Anda di halaman 1dari 4

Nama : indah Rachmawati Rusnawan

Nim : 218100032

Fakultas ilmu komunikasi

Reg . Pagi

Matkul : etika dan hukum pers

Resume modul 8 & 9

Modul 8 :

1. Pelanggaran dan Kejahatan Hukum dalam Media Massa


Dr. Agus Riwanto, M. H.

Resume : Tujuan hukum adalah menciptakan keadilan, maka hukum tertulis yang berupa
ketentuan perundang-undangan mampu menciptakan keadilan apabila terdapat sanksi yang
berat bagi pelanggarnya dan ditegakkan dengan cara yang sah. Penegakan hukum pertama-
tama dimulai dengan membedakan antara pelanggaran ringan dan kejahatan. Pelanggaran
adalah kebijakan sur-recht dan kejahatan adalah kejahatan. Politis-on recht adalah perbuatan
yang tidak sesuai dengan larangan atau kewajiban yang dikenakan oleh penguasa negara.
Pelanggaran atau "pelanggarandanquot; yakni perbuatan yang sifat hukumnya baru dapat
diketahui setelah undang-undang menghendakinya. Walaupun tindak pidana tersebut bersifat
“recht delicten”, yaitu suatu perbuatan yang walaupun menurut undang-undang tidak
ditetapkan sebagai suatu tindak pidana, namun dipersepsikan sebagai suatu perbuatan “recht”
yang bertentangan dengan sistem hukum. Demikian pula terdapat perbedaan antara
pelanggaran dan kejahatan dalam praktik produksi produk media cetak. Pelanggaran
ketertiban umum yang berkaitan dengan kesusilaan, menurut ketentuan pasal 532, 533, dan
535 KUHP, dikualifikasikan sebagai pelanggaran hukum yang dilakukan oleh media cetak.
Sebaliknya, pelanggaran ketertiban umum terkait penyampaian berita bohong
tergolong pelanggaran hukum yang dilakukan media cetak sesuai ketentuan Bab XIV dan
XV KUHP. Selebihnya diatur dalam ketentuan UU Pers Nomor 40 Tahun 1999. Pada
hakikatnya, kejahatan jurnalisme tidak melindungi kepentingan sah orang/komunitas yang
bekerja di bidang jurnalisme. Alasan utamanya adalah bahan cetakan biasanya diproduksi
oleh operator pers, termasuk percetakan. Jadi subjek hukum kejahatan pers pada dasarnya
bukanlah orang pada umumnya, melainkan orang-orang yang bekerja di bidang pers, seperti
wartawan, redaksi, penanggung jawab, atau lembaga/perusahaan pers.

2. Jenis Pelanggaran dan Kejahatan Hukum di Media Elektronik

Resume : Pada dasarnya UU No. Pasal 19 Tahun 2016 UU Informasi dan Transaksi
Elektronik mengatur sejumlah persoalan terkait penggunaan media sosial di Indonesia.
Tujuan undang-undang ini adalah untuk melindungi kepentingan negara, publik, dan swasta
dari kejahatan dunia maya. Lalu ada 3 pasal pencemaran nama baik, penodaan agama, dan
ancaman online. Larangan pembuatan produk yang tidak bertanggung jawab dan penipuan di
media sosial tergolong pelanggaran. Pada saat yang sama, apa yang diklasifikasikan sebagai
kejahatan atau penjahat dunia maya adalah serangan terhadap orang lain atau konten publik,
sistem komputer, dan sistem komunikasi dunia maya. Hal ini dapat diatasi antara lain dengan
melakukan modernisasi hukum pidana nasional dan hukum acaranya; peningkatan sistem
keamanan jaringan informasi nasional sesuai standar internasional; meningkatkan
pemahaman dan keahlian penegak hukum terhadap upaya tersebut; pencegahan, investigasi
dan penuntutan insiden kejahatan dunia maya; untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
mengenai masalah kejahatan dunia maya dan pentingnya mencegah kejahatan tersebut;
meningkatkan kerja sama antar negara, baik bilateral, regional, dan multilateral, untuk
memerangi kejahatan dunia maya

3. Jenis Pelanggaran dan Kejahatan Hukum di Media Konvergensi

Resume : Salah satu bentuk pelanggaran dalam media konvergensi, khususnya media
televisi dan radio, adalah pelanggaran jam tayang, yaitu lembaga penyiaran membeli jam
tayang untuk siaran non-komersial. Pelanggaran terhadap isi siaran radio dan televisi melalui
media elektronik adalah penyampaian siaran, yaitu transmisi siaran. konten yang tidak
mematuhi sub-bagian 2, 3 dan 4 dari § 36 Undang-Undang Penyiaran Nasional. Pelayanan
penyiaran televisi yang diselenggarakan oleh lembaga penyiaran swasta dan lembaga
penyiaran publik tidak mencakup paling sedikit 60 persen (enam puluh persen) program yang
berasal dari dalam negeri, isi siarannya tidak memberikan perlindungan dan kesempatan
untuk mempengaruhi khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja. penyampaian jadwal
program yang tepat waktu, dan lembaga penyiaran publik wajib mencantumkan dan/atau
melaporkan klasifikasi penonton menurut isi program, dan isi program tidak netral dan
mengutamakan kepentingan kelompok tertentu. . Pada saat yang sama, kejahatan di media
konvergen Salah satu jenis kejahatan yang terjadi di media penyiaran elektronik adalah
konten program pencemaran nama baik yang tercantum dalam Pasal 57 (d) dan Pasal 36 (5)
KUHP. dalam penerapannya apabila dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu mencemarkan
nama baik, menghasut, menyesatkan dan/atau salah; menekankan unsur kekerasan,
perselisihan, perjudian, narkoba dan kecanduan obat-obatan terlarang; konflik antar suku,
agama, ras dan golongan. Namun UU ITE mengandung unsur pencemaran nama baik dan
kebohongan (fraud).

Modul 9

1. Penegakan Hukum Media Massa


Dr. Agus Riwanto, M. H.

Resume : Perlindungan hukum meliputi pengertian makro dan mikro. Pada tataran makro
mencakup seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sedangkan
pada tataran mikro hanya terbatas pada proses penyidikan di pengadilan, meliputi penyidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pelaksanaan putusan pidana. . Litigasi adalah proses
penyelesaian sengketa di pengadilan, dimana semua pihak yang bersengketa saling
berhadapan membela hak-hak Anda di pengadilan. Penyelesaian sengketa hukum media
melalui proses pengadilan merupakan penyelesaian sengketa yang berlaku terhadap
permasalahan media
2. Model Penegakan Hukum NonLitigasi

Resume : Litigasi merupakan paradigma yang diandalkan sebagian orang untuk


menyelesaikan perselisihan. Paradigma ini menggunakan pendekatan berbasis konsensus
dalam penyelesaian sengketa, dan hasil keputusan didasarkan pada konsep win-win. Cara ini
biasanya digunakan oleh orang-orang yang berharap dapat menciptakan hubungan yang
seimbang. Bagi komunitas-komunitas tertentu, pembentukan dan pemeliharaan suatu
komunitas merupakan hal yang penting, terutama dalam kaitannya dengan bisnis, dan ketika
para anggota komunitas yang diperebutkan telah mencapai kesepakatan, maka pembentukan
konsensus dan prosedur memuaskan semua pihak dan berjalan dengan baik. Tata cara
penyelesaian sengketa yang bukan merupakan proses peradilan, terbagi menjadi dua bagian,
yaitu penyelesaian sengketa di dalam pengadilan dan di luar pengadilan. Alternatif
Penyelesaian Sengketa di Dalam Pengadilan (Alternative Dispute Resolusi Inside The Court)
meliputi: perdamaian di pengadilan, ringkasan pemeriksaan juri, evaluasi netral awal,
pencarian fakta netral. Badan penyelesaian sengketa di luar pengadilan meliputi
perundingan, mediasi, sidang mini, ombudsman dan ombudsman (Hadimulyo, 1997: 1-
19). Prinsip-prinsip jurnalistik, aturan etika jurnalis dan UU Jurnalistik seringkali tidak
diterapkan sehingga terjadi insiden jurnalistik. Dalam situasi seperti ini, sudah sepatutnya
hukum pers. Terdapat sejumlah mekanisme yang tersedia bagi masyarakat untuk menangani
kejahatan jurnalistik, antara lain hak atas kompensasi, hak atas kompensasi, dan mediasi
dewan pers. Ketika pembaca atau masyarakat telah menggunakan hak-hak tersebut, maka
tindakan perdata atau tuntutan terhadap pers tidak diperbolehkan lagi. Sebab, jika mekanisme
ini dibiarkan, kebebasan pers akan kembali terpuruk. Berkaitan dengan hal tersebut, ada dua
cara yang dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok, komunitas, pemerintah atau pejabat
untuk mempertanggungjawabkan berita-berita yang merugikan secara hukum, yaitu: Pertama,
menggunakan hak reproduksi dan hak koreksi. Kedua, tuntutan pidana atau tuntutan perdata.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga-lembaga Otoritas Media Massa

Resume : Untuk menciptakan sistem produksi dan penggunaan media cetak dan elektronik
serta televisi dan radio, untuk menciptakan sistem yang menjamin kebebasan dan melindungi
hukum dan hak-hak konsumen, pemerintah membentuk lembaga-lembaga negara. yang
mempunyai kewenangan mengatur operasional dan sistem media massa, yaitu Dewan Komisi
Pers dan Penyiaran Indonesia. Dewan Pers merupakan lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan UU No. 40/1999 tentang Pers. Dewan Pers merupakan lembaga
tertinggi dalam sistem pengembangan jurnalisme Indonesia dan berperan penting dalam
“pembangunan kelembagaan”; terhadap tumbuhnya perkembangan jurnalistik. Misi KPI
adalah memantau isi program penyiaran agar penyiaran bermanfaat dan berkeadilan guna
mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, terpelajar, dan berbudaya. CPI
mempunyai kewenangan (mandat) untuk menyusun dan memantau berbagai peraturan
penyiaran layanan publik yang mempertemukan lembaga penyiaran layanan publik,
pemerintah, dan masyarakat. Penataan ini mencakup seluruh siklus proses penyiaran, mulai
dari penciptaan, pengoperasian, akuntabilitas, dan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai