Salin-KEL8 - LUKA BAKAR
Salin-KEL8 - LUKA BAKAR
PENDAHULUAN
1
dengan suhu rendah (masjoer,2013). Luka bakar adalah injury pada
jaringan yang disebabkan oleh suhu panas (thermal), bahan kimia,
elektrik dan radiasi (suryadi,2016 Dalam Wijaya & Putri,2013).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab
kontak dengan suhu rendah yang menyebabkan kerusakan jaringan
kulit.
1.2 Tujuan
1. Umum
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang cukup parah
dan dapat diderita oleh setiap orang. Luka bakar (burn) berasal dari
bahasa Inggris kuno yaitu baernan yang ditujukan untuk cidera yang
diakibatkan oleh panas, atau kimia, radiologi atau mekanik (Holland,
2016). Luka bakar menjadi masalah kesehatan utama yang dapat
menimbulkan komplikasi yang cukup fatal seperti infeksi hingga risiko
kematian (Wardhana & Halim, 2020). Luka bakar didefinisikan sebagai
cedera termal yang disebabkan oleh agen biologis, kimia, listrik dan
fisik yang mengakibatkan kerusakan secara local atau sistemik (Ja et
al., 2020). Definisi lain luka bakar menurut American Burn Asociation
(2018) adalah kerusakan yang terjadi pada kulit dan jaringan yang
terletak di bawahnya yang disebabkan oleh panas, bahan kimia atau
listrik.
2.2 Etiologi
Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan
objek panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cidera inhalasi
3
(cedera terbakar, kontak dan kobaran api).
2.3 Patofisologi
4
penting (otak).
5
Fase Luka Bakar :
1. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita mangalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
breathing (makanisme bernafas) dan circulation (sirkulasi).
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa
saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
peenafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam, pasca trauma.
Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada
fase akut.
6
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2. Fase Sub Akut
1. Berdasarkan Penyebab :
2. Berdasarkan kedalam
7
2). Kulit kering, hiperemis memberikan berupa
eritema.
3). Tidak dijumpai bula.
a. Derajat II dangkal
8
c. Luka bakar derajat III :
1) Luka bakar derajat II, 25% atau lebih pada orang dewasa.
9
3) Luka bakar derajat III, 10% atau lebih.
b. Lengan 18%.
e. Tungkai 36%.
f. Genetalia/perineum 1%
Total 100%
1. Cedera
b. Distress Pernapasan
10
2. Sepsis
c. Penurunan TD
d. Paralitik ileus
4. Metabolik
a. Managemen nyeri
Managemen nyeri sering kali dilakukan dengan
pemberian dpsis ringan, seperti morphine atau mepedifine,
11
dibagian emergensi. Sedangkan analgetik oral diberikan untuk
digunakan oleh pesien rawat jalan.
b. Profilaksis tetanus
Untuk klien dengan luka yang luas maka penanganan pada bagian
emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi
pernafasan, sirkulasi) dan trauma lain yang mungkin terjadi :
resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang), pemasangan
kateter urin, pemasangan NGT.
12
d. Reevaluasi jalan napas, kondisi pernapasan, sirkulasi dan
trauma lain yang mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan
jalan napas, kondisi pernapasan dan sirkulasi untuk lebih
memastikan ada tidaknya kegawatan dan untuk memastikan
penanganan secara dini.
e. Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang).
13
setelah LB. Oleh karena itu semua pemberian cairan melalui
oral harus dibatasi pada waktu itu.
1. Laboratorium
a. Hemoglobin : menurun
b. Hematokrit : menurun
c. Trombosit : menurun
d. SDP : Leukositosis
14
BAB III
3.1 Pengkajian
Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan di
atas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun
lebih rentan terkenainfeksi.
Sumber kecelakaan
Aktifitas/istirahat
15
Sirkulasi
Integritas ego
Eliminasi
Makanan/cairan
Neurosensory
16
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran syaraf).
Nyeri/kenyamanan
Pernafasan
Keamanan
17
a. Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam
sehubungan dengan variase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan
mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior; oedema
lingkar mulut dan atau lingkarnasal.
Pemeriksaandiagnostic
1. LED : mengkajihemokonsentrasi
18
5. Urinalisis menunjukkan myoglobin dan heokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalanpenuh
luas.
a. Bersihan Jalan napas tidak efektif b.d benda asing dalam jalan
napas
19
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
Keperawatan hasil (SLKI) (SIKI)
20
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetic,jika perlu.
21
tubuh
- Anjurkan menggunakan alat
bantu (mis.
Pakaian,wig,kosmetik)
22
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
anribiotik,jika perlu
BAB IV
PENUTUP
23
4.1 Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu.
Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka
bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang
luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal.
Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan
makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin
berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin
meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
24
Abadi, Nur. (2012). Jakarta Medical Service 119 Training Division.
Jakarta: Royal Palace
25