Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas:


Mata Kuliah : Hukum Acara Peradilan Agama
Dosen Pengampu : Dr. Husnawadi, MA

Oleh Kelompok I:

Ahmad Fajar Majid


Habib Tantowi
Durratun Nafis

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIÁH


FAKULTAS SYARIÁH
IAI HAMZANWADI NAHDLATUL WATHAN LOMBOK TIMUR
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur hanya milik Allah SWT. Atas karunianya dan limpahan rahmat,
Kesehatan, beserta ilmu yang dititipkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah Hukum Acara Peradilan Agama.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami mengharap kritikan serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini. Sekian dan terimakasih.

Anjani, 19 Oktober 2023

( Kelompok 1 )

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Peradilan Agama Dan Peradilan Islam
B. Hukum Acara Perdata Peradilan Umum Dan Peradilan Agama
C. Susunan Badan Peradilan Di Indonesia
D. Titelatuer Badan Peradilan Agama
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem peradilan di Indonesia adalah suatu mekanisme yang mengatur
penyelesaian sengketa dan penerapan hukum di negara ini. Di Indonesia, terdapat
beberapa jenis peradilan yang berfungsi untuk menangani kasus-kasus yang berbeda,
yang mencakup Peradilan Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Fokus dari makalah ini adalah pada Peradilan Agama dan Peradilan Islam, serta Hukum
Acara Perdata di Peradilan Umum, bersama dengan susunan badan peradilan dan titelatur
di dalam Badan Peradilan Agama.
Peradilan Agama dan Peradilan Islam adalah bagian integral dari sistem hukum
Indonesia. Peradilan Agama berwenang untuk menangani perkara-perkara yang
berkaitan dengan hukum keluarga, seperti perceraian, waris, dan wakaf. Sementara itu,
Peradilan Islam lebih fokus pada penegakan hukum syariah dan perkara-perkara yang
berkaitan dengan hukum Islam.
Hukum Acara Perdata di Peradilan Umum mengacu pada aturan dan prosedur yang
mengatur tata cara dalam mengajukan, memproses, dan menyelesaikan perkara-perkara
yang melibatkan subjek hukum perdata. Hal ini mencakup berbagai jenis kasus, mulai
dari sengketa bisnis, gugatan perdata, hingga perkara kehutanan.
Susunan badan peradilan di Indonesia mencakup beberapa tingkatan, yaitu
Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi, Pengadilan Tinggi sebagai tingkat
banding, dan Pengadilan Negeri sebagai tingkat pertama. Di samping itu, Badan
Peradilan Agama adalah lembaga yang memiliki yurisdiksi khusus untuk menangani
perkara-perkara yang berkaitan dengan hukum Islam dan hukum keluarga.
Titelatur Badan Peradilan Agama adalah sistem pengaturan internal yang mengatur
hakim-hakim, panitera, dan struktur administratif lainnya di Badan Peradilan Agama. Ini
meliputi kualifikasi dan syarat-syarat untuk menjabat sebagai hakim agama, etika
profesional, dan prosedur dalam menangani perkara di Peradilan Agama.
Makalah ini akan menyelidiki secara rinci setiap komponen tersebut, dengan tujuan
untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang sistem peradilan di
Indonesia, khususnya fokus pada Peradilan Agama dan Peradilan Islam, Hukum Acara
Perdata di Peradilan Umum, serta struktur dan titelatur Badan Peradilan Agama.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Peradilan Agama Dan Peradilan Islam?
2. Apa Hukum Acara Perdata Peradilan Umum Dan Peradilan Agama?
3. Bagaimana Susunan Badan Peradilan Di Indonesia?
4. Apa Titelatuer Badan Peradilan Agama?

C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Itu Peradilan Agama Dan Peradilan Islam?
2. Mengetahui Apa Hukum Acara Perdata Peradilan Umum Dan Peradilan Agama?
3. Mengetahui Bagaimana Susunan Badan Peradilan Di Indonesia?
4. Mengetahui Apa Titelatuer Badan Peradilan Agama?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peradilan Agama Dan Peradilan Islam


Peradilan Agama dan Peradilan Islam merupakan dua komponen penting dalam
sistem peradilan di Indonesia yang memiliki yurisdiksi khusus dalam menangani
perkara-perkara yang berkaitan dengan hukum Islam dan hukum keluarga. Namun,
keduanya memiliki perbedaan dalam ruang lingkup dan jenis perkara yang mereka
tangani.
Peradilan Agama adalah bagian dari sistem peradilan di Indonesia yang
memfokuskan pada penyelesaian perkara-perkara yang berkaitan dengan hukum
keluarga, seperti perceraian, waris, wakaf, dan masalah-masalah hukum lain yang
bersinggungan dengan aspek keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat. 1 Sedangkan
Peradilan Islam lebih khusus lagi fokus pada penegakan hukum syariah dan perkara-
perkara yang berkaitan dengan hukum Islam. Ini termasuk dalam penanganan perkara-
perkara pidana yang berkaitan dengan pelanggaran hukum Islam.2
Badan Peradilan Agama memiliki kewenangan di tingkat kabupaten/kota di seluruh
Indonesia. Setiap kabupaten/kota memiliki satu atau lebih Pengadilan Agama yang
berwenang menangani perkara-perkara yang masuk dalam yurisdiksinya. Peradilan
Agama mendasarkan putusan hukumnya pada hukum Islam (syariah) serta aturan hukum
nasional yang terkait dengan hukum keluarga dan keagamaan. Proses peradilan di
Peradilan Agama mengikuti aturan dan prosedur hukum acara perdata yang berlaku di
Indonesia, namun dengan penekanan pada aspek-aspek hukum keluarga dan agama.3
Peradilan Islam dapat dijumpai di beberapa daerah atau provinsi di Indonesia yang
telah mengimplementasikan sistem peradilan dengan basis hukum Islam. Meskipun
belum tersebar secara merata, ada beberapa provinsi di Indonesia yang memiliki sistem
Peradilan Islam aktif. Sumber hukum di Peradilan Islam adalah hukum Islam (syariah)
dan prinsip-prinsip hukum Islam yang berlaku. Namun, perlu diingat bahwa dalam
sistem hukum Indonesia, masih ada keterkaitan dengan hukum nasional. Proses peradilan

1
Cahyani, Andi Intan. "Peradilan Agama Sebagai Penegak Hukum Islam Di Indonesia." Jurnal Al-
Qadau: Peradilan Dan Hukum Keluarga Islam 6.1 (2019): 119-132.
2
Sulistiani, Siska Lis. Peradilan Islam. Bumi Aksara, 2021.
3
Ahmad, R. "Peradilan Agama di Indonesia." YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum
Islam 6.2 (2015): 311-339.

5
di Peradilan Islam mengacu pada aturan hukum Islam dan syariah, dan dapat berbeda
dengan proses peradilan umum pada umumnya.4
Penting untuk diingat bahwa meskipun Peradilan Agama dan Peradilan Islam
memiliki fokus pada hukum Islam dan hukum keluarga, mereka tetap berada di dalam
sistem hukum nasional Indonesia. Oleh karena itu, putusan-putusan mereka dapat dikaji
dan dievaluasi di tingkat banding dan kasasi dalam hierarki peradilan nasional.

B. Hukum Acara Perdata Peradilan Umum Dan Peradilan Agama


Hukum Acara Perdata adalah serangkaian aturan dan prosedur yang mengatur tata
cara atau tata tertib dalam menangani dan memutuskan perkara-perkara yang bersifat
perdata atau sengketa antara pihak-pihak yang memiliki hak-hak dan kewajiban hukum
di bidang sipil.5
Hukum Acara Perdata adalah rangkaian norma hukum yang mengatur mekanisme
penyelesaian sengketa di ranah perdata antara pihak-pihak yang terlibat dalam kehidupan
hukum sipil. Dalam konteks peradilan, Hukum Acara Perdata menjabarkan tata cara dari
awal pengajuan gugatan hingga akhir dari proses persidangan, termasuk di dalamnya
proses persiapan sidang, pengajuan bukti-bukti, pemanggilan saksi, serta pemberian
putusan oleh pengadilan. Hukum Acara Perdata merupakan dasar bagi sistem peradilan
untuk memastikan bahwa setiap sengketa diselesaikan secara adil dan sesuai dengan
norma-norma hukum yang berlaku.
Di Peradilan Umum, Hukum Acara Perdata berperan dalam menangani beragam
jenis perkara perdata. Ini meliputi sengketa bisnis, gugatan perdata, perkara kepailitan,
dan berbagai jenis sengketa perdata lainnya. Proses dimulai dengan pengajuan gugatan
oleh pihak yang merasa dirugikan di Pengadilan Negeri. Pada tahap persidangan, pihak
yang terlibat memiliki hak untuk menyajikan bukti-bukti dan memanggil saksi-saksi
untuk mendukung klaim atau pembelaan mereka. Setelah proses persidangan selesai,
hakim akan menerbitkan putusan berdasarkan hukum acara perdata.
Sementara itu, di Peradilan Agama, Hukum Acara Perdata diterapkan dalam
konteks kasus-kasus yang berkaitan dengan hukum keluarga dan agama. Ini mencakup
perceraian, waris, wakaf, dan masalah-masalah hukum lain yang memiliki implikasi
agama. Proses hukum di Peradilan Agama mirip dengan di Peradilan Umum, namun
dengan fokus yang lebih mendalam pada aspek hukum keluarga dan keagamaan.
4
Gunawan, Hendra. "Sistem Peradilan Islam." Jurnal el-Qanuniy: Jurnal Ilmu-Ilmu Kesyariahan dan
Pranata Sosial 5.1 (2019): 90-103.
5
Asikin, H. Zainal, and S. U. Sh. Hukum acara perdata di Indonesia. Prenada Media, 2019.

6
Pengadilan Agama, sebagai lembaga di tingkat kabupaten/kota, menjadi panggung utama
bagi penyelesaian perkara-perkara ini.6
Kedua jenis peradilan ini memiliki hierarki peradilan yang memungkinkan pihak
yang tidak puas dengan keputusan pengadilan tingkat pertama untuk mengajukan
banding ke tingkat yang lebih tinggi, seperti Pengadilan Tinggi dan bahkan Mahkamah
Agung. Dengan adanya Hukum Acara Perdata, sistem peradilan Indonesia dijamin
beroperasi dengan tata cara yang terstruktur dan jelas, memastikan bahwa setiap proses
persidangan berlangsung sesuai dengan standar hukum yang berlaku.
Sebagai inti dari sistem peradilan, Hukum Acara Perdata memegang peran sentral
dalam memastikan keadilan dan keabsahan putusan pengadilan. Dengan demikian,
melalui implementasi Hukum Acara Perdata, masyarakat dapat memiliki keyakinan
bahwa sengketa akan diselesaikan dengan adil dan sesuai dengan norma-norma hukum
yang berlaku, baik di ranah umum maupun di bidang agama.

C. Susunan Badan Peradilan Di Indonesia


Susunan Badan Peradilan di Indonesia mencakup beberapa tingkatan, mulai dari
tingkat teratas hingga tingkat pertama. Ini adalah bagian integral dari sistem peradilan
yang menegakkan hukum di negara ini. Berikut adalah susunan badan peradilan di
Indonesia:7
1. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung adalah lembaga pengadilan tertinggi di Indonesia yang
memiliki peran penting dalam menafsirkan dan mengaplikasikan hukum nasional.
Sebagai penafsir akhir hukum, MA memastikan konsistensi dalam interpretasi
hukum di seluruh wilayah Indonesia (1). Putusan MA memiliki dampak besar dalam
menetapkan preseden hukum nasional.
2. Pengadilan Tingkat Pertama (PN) dan Pengadilan Tinggi (PT)
Pengadilan Negeri (PN) adalah tingkat pertama dari peradilan umum di
Indonesia (3). Di sini, perkara pertama kali diajukan dan proses persidangan dimulai.
Pengadilan Tinggi (PT), di sisi lain, berperan sebagai tingkat banding dari putusan
Pengadilan Negeri (2). PT memeriksa apakah putusan PN telah diterapkan secara
benar dan adil.
3. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

6
Sulaikin Lubis, S. H. Hukum acara perdata peradilan agama di Indonesia. Kencana, 2018.
7
Syamsuadi, Amir, and S. IP. "Susunan Pemerintahan Indonesia dan Kewenangannya."

7
Pengadilan Tata Usaha Negara memiliki kewenangan khusus dalam
memeriksa dan memutuskan sengketa hukum administratif antara warga negara
dengan pemerintah atau badan hukum publik (4). PTUN memastikan bahwa
kebijakan dan tata cara pemerintah dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku.
4. Badan Peradilan Agama (BPA)
Badan Peradilan Agama adalah lembaga khusus yang menangani perkara-
perkara yang berkaitan dengan hukum Islam dan hukum keluarga (5). Di tingkat
kabupaten/kota, BPA berwenang untuk menangani perkara-perkara perdata dan
pidana yang memiliki kaitan dengan hukum Islam.
5. Pengadilan Anak (PA)
Pengadilan Anak bertugas memutuskan perkara yang melibatkan anak yang
melakukan tindak pidana atau yang terlibat dalam sengketa hukum lainnya (6). PA
memiliki yurisdiksi khusus dalam memeriksa perkara-perkara yang melibatkan anak
di bawah umur.
6. Pengadilan Militer (PM)
Pengadilan Militer menangani perkara-perkara yang berkaitan dengan tindak
pidana militer atau pelanggaran kedisiplinan di lingkungan militer (7). PM memiliki
yurisdiksi untuk memeriksa dan memutuskan perkara-perkara yang melibatkan
personel militer.
7. Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga independen yang bertugas memeriksa
dan memutuskan tentang konstitusionalitas undang-undang serta menyelesaikan
perselisihan kewenangan antara lembaga negara (8). MK memiliki wewenang
tertinggi dalam menafsirkan dan menerapkan Konstitusi Indonesia.
Masing-masing dari badan peradilan ini memiliki peran dan yurisdiksi khusus,
memastikan bahwa setiap jenis perkara ditangani oleh instansi yang kompeten dan sesuai
dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, keadilan dijalankan dengan
adil dan sesuai dengan norma-norma hukum yang berlaku di negara ini.

D. Titelatuer Badan Peradilan Agama


Tertatur Badan Peradilan Agama merujuk pada struktur hierarkis yang mengatur
organisasi dan operasional dari sistem peradilan agama di Indonesia. Badan Peradilan
Agama merupakan lembaga peradilan yang mengkhususkan diri dalam menangani
perkara-perkara yang berkaitan dengan hukum Islam dan hukum keluarga. Struktur ini

8
terdiri dari beberapa tingkatan, masing-masing memiliki fungsi dan wewenangnya
sendiri.
Pertama, pada tingkatan terendah, terdapat Pengadilan Agama Tingkat Pertama
(PA Tingkat Pertama). PA Tingkat Pertama merupakan lembaga peradilan di tingkat
kabupaten/kota yang menjadi tempat pertama kali diajukannya suatu perkara. Di sini,
hakim-hakim memeriksa dan memutuskan perkara-perkara perdata dan pidana yang
memiliki kaitan dengan hukum Islam dan keluarga. PA Tingkat Pertama berperan
sebagai pintu masuk bagi masyarakat yang ingin menyelesaikan sengketa atau perkara
hukum yang bersifat agama.
Kedua, terdapat Pengadilan Agama Tingkat Banding (PA Tingkat Banding)
sebagai tingkatan di atas PA Tingkat Pertama. PA Tingkat Banding memiliki wewenang
untuk memeriksa dan memutuskan banding atas putusan yang dikeluarkan oleh PA
Tingkat Pertama. Dalam hal ini, PA Tingkat Banding memastikan bahwa keputusan PA
Tingkat Pertama telah diterapkan secara benar dan adil sesuai dengan hukum yang
berlaku. Putusan dari tingkat ini dapat mempengaruhi hasil akhir dari suatu perkara.
Ketiga, di puncak struktur Badan Peradilan Agama, terdapat Mahkamah Syariah
(MS) atau Mahkamah Agung Mahkamah Syariah (MA-MS). MS memiliki yurisdiksi
tertinggi dalam menafsirkan dan menerapkan hukum Islam di Indonesia. Putusan MS
memiliki dampak besar dalam menetapkan preseden hukum di bidang ini dan menjadi
rujukan utama dalam penyelesaian perkara-perkara hukum Islam. MA-MS adalah tingkat
banding dari putusan MS, memastikan bahwa keputusan MS telah diterapkan secara
benar.
Keempat, Badan Peradilan Agama juga memiliki unsur administratif yang
mendukung kegiatan peradilan. Bagian administrasi ini meliputi pos-pos seperti panitera
dan bendahara, yang bertanggung jawab atas administrasi dan tata kelola internal dari
Badan Peradilan Agama. Fungsi ini membantu memastikan bahwa proses peradilan
berjalan secara efisien dan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.8
Kelima, setiap tingkatan dalam struktur Badan Peradilan Agama memiliki hakim
dan staf pendukungnya sendiri. Hakim bertugas memeriksa dan memutuskan perkara
yang diajukan ke pengadilan, sementara staf pendukung seperti panitera dan bendahara
membantu dalam administrasi dan proses persidangan. Dengan demikian, setiap
tingkatan dalam struktur Badan Peradilan Agama berperan penting dalam menegakkan
8
Ibrahim, Malik, et al. "Penyatuatapan Sistem Pembinaan Peradilan di Indonesia Era Reformasi dan
Pengaruhnya terhadap Otoritas Peradilan Agama." Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum 52.2 (2018):
261-287.

9
hukum Islam dan hukum keluarga di Indonesia, serta memastikan keadilan terwujud
dalam penyelesaian perkara-perkara yang berkaitan dengan agama.

BAB III

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat empat materi yang telah dijelaskan dari pertama hingga terakhir. Pertama,
adalah penjelasan mengenai Peradilan Agama dan Peradilan Islam. Kedua, membahas
Hukum Acara Perdata yang mencakup prosedur dalam menangani sengketa perdata.
Ketiga, adalah tentang susunan Badan Peradilan di Indonesia, yang mencakup berbagai
tingkatan peradilan dengan fungsinya masing-masing. Terakhir, adalah tentang Titelatur
Badan Peradilan Agama, yaitu struktur organisasi dan hierarki peradilan khusus untuk
penyelesaian perkara hukum Islam dan keluarga.
Dari empat materi ini, dapat disimpulkan bahwa sistem peradilan di Indonesia
merupakan suatu struktur yang kompleks dan terorganisir dengan baik. Setiap tingkatan
peradilan memiliki peran dan wewenangnya sendiri dalam menegakkan hukum dan
memberikan keadilan kepada masyarakat. Badan Peradilan Agama khususnya, memiliki
struktur yang terdiri dari tiga tingkatan, yakni Pengadilan Agama Tingkat Pertama,
Pengadilan Agama Tingkat Banding, dan Mahkamah Syariah. Masing-masing tingkatan
memiliki tugas dan wewenangnya sendiri dalam menangani perkara-perkara hukum
Islam dan keluarga. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki sistem peradilan
yang terstruktur dan komprehensif untuk menangani berbagai jenis perkara, baik dari
aspek hukum perdata maupun hukum agama.

DAFTAR PUSTAKA

11
Ibrahim, Malik, et al. "Penyatuatapan Sistem Pembinaan Peradilan di Indonesia Era
Reformasi dan Pengaruhnya terhadap Otoritas Peradilan Agama." Asy-Syir'ah:
Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum.
Syamsuadi, Amir, and S. IP. "Susunan Pemerintahan Indonesia dan Kewenangannya."
Sulaikin Lubis, S. H. Hukum acara perdata peradilan agama di Indonesia. Kencana.
Sulistiani, Siska Lis. Peradilan Islam. Bumi Aksara,.
Ahmad, R. "Peradilan Agama di Indonesia." YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum dan
Hukum Islam.
Gunawan, Hendra. "Sistem Peradilan Islam." Jurnal el-Qanuniy: Jurnal Ilmu-Ilmu
Kesyariahan dan Pranata Sosial.
Asikin, H. Zainal, and S. U. Sh. Hukum acara perdata di Indonesia. Prenada Media.
Cahyani, Andi Intan. "Peradilan Agama Sebagai Penegak Hukum Islam Di Indonesia." Jurnal
Al-Qadau: Peradilan Dan Hukum Keluarga Islam.

12

Anda mungkin juga menyukai