Anda di halaman 1dari 10

MODUL 26 : MENERAPAKAN TATA KELOLA

PERUSAHAAN

Tugas Praktek
Penyelenggara Pelatihan :
Tempat Penyelenggaraan : LYNN Hotel Yogyakarta
Kode Unit Kompetensi : K.64PRS00.026.1
Judul Unit Kompetensi : Menerapkan Tata Kelola Perusahaan
Nama Trainer : Alfi Wijaya
Nama Peserta : Rena Bangun Luhur
Tanggal : 21 Juli 2023

MENERAPKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Lengkapilah form berikut ini.


1 Mengidentifikasi Pilar-pilar Tata Kelola
1.1 Tujuan Penerapan Tata Kelola, meliputi :
1. Meningkatkan kinerja BPRS.
2. Melindungi pemangku kepentingan (stakeholders).
3. Meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan prinsip
syariah, serta mencerminkan nilai-nilai etika yang berlaku umum pada perbankan.

1.2 Sebutkan rujukan POJK untuk Penerapan Tata Kelola bagi BPRS, adalah :
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 24/POJK.03/2018 Tentang Penerapan Tata Kelola bagi
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, berlaku sejak diundangkan tanggal 10 Desember 2018

1.3 Sebutkan prinsip-prinsip dalam Tata Kelola BPRS :


1. Keterbukaan (Transparency)
2. Akuntabilitas (Accountability)
3. Pertanggungjawaban (Responsibility)
4. Independensi (Independency)
5. Kewajaran (Fairness)

1.4 Sebutkan cakupan penerapan tata kelola yang paling sedikit harus diwujudkan dalam
bentuk :
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
3. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah
4. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau fungsi komite
5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan BPRS
6. Penanganan benturan kepentingan
7. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern
8. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern
9. Batas Maksimum Penyaluran Dana
10. Rencana Bisnis BPRS
11. Transparasi kondisi keuangan dan non keuangan

1.5 Dalam menerapkan prinsip keterbukaan, BPRS wajib menyampaikan laporan penerapan
tata kelola lepada pemegang saham dan paling sedikit kepada :
1. Otoritas Jasa Keuangan
2. Asosiasi BPRS di Indonesia
3. Pemangku kepentingan melalui media internal yang dimilki BPRS.

1/10
MODUL 26 : MENERAPAKAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN

Tugas Praktek

2 Menerapkan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi dalam rangka Tata Kelola
2.1 Dalam rangka pemenuhan organisasi dan SDM Direksi, maka pengaturan jumlah Direksi
sesuai modal inti adalah :
1. BPRS yang memiliki modal inti paling sedikit Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) wajib memiliki paling sedikit 3 (tiga) orang anggota Direksi.
2. BPRS yang memiliki modal inti kurang dari Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) wajib memiliki paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi.

2.2 Sebutkan kewenangan dan tanggung jawab Direksi :


1. Bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan BPRS dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada pemegang saham melalui
RUPS.
2. Melakukan pengelolaan BPRS sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab
Direksi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BPRS dan ketentuan peraturan
perundang-undangan dengan memenuhi prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah.
3. Menerapkan prinsip tata kelola yang baik dalam setiap kegiatan usaha BPRS pada
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
4. Menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari satuan kerja atau
pejabat eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit
intern BPRS, akuntan publik, hasil pengawasan Dewan Komisaris, DPS, Otoritas
Jasa Keuangan, dan/atau otoritas lain yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Mengungkapkan kepada pegawai mengenai kebijakan BPRS yang bersifat strategis
di bidang kepegawaian.
6. Menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu kepada
Dewan Komisaris dan DPS.

2.3 Sebutkan larangan bagi Direksi :


1. Mayoritas anggota Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga atau semenda
sampai dengan derajat kedua dengan anggota Direksi lainnya; dan/atau anggota
Dewan Komisaris.
2. Anggota Direksi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dilarang
memiliki saham sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari modal disetor
BPRS.
3. Anggota Direksi dilarang merangkap jabatan sebagai anggota Direksi, anggota
Dewan Komisaris, anggota DPS, atau Pejabat Eksekutif pada lembaga keuangan,
badan usaha atau lembaga lain, kecuali sebagai pengurus organisasi atau lembaga
nonprofit sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugas sebagai Direksi BPRS.
4. nggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum yang mengakibatkan pengalihan
tugas, wewenang, dan tanggung jawab kepada pihak lain.
5. Anggota Direksi dilarang memanfaatkan BPRS untuk kepentingan pribadi, keluarga,
dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPRS.
6. Anggota Direksi dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari
BPRS, selain remunerasi dan fasilitas lain yang ditetapkan berdasarkan keputusan
RUPS dengan memperhatikan kewajaran dan/atau kesesuaian dengan ketentuan

2/10
MODUL 26 : MENERAPAKAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN

Tugas Praktek
peraturan perundang-undangan.

2.4 Apa maksud penerapan tata kelola dalam setiap kegiatan usaha BPRS pada seluruh
tingkatan atau jenjang organisasi :
1. Yang dimaksud dalam setiap kegiatan usaha BPRS adalah penerapan prinsip Tata
Kelola yang baik dalam setiap kegiatan usaha BPRS termasuk pada saat
penyusunan visi, misi, rencana bisnis, pelaksanaan kebijakan, dan pengawasan
intern pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
2. Yang dimaksud dengan “seluruh tingkatan atau jenjang organisasi” adalah mulai
dari tingkatan tertinggi, yaitu Direksi dan Dewan Komisaris termasuk DPS sampai
dengan tingkatan pegawai pelaksana.

2.5 Direksi wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap
anggota direksi, paling sedikit mencantumkan :
1. Pengaturan Etika Kerja
2. Waktu Kerja
3. Pengaturan Rapat
2.6 Kebijakan yang bersifat strategis di bidang kepegawaian antara lain kebijakan mengenai :
1. sistem rekrutmen,
2. sistem promosi dan demosi,
3. sistem remunerasi,
4. program pengembangan pegawai, serta
5. mekanisme pemberhentian pegawai.

3 Menerapkan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris


3.1 Dalam rangka pemenuhan organisasi dan SDM Dewan Komisaris, maka pengaturan
jumlah anggota Dewan Komisaris sesuai modal inti adalah :
1. BPRS yang memiliki modal inti kurang dari Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) wajib memiliki paling sedikit 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris
dan paling banyak sama dengan jumlah anggota Direksi.
2. BPRS yang memiliki modal inti paling sedikit Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) wajib memiliki paling sedikit 3 (tiga) orang anggota Dewan Komisaris
dan paling banyak sama dengan jumlah anggota Direksi.
3. Paling sedikit 1 (satu) orang anggota Dewan Komisaris wajib bertempat tingga di
dekat tempat kedudukan kantor pusat BPRS.

3.2 Sebutkan kewenangan dan tanggung jawab Dewan Komisaris :


1. Memastikan penerapan tata kelola terselenggara dalam setiap kegiatan usaha
BPRS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
2. Melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
serta memberikan nasihat kepada Direksi.
3. Memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan/atau
rekomendasi dari satuan kerja audit intern atau pejabat eksekutif yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern BPRS, auditor
ekstern, hasil pengawasan Dewan Komisaris, DPS, Otoritas Jasa Keuangan,

3/10
MODUL 26 : MENERAPAKAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN

Tugas Praktek
dan/atau otoritas lain yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3.3 Sebutkan larangan bagi Dewan Komisaris :


1. Memanfaatkan BPRS untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan atau pihak lain
yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan perusahaan.

2. Mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BPRS selain remunerasi


dan fasilitas lain yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS dengan
memperhatikan kewajaran dan/atau kesesuaian dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3.4 Sebutkan aturan tentang Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling sedikit 1
(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan, untuk membahas tentang :
1. Rencana Bisnis BPRS
2. Isu strategis BPR
3. Evaluasi atau penetapan kebijakan strategis
4. Evaluasi Realisasi Rencana Bisnis BPRS dan/atau
5. Hal lain.

3.5 Pengaturan tentang Komisaris Independen berdasarkan modal inti adalah :


1. BPRS yang memiliki modal inti paling sedikit Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh
miliar rupiah) wajib memiliki Komisaris Independen paling sedikit 50% (lima puluh
perseratus) dari jumlah anggota Dewan Komisaris

2. BPRS yang memiliki modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) dan kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh miliar rupiah)
wajib memiliki paling sedikit 1 (satu) orang Komisaris Independen

4 Menerapkan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah


4.1 Dalam rangka pemenuhan organisasi dan SDM Dewan Pemgawas Syariah, maka aturan
yang wajib diperhatikan terkait jumlah anggota DPS adalah :
1. BPRS wajib memiliki paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 3 (tiga) orang
anggota DPS.
2. Anggota DPS dapat merangkap jabatan sebagai anggota DPS paling banyak pada 4
(empat) lembaga keuangan syariah lain.

4.2 Sebutkan kewenangan dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah :


1. Mengevaluasi kebijakan dan standar prosedur operasional BPRS agar sesuai
dengan prinsip syariah;
2. Mengawasi proses pengembangan produk baru BPRS agar sesuai dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional – MUI;
3. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – MUI untuk produk baru BPRS
yang belum ada fatwanya;

4/10
MODUL 26 : MENERAPAKAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN

Tugas Praktek
4. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap mekanisme penghimpunan dana dan
penyaluran dana, serta pelayanan jasa BPRS; dan
5. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja di BPRS
untuk pelaksanaan tugasnya.

4.3 Sebutkan ketentuan tentang Rapat Dewan Pengawas Syariah :


1. Rapat DPS wajib diselenggarakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
2. Pengambilan keputusan rapat DPS dilakukan berdasarkan musyawarah untuk
mufakat
3. Dalam hal mufakat tidak tercapai, DPS dapat meminta pertimbangan DSN MUI.
4. DPS wajib membuat risalah rapat DPS dan didokumentasikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4.4 Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah meliputi:
1. Anggota DPS wajib mengungkapkan rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada
lembaga keuangan syariah lain dalam laporan penerapan Tata Kelola sebagaimana
diatur dalam POJK Penerapan Tata Kelola BPRS.
2. Anggota DPS wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas lain yang ditetapkan
berdasarkan keputusan RUPS dalam laporan penerapan Tata Kelola sebagaimana
diatur dalam POJK Penerapan Tata Kelola BPRS.

5 Menerapkan Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Komite


5.1 Ketentuan Pembentukan Komite oleh Dewan Komisaris bagi BPRS dengan modal inti > 80
milyar adalah sebagai berikut

Dewan Komisaris wajib membentuk :


1. Komite Audit; dan
2. Komite Pemantau Risiko
Dewan Komisaris dapat membentuk :
1. Komite Remunerasi dan Nominasi

5.2 Persyaratan dan komposisi anggota Komite Audit, paling sedikit :


1. 1 (satu) orang Komisaris Independen
2. 1 (satu) orang Pihak Independen yang memiliki kompetensi dan/atau pengalaman
di bidang keuangan atau akuntansi; dan
3. 1 (satu) orang Pihak Independen yang memiliki kompetensi dan/atau pengalaman
di bidang hukum atau perbankan syariah.
5.3 Persyaratan dan komposisi anggota Komite Pemantau Risiko, paling sedikit :
1. 1 (satu) orang komisaris Independen
2. 1 (satu) orang Pihak Independen yang memiliki kompetensi dan/atau pengalaman
di bidang keuangan syariah, dan
3. 1 (satu) orang Pihak Independen yang memiliki kompetensi dan/atau pengalaman
di bidang manajemen risiko.
5.4 Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi paling sedikit terdiri atas :

5/10
MODUL 26 : MENERAPAKAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN

Tugas Praktek
1. 1 (satu) orang komisaris Independen
2. 1 (satu) orang Komisaris, dan
3. 1 (satu) orang Pejabat Eksekutif yang membawahkan fungsi Sumber Daya
Manusia.

5.5 Dalam rangka melaksanakan tugas untuk memberikan rekomendasi kepada dewan
komisaris, maka komite audit paling sedikit melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
:
1. Pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi Audit Intern;
2. Kesesuaian pelaksanaan audit oleh kantor akuntan publik dengan standar audit
3. Kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku bagi BPRS
4. Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan audit dan/atau
rekomendasi dari satuan kerja audit intern atau pejabat eksekutif yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern BPRS, auditor
ekstern, dan hasil pengawasan Dewan Komisaris, DPS, Otoritas Jasa Keuangan,
dan/atau otoritas lain yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

5.6 Dalam rangka memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, maka komite
pemantau risiko paling sedikit melakukan :
1. Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dengan
pelaksanakan kebijakan tesebut,
2. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksaan tugas komite manajemen risiko
dan satuan kerja manajemen risiko guna memberikan rekomendasi kepada dewan
komisaris.

6 Melakukan penanganan benturan kepentingan


6.1 Pengertian Benturan Kepentingan adalah :
Perbedaan antara kepentingan ekonomis BPRS dengan kepentingan ekonomis pribadi
pemilik, anggota direksi, anggota Dewan Komisaris, Pejabat Eksekutif, dan/atau pihak
tekait dengan BPRS.

6.2 Mekanisme dan prosedur penyelesaian benturan kepentingan meliputi :


1. Identifikasi benturan kepentingan
2. Perumusan dan penetapan tindakan penyelesaian
3. Tindak lanjut penyelesaian
4. Monitoring hasil tindak lanjut penyelesaian.

6.3 Pengungkapan benturan kepentingan pada setiap keputusan paling sedikit mencakup :
1. Nama dan jabatan pihak yang memiliki benturan kepentingan,
2. Nama dan jabatan pengambil keputusan,
3. Jenis transaksi,
4. Nilai transaksi, dan
5. Keterangan.

6/10
MODUL 26 : MENERAPAKAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN

Tugas Praktek

7 Menerapkan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern


7.1 Fungsi Kepatuhan merupakan serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang bersifat
pencegahan untuk :
1. Memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan
usaha yang dilakukan oleh BPRS telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan prinsip syariah, serta
2. Memastikan kepatuhan BPRS terhadap komitmen yang di buat oleh BPRS kepada
OJK dan/atau otoritas lain yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan antara lain BI,PPATK, dan/atau LPS.
7.2 Ketentuan terkait anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan bagi BPRS
dengan modal inti kurang dari Rp 50 milyar antara lain :
1. Tidak menangani penyaluran dana;
2. Memahami ketentuan peraturan perundang-undangan OJK serta ketentuan
peraturab perundangan-undangan yang berkaitan dengan perbankan syariah; dan
3. Wajib independen
1.
7.3 Ketentuan terkait anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan bagi BPRS
dengan modal inti paling sedikit Rp 50 milyar antara lain :
1. Tidak merangkap sebagai direktur utama
2. Tidak membawahkan bidang operasional penghimpunan dana dan penyaluran
dana;
3. Memahami ketentuan peraturan perundang-undangan OJK dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perbankan syariah.
4. Wajib independen.
7.4 Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas anggota Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan, maka BPRS wajib :
1. Bagi BPRS dengan modal inti kurang dari Rp 50 milyar : Membentuk Pejabat
Eksekutif yang Independen terhadap operasional BPRS untuk bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan.
2. Bagi BPRS dengan modal inti paling sedikit Rp 50 milyar : Membentuk Satuan Kerja
Kepatuhan (Compliance Unit) yang independent terhadap satuan kerja operasional

7.5 Laporan yang wajib disampaikan kepada OJK oleh anggota Direksi yang membawahkan
fungsi kepatuhan yaitu :
1. Laporan pokok_pokok pelaksanaan tugas dan tanggung jawab anggota Direksi
yang membawahkan fungsi kepatuhan.
2. Laporan khusus mengenai kebijakan dan/atau keputusan Direksi yang menurut
pendapat anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan telah
menyimpang dari ketentuan peraturan perundang-undangan lain.
3. Laporan penggantian sementara jabatan Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan.

7.6 Terkait dengan pelaporan, maka SKAI atau PE Audit Intern wajib menyampaikan laporan

7/10
MODUL 26 : MENERAPAKAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN

Tugas Praktek
kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan tembusan kepada anggota Direksi
yang membawahkan fungsi kepatuhan.

7.7 Laporan kepada OJK yang wajib disampaikan oleh fungsi audit intern antara lain :
1. Laporan pengangkatan atau pemberhentian kepala SKAI atau PEAI yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern yang disertai dengn
pertimbangan dan alasan pengangkatan atau pemberhentian;
2. Laporan Pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern termasuk informasi hasil
audit yang bersifat rahasia;
3. Laporan khusus mengenai setiap temuan audit intern yang diperkirakan dapat
mengganggu kelangsungan usaha BPRS;
4. Laporan hasil kaji ulang oleh pihak ekstern bagi BPRS dengan modal inti paling
sedikit RP. 50 Miliyar yang dilakukan 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.

8 Melaksanakan Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan


8.1 Sebutkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun dan melaporkan
pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan :
1. Identifikasi ketentuan yang mengatur mengenai transparasi keuangan dan non
keuangan.
2. Identifikasi tata cara, jenis dan cakupan laporan yang wajib disusun dan
disampaikan kepada otoritas.
3. Identifikasi unit kerja yang bertanggungjawab dan berwenang menandatangani
laporan.
4. Identifikasi batas waktu penyampaian laporan.
8.2 Laporan Kondisi keuangan yang wajib disampaikan kepada OJK untuk pemenuhan aspek
transparansi meliputi :
1. Laporan Keuangan Publikasi
 Laporan keuangan.
 Kualitas aktiva produktif dan rasio keuangan.
 Susunan pengurus dan komposisi pemegang saham.
2. Laporan Keuangan Tahunan, yang mencakup :
 Infomasi umum.
 Laporan keuangan.
 Opini akuntan publik atas laporan keuangan tahunan (apabila ada).
 Seluruh aspek transparasi dan informasi.
8.3 Laporan terkait kondisi non keuangan berpedoman pada persyaratan dan tata cara
sebagaimana diatur dalam ketentuan OJK yang mengatur mengenai :
1. Perlindungan konsumen sektor jasa keuangan dan

2. Transparasi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.


8.4 Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan oleh Direksi dan
kualitas proses pengawasan oleh Dewan Komisaris, BPRS wajib memastikan ketersediaan
dan kecukupan pelaporan intern yang didukung oleh :
1. Sistem informasi manajemen yang memadai.

8/10
MODUL 26 : MENERAPAKAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN

Tugas Praktek
2. Sumber daya manusia yang kompeten untuk menghasilkan laporan yang lengkap,
akurat, kini, dan utuh.

9 Menyusun Laporan dan Melakukan Penilaian Sendiri terhadap Penerapan Tata Kelola
9.1 Laporan Penerapan Tata Kelola BPRS mencantumkan transparansi penerapan tata kelola
yang meliputi :
1. Pengungkapan penerapan /cakupan tata Kelola (Pelaksanaan Tugas dan Tanggung
Jawab Direksi, Dewan Komisaris, DPS, Fungsi, Komite).
2. Kepemilikan Saham Anggota Direksi.
3. Hubungan keuangan dan/atau hubungan keluarga Anggota Direksi dengan
anggota Direksi Lain, Dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham BPRS yang
bersangkutan.
4. Kepemilikan Saham Anggota Dewan Komisaris pada BPRS yang bersangkutan dan
Perusahaan Lain.
5. Hubungan keuangan dan/atau hubungan keluarga Anggota Dewan Komisaris
dengan anggota Direksi, Dewan Komisaris Lain, dan/atau Pemegang Saham BPRS
yang bersangkutan.
6. Rangkap Jabatan Anggota Dewan Komisaris.
7. Rangkap Jabatan Anggota DPS.
8. Paket atau Kebijakan Remunerasi dan Fasilitas Lain bagi Direksi, Dewan Komisaris
dan DPS yang ditetapkan berdasarkan Keputusan RUPS.
9. Rasio gaji.
10. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris.
11. Frekuensi Rapat DPS
12. Jumlah Penyimpangan Intern (internal fraud)
13. Jumlah Permasalahan Hukum dan Upaya Penyelesaian oleh BPRS
14. Transaksi yang mengandung benturan kepentingan
15. Pemberian dana untuk kegiatan sosial dan kegiatan politik.
9.2 Dalam melaksanakan penilaian sendiri (Self Assesment), terdapat beberapa faktor
penilaian antara lain :

1. Pelaksanakan tugas dan tanggung jawab Direksi


2. Pelaksanakan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
3. Pelakasanaan tugas dan tanggung jawab DPS
4. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau fungsi komite
5. Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan BPRS
6. Penanganan benturan kepentingan
7. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern, audit ekstern
8. Penerapan manajemen resiko, termasuk sistem pengendalian intern
9. Batas maksimum penyaluran dana
10. Rencana Bisnis BPRS, dan
11. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.
8.4 Sebutkan rentang nilai yang menunjukkan Peringkat Komposit Tata Kelola sebagai hasil
akhir penilaian sendiri adalah :
Sangat Baik : 1,0 ≤ NILAI KOMPOSIT < 1,8
Baik : 1,8 ≤ NILAI KOMPOSIT < 2,6

9/10
MODUL 26 : MENERAPAKAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN

Tugas Praktek
Cukup Baik : 2,6 ≤ NILAI KOMPOSIT < 3,4
Kurang Baik : 3,4 ≤ NILAI KOMPOSIT < 4,2
Tidak Baik : 4,2 ≤ NILAI KOMPOSIT < 5,0

HASIL PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI


Trainer memberikan penilaian atas hasil tugas praktek, peserta dinilai:

Kompeten

Belum kompeten

Trainer Alfi Wijaya Peserta Rena Bangun Luhur


Tanda 21 Juli 2023 Tanda 21 Juli 2023
tangan & tangan &
tanggal tanggal

10/10

Anda mungkin juga menyukai