Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

DOKTER INTERNSHIP PERIODE II 2023


“PENANGANAN MUKOKEL PADA ANAK USIA 6
TAHUN”

Disusun Oleh:

drg. Moh. Furqon Khomaini

Dokter Pendamping:

drg. Yerni Rita

POLI GIGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. DR. M.A HANAFIAH
SM
BATUSANGKAR
KABUPATEN TANAH DATAR
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dan berkat rahmat-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini. Adapun dalam laporan kasus ini penulis
membahas secara rinci mengenai Penanganan Mukokel Pada Anak Usia 6 Tahun.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada ibu drg. Yerni Rita selaku dokter pembimbing yang telah begitu sabar
dalam memberikan bimbingan, waktu, perhatian, saran-saran serta dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Batusangkar, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
PENDAHULUAN.............................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3
Trauma Intraoral........................................................................................3
Fraktur pada Gigi......................................................................................3
Resin Komposit.........................................................................................5
Sifat Resin Komposit................................................................................5
Klasfikasi Resin Komposit........................................................................5
Resin Komposit Packable.........................................................................6
Resin Komposit Flowable.........................................................................6
LAPORAN KASUS.........................................................................7
PENATALAKSANAAN KASUS...................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................10
KESIMPULAN...............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................11

iii
4

PENDAHULUAN

Mukokel (oral) adalah lesi kelenjar ludah yang paling umum, disebabkan karena trauma mekanis
pada saluran kelenjar ekskretoris. Mukokel sering dianggap remeh karena gejala yang
muncul hanya sebagai benjolan yang mengganggu saat berbicara maupun saat makan, sedangkan
benjolan itu sendiri tidak nyeri. Secara klinis mukokel ditandai dengan nodul berfluktuasi tunggal
atau multipel, lunak, berfluktuasi, mulai dari warna normal mukosa mulut sampai biru tua.
Mukokel dapat terjadi pada semua kalangan baik laki-laki maupun perempuan dengan
prevalensi tertinggi pada usia decade kedua. Secara umum mukokel digolongkan menjadi 2,
mukokel tipe ekstravasasi atau mukokel tipe retensi.
5

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Mukokel
Mukokel (mucocele) didefinisikan sebagai kista berisi mukus yang
bias muncul di rongga mulut, usus buntu (appendiks), kandung empedu, sinus
paranasal atau kantung lakrimal. Istilah mukokel berasal dari Kata latin, muco yang artinya
lender dan cocele berarti rongga. Mukokel menempati
peringkat 17 besar sebagai lesi kelenjar saliva yang umum terjadi di rongga mulut.
Secara klinis mukokel dibedakan menjadi duajenis, mukokel tipe

ekstravasasi dan mukokel tipe retensi. Mukokel tipe ekstravasasi disebabkan oleh bocornya
cairan dari Saluran kelenjar saliva dan asini ke sekitar jaringan
lunak. Jenis mukokel ini terlihat pada kelenjar saliva minor. Sedangkan mukokel tipe retensi
disebabkan karena adanya dorongan kelenjar saliva dan
biasanya terlihat pada saluran kelenjar saliva mayor.Secara klinis tidak ada
perbedaan antara mukokel tipe ekstravasasi dan tipe retensi. Apabila mukokel terletak di dasar
mulut di mana akan tampak seperti 'pipikodok' maka disebut sebagai ranula.
6

2.2 Epidemiologi
Dalam Studi Prevalensi Oral Minnesota di Amerika Serikat yang melibatkan 23.616 orang dewasa
kulit putih yang berusia lebih dari 35 tahun, mukokel mewakili lesi mukosa oral menduduki
peringkat 17 besar dengan
prevalensi 2,4 kasus per 1000 orang. Data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional
Ketiga (NHANES III) yang mencakup 17.235 orang dewasa berusia 17 tahun atau lebih
mendokumentasikan mukokel menduduki
peringkat 44 besar dengan prevalensi 0,02%. Pada penelitian yang sama, yang terdiri dari 10.030
anak usia 2-17 tahun, prevalensi mukokel sebesar 0,04%. Mukokel congenital pada bayi baru
lahir jarang terjadi, dengan laporan kasus sporadic dan rangkaian kasus kecil muncul dalam
literature.

Mukokel pada kelenjar saliva anterior (kelenjar Blandin dan Nuhn) relative jarang terjadi. Dalam
Studi Prevalensi Penyakit Oral Minnesota (masih dalam penelitian yang sama), mukokel
Blandin dan Nuhn memiliki
prevalensi yang lebih rendah daripada mukokel di lokasi lain, atau 0,1 kasus
per 1000 orang. Jenis mukokel ini mewakili sekitar 2-10% dari semua jenis mukokel.
Sedangkan dalam penelitian terhadap 30.000 orang di Swedia
prevalensi mukokel adalah 0,11% pada usia 15 tahun keatas.
7

2.3 Etiologi
Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi
yang tidak begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan
trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor,
untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi.Trauma lokal atau mekanik dapat
disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus
glandula saliva minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti
menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit
bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan
gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan
minum susu
botol atau dot), dan lain-lain.Dapat juga akibat trauma pada proses
kelahiran
bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran bayi yang menggunakan
alat
bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan
saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang disebabkan
karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi sucking
(menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir.Ketiga contoh trauma
pada
proses kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital.Setelah
terjadi trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus
glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan
submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu
terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling
kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk
pembengkakan
lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut
mukokel.
Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktus
ekskresi

yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Genangan mukus
dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena
plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus
glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada
duktus glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus
yang menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada
akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus
dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang disebut
8
mukokel.

2.4 Patofisiologi
Berasal dari kelenjar saliva minor tipe mucus. Terjadi karena
mucusmengisi ruangan dalam jaringan ikat dengan cara menembus dinding
saluran kelenjar saliva ekstravasasi.
Mucocele terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air
liur ke dalam mulutmelalui suatu saluran kecil yang disebut duktus.
Terkadang
bisa terjadi ujung duktus tersumbatatau karena trauma misalnya bibir sering
tergigit secara tidak sengaja, sehingga air liur menjaditertahan tidak dapat
mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan (mucocele).
Mucocelejuga dapat terjadi jika kelenjar ludahterluka. Manusia
memiliki
banyak kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludahtesebut
mengandung air, lendir, dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah
melaluisaluran kecil yang disebutduct (pembuluh). Terkadang salah satu
saluran ini terpotong. Ludahkemudian mengumpul pada titik yang terpotong
itu dan menyebabkan pembengkakan, ataumucocele. Pada umumnya
mucoceledidapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat jugaditemukan
di bagian lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan
tetapi jarang didapati di atas lidah.
Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluran ludah
(duct )tersumbat dan ludah mengumpul di dalam saluran. Jika
pembengkakan terjadi karena submandibular duct, mucocele tersebut
dinamakan ranula.

Sebuahranulamempunyai ukuranyang cukup besar dan muncul di bawah


lidah.
9

2.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur
yang meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat
riwayat pasien.Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese
yang diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan
autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua
melakukan
pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan pendukung. Pemeriksaan
yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-
tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan
umum mencakup
pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra
oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal
dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal,
kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat
pembengkakan
pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada
massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat
dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa
sakit pada saat dilakukan palpasi.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan


laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil
secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara
mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.
Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara
MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography
Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.
2.6 Diagnosis Banding

1. Adenoma Pleomorfik
Adalah suatu nodul keras berwarna kebiru-biruan.

2. Kista nasolabial
Adalah suatu nodula yang berfluktuasi pada palpasi.

3. Kista Implantasi
10

LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN KLINIS
Seorang anak laki-laki usia 6 tahun datang ke RSUD PROF DR M A
Hanafiah SM Batusangkar bersama ibunya dengan keluhan ada benjolan didalam
mulut dibawah bibir pasien, pasien memiliki kebiasaan sering tergigit pada
bagian bibirnya, ibu pasien merasa cemas dan ingin menghilangkan benjolan
tersebut.
Pemeriksaan ekstra oral tidak terdapat kelainan. Pemeriksaan intra oral,
terdapat benjolan pada bagian dalam mulut dibawah bibir pasien. Diagnosis yang
ditegakkan adalah mukokel. Rencana perawatan yaitu eksisi mukokel.

Gambar 2. Gambaran Klinis

PENATALAKSANAAN KASUS
Alat yang disiapkan adalah: instrumen diagnostik (kaca mulut, sonde
halfmoon, sonde lurus, eskavator, pinset), elekstro surgery

Bahan yang disiapkan adalah: Cotton roll, povidone iodine, spuit irigasi
dan saline.

Eksisi mucocele :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Asepsis daerah kerja
3. Melakukan injeksi anastesi pada bagian disekeliling mukokel
4. Eksisi mukokel dengan memakai modifikasi teknik elips, menebus
mukosa, diluar batas permukaan dari lesi. Batas mucocele dengan
jaringan sehat mudah diidentifikasi,
5. lesi dipotong dengan teknik laser menggunakan elektro surgery.
11

6. Hentikan pendarahan yang ada dengan menggunakan kassa steril

7. KIE pasien
12
13

Gambar 3. Gambaran Klinis Setelah Restorasi Gigi 11

A. INSTRUKSI PASCA RESTORASI


Pasien diinstruksikan untuk datang kembali ke dokter gigi 1 minggu
kemudian atau bila terdapat keluhan sakit, dan jika terdapat rasa bengkak
kembali. Tidak makan maknan yang panas dan pedas terlebih dahulu, tidak
memainkan daerah yang dilakukan eksisi dengan lidah, menjaga kebersihan
rongga mulut.
14
15

KESIMPULAN
Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh
pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke
jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Paling
sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi juga di mukosa
bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele jarang terjadi pada bibir atas, palatum
(langit-langit) lunak. Mucocele paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda,
namun dapat terjadi di segala usia termasuk bayi yang baru lahir dan orang lansia. Mucocele
biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika
besar akan menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul fenomena bola
pingpong (pingpong phenomenon).

DAFTAR PUSTAKA
Prasanna KR, Divya H, Shishir RS, Laxmikanth C, Prashanth S (2012). Oral
Mucocele – Diagnosis and Management.Journal of Dentistry, Medicine and Medical Sciences
Vol. 2(2) pp. 26-30.
2.

3. Catherine MF (2017). Mucocele and Ranula. E-medicine Medscape


Dentistry. Available online:
https://emedicine.medscape.com/article/1076717-overview#a6 (Diaksespada 18 Februari
2018 13.00 WIB).

4.
Crean SJ, Connor C (1996). Congenital Mucocele: Report of two cases. In
16
PaediatrDent.Vol. 6(4):271-5.

5. Baurmash H (2002). The etiology of superficial oral mucoceles. J


Oral Maxillofac Surg. 60:237-8.
6. Boneu BF, Vidal HE, Maizcurrana TA, González- LJ (2005).
Submaxillary gland mucocele: presentation of a case. Med Oral
Patol Oral Cir Bucal. 10:180-84.
7. Flaitz CM, Hicks JM (2006). Mucocele and ranula.eMedicine.
Available online:
http://www.emedicine.com/derm/topic648.htm (Diaksespada
18 Februari 2018 17.00 WIB)
8. Ozturk K, Yaman H, Arbag H, Koroglu D, Toy H (2005).
Submandibular gland mucocele: report of two cases. Oral Surg
Oral Med OralPathol Oral RadiolEndod. 100:732-35.
9. Yagüe GJ, España TAJ, Berini AL, Gay EC (2009). Treatment of
oral mucocele- scalpel versus C02 laser.Med Oral Patol Oral
Cir Bucal.14 :e469- 74.
10. Flaitz CM, Hicks J. 2006. Mucocele
and Ranula.
http://www.emedicine.com/dem/topics64.

11. Rshid AK, Anwar N, Azizah AM, Narayan KA. 2008. Cases of
Mucocele Treated in The Dental Department of Penang Hospital.
Achives of Orofacial Sciences; 3(1): 7-10

12. Asgari A, Kourtsounis P, Jacobson BL, Zhivago


P. 2009.
MucoceleResection : A Comparison of Two Techniques.
13. Al-Tubaikh JA, Reiser MF. 2009. Congenital Disease and
Syndromes : The
Head and Neck. Berlin Heidenberg:47-8.
14. Zhi KQ, Wen YM, Zhou H. 2008. Management of The
Pediatric Plunging
Ranula : Result of 15 Years Clinical Experience. China
Xi’an Jiaotong
University and Sichuan University; 107:499-500.

15. Van de graaff RL. 2007. Ranula and


17
Plunging Ranulas.
<http://emedicine.medscape.com/article/847589-print>

16. Bradley PJ. 2006. Head and Neck : Pathology and Treatment
of Salivary Gland Conditions. Elsevier Ltd :304.
18

of Traumatic Dental Injuries : 1 . Fractures and Luxations of Permanent


Teeth. 2013; (6): 2-12.
8. Dewiyani, S. Restorasi gigi anterior menggunakan teknik direct komposit,
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM(B) 2017; 13
(2): 5-9.

Anda mungkin juga menyukai