hadirnya
rasa kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang, dan sebagainya.
Kontravensi dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
1) Kasar dan halus. Cara kasar ditandai dengan ketidaksopanan, berupa
gangguan, ejekan, fitnah, provokasi, intimidasi. Cara halus dapat dilakukan
dengan menggunakan bahasa dan perilaku yang sopan, namun
mengandung makna yang tajam.
2) Terbuka dan tersembunyi. Cara terbuka jika dilakukan langsung oleh pihak
mana dan siapa yang melakukan proses sosial itu, serta isinya apa. Cara
tersembunyi sulit diketahui.
3) Resmi dan tidak resmi. Cara resmi adalah penentangan yang diterima dan
ditegakkan dengan ketentuan hukum atau dengan ketentuan yang
dilembagakan oleh kekuasaan negara atau oleh kekuasaan agama. Sedang
cara tidak resmi adalah pertentangan yag tidak dikukuhkan peraturan
hukum dan tidak dilembagakan.
3. Pertikaian ( Conflict )
Pertikaian merupakan proses sosial dimana seseorang atau kelompok
sosial berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang lawannya
dengan ancaman atau kekerasan. Pertikaian dalam tingkat tertentu bisa
menimbulkan korban ketika tidak dapat diselesaikan dengan baik. Pertikaian
terjadi karena perbedaan dipertajam oleh emosi/perasaan, apalagi didukung
pihak ketiga. Adapun sebab-sebabnya ialah sebagai berikut.
a. Perbedaan budaya yang melatarbelakangi sikap atau pendirian
kelompok yang menyebabkan pertentangan antarkelompok.
b. Perbedaan pendirian atau sikap yang tidak terkendali oleh akal.
c. Bentrokan kepentingan, misalnya bidang ekonomi, politik, dan
sebagainya.
d. Perubahan sosial yang diiringi perubahan sikap tentang nilai tertentu
sebagai akibat perubahan atau disorganisasi.
Dalam setiap kelompok sosial selalu ada benih-benih pertentangan,
namun setiap kaliterjadi konfliktapat menjadi reda jika ada sikap toleransi dan
interaksi sosial guna memelihara hubungan. Sebaliknya, jika benih
pertentangan dibiarkan berkembang, maka keutuhan kelompok sosial akan
pudar, sebab segala perasaan tidak puas semakin meluap dan disusul perang
terbuka. Secara umum, konfliktupakan wujud kegairahan sosial, di mana
konfliktiasanya menghasilkan keseimbangan dan penyesuaian, menyusul suatu
perubahan.
Dalam kelompok sosial berstruktur terbuka, misalnya sengaja
diciptakan konfliktar diperoleh berbagai masukan. Hasil dari suatu konfliktapat
berupa berikut ini.
a. Solidaritas bertambah.
b. Persatuan retak atau hancur.
c. Perubahan kepribadian atau sikap.
d. Korban jiwa dan harta (perang). Akomodasi atau dominasi.
Bila kekuatan pihak yang bertikai berimbang dan disusul perubahan
sikap dan penyesuaian diri pada kondisi perubahan, maka disebut akomodasi.
Jika kekuatan tidak seimbang, lalu pihak terkuat atau terbesar memaksakan
pendiriannya, maka disebut dominasi. Konfliktapat berupa seperti berikut ini.
a. Konfliktribadi.
b. Konfliktasial dan kebudayaan.
c. Konflik antar-kelas sosial.
d. Konflik ptolitik dan pengaruh.
e. Konflikternasional.

E. Dinamika Sosial
Dinamika sosial yang terjadi di dalam masyarakat memang menarik
untuk dibahas. Istilah dinamika sosial salah satu cabang ilmu sosiologi yang
mempelajari tentang perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial. Memang
ada banyak sekali turunan dari dinamika sosial. Diantaranya membahas tentang
pengendalian sosial, penyimpangan sosial, mobilitas sosial, perubahan sosial,
dan masih banyak lagi.
A) Pengertian Dinamika Sosial Menurut Para Ahli
1. Gillin dan Gillin
Gillin dan gillin mengerti bahwa dinamika sosial sebagai cara
seseorang menerima hidup yang bentuknya bervariasi. Terjadinya variasi bisa
karena dipengaruhi adanya perubahan kondisi geografis, komposisi penduduk,
kebudayaan materiil, ideologi ataupun karena terjadi difusi. Termasuk juga
apabila ditemukan temuan baru di lapisan masyarakat juga dapat
mempengaruhi terjadinya perubahan sosial.

2. William F. Ogburn

William mendefinisikan dinamika sosial adalah perubahan sosial yang


meliputi unsur kebudayaan. Baik itu kebudayaan yang bersifat material
maupun immaterial.

3. Kark Marx
Pengertian dinamika sosial menurut Karl Marx dapat dipandang
sebagai revolusi yang terjadi pada masyarakat demi memperoleh hak-hak
mereka yang dirampas oleh kaum borjuis. Dampak terjadinya perubahan sosial
menciptakan tatanan kehidupan yang sosialis tanpa sekat pemisah dengan yang
lain. Perubahan sosial menurut Karl Marx menekankan pada perubahan dari
feodal ke kapitalis yang pada akhirnya nanti akan mengarah pada sosialisme.

4. Kingsley Davis
Berbeda dengan pendapat Kingsley Davis yang mendefinisikan
dinamka sosial sebagai bentuk perubahan yang dapat ditandai adanya
perubahan di apisan struktur dan fungsi masyarakat.

5. Munandar Soelaiman
Pengertian perubahan sosial menurut Munandar Soelaiman merupakan
timbulnya dorongan perubahan sosial yang justru diawali dari organisasi sosial
sebagai bentuk kontinuitas dan disorganisasi sosial yang mengakumulasi atas
kekacauan dan kontrol sosial yang tidak efektif.

6. Selo Soemardjan
Sementara menurut Soemardjan, perubahan sosial merupakan bentuk
perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan. Perubahan inilah yang
komponen masyarakat yang kemudian akan menciptakan perubahan baik
secara progresif dapat mempengaruhi sistem sosial, mempengaruhi nilai sikap
perilaku individu ataupun kelompok masyarakat.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan dinamika
sosial adalah Segala bentuk perubahan yang terjadi dalam komponen
masyarakat yang terjadi atas kurun waktu tertentu. Dinamika yang ada di sosial
mendorong adanya interaksi antara ataupun retrogresif.

B) Faktor Pendukung Dinamika Sosial


Setiap kali ada permasalahan, pasti ada yang nama nya sebab dan akibat.
Termasuk juga dengan dinamika sosial. Terjadinya dinamika di masyarakat
sosial disebabkan oleh beberapa faktor, sebagai berikut.
1. Perubahan Struktur Sosial
Dalam prakteknya, orang satu dengan orang lain akan melakukan
interaksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Nah, salah satu faktor
yang menimbulkan dinamika sosial karena terjadi perubahan struktur
sosial itu sendiri.
Misalnya ada nya ancaman dari luar, sehingga mendorong masyarakat
mengalami dampak perilaku dan sikap. Contoh, kasus Klitih di
Yogyakarta yang beberapa hari belakangan kembali muncul.
Dampaknya, warga Yogyakarta, baik itu muda dan tua. Mereka sangat
membatasi keluar rumah untuk meminimalisir tindakan klitih.
2. Pergantian Anggota
Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya dinamika sosial, yaitu
terjadinya pergantian anggota. Meskipun pergantian anggota tidak
berdampak signifikan, namun tetap terjadi kegoncangan. Terutama jika
anggota yang pergi atau yang digantikan memiliki power, pengaruh dan
kedudukan penting dalam struktur sosial.
3. Perubahan Situasi Sosial dan Ekonomi
Kita tahu bahwa Indonesia salah satu negara multi etnis yang memiliki
keberagaman luar biasa di banyak hal. Mulai dari keberagaman
beragaman, keberagaman bahasa, keberagaman budaya dan masih
banyak perbedaan yang kita miliki. Uniknya, Indonesia memiliki
persatuan dan kesatuan yang luar biasa.
Jika sampai terjadi perubahan sosial secara mendasar dan terjadi
perubahan yang fundamental (misal Indonesia di jajah) sehingga
mengalami tekanan dan ketidakadilan. Maka masyarakat Indonesia meski
berbeda-beda dapat bersatu melawan dan menghadapi perubahan
sosial tersebut demi mendapatkan hak-hak mereka.

C) Aspek-Aspek Dinamika Sosial

Tidak dapat dipungkiri jika dinamika yang ada di sosial dipengaruhi


oleh banyak faktor. Sementara Jika ditinjau dari segi aspek dinamika sosial,
dibagi menjadi sebagai berikut.

1. Sistem Sosial
Aspek dinamika sosial adalah aspek paling penting. Dimana di
dalam sistem sosial itu sendiri digolongkan berdasarkan pada
pengelompokan berdasarkan umur, pendapatan dan masih banyak lagi.
2. Pola Umum
Aspek Yang kedua dalam dinamika sosial adalah pola umum. Pola
umum adalah segala bentuk Perubahan yang paling umum terjadi dan
dialami oleh masyarakat. Misalnya terjadinya perubahan jumlah penduduk
disuatu wilayah kota setiap tahun atau dalam kurun waktu tertentu.
3. Kejelasan Tingkat Perhitungan
Aspek Tingkat Perhitungan Juga Menjadi Aspek Yang Wajib Ada.
Segala Hal Yang Terjadi Dalam Dinamika Sosial Dapat Dihitung Secara
Jelas. Perhitungan Yang Diperoleh Berdasarkan Data Jika Dikumpulkan
Data Dapat Digunakan Untuk Membuat Prediksi Ataupun Rekayasa,
Sehingga Membantu Dalam Menangani Permasalahan Yang Terjadi.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah kerja sama ( cooperation ),
persaingan ( competation ), akomodasi (accommodation ) dan bahkan dapat
juga berbentuk pertentangan atau pertikaian ( conflict ).
Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Sebelum mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial, perlu diketahui
juga beberapa ciri-cirinya. Berikut ciri-ciri interaksi sosial.

 Jumlah pelaku lebih dari satu orang,


 Adanya komunikasi menggunakan simbol-simbol tertentu. Simbol yang paling
umum digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa.
 Dalam interaksi sosial juga ada dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa kini, dan
masa depan.

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif

Sama halnya yang sudah dijelaskan di atas, interaksi sosial asosiatif adalah
bentuk interaksi sosial positif yang mengarah pada kesatuan dan kerja sama.

 Kerja sama
 Akomodasi
 Asimilasi
 Akultrasi

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif


Seperti sudah disebutkan di atas, interaksi sosial disosiatif adalah
bentuk interaksi sosial yang lebih mengarah kepada konflik dan perpecahan,
baik individu maupun kelompok
Dinamika Sosial
Dinamika sosial yang terjadi di dalam masyarakat memang menarik
untuk dibahas. Istilah dinamika sosial salah satu cabang ilmu sosiologi yang
mempelajari tentang perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial. Memang
ada banyak sekali turunan dari dinamika sosial. Diantaranya membahas tentang
pengendalian sosial, penyimpangan sosial, mobilitas sosial, perubahan sosial,
dan masih banyak lagi.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami sampaikan dengan segala kemampuan


kami mencari dan menganalisa serta menulis materi dari berbagai sumber
referensi yang ada. Atas segala kekurangan kami mohon kiranya masukan dan
saran untuk perbaikan makalah ini. Jazakallahukhairankatsiran.
DAFTAR PUSTAKA

Syarbaini,Syahrial. Fatkhuri. Teori Sosiologi.Bogor:Ghalia Indonesia.2016.

Sokanto,Soerjono.Sosiologi Suatu Pengantar.Ed.Revisi,Cet.47. Jakarta:Rajawali Pers,


2015.

Budiati, A. C. Sosiologi Kontekstual.Jakarta. 2009

Elisanti dan Rostini, T. Sosiologi . Jakarta. 2009

Ruswanto (2009). Sosiologi: SMA / MA Kelas X.

Sudarmi, S., dan Indriyanto, W. (2009). Sosiologi 1

Suhardi dan Sunarti, S. (2009). Sosiologi 1: Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta

Sukardi, J.S., dan Rohman, A. (2009). Sosiologi: Kelas X untuk SMA / MA. Jakarta.

Waluya, B. (2009). Sosiologi 1: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk


Kelas X SMA / MA: Jakarta

Widianti, W. (2009). Sosiologi 1, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai