Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ASAS ASAS, TUGAS DAN FUNGSI PERADILAN


TATA USAHA NEGARA
Dosen Pengampu : Moh. Karneadi, M. E

DI SUSUN OLEH :

Ahmad Athour Rahman


Semester V A

HUKUM EKONOMI SYARI'AH

FAKULTAS SYARI'AH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI LOMBOK TIMUR

2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar hukum Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terdiri dari tiga instrumen,
yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004
(perubahan pertama dari UU No. 5 Tahun 1986) dan Undang-undang Nomor 51
Tahun 2009 (perubahan kedua dari UU No. 5 Tahun 1986). Sebelum dikeluarkannya
UU No. 5 Tahun 1986, peradilan administrasi Indonesia masih bersifat semu. PTUN
pada masa itu merupakan peradilan administratif yang terdapat dalam ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor II/MPRS/1960.
Semu dalam arti peradilan administrasi Indonesia bersifat tidak bebas karena tidak
lepas dari pengaruh kekuasaan eksekutif dan kekuasaan pembuat undang-undang.
Sebagai penganut negara hukum sesuai Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945[4], tentu saja
keadaan itu merupakan penyimpangan dari negara hukum. Semua kekuasaan, baik di
bidang legislatif, eksekutif, maupun yudikatif, saat itu tersentralisasikan di tangan
Presiden.
Pada dekade berikutnya, berdasarkan Pasal 24 UUD 1945, dikeluarkanlah UU No.
14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman Pasal 10
juncto Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 10.
UU ini menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam
lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata
usaha negara.
Berdasarkan UU Kekuasaan Kehakiman, dibentuklah UU No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Dengan adanya UU ini, di samping semakin
mengukuhkan eksistensi PTUN di Indonesia, juga membuat semakin terjaminnya
perlindungan hukum terhadap warga masyarakat atas perbuatan penguasa.
Masyarakat yang keberatan dengan keputusan yang dikeluarkan pemerintah, bisa
melayangkan gugatan ke PTUN.
Ketentuan mengenai penyelesaian sengketa administrasi melalui peradilan tata
usaha negara itu terdapat dalam Pasal 53 Ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986, berbunyi,
“Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu keputusan tata usaha negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada
pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar keputusan tata usaha negara
yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai
tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi.”1

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Asas-asas Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara?
2. Apa Tugas dan Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara?

1
BAB II

PEMBAHASAN

Tujuan pembentunkan Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana tersebut dalam


Keterangan Pemerintah di Hadapan Sidang Paripurna DPR RI mengenai RUU PTUN tanggal
25 April 1986 adalah :

1. Memberikan perlindungan hak- hak rakyat yang bersumber pada hak – hak individu
2. Memberikan perlindungan terhadap hak – hak masyarakat yang didasarkan kepada
kepentingan bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat tersebut.

Dengan tujuan tersebut, dapat pula dimaknai bahwa fungsi Peradilan Tata Usaha Negara
sebenarnya adalah sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik yang timbul antara
Pemerintah ( Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara ) dengan rakyat ( orang perorangan
maupun badan hukum perdata ) sebagai akibat dari dikeluarkannya atau tidak dikeluarkannya
keputusan tata usaha Negara.

Pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara apabila dilihat dari segi teori, maka menurut
F.J. Stahl dalam karyanya Philosophie des rechts , maka dibentuknya lembaga peradilan
administrasi adalah upaya pemenuhan terhadap teori Negara hukum, yang meliputi :

1. Mengakui dan melindungi hak- hak asasi manusia


2. Untuk melindungi hak-hak asasi tersebut maka penyelenggara Negara harus
berdasarkan pada trias politica
3. Dalam menjalankan tugasnya, pemerintah berdasar atas undang-undang
4. Apabila dalam tugasnya berdasarkan undang-undang pemerintah masih melanggar
hak asasi ( adanya campur tangan pemerintah dalam kehidupan pribadi seseorang ) ,
maka ada pengadilan administrasi yang akan menyelesaikan.

Dengan demikian menjadi unsure yang penting adanya peradilan administrasi


tersebut, dan Indonesia sejak dikeluarkannya UU 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara yang mulai efektif berlaku sejak tahun 1991 sudah memenuhi salah satu unsure dari
teori Negara hukum.
A. Asas-asas dalam Peradilan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut :

1. Asas Praduga rechtmatig , yang mengandung makna bahwa setiap tindakan penguasa
selalu harus dianggap benar rechtmatig sampai ada pembatalannya. Dengan asas ini,
gugatan tidak menunda pelaksanaan keputusan Tata Usaha Negara yang digugat ;
2. Asas Pembuktian Bebas Hakim yang menetapkan beban pembuktian. Hal ini berbeda
dengan ketentuan Pasal 1865 BW. Asas ini dianut Pasal 107 UU 5/1986, kemudian
dibatasi dengan ketentuan pada Pasal 100 UU5/1986;
3. Asas Keaktifan Hakim ( dominus litis ), keaktifan hakim dimaksudkan untuk
mengimbangi kedudukan para pihak yang tidak seimbang. Pihak tergugat adalah
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang tentu menguasai betul peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan kewenangan dan atau dasar dikeluarkan
keputusan yang digugat, sedangkan pihak Penggugat adalah orang perorang atau
badan hukum perdata yang dalam posisi lemah, karena belum tentu mereka
mengetahui betul peraturan perundang-undangan yang dijadikan sumber untuk
dikeluarkannya keputusan yang digugat;
4. Asas putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan mengikat ( erga omnes ) ,
Sengkata TUN adalah sengketa diranah hukum public, yang tentu akibat hukum yang
timbul dari putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, akan
mengikat tidak hanya para pihak yang bersengketa namun berdasarkan asas putusan
tersebut akan mengikat siapa saja.

Menurut Indroharto (1993:43 ) Untuk melakukan control terhadap tindakan hukum


pemerintah dalam bidang hukum public harus memperhatikan cirri-ciri sebagai berikut :

1. Sifat atau karakteristik dari suatu keputusan TUN yang selalu mengandung asas
praesumptio iustae causa , yaitu suatu Keputusan Tata Usaha Negara ( Beschikking )
harus selalu dianggap sah selama belum dibuktikan sebaliknya sehingga pada
prinsipnya harus selalu dapat segera dilaksanakan ;
2. Asas perlindungan terhadap kepentingan umum atau public yang menonjol disamping
perlindungan terhadap individu ;
3. Asas self respect atau self obidence dari aparatur pemerintah terhadap putusan-
putusan peradilan administrasi, karena tidak dikenal adanya upaya pemaksa yang
langsung melalui juru sita seperti halnya dalam prosedur hukum perdata.
`Dengan asas dan cirri khusus ini menjadi sangat penting untuk diketahui oleh
siapapun juga yang berkeinginan mengajukan gugatan ke PTUN agar dalam
mengajukan gugatan tersebut tepat dan menghasilkan putusan yang diharapkan.2

B. Adapun Tugas pokok PTUN sebagai berikut :


1. Menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara
pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta), dengan berpedoman
pada Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor: 9 Tahun
2004 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 dan ketentuan dan ketenuan
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan, serta petunjuk-petunjuk
dari Mahkamah Agung Republik Indonesia (Buku Simplemen Buku I, Buku II,
SEMA, PERMA, dll).
2. Meneruskan sengketa-sengketa Tata Usaha Negara ke Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN) dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN) yang
berwenang.
3. Peningkatan kualitas dan profesionalisme Hakim pada Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta (PTUN Jakarta), seiring peningkatan integritas moral dan karakter
sesuai Kode Etik dan Tri Prasetya Hakim Indonesia, guna tercipta dan
dilahirkannya putusan-putusan yang dapat dipertanggung jawabkan menurut
hukum dan keadilan, serta memenuhi harapan para pencari keadilan
(justiciabelen).
4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Peradilan guna
meningkatan dan memantapkan martabat dan wibawa Aparatur dan Lembaga
Peradilan, sebagai benteng terakhir tegaknya hukum dan keadilan, sesuai tuntutan
Undang-Undang Dasar 1945.
5. Memantapkan pemahaman dan pelaksanaan tentang organisasi dan tata kerja
Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, sesuai Keputusan Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: KMA/012/SK/III/1993, tanggal 5
Maret 1993 tentang Organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha
Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
6. Membina Calon Hakim dengan memberikan bekal pengetahuan di bidang hukum
dan administrasi Peradilan Tata Usaha Negara agar menjadi Hakim yang
profesional.
2
Adapun Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara antara lain :

1. Melakukan Pembinaan Pejabat Struktural dan Fungsional Serta Pegawai Lainnya,


Baik Menyangkut Administrasi, Tekhnis, Yustisial Maupun Administrasi Umum.
2. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku hakim dan
pegawai lainnya.
3. Menyelenggarakan sebagian kekuasaan negara dibidang kehakiman.3

3
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dasar hukum Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terdiri dari tiga instrumen, yaitu
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 (perubahan
pertama dari UU No. 5 Tahun 1986) dan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009
(perubahan kedua dari UU No. 5 Tahun 1986). Sebelum dikeluarkannya UU No. 5 Tahun
1986, peradilan administrasi Indonesia masih bersifat semu. PTUN pada masa itu
merupakan peradilan administratif yang terdapat dalam ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor II/MPRS/1960.
Asas-asas dalam Peradilan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut :
1. Asas Praduga rechtmatig
2. Asas Pembuktian Bebas Hakim yang menetapkan beban pembuktian
3. Asas Keaktifan Hakim ( dominus litis )
4. Asas putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan mengikat ( erga omnes )
Adapun Tugas pokok PTUN sebagai berikut :
1. Menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara
pada Pengadilan Tata Usaha Negara
2. Meneruskan sengketa-sengketa Tata Usaha Negara ke Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN)
3. Peningkatan kualitas dan profesionalisme Hakim pada Pengadilan Tata Usaha
Negara
4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Peradilan
5. Memantapkan pemahaman dan pelaksanaan tentang organisasi dan tata kerja
Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara
6. Membina Calon Hakim dengan memberikan bekal pengetahuan di bidang hukum
dan administrasi Peradilan Tata Usaha Negara
Adapun Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara antara lain :
1. Melakukan Pembinaan Pejabat Struktural dan Fungsional Serta Pegawai Lainnya,
Baik Menyangkut Administrasi, Tekhnis, Yustisial Maupun Administrasi Umum.
2. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku hakim dan
pegawai lainnya.
3. Menyelenggarakan sebagian kekuasaan negara dibidang kehakiman

DAFTAR PUSTAKA

https://lovinasoenmi.wordpress.com/2018/01/23/peradilan-tata-usaha-negara/

http://www.edipranoto.com/2011/04/asas-asas-hukum-acara-ptun.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengadilan_Tata_Usaha_Negara

Anda mungkin juga menyukai