Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL INOVASI

“CENTINI”

CEGAH STUNTING

SEJAK DINI

UPTD PUSKESMAS PULOKULON II

Tahun 2022
A. PENDAHULUAN

Kementrian Kesehatan mendefinisikan Stunting (kerdil) sebagai sebuah


keadaan dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang apabila
dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan
yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO. Stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi dan
kurangnya asupan gizi pada bayi. Stunting disebabkan oleh berbagai macam faktor,
antara lain kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum, saat kehamilan serta persalinan.
Kondisi kesehatan ibu sebelum kehamilan yang berpengaruh terhadap terjadinya
stunting adalah ibu yang masih terlalu muda/ usia remaja. Kehamilan yang terjadi di
usia remaja rawan menyebabakan terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Bayi
BBLR mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya stunting. Stunting terjadi mulai dari
dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusian dua tahun. Kejadian stunting
dipengaruhi oleh Seribu Hari Pertama Kehidupan yang dikenal dengan 1000 HPK
mulai dari hamil, menyusui dan balita termasuk kurangnya pengetahuan ibu tentang
Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA). Selain itu juga di pengaruhi oleh
asupan gizi seimbang dan pola makan yang tidak sesuai pada remaja putri. Hingga
saat ini stunting masih menjadi persoalan serius , dan merupakan program prioritas
nasional.

B. LATAR BELAKANG

Kasus stunting di kabupaten grobogan yang mencapai 32,9% bedasarkan


Riset Kesehatan Dasar (Riseksdas) tahun 2018. Atas dasar inilah, Pemerintah Pusat
menetapkan Kabupaten Grobogan sebagai salah satu wilayah prioritas penanganan
stunting di tingkat nasional dan provinsi. Puskesmas Pulokulon II memiliki wilayah
kerja 7 desa, dengan prevalensi stunting tertinggi Desa Mangunrejo (13,01%) dan
terendah Desa Sembungharjo (3,81%). Karena tingginya kasus stunting di
kabupaten grobogan sekaligus di wilayah kerja Puskesmas Pulokulon II, maka kami
Puskesmas Pulokulon II berupaya untuk ikut berperan serta dalam mengatasi kasus
stunting di kabupaten grobogan yaitu dengan membuat inovasi dikemas dalam
bentuk “CENTINI” (Cegah Stunting Sejak Dini). CENTINI adalah upaya cegah
stunting sejak dini melalui peningkatan pengetahuan tentang gizi seimbang dan
pemberian tablet tambah darah (TTD) pada remaja. Kegiatan dilakukan dalam
bentuk penyuluhan pada remaja putri di sekolah sekaligus memberikan tablet
tambah darah (TTD). Program CENTINI dilaksanakan di sekolah SMP/MTS dan SMA
/MA karena sasaran yang kita tuju adalah remaja putri. Remaja putri di Indonesia
cenderung mengalami anemia karena beberapa faktor. Salah satu penyebab stunting
adalah anemia baik pada bumil maupun pada remaja putri. Untuk mempersiapkan
kehamilan yang berkualitas, maka perlu dipersiapkan status gizi yang optimal pada
masa remaja.
Tahap kegiatan pertama pada program “CENTINI” yaitu membuat leaflet dan
video edukasi tentang gizi seimbang sebagai media penyuluhan karena untuk
mempermudah pelaksanaan penyuluhan serta lebih mudah menarik untuk di lihat.
Selanjutnya koordinasi dengan pihak sekolah terkait kegiatan yang akan
dilaksanakan. Setelah ditentukan jadwal, petugas gizi dan PKPR membuat surat
pemberitahuan ke sekolah dan melaksanakan kegiatan penyuluhan gizi seimbang
dan pemberian tablet tambah darah (TTD) sekaligus monitoring dan evaluasi
pelaksaaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan di mulai bulan september 2020, oleh
petugas gizi dan PKPR. Diharapkan setelah terlaksananya kegiatan CENTINI remaja
putri dapat memahami tentang gizi seimbang dan minum tablet tambah darah secara
rutin, sehingga remaja bebas dari anemia dan kasus stunting di kabupaten grobogan
menurun.
Dikarenakan masih ada kasus stunting di wilayah kerja Puskesmas Pulokulon
II, maka program ini akan terus berlanjut sambil terus melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap kasus stunting di wilayah kerja Puskesmas Pulokulon II, dan
membuat rencana tindak lanjut sesuai dengan masalah yang ditemui dalam
pelaksanaan program “CENTINI”.

C. TUJUAN
1. UMUM
Turunnya kasus stunting di kabupaten grobogan khususnya di wilayah
kerja Puskesmas Pulokulon II.
2. KHUSUS
A. Remaja memahami tentang gizi seimbang dan pentingya minum tablet
tambah darah
B. Mencegah anemia dan mencapai status gizi yang optimal pada remaja
untuk mempersiapkan kehamilan pada saat dewasa.

D. MANFAAT
1. Bagi Remaja
Mencegah anemia dan mencapai status gizi yang optimal pada
remaja untuk mempersiapkan kehamilan pada saat dewasa.

2. Bagi Puskesmas Pulokulon II


Hasil inovasi ini diharapkan dapat menurunkan prevalensi stunting,
remaja cerdas dan sehat dengan harapan remaja yang tidak anemia akan
menumbuhkan generasi yang berkualitas.
E. SASARAN
Semua remaja di wilayah kerja Puskesmas Pulokulon II
F. PERENCANAAN
Kegiatan ini direncanakan pada Juni 2020 berdasarkan data stunting tahun
2018, karena hasil riskesdas tahun 2018 salah satu desa di wilayah
Puskesmas Pulokulon II termasuk desa lokus stunting.
G. PELAKSANAAN
Uji coba pelaksanaan CENTINI dilaksanakan dari bulan Juni 2020 – Agustus
2020
Pelaksanaan COKLAT LINTING resmi dilaksanakan dari bulan September
2020 - sekarang
H. PENDANAAN
Pendanaan dibiayai oleh BOK dan BLUD untuk kegiatan sosialisasi dan
pemberian tablet Fe di sekolah
I. PEMBAHASAN

Kegiatan CENTINI dilaksanakan di SMP/MTS sederajat dan SMA/MA


sederajat. Adapun kegiatan CENTINI yaitu :
1. Membuat leaflet dan video edukasi tentang gizi seimbang
Leaflet dan video edukasi dibuat oleh petugas gizi
2. Koordinasi dengan pihak sekolah
Koordinasi dengan pihak sekolah dan menentukan jadwal
pelaksanaan dilaksanakan oleh petugas gizi dan PKPR

3. Pelaksanaan penyuluhan dan pemberian tablet tambah darah

Penyuluhan dilaksanakan oleh petugas gizi, pemeriksaan HB dan


pemberian tablet tambah darah oleh PKPR
TUJUAN

Anda mungkin juga menyukai