Revisi Agama
Revisi Agama
MAKALAH
KONSEP HALAL DAN HARAM DALAM
AGAMA
1. RIZAANGGUN .N (2326010065)
2. SEPTERA NUR .A(2326010066)
3. LORENZANADIA .L(2326010067)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Konsep Halal Dan Haram Dalam Agama"ini
dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah
inidengan baik .Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaituMuhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa`atnya diakhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
ini berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan
laporanini .
Kami menyadari bahwa makalahini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya .Untuk itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran dan masukan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat.
Bengkulu, 23 September2023
penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Halal dan Haram....................................................................................6
B. Pandangan masyarakat.............................................................................................7
C. Hubungan dengan Agama.......................................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................10
B. Saran......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULU
AN
A. Latar Belakang
Agama Islam sangat memperhatikan bagi pemeluknya untuk mengkosumsi makanan
yang baik dan halal. Secara etimologi makanan adalah memasukkan sesuatu melalui mulut 1 .
Dalam bahasa arab makanan berasal dari kata at-ta’am ( ( الطعامdan jamaknya Al - atimah ( اال
(طیمھyang artinya makan- makanan 2 . Dalam hal makanan sebenarnya ada dua
pengertian yang bisa kita kategorikan kehalalannya yaitu halal dalam mendapatkannya dan
halal dzat atau subtansi barangnya. Halal dalam mendapatkannya maksudnya adalah benar
dalam mencari dan memperolehnya. Tidak dengan cara yang haram dan tidak pula dengan
cara yang batil. Jadi, makanan yang pada dasar dzatnya halal namun cara memperolehnya
dengan jalan haram seperti mencuri, hasil korupsi dan perbuatan haram lainnya, maka secara
otomatis berubah status hukumnya menjadi makanan haram. Namun penelitian ini hanya
akan membahas tentang makanan halal dari segi dzatnya atau subtansi barangnya Makanan
halal secara dzatiyah (subtansi barangnya), menurut sayyid sabiq dibagi dalam dua kategori,
yang terdiri dari binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda lain yang dianugerahkan Allah SWT
kepadanya. Tetapi tidak semua binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda yang terdapat
di bumi ini halal dimakan manusia. Ada yang halal dan ada pula yang haram dimakan.
Makanan dan minuman yang diharamkan manusia memakan atau meminumnya itu ada yang
ditetapkan dengan Al-Quran, ada yang diterangkan dengan hadist dan ada pula yang
Dalam hal makanan, ada dua pengertian yang bisa kita kategorikan kehalalannya yaitu
halal dalam mendapatkannya dan halal dzat atau subtansi barangnya. Halal dalam
mendapatkannya maksudnya adalah benar dalam mencari dan memperolehnya. Tidak dengan
cara yang haram dan tidak pula dengan cara yang batil 26 . Jadi, makanan yang pada
dasarnya dzatnya halal namun cara memperolehnya dengan jalan haram seperti: hasil riba,
5
mencuri, menipu, hasil judi, hasil korupsi dan perbuatan haram lainnya, maka secara otomatis
Jadi pada intinya makanan halal adalah makanan yang baik yang dibolehkan
memakannya menurut ajaran Islam , yaitu sesuai dalam Al - Qur’an dan Al - hadits.
Sedangkan pengertian makanan yang baik yaitu segala makanan yang dapat membawa
kesehatan bagi tubuh, dapat menimbulkan nafsu makan dan tidak ada larangan dalam Al -
Qur’an maupun hadits. Tetapi dalam hal yang lain diperlukan keterangan yang lebih jelas
berdasarkan ijma’dan Qiyas (ra’yi/ijtihad) terhadap sesuatu nash yang sifatnya umum yang
harus digali oleh ulama agar kemudian tidak menimbulkan hukum yang syub-had
(menimbulkan keraguraguan). Para ulama telah ijma’ tentang halalnya binatang - binatang
ternak seperti unta, sapi, dan kambing serta diharamkannya segala sesuatu yang bisa
menimbulkan bahaya baik dalam bentuk keracunan, timbulnya penyakit atau adanya efek
makanan dan minuman .Masyarakat muslim mempercayai bahwa agama yang diakui oleh
Allah swt adalah Islam yang secara bahasa berarti keselamatan. Penerapan keislaman
menginginkan agama ini memiliki arahan atau petunjuk bagi seluruh aspek kehidupan
manusia.
6
keseluruhan, terutama yang beragama Islamakan memiliki kehidupan yang tentram, damai, dan
selamat di dunia serta di akhirat. Pedoman itu diharapkan menjadi acuan manusia dalam
pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Dalam konteks agama, Islam sebagai panduan hidup
menyediakan pedoman yang komprehensif termasuk dalam hal konsumsi. Perspektif Islam
menekankan pentingnya menjalani konsumsi yang bermoral, bertanggung jawab, dan sesuai
Konsumsi dalam perspektif Islam melibatkan konsep kehalalan, kebaikan, dan mendapatkan
ridho' serta barakah Allah SWT. Pendahuluan ini akan memberikan gambaran umum tentang
pentingnya konsumsi dalam perspektif Islam. Kami akan menggambarkan prinsip-prinsip utama
yang terkait dengan konsumsi yang diterima dan dilarang dalam Islam, serta menguraikan
manfaat dan tujuan di balik konsumsi yang sesuai dengan ajaran agama. Penelitian ini dapat
memberikan panduan praktis bagi umat Muslim dalam menjalani konsumsi yang sesuai dengan
nilai-nilai agama, mencapai keberkahan dan ridho' Allah SWT, serta mempromosikan keadilan,
kesejahteraan, dan keharmonisan dalam kehidupan individu dan masyarakat. Al-Qur'an adalah
pedoman untuk umat manusia yang mencakup banyak aspek, termasuk didalamnya yaitu tentang
makanan halal dan haram. Makanan halal merupakan jenis makanan yang diperbolehkan
berdasarkan ajaran Islam, yang kita ketahui sebagai halalan thayyiban (halal serta baik).
Sedangkan makanan haram merupakan makanan yang dilarang dalam ajaran Islam, dan biasanya
Allah menjadikan suatu yang diharamkan mempunyai kekurangan serta bahaya, baik yang telah
kita ketahui ataupun yang belum kita ketahui. Setiap larangan yang diresmikan oleh Allah tentu
Uraian tentang makanan halal juga mencakup metode memperolehnya. Selaku contoh, mangga
merupakan buah yang jelas-jelas halal serta boleh dimakan. Namun bila mangga tersebut
diperoleh lewat pencurian, hingga makanan yang lebih dahulu halal bisa jadi haram karena
metode perolehannya yang tidak sesuai dengan prinsip dalam Islam. Makanan minuman, serta
mata uang yang diperoleh lewat cara-cara yang diharamkan pula mempunyai akibat yang besar
dalam kehidupan seseorang muslim. Dalam hadis, disebutkan kalau makanan haram merupakan
salah satu aspek yang bisa membatasi terkabulnya doa seorang. Kebalikannya makanan halal
membawa dampak baik dalam kehidupan seorang muslim. Makanan halal mempermudah
seseorang untuk melaksanakan amal ibadah, dan berfungsi sebagai pencegah serta penangkal
bermacam penyakit.
7
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka Penelitian ini penulis
secara rinci akan dipaparkan pada bagian isi atau pembahasan makalah.
8
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Halal dan Haram dalam Agama Islam
Halal artinya dibenarkan. Lawannya haram artinya dilarang, atau tidak dibenarkan menurut
syariat Islam. Sedangkan thoyyib artinya bermutu dan tidak membahayakan kesehatan. Kita
diharuskan makan makanan yang halal dan thoyyib, artinya kita harus makan makanan yang
sesuai dengan tuntunan agama dan bermutu, tidak merusak kesehatan. Dalam ajaran Islam,
semua jenis makanan dan minuman pada dasarnya adalah halal, kecuali hanya beberapa saja
yang diharamkan. Yang haram itupun menjadi halal bila dalam keadaan darurat. Sebaliknya,
yang halal pun bisa menjadi haram bila dikonsumsi melampaui batas. Pengertian halal dan haram
ini sesungguhnya bukan hanya menyangkut kepada masalah makanan dan minuman saja, tetapi
juga menyangkut perbuatan. Jadi ada perbuatan yang dihalalkan, ada pula perbuatan yang
diharamkan. Dalam agama Islam, sebenarnya bukan agama Islam saja, saya kira agama Kristen
agama Yahudi juga punya konsep halal/haram. Tetapi sejauh yang saya ketahui dari Al-Qur'an
yang kemudian disimpulkan oleh ulama-ulama, bahwa halal dan haram itu ditentukan oleh
Tuhan untuk manusia. Pertama, untuk kemashalatan manusia. Jadi hal-hal atau benda-benda,
makanan-makanan yang dilarang, atau perbuatan-perbuatan yang diharamkan itu memang pada
dasarnya perbuatan itu kalau tetap dilakukan akan membahayakan manusia itu sendiri. Karena
Dalam pandangan Islam menguji kesalehan, kepatuhan sang manusia terhadap perintah
Tuhan. Apakah dengan Tuhan menurunkan perintah ini, larangan ini, manusia taat atau tidak.
Nah, dari situ 'kan nanti terlihat siapa yang benar-benar beriman dan patuh pada perintah Tuhan.
Dan siapa yang tidak beriman, siapa yang tidak patuh. Jadi itu konsep dasarnya.Kemudian dari
sisi lain, yang menghalalkan yang mengharamkan sesuatu itu sebetulnya semata-mata hanya
Tuhan, hanya Allah dalam pandangan Islam. Jadi manusia tidak bisa, bahkan seorang nabi pun.
Nabi Muhammad dalam hal ini nabi terakhir yang membawa ajaran Islam, itu pun Beliau tidak
punya wewenang untuk menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, kecuali berdasarkan wahyu
dari Allah. Setelah wafatnya rasul, nabi sudah wafat. Sekarang persoalan yang timbul di
masyarakat 'kan banyak. Dulu zaman rasul mungkin tidak ada, zaman nabi tidak ada, sekarang
ada. Nah itu ulama-ulama yang bertugas menyimpulkan untuk menentukan apakah barang baru
pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Dalam konteks agama, Islam sebagai panduan hidup
menyediakan pedoman yang komprehensif termasuk dalam hal konsumsi. Perspektif Islam
9
menekankan pentingnya menjalani konsumsi yang bermoral, bertanggung jawab, dan sesuai
dengan ajaran agama. Konsumsi dalam perspektif Islam melibatkan konsep kehalalan, kebaikan,
Menurut definisi KBBI, syubhat merujuk pada keragu-raguan atau ketidakjelasan tentang
sesuatu, seperti status halal atau haram, karena kurangnya kejelasan dalam hukumnya. Tidak ada
kejelasan antara halal dan haram, atau antara benar dan salah. Dalam istilah yang lebih khusus,
syubhat mengacu pada ketidakjelasan atau kesamaran yang menyebabkan sulit untuk
menentukan apakah sesuatu halal atau haram dengan jelas. Syubhat dapat muncul karena
ketidakjelasan dalam status hukumnya atau ketidakjelasan dalam sifat atau fakta tersebut.
1. Halal secara zat Maksudnya yaitu makanan yang pada dasarnya halal untuk dimakan
Maksudnya yaitu makanan halal bisa jadi haram bila cara perolehannya dilakukan
secara tidak halal yang bisa merugikan orang lain, serta hal ini sudah diatur dalam Al-
3. Halal cara pengolahannya Maksudnya yaitu makanan yang awalnya halal tetapi bisa
jadi haram bila pengolahannya tidak cocok dengan syariat agama. Berbagai makanan
yang pada awalnya halal, namun pengolahannya yang tidak benar menimbulkan
4. Halal secara prosesnya Makanan halal wajib cocok dengan memperoleh prosesnya
cocok dengan syarat syariat Islam, misalnya tidak lewat pencurian ataupun
perampokan. Bila prosesnya tidak cocok dengan syarat syariat Islam, maka makanan
5. Halal secara penyajiannya Makanan halal serta tayyib buat disantap wajib disajikan
a. Tidak terdapat barang atau makanan yang dikira najis berdasarkan ketentuan dalam
b. Tidak menggabungkan makanan yang sudah jelas halal dengan makanan yang
Menjalankan ajaran Islam dengan benar, termasuk dalam hal mematuhi aturan
makanan halal dalam Islam memiliki dampak positif pada aspek spiritual, kesehatan,
Seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali makanan yang ada disekitar kita, namun
belum tentu makanan tersebut halal dalam islam. Allah SWT melarang umatnya untuk memakan
apapun yang haram dan memabukkan. Hal tersebut wajib di ketahui terlebih dahulu halal atau
tidak sebelum dikonsumsi. Sebelum itu kita harus mengenal terlebih dahulu mengenai makanan
halal. Dalam islam makanan halal adalah barang yang diperuntukkan untuk dimakan atau
diminum manusia dan serta bahan yang di kelolanya. Seperti yang disebutkan pada surah Al-
Baqarah ayat 168 yang menjelaskan bahwa Allah SWT. Menyuruh manusia untuk memakan
makanan yang halal secara agama dari segi hukum baik segi zatnya maupun hakikatnya. 1 Dan
Allah SWT juga mengingatkan kepada kita agar tidak megikuti langkah-langkah syaitan. Selain
itu, makanan haram di bagi mejadi 2 yaitu lizathi atau zatnya dan lighairihi atau
Memabukkan,Menjijikan.
Adapun beberapa akibat jika mengkonsumsi makanan dan minuman haram yaitu sebagai
berikut: Mendapatkan murka dan azab dari Allah SWT. Baik di dunia maupun diakhirat, Tidak
ada keberkahan dalam dirinya, Akan membentuk sifat-sifat syaithoniyah, suka marah,berbohong,
dan berkhianat, Susah menerima ilmu kebenaran, Badan tidak sehat dan mudah terkena penyakit.
Berdasarkan pandangan konsumen produk halal bahwa mereka dapat menerapkan hadis-
hadis yang diturunkan yaitu ditunjukkan dengan dengan sikap, niat, dan perilaku mereka.
Dalam hadis, seorang muslim diperintahkan agar memakan makanan yang halal dan
dilarang mengkonsumsi alkohol, daging babi, bangkai dan lain-lain. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW halal, haram, dan syubhat ini memberitahukan kepada manusia bahwa ia
penting agar manusia dapat istiqamah atau kembali kepada asal di mana dulu ia diturunkan
ke bumi.
Dalam hal untuk kepentingan penetapan fatwa halal, MUI hanya memperhatikan apakah
suatu produk mengandung unsur-unsur benda haram li-zatih atau haram li-ghairih yang karena
Dengan arti kata, MUI tidak sampai mempersoalkan dan meneliti keharamannya dari
sudut haram lighairih, sebab masalah ini sulit dideteksi dan bukan merupakan kewenangan MUI,
karena itu persoalannya diserahkan kepada pihak- pihak yang berkepentingan. Kriteria makanan
halal menurut para ahli di LP POM MUI didasarkan pada bahan baku yang digunakan, bahan
tambahan, bahan penolong, proses produksi dan jenis pengemas produk makanan
Makanan yang halal lagi baik adalah makanan yang harus dikonsumsi oleh setiap
muslim, sebab makanan yang halal lagi baik disamping secara rohani akan menjadikan sehatnya
Berikut adalah beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi agar makanan dianggap halal;
1. Bahan
Makanan halal harus terbuat dari bahan utama yang diperbolehkan dalam Islam. Misalnya,
daging yang diambil dari hewan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi (seperti sapi,
kambing, unta, atau ayam) dianggap halal, sedangkan daging babi dan produk yang terbuat
2. Pemotongan
Dalam Islam, pemotongan hewan untuk memperoleh daging halal harus dilakukan dengan
metode yang sesuai. Metode ini melibatkan pemotongan yang cepat dan humanistik pada
bagian tertentu di leher hewan dengan pisau tajam untuk memastikan dagingnya halal.
3. Kandungan
Makanan halal tidak boleh mengandung bahan-bahan yang diharamkan dalam Islam,
seperti daging babi, alkohol, darah, atau bahan tambahan yang berasal dari sumber haram.
4. Pengolahan
Makanan halal harus diproses, disiapkan, dan diolah dengan memperhatikan kebersihan
dan kehigienisan. Hal ini termasuk pemenuhan persyaratan sanitasi, penanganan yang
5. Penyajian
Makanan halal harus disajikan dan dipersiapkan dengan peralatan yang tidak
terkontaminasi oleh bahan-bahan haram atau bahan yang tidak halal. Misalnya, peralatan
memasak dan penyimpanan yang digunakan untuk daging halal harus dipisahkan dari
Makanan yang diperbolehkan serta baik buat dimakan oleh tiap muslim yaitu makanan
halal. Makanan halal tidak cuma memberikan khasiat raga, namun juga menyehatkan secara
rohani serta memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Allah telah menetapkan standar halal dan tayyib
(baik) untuk makanan yang boleh dikonsumsi. Istilah "halal" merujuk pada jenis makanan yang
diizinkan dan tidak diharamkan, sedangkan "tayyib" merujuk pada makanan yang memberikan
manfaat bagi manusia karena memenuhi persyaratan kesehatan seperti gizi, protein, kebersihan,
Makanan halal juga harus bebas dari najis, tidak memabukkan, tidak berdampak negatif
pada kesehatan fisik dan mental, serta diperoleh melalui cara yang halal. Makanan halal dapat
perintah Allah dan mengikuti ajaran agama Islam. Ini memberikan rasa ketaatan dan
2. Kesehatan Fisik, Makanan halal sering kali dihasilkan dengan cara yang lebih terjaga
kebersihan dan kehigienisannya. Dalam proses pemotongan hewan halal, misalnya, ada
prinsip-prinsip yang mengatur kebersihan dan keamanan pangan. Hal ini dapat membantu
makanan tersebut diproduksi, dipersiapkan, dan diolah sesuai dengan aturan agama Islam.
Makanan halal juga memastikan adanya ketenangan dan keyakinan dalam pikiran individu
yang mengonsumsinya.
4. Kesadaran Etis, Makanan halal juga mendorong kesadaran etis terhadap perlindungan dan
hewan. Ini mempromosikan sikap bertanggung jawab dan perhatian terhadap makhluk lain
5. Hubungan Sosial dan Solidaritas, Konsumsi makanan halal dapat memperkuat hubungan
sosial dan solidaritas antar umat Muslim. Mengonsumsi makanan halal bersama-sama
dengan keluarga, teman, atau dalam acara-acara sosial seperti pernikahan atau festival,
6. Pilihan Pangan yang Lebih Luas, Meskipun ada batasan terhadap makanan yang dianggap
haram (tidak halal), makanan halal menawarkan pilihan pangan yang luas dan beragam.
Ada berbagai jenis makanan halal dari berbagai budaya, negara, dan masakan. Hal ini
Makanan yang halal secara zatnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.
Terlalu banyak bahkan hampir semua jenis makanan adalah halal dan dapat dikonsumsi.
Sebaliknya terlalu sedikit jenis makanan yang diharamkan yang tidak boleh dikonsumsi. Hikmah
pelarangan tersebut jelas Allah yang Maha Mengetahui. Adapun kebaikan dari adanya larangan
tersebut jelas untuk kepentingan dan kebaikan bagi manusia itu sendiri. Di antaranya, sebagai
penguji ketaatannya secara rohaniah melalui makanan dan minumannya dan agar manusia
tahu/mau bersyukur.
Bangkai, darah dan babi secara tegas diharamkan oleh Allah, sesuai dengan ayat diatas.
Selanjutnya semua binatang yang mati tidak melalui proses penyembelihan hukumnya haram,
disamakan dengan bangkai. Termasuk binatang yang mati dalam pengangkutan sekalipun baru
sebentar, tidka boleh ikut disembelih dan dikonsumsi oleh manusia. Makanan yang halal
14
menurut cara prosesnya Makanan yang halal tetapi bila diproses dengan cara yang tidak halal,
maka menjadi haram. Memproses secara tidak halal itu bila dilakukan:
1. Penyembelihan hewan yang tidak dilakukan oleh seorang muslim, dengan tidak
berhala (sesaji).
3. Karena darah itu diharamkan, maka dalam penyembelihan, darah hewan yang disembelih
harus keluar secara tuntas, dan urat nadi lehar dan saluran nafasnya harus putus dan harus
4. Daging hewan yang halal tercemar oleh zat haram atau tidak halal menjadi tidak halal.
Pengertian tercemar disini bisa melalui tercampurnya dengan bahan tidak halal, berupa
bahan baku, bumbu atau bahan penolong lainnya. Bisa juga karena tidak terpisahnya
5. Adapun ikan baik yang hidup di air tawar maupun yang hidup di air laut semuanya halal,
walaupun tanpa disembelih, termasuk semua jenis hewan yang hidup di dalam air.2
Selain yang tersebut diatas, ada beberapa jenis binatang yang diharamkan oleh sementara
pendapat ulama namun dasarnya masih mengundang perbedaan pendapat. Halal cara
memperolehnya Seorang muslim yang taat sangat memperhatikan makanan yang dikonsumsinya.
Islam memberikan tuntunan agar orang Islam hanya makan dan minum yang halal dan thoyyib,
diperoleh dengan cara yang tidak halal berarti tidak halal secara spiritual akan sangat
berpengaruh negatif terhadap kehidupan spiritual seseorang. Darah yang mengalir dalam
tubuhnya menjadi sangar, sulit memperoleh ketenangan, hidupnya menjadi beringas, tidak
pernah mengenal puas, tidak pernah tahu bersyukur, ibadah dan doanya sulit diterima oleh
Tuhan.
Minuman yang tidak halal Semua jenis minuman yang memabukkan adalah haram.
Termasuk minuman yang tercemar oleh zat yang memabukkan atau bahan yang tidak halal.
Yang banyak beredar sekarang berupa minuman beralkohol. Kebiasaan mabuk dengan minum
minuman keras itu rupanya sudah ada sejak lama dan menjadi kebiasaan oleh hampir semua
bangsa didunia. Pada jaman nabi Muhammad SAW, masyarakat Arab juga mempunyai
kebiasaan ini. Nabi memberantas kebiasaan jelek ini secara bertahap. Pertama, melarang orang
melakukan sholat selagi masih Berikutnya menyatakan bahwa khamar atau minuman keras itu
dosanya atau kejelekannya lebih besar dari manfaatnya atau kebaikannya Terakhir baru larangan
secara tegas, menyatakan bahwa minuman keras itu adalah perbuatan keji, sebagai perbuatan
Haram lidzatihi merujuk pada makanan yang pada dasarnya telah diharamkan oleh
AlQur'an dan Hadis. Contohnya adalah daging babi, darah, binatang yang memiliki
taring, dan sejenisnya. Ini termasuk dalam hal-hal seperti pembunuhan yang
melibatkan nyawa, minum minuman keras yang merusak akal, murtad yang
melibatkan agama, pencurian yang melibatkan harta, serta berzina yang melibatkan
Haram lighairihi merujuk pada makanan yang pada awalnya halal, tetapi menjadi
haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan langsung dengan makanan itu
sendiri. Contohnya adalah makanan yang diperoleh melalui pencurian, hasil riba, dan
Dalam perspektif Islam, terdapat beberapa jenis makanan yang dianggap haram (dilarang)
untuk dikonsumsi oleh umat Muslim. Makanan-makanan ini diatur berdasarkan hukum syariah
yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Berikut adalah penjelasan tentang makanan haram
16
1. Daging babi
Konsumsi daging babi diharamkan dalam Islam karena daging babi dianggap sebagai
makanan yang najis (kotor) dan mengandung risiko kesehatan yang tinggi. Daging
babi dapat menjadi sumber penyakit seperti trichinosis, cacing pita, dan infeksi
lainnya.
Dalam Islam, hewan yang hendak dikonsumsi harus disembelih dengan cara yang
benar, yaitu dengan menyebut nama Allah (tasybih) saat proses penyembelihan.
Tujuan dari proses ini adalah untuk memastikan kehalalan daging, memperhatikan
dikonsumsi.
3. Alkohol
akal, dan perilaku individu. Alkohol juga diketahui sebagai zat adiktif yang dapat
Beberapa jenis binatang, seperti anjing, kucing, burung pemangsa, ular, dan serangga
kecuali belalang dan lebah, diharamkan untuk dikonsumsi dalam Islam. Penyebabnya
makhluk-makhluk tersebut.
5. Darah
Konsumsi darah hewan diharamkan dalam Islam karena darah dianggap sebagai
simbol kehidupan dan dihormati sebagai milik Allah. Selain itu, mengonsumsi darah
Orang yang mengkonsumsi makanan haram amal ibadahnya tidak diterima oleh
Allah SWT. Bisa Anda bayangkan, bagaimana kalau amal ibadah seseorang ditolak
oleh-Nya? Semua ibadahnya akan percuma. Sedekah yang ia keluarkan bernilai sia-sia.
Ketika Saad bin Abi Waggash meminta nasihat Rasulullah Saw, supaya doa-
(makan-lah makanan yang halal), niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu
dikabulkan doanya. Dan, demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh jika ada
17
seseorang yang memasukkan selama 40 hari. Dan, seorang hamba yang dagingnya
tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak untuknya." (HR.
Thabrani).
SWT, dan hal ini bisa berdampak negatif terhadap keimanan dan ketakwaan seseorang.
- Dampak kesehatan :
Beberapa makanan haram memiliki risiko kesehatan yang tinggi. Misalnya, daging
babi dapat menyebabkan berbagai penyakit dan infeksi. 2788 Mengonsumsi alkohol
- Gangguan spiritual:
- Dicampakkan ke Neraka:
yang penuh kehinaan dan penyiksaan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw.,
"Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama
Neraka adalah tempat terburuk yang diciptakan oleh Allah Swt. untuk
makanan bagi para penghuninya pun terbuat dari makanan terburuk. Ada beberapa
Pertama, duri. Para penghuni neraka telah disediakan makanan berupa duri.
Menurut Ibnu Abbas, duri atau dhari' adalah makanan khusus untuk binatang dan
bukan untuk manusia. Unta yang memakannya tidak akan pernah kenyang, dan
sedikit demi sedikit akan mati karena telah memakannya. Allah Swt. berfirman:
"Banyak wajah pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan,
memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber
yang sangat panas. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang
berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar." (OS. al-
18
Ghasyiyah ayat 2-7). Kedua, pohon zaqqum. Selain duri, para penghuni neraka
juga diberi makan berupa pohon zaqqum. Konon, buah pohon zaqqum ini rasanya
seperti kuningan yang dicairkan bahkan lebih buruk lagi. Apabila dimakan, maka
“(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum.
Sesungguhnya, Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-
orang yang zalim. Sesungguhnya, pohon zaqqum merupakan sebatang pohon yang
keluar dan dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala setan-setan.
Maka, sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu,
sehingga mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu.?" (OS. ash-Shaffat
ayat 62-66).
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masalah halal dan haram ini sangat penting di bahas bagi keberlangsungan hidup
karena berkaitan dengan keselamatan, tetapi masih banyak masyarakat muslim yang tidak
mempedulikannya. Sehingga perlu suatu tindakan untuk melihat sejauh mana masyarakat
menerapkan hadis tentang produk halal yang ditunjukkan dengan prilakunya. Penelitian ini
penelitian menunjukkan halal dan haram dalam kehidupan umat Islam sudah jelas karena
diuraikan dengan jelas dalam dalil naqli. Halal dari segi pemaknaan mengandung makna
kewajiban atau keharusan, sehingga sesuatu yang diketahui sebagai halal menjadikan
Haram bermakna melarang, mencabut, dan mencegah, sehingga sesuatu yang diketahui
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnalbimasislam.kemenag.go.id/jbi/article/download/171/118