Fajar Majid
Fajar Majid
Oleh Kelompok I:
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur hanya milik Allah SWT. Atas karunianya dan limpahan rahmat,
Kesehatan, beserta ilmu yang dititipkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah Hukum Acara Peradilan Agama.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami mengharap kritikan serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini. Sekian dan terimakasih.
( Kelompok 1 )
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Peradilan Agama Dan Peradilan Islam
B. Hukum Acara Perdata Peradilan Umum Dan Peradilan Agama
C. Susunan Badan Peradilan Di Indonesia
D. Titelatuer Badan Peradilan Agama
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem peradilan di Indonesia adalah suatu mekanisme yang mengatur
penyelesaian sengketa dan penerapan hukum di negara ini. Di Indonesia, terdapat
beberapa jenis peradilan yang berfungsi untuk menangani kasus-kasus yang berbeda,
yang mencakup Peradilan Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Fokus dari makalah ini adalah pada Peradilan Agama dan Peradilan Islam, serta Hukum
Acara Perdata di Peradilan Umum, bersama dengan susunan badan peradilan dan titelatur
di dalam Badan Peradilan Agama.
Peradilan Agama dan Peradilan Islam adalah bagian integral dari sistem hukum
Indonesia. Peradilan Agama berwenang untuk menangani perkara-perkara yang
berkaitan dengan hukum keluarga, seperti perceraian, waris, dan wakaf. Sementara itu,
Peradilan Islam lebih fokus pada penegakan hukum syariah dan perkara-perkara yang
berkaitan dengan hukum Islam.
Hukum Acara Perdata di Peradilan Umum mengacu pada aturan dan prosedur yang
mengatur tata cara dalam mengajukan, memproses, dan menyelesaikan perkara-perkara
yang melibatkan subjek hukum perdata. Hal ini mencakup berbagai jenis kasus, mulai
dari sengketa bisnis, gugatan perdata, hingga perkara kehutanan.
Susunan badan peradilan di Indonesia mencakup beberapa tingkatan, yaitu
Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi, Pengadilan Tinggi sebagai tingkat
banding, dan Pengadilan Negeri sebagai tingkat pertama. Di samping itu, Badan
Peradilan Agama adalah lembaga yang memiliki yurisdiksi khusus untuk menangani
perkara-perkara yang berkaitan dengan hukum Islam dan hukum keluarga.
Titelatur Badan Peradilan Agama adalah sistem pengaturan internal yang mengatur
hakim-hakim, panitera, dan struktur administratif lainnya di Badan Peradilan Agama. Ini
meliputi kualifikasi dan syarat-syarat untuk menjabat sebagai hakim agama, etika
profesional, dan prosedur dalam menangani perkara di Peradilan Agama.
Makalah ini akan menyelidiki secara rinci setiap komponen tersebut, dengan tujuan
untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang sistem peradilan di
Indonesia, khususnya fokus pada Peradilan Agama dan Peradilan Islam, Hukum Acara
Perdata di Peradilan Umum, serta struktur dan titelatur Badan Peradilan Agama.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Peradilan Agama Dan Peradilan Islam?
2. Apa Hukum Acara Perdata Peradilan Umum Dan Peradilan Agama?
3. Bagaimana Susunan Badan Peradilan Di Indonesia?
4. Apa Titelatuer Badan Peradilan Agama?
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Itu Peradilan Agama Dan Peradilan Islam?
2. Mengetahui Apa Hukum Acara Perdata Peradilan Umum Dan Peradilan Agama?
3. Mengetahui Bagaimana Susunan Badan Peradilan Di Indonesia?
4. Mengetahui Apa Titelatuer Badan Peradilan Agama?
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Cahyani, Andi Intan. "Peradilan Agama Sebagai Penegak Hukum Islam Di Indonesia." Jurnal Al-
Qadau: Peradilan Dan Hukum Keluarga Islam 6.1 (2019): 119-132.
2
Sulistiani, Siska Lis. Peradilan Islam. Bumi Aksara, 2021.
3
Ahmad, R. "Peradilan Agama di Indonesia." YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum
Islam 6.2 (2015): 311-339.
5
di Peradilan Islam mengacu pada aturan hukum Islam dan syariah, dan dapat berbeda
dengan proses peradilan umum pada umumnya.4
Penting untuk diingat bahwa meskipun Peradilan Agama dan Peradilan Islam
memiliki fokus pada hukum Islam dan hukum keluarga, mereka tetap berada di dalam
sistem hukum nasional Indonesia. Oleh karena itu, putusan-putusan mereka dapat dikaji
dan dievaluasi di tingkat banding dan kasasi dalam hierarki peradilan nasional.
6
Pengadilan Agama, sebagai lembaga di tingkat kabupaten/kota, menjadi panggung utama
bagi penyelesaian perkara-perkara ini.6
Kedua jenis peradilan ini memiliki hierarki peradilan yang memungkinkan pihak
yang tidak puas dengan keputusan pengadilan tingkat pertama untuk mengajukan
banding ke tingkat yang lebih tinggi, seperti Pengadilan Tinggi dan bahkan Mahkamah
Agung. Dengan adanya Hukum Acara Perdata, sistem peradilan Indonesia dijamin
beroperasi dengan tata cara yang terstruktur dan jelas, memastikan bahwa setiap proses
persidangan berlangsung sesuai dengan standar hukum yang berlaku.
Sebagai inti dari sistem peradilan, Hukum Acara Perdata memegang peran sentral
dalam memastikan keadilan dan keabsahan putusan pengadilan. Dengan demikian,
melalui implementasi Hukum Acara Perdata, masyarakat dapat memiliki keyakinan
bahwa sengketa akan diselesaikan dengan adil dan sesuai dengan norma-norma hukum
yang berlaku, baik di ranah umum maupun di bidang agama.
6
Sulaikin Lubis, S. H. Hukum acara perdata peradilan agama di Indonesia. Kencana, 2018.
7
Syamsuadi, Amir, and S. IP. "Susunan Pemerintahan Indonesia dan Kewenangannya."
7
Pengadilan Tata Usaha Negara memiliki kewenangan khusus dalam
memeriksa dan memutuskan sengketa hukum administratif antara warga negara
dengan pemerintah atau badan hukum publik (4). PTUN memastikan bahwa
kebijakan dan tata cara pemerintah dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku.
4. Badan Peradilan Agama (BPA)
Badan Peradilan Agama adalah lembaga khusus yang menangani perkara-
perkara yang berkaitan dengan hukum Islam dan hukum keluarga (5). Di tingkat
kabupaten/kota, BPA berwenang untuk menangani perkara-perkara perdata dan
pidana yang memiliki kaitan dengan hukum Islam.
5. Pengadilan Anak (PA)
Pengadilan Anak bertugas memutuskan perkara yang melibatkan anak yang
melakukan tindak pidana atau yang terlibat dalam sengketa hukum lainnya (6). PA
memiliki yurisdiksi khusus dalam memeriksa perkara-perkara yang melibatkan anak
di bawah umur.
6. Pengadilan Militer (PM)
Pengadilan Militer menangani perkara-perkara yang berkaitan dengan tindak
pidana militer atau pelanggaran kedisiplinan di lingkungan militer (7). PM memiliki
yurisdiksi untuk memeriksa dan memutuskan perkara-perkara yang melibatkan
personel militer.
7. Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga independen yang bertugas memeriksa
dan memutuskan tentang konstitusionalitas undang-undang serta menyelesaikan
perselisihan kewenangan antara lembaga negara (8). MK memiliki wewenang
tertinggi dalam menafsirkan dan menerapkan Konstitusi Indonesia.
Masing-masing dari badan peradilan ini memiliki peran dan yurisdiksi khusus,
memastikan bahwa setiap jenis perkara ditangani oleh instansi yang kompeten dan sesuai
dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, keadilan dijalankan dengan
adil dan sesuai dengan norma-norma hukum yang berlaku di negara ini.
8
terdiri dari beberapa tingkatan, masing-masing memiliki fungsi dan wewenangnya
sendiri.
Pertama, pada tingkatan terendah, terdapat Pengadilan Agama Tingkat Pertama
(PA Tingkat Pertama). PA Tingkat Pertama merupakan lembaga peradilan di tingkat
kabupaten/kota yang menjadi tempat pertama kali diajukannya suatu perkara. Di sini,
hakim-hakim memeriksa dan memutuskan perkara-perkara perdata dan pidana yang
memiliki kaitan dengan hukum Islam dan keluarga. PA Tingkat Pertama berperan
sebagai pintu masuk bagi masyarakat yang ingin menyelesaikan sengketa atau perkara
hukum yang bersifat agama.
Kedua, terdapat Pengadilan Agama Tingkat Banding (PA Tingkat Banding)
sebagai tingkatan di atas PA Tingkat Pertama. PA Tingkat Banding memiliki wewenang
untuk memeriksa dan memutuskan banding atas putusan yang dikeluarkan oleh PA
Tingkat Pertama. Dalam hal ini, PA Tingkat Banding memastikan bahwa keputusan PA
Tingkat Pertama telah diterapkan secara benar dan adil sesuai dengan hukum yang
berlaku. Putusan dari tingkat ini dapat mempengaruhi hasil akhir dari suatu perkara.
Ketiga, di puncak struktur Badan Peradilan Agama, terdapat Mahkamah Syariah
(MS) atau Mahkamah Agung Mahkamah Syariah (MA-MS). MS memiliki yurisdiksi
tertinggi dalam menafsirkan dan menerapkan hukum Islam di Indonesia. Putusan MS
memiliki dampak besar dalam menetapkan preseden hukum di bidang ini dan menjadi
rujukan utama dalam penyelesaian perkara-perkara hukum Islam. MA-MS adalah tingkat
banding dari putusan MS, memastikan bahwa keputusan MS telah diterapkan secara
benar.
Keempat, Badan Peradilan Agama juga memiliki unsur administratif yang
mendukung kegiatan peradilan. Bagian administrasi ini meliputi pos-pos seperti panitera
dan bendahara, yang bertanggung jawab atas administrasi dan tata kelola internal dari
Badan Peradilan Agama. Fungsi ini membantu memastikan bahwa proses peradilan
berjalan secara efisien dan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.8
Kelima, setiap tingkatan dalam struktur Badan Peradilan Agama memiliki hakim
dan staf pendukungnya sendiri. Hakim bertugas memeriksa dan memutuskan perkara
yang diajukan ke pengadilan, sementara staf pendukung seperti panitera dan bendahara
membantu dalam administrasi dan proses persidangan. Dengan demikian, setiap
tingkatan dalam struktur Badan Peradilan Agama berperan penting dalam menegakkan
8
Ibrahim, Malik, et al. "Penyatuatapan Sistem Pembinaan Peradilan di Indonesia Era Reformasi dan
Pengaruhnya terhadap Otoritas Peradilan Agama." Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum 52.2 (2018):
261-287.
9
hukum Islam dan hukum keluarga di Indonesia, serta memastikan keadilan terwujud
dalam penyelesaian perkara-perkara yang berkaitan dengan agama.
BAB III
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat empat materi yang telah dijelaskan dari pertama hingga terakhir. Pertama,
adalah penjelasan mengenai Peradilan Agama dan Peradilan Islam. Kedua, membahas
Hukum Acara Perdata yang mencakup prosedur dalam menangani sengketa perdata.
Ketiga, adalah tentang susunan Badan Peradilan di Indonesia, yang mencakup berbagai
tingkatan peradilan dengan fungsinya masing-masing. Terakhir, adalah tentang Titelatur
Badan Peradilan Agama, yaitu struktur organisasi dan hierarki peradilan khusus untuk
penyelesaian perkara hukum Islam dan keluarga.
Dari empat materi ini, dapat disimpulkan bahwa sistem peradilan di Indonesia
merupakan suatu struktur yang kompleks dan terorganisir dengan baik. Setiap tingkatan
peradilan memiliki peran dan wewenangnya sendiri dalam menegakkan hukum dan
memberikan keadilan kepada masyarakat. Badan Peradilan Agama khususnya, memiliki
struktur yang terdiri dari tiga tingkatan, yakni Pengadilan Agama Tingkat Pertama,
Pengadilan Agama Tingkat Banding, dan Mahkamah Syariah. Masing-masing tingkatan
memiliki tugas dan wewenangnya sendiri dalam menangani perkara-perkara hukum
Islam dan keluarga. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki sistem peradilan
yang terstruktur dan komprehensif untuk menangani berbagai jenis perkara, baik dari
aspek hukum perdata maupun hukum agama.
DAFTAR PUSTAKA
11
Ibrahim, Malik, et al. "Penyatuatapan Sistem Pembinaan Peradilan di Indonesia Era
Reformasi dan Pengaruhnya terhadap Otoritas Peradilan Agama." Asy-Syir'ah:
Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum.
Syamsuadi, Amir, and S. IP. "Susunan Pemerintahan Indonesia dan Kewenangannya."
Sulaikin Lubis, S. H. Hukum acara perdata peradilan agama di Indonesia. Kencana.
Sulistiani, Siska Lis. Peradilan Islam. Bumi Aksara,.
Ahmad, R. "Peradilan Agama di Indonesia." YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum dan
Hukum Islam.
Gunawan, Hendra. "Sistem Peradilan Islam." Jurnal el-Qanuniy: Jurnal Ilmu-Ilmu
Kesyariahan dan Pranata Sosial.
Asikin, H. Zainal, and S. U. Sh. Hukum acara perdata di Indonesia. Prenada Media.
Cahyani, Andi Intan. "Peradilan Agama Sebagai Penegak Hukum Islam Di Indonesia." Jurnal
Al-Qadau: Peradilan Dan Hukum Keluarga Islam.
12